Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis milier termasuk salah satu bentuk TB yang berat dan merupakan 3-7%
dari seluruh kasus TB dengan angka kematian yang tinggi.Tuberculosis milier merupakan
jenis tuberculosis yang bervariasi mulai dari infeksi kronis, progresif lambat, hingga penyakit
fulminan akut, yang disebabkan penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa
terinfeksi kedalam aliran darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip
benih padi.

Tb miler merupakan penyakit limfo-hematogen sistemik akibat penyebaran kuman


M.tuberkulosis dari komples primer yang biasanya terjadi dalam waktu 2-6 bulan pertama
setelah infeksi awal. Tuberkulosis milier adalah suatu bentuk tuberkulosa paru dengan
terbentuknya granuloma. Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit dengan
ukuran kurang lebih sama kelihatan seperti biji milet (sejenis gandum) berdiameter 1-2
mm.

Tb milier lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil, terutama usia dibawah 2 tahun,
karena imunitas seluler spesifik, fungsi makrofag dan mekanisme local pertahanan parunya
belum berkembang sempurna sehingga kuman TB mudah berkembangbiak dan menyebar
keseluruh tubuh. Akan tetapi, TB milier dapat juga terjadi pada anak-anak dan remaja akibat
pengobatan penyakit paru primer sebelumnya yang tidak adekuat, atau pada usia dewasa
akibat reaktivisi kuman yang dorman. Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB pada anak
sering kali tidak khas dan sulit didapatkan spesimen diagnostic yang terpercaya.Sehingga
diagnosis TB pada anak menggunakan scoring system yang didasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Tuberculosis milier adalah penyakit limfo-hematogen system akibat penyebaran


mycobacterium tuberculosis dari kompleks primer yang biasanya terjadi dalam waktu 2-6
bulan setelah infeksi awal. Bisa juga menyebabkan acute respiratory distress syndrome
(ARDS)
TB milier akan tampak ketika basil tuberkulosis dalam jumlah banyak masuk ke
dalam aliran darah, dan menyebabkan penyakit pada dua atau lebih organ. Paling banyak di
temukan paru, lien, hepar dan sumsum tulang. Lesi pada TB milier biasanya memiliki
diameter lebih kecil dari 2-3 mm saat pertama kali di temukan pada rontgen dada.

2.2. Diagnosis

Diagnosis TB miler berdasarkan temuan anamnesis, pemeriksaan fisik dan radiologis


Mengacu kepada ketentuan WHO, pengobatan TBC Milier pada prinsipnya sama dengan
pengobatan TBC pada umumnya yaitu perpaduan dari beberapa jenis antituberkulosa
baktereriostatik maupun bakterisid. TBC milier bersama dengan TBC dengan meningitis,
TBC pleuritis eksudatif, TBC parikarditis konstriktif, direkomendasikan untuk mendapat
pengobatan dengan OAT kategori I ditambah dengan kortikosteroid.

Diagnose ditegakkan bila memenuhi kriteria minimal:


Anamnesa: adariwayatkontakdenganpenderita TBC dewasadanaktif
Mantoux test positif
Ditemukantbc extra paru

2.3. Gambaran Klinis

Manifestasi Klinis TB Milier dapat bermacam macam, bergantung pada banyaknya


kuman dan jenis organ yang terkena. Gejala yang sering dijumpai adalah keluahan konik
yang tidak khas yaitu:

- Demam lama ( lebih dari 2 minggu) dengan penyebab tidak jelas.


- Nafsu makan tidak ada (anoreksia)
- Berat badan turun atau gagal tumbuh dengan demam (ringan) atau tanpa demam.
- Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit biasanya multiple.
- Batuk lama lebih dari 3 minggu dan sesak napas.

TB milier dapat juga diawali dengan serangan akut berupa demam tinggi yang sering
hilang timbul (remitten). Gejala klinis biasanya timbul akibat gangguan pada paru, yaitu
gejala respiratorik seperti batuk dan sesak napas disertai ronkhi atau mengi.

