Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM FARMAKOLOGI II

AKADEMI FARMASI TORAJA

YAYASAN NAFIRI INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM III

“ EFEK OBAT DIARE PADA HEWAN UJI “

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IV ( EMPAT )

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. DHEYN YANTI / 20 007 006

2. MARSELIM PALALLO / 20 007 030

3. NATALIA YOHAN DUDUNG / 20 07 013

4. RAYMOND ABRIANTO / 20 07 033

5. VRANSISKA GANNA ‘ / 20 07 024

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

AKADEMI FARMASI TORAJA

YAYASAN NAFIRI INDONESIA

TANA TORAJA

2022
BAB I

A. Tujuan Praktikum

Untuk menganalisis efek obat antidiare pada Mencit dengan metode proteksi terhadap
diare yang disebabkan oleh minyak kelapa

B. Prinsip Percobaan

Induksi oleum ricini efek obat antidiare dapat diamati demgam berkurangnya
frekuensi defekasi dan berubahnya konsistensi feses menjadi lebih padat. Pengujian efek
antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses, dan frekuensi defekasi pada pemberian
obat loperamid, dan diapet yang dapat memperlambat peristaltik usus, sehingga mengurangi
frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses, dengan metode pemberian induksi
muinyak kelapa terlebih dahulu.

Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang terus
menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki kandungan
air yang berlebih dari keadaan normal Umumnya diare menyerang balita dan anak-anak.
Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa terjangkit diure. Jenis penyakit diare bergantung
pada jenis klinik penyakitnya (Anne, 2011).

Diare adalah suatu gejala klinik gangguan pada saluran pencernaan dimana
konsistensi tinja berbentuk cairan atau setengah cairan dan frekuensi terjadinya defekasi lebih
sering dari keadaan normal sekitar empat sampai lima kali sehari, dengan demikian
kandungan air pada tinja lebih banyak dari normal yaitu 200 g/hari. Karena berat feses
sebagian besar ditentukan oleh air feses, kebanyakan kasus diare disebabkan oleh gangguan
air dan elektrolit di usus. Penyebab diare adalah: peningkatan tekanan osmotik di dalam usus
sehingga menyebabkan retensi air didalam lumen, sekresi elektrolit dan air yang berlebihan
ke dalam lumen usus, eksudasi protein dan cairan dari mukosa, peningkatan motilitas usus
sehingga mempercepat transit (Goodman dan Gilman, 2007).

Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National Digestive Diseases
Information Clearinghouse, 2007):

1. Infeksi bakteri beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan


makanan atau minuman contohnya Campylobacter. Salmonella Shigella,
dan Escherichia coli (E. Coli).

2. Infeksi virus beberapa virus menyebabkan diare, termasuk


Rotavirus,Norwalk virus. Cytomegalovirus, Herpes simplex virus, dan
virus hepatitis.
3. Intoleransi makanan, beberapa orang tidak mampu mencerna semua
bahan Makanan, misalnya pemanis buatan dan laktosa.

4. Parasit, parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan
menetap di dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare
misalnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.

5. Reaksi atau efek samping pengobatan, antibiotik, penurun tekanan darah,


obat Kanker dan antasida mengandung magnesium yang mampu memicu
diare.

Berdasarkan mekanisme dari obat antidiare yaitu :

1. Menekan peristaltik usus, misalnya loperamide.

2. Menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnyloperamid

3. Pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atauracun


Penyebab diare yang lain, misalnya carbo-adsorben, kaolin.

4. Pemberian mucilago untuk melindungi sekput lendir yang luka

Tujuan terapi pengobatan diareadalah untuk mengatur diet, mencegah pengeluaran air
berlebihan, elektrolit, dan gangguan asam basa, menyembuhkan gejala, mengatasi penyebab
diare, dan mengatur gangguan sekunder yang menyebabkan diare. Obat-obat yang digunakan
dalam pengobatan diare dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu antimotilitas,
adsorben, antisekresi, antibiotic, enzim, dan mikroflora usus. (Wells dkk., 2014).

Pemberian antidiare yang banyak digunakan diantaranya adalah Loperamid.


Loperamid merupakan obat antidiare golongan opioid yang daya kerjanya dapat me
normalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa yaitu memulihkan sel-sel yang
berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid
merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan khasiat
obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP. Jadi tidak mengakibatkan
ketergantungan.

Penentuan efek antidiare pada hewan uji dapat dilakukan dengan cara mengamati saat
mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frequensi feses dan lama terjadinya diare. Secara in
vitro pada hewan uji Loperamide menghambat motilitas / peristaltik usus dengan
mempengaruhi langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus serta mempengaruhi
pergerakan air dan elektrolit di usus besar. Pada manusia, Loperamide memperpanjang waktu
transit isi sahran cerm. Loperamide menurunkan volum feses, meningkatkan viskositas dan
kepadatan feses dan menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit.

Diapet NR atau Diapet Nyerap Racun merupakan obat varian baru yang di produksi
oleh PT.Soho Industri Pharmasi. Diapet NR berbentuk kapsul yang komposisinya memiliki
perbedaan sedikit dengan Diapet biasa. Untuk Diapet NR terdapat bahan tambahan
Attapulgite (42%) dan Activated Carbon (10%)(Kasim F, 2013). Tambahan kompisisi bahan
tersebut menambah kashiat dari Diapet NR , selain untuk mengatasi diare dan memadatkan
feses yang cair, Diapet NR lebih mampu menyerap racun dalam saluran pencernaan akibat
keracunan makanan atau minuman (Anonim, 2012).

Penggunaan minyak jarak atau minyak kelapa untuk penginduksi diare pada hewan
percobaan dalam penelitian ini adalah karena minyak jarak mengandung trigliserida dari
asam ricinoleat yang dihidrolisis dalam usus oleh enzim lipase pancreas menjadi gliserin dan
asam ricinoleat sebagai surfaktan anionik, zat ini bekerja mengurangi absorpsi cairan dan
elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus. Pemilihan loperamid sebagai pembanding
karena loperamid dapat memperlambat motilitas intestinal sehingga mampu memperpanjang
waktu transit intestinal, menurunkan frekuensi defekasi, meningkatkan viskositas feses, dan
mencegah kehilangan cairan dan elektrolit.
BAB II

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Batang pengaduk

b. Beaker glass

c. Gelas ukur

d. Heatingmantle

e. Kandang khusus berlapiskan kertas saring

f. Spoit 1 ml

g. Timbangan

2. Bahan

a. Alkohol 96%

b. Aquades

c. Kertas saring

d. Na CMC

e. Tragakan

f. Tablet diapet

g. Tablet loperamide

h. Minyak Kelapa
B. Metodologi

1. Pembuatan Tragakan 1%

a. Panaskan kurang lebih 200 ml aquades hingga mendidih

b. Timbang tragakan sebanyak 1 gram

c. Masukkan tragakan kedalam beaker glass lalu tambahkan 50 ml aquades panas

d. Aduk campuran tersebut hingga homogen, ditandai dengan tidak nampaknya lagi
serbuk berwarna putih dan campuran berupa gel

2. Pembuatan Suspensi Loperamide

a. Diambil 2 tablet loperