OLEH
MAUMERE
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
4. Manifestasi Klinis
5. Patofisiologi
Infeksi awal karena seorang menghirup basil Mycobacterium. tuberculosis.
Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan
terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan
korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara
limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli
yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2
sampai 10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi Mycobacterium. tuberculosis
dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa
jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi olah makrofag seperti dinding. Granuloma
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari
massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya
seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya
membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif. Setelah infeksi
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya
kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan
7. Tatalaksana
a. Terapi Non Farmakologis
1) Bed rest total selama terapi fase akut
2) Diet tinggi kalori, tinggi protein untuk mencegah malnutrisi serta
meningkatkan respons imun
3) Isolasi di dalam ruangan bertekanan negatif dengan sirkulasi udara yang
baik sampai 3 kali pemeriksaan hapusan sputum BTA negatif (jika
disertai penyakit paru)
b. TB milier akut
1) Terapi harus dimulai secepat mungkin tanpa harus menunggu diagnosa
definitif, cukup dengan gambaran klinis dan radiologis yang sesuai
dengan TM milier akut
2) Pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam
jangka waktu yang lebih lama yaitu selama 9 bulan dimana pada fase
intensif diberikan Isoniazid (INH), rifampisin, etambutol dan
pirazinamid selama 2 bulan dan dilanjutkan dengan fase lanjutan
dengan Rifampisin dan INH selama 7 bulan.
3) Terapi selama 12 bulan sering dibutuhkan untuk TB tulang dan TB
ginjal
4) Terapi jangka panjang sering dibutuhkan untuk TB sistem saraf pusat
dan yang mengenai perikardium.
5) Kepatuhan berobat
6) Directly Observed Treatment, Short-Course (DOTS) dibutuhkan pada
semua pasien
7) Steroid diberikan sebagai tambahan terapi pada TB milier akut
fulminant ditandai dengan adanya sesak napas dan hipoksemia.
Gejala
Mual, muntah Limfosit spesifik tuberculosis
Reaksi inflamasi neutrofil dan makrofag
BB menurun
melakukan fagositosi menghancurkan jaringan normal
Kelemahan fisik
MK : Akumulasi eksudat dalam alveoli
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Masuk ke sistem cerna
Peningkatan bakteri di usus Pembentukan granuloma Bronkopneumonia
Intoleransi
aktivitas
Masa jaringan fibrosa dengan bagian tengah disebut ghon turbecle Gejala yang muncul :
meningitis atau peradangan Sesak nafas
pada selaput otak. Batuk berdahak
Ulserasi ghon turbecle
Ronkhi +
MK :
necrotizing caseosa di dalambronkus dan Bersihan jalan nafas tak efektif
membentuk jaringan parut Pola nafas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
Tuberculosis Milier
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemerikasaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda
vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan
B6 (Bone) serta pemeriksaan yang focus pada B2 dengan pemeriksaan
menyeluruh system pernapasan.
2) B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan
fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
a) Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang klien
dengan TB paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-posterior
dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada penyulit dari TB
paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat adanya
ketidaksimetrian rongga dada, pelebar intercostals space (ICS) pada
sisi yang sakit. TB paru yang disertai atelektasis paru membuat bentuk
dada menjadi tidak simetris, yang membuat penderitanya mengalami
penyempitan intercostals space (ICS) pada sisi yang sakit. Pada klien
dengan TB paru minimal dan tanpa komplikasi, biasanya gerakan
pernapasan tidak mengalami perubahan. Meskipun demikian, jika
terdapat komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim
paru biasanya klien akan terlihat mengalami sesak napas, peningkatan
frekuensi napas, dan menggunakan otot bantu napas.
Batuk dan sputum. Saat melakukan pengkajian batuk pada
klien dengan TB paru, biasanya didapatkan batuk produktif yang
disertai adanya peningkatan produksi secret dan sekresi sputum yang
purulen. Periksa jumlah produksi sputum, terutama apabila TB paru
disertai adanya brokhiektasis yang membuat klien akan mengalami
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/cleopas.martin/miscellaneous/tuberkulosis_disse
minata_dr_martin.pdf
Infodatin, B. (2018). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,“. Indokator
dan Target”, Jakarta.
http://eprints.undip.ac.id/57604/4/NisrinaDarinN_Bab2_220101
13140215.pdf
https://www.academia.edu/8931301/Kumpulan_Nanda_NIC-
NOC