2.4. Pemeriksaan Fisik

Ronkhi
Mengi
Limfadenopati perifer (multiple unilateral, tidak nyeri tekan, tidak hangat pada
perabaan, mudah digerakkan dan dapat saling melekat)
Hepatosplenomegali

2.5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medikamentosa TB milier adalah pemberian 4-5 macam obat anti-


TB selama 2 bulan pertama, dilanjutkan dengan isoniazid dan rifampicin selama 4-6 bulan
sesuai dengan perkembangan klinis. Kortikosteroid (prednisone) diberikan pada TB milier,
meningitis TB, perikarditis TB, efusi pleura, dan peritonitis TB. Prednisone biasanya
diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgbb/hari selama 2-4 minggu kemudian diturunkan perlahan-
lahan hingga 2-6 minggu kemudian. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses
inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.

Dengan pengobatan yang tepat, perbaikan TB milier biasanya berjalan lambat.


Respons keberhasilan terapi antara adalah hilangnya demam setelah 2-3 minggu pengobatan,
peningkatan nafsu makan, perbaikan kualitas hidup sehari-hari, dan peningkatan berat badan.

2.6. Factor Resiko


M. tuberculosis (jumlah dan virulensinya)
System imun turun (infeksi HIV, malnutrisi, morbili, pertussis, diabetes
militus, gagal ginjal, keganasan dan penggunaan kortikosteroid jangka
panjang)
Factor lingkungan (kurangnya paparan sinar matahari, perumahan yang padat,
polusi, asap rokok)
Social ekonomi rendah

2.7. Pemeriksaan Penunjang

Untuk membantu mendiagnosis penyakit TB milier dapat dilakukan pemeriksaan


penunjang antara lain:

1. Uji Tuberkulin
Disebut juga Mantoux Test, dilakukan dengan cara menyuntikan 0,1 ml PPD RT 23
2 TU, PPD S 5 TU atau OT 1/2 000 secara intrakutan. Pembambacaan dilakukan 48
72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter melintang darri indurasi yang
terjadi. Indurasi 0 4 mm negatif. Indurasi 5 9 mm masih meragukan, diameter
lebih dari 10 mm jelas positif

2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Radiologis TB milier sangat khas, berupa tuberkel halus (milli) yang
tersebar merata (difus) diseluruh lapangan paru, dengan bentuk yang khas dan ukuran
yang hampir seragam (1-3 mm).

3. Pemeriksaan Bakteriologis
Penemuan kuman TB memastikan diagnosis TB, tetapi tidak ditemukannya kuman
TB bukan berarti tidak menderita TB. Pemeriksaan bakteriologis terdiri dari 2 cara,
yaitu : pemeriksaan mikroskop hapusan langsung untung menemukan kuman TB dan
pemeriksaan biakan kuman.

4. Pemeriksaan Patologi Anatomi


Pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan secara rutin.

2.8. Komplikasi

Hemoptysis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat menyebabkan
kematian karena syock hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas

Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial


Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaksi pada paru).
Pneumothoraks (adanya udara di dalam rongga pleura), kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru
Penyebaran infeksi ke organ lain otak, tulang persendiaan, ginjal dan sebagainya
Insuffisiensi kardio pulmo

2.9. Prognosis

Setelah ditemukannya OAT (obat anti tuberkulosis) prognosa kesembuhan TBC milier
mengalami perbaikan yang signifikan, kecuali ada komplikasi meningitis serta keterlambatan
dan tidak teratur dalam pengobatan.

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Tuberkulosis milier (Tbmilier) merupakan penyakit limfohematogen sistemik akibat


penyebaran kuman mycobacterium tuberkulosis dan komplek primer yang biasanya terjadi
dalam waktu 2-6 bulan pertama setelah infeksi awal. Tuberkulosis milier termasuk salah satu
bentuk TB yang berat dan merupakan 3-7% dari seluruh kasus TB dengan angka kematian
yang tinggi yang bisa timbul karena tidak terdiagnosanya TB sehingga menjadi berat, atau
karna pengobatan yang tidak ade kuat. Penatalaksanaan medika mentosa TB milier adalah
pemberian 4-5 macam OAT combinasi isoniazid, ripamfisin, pirazinamid, dan streptomisin
atau etabutol selama 2 bulan pertama, dilanjukan dengan ripamfisin dan isoniazid sampai 9-
12 bulan sesuai dengaan perkembngan klinis. Kortikosteroid seperti prednisone apat pula
diberikan. Apabila pengobatan tidak adekuat atau terlambat maka TB milier ini akan menjadi
berat.

RUJUKAN
Pedoman Nasional TB Anak, Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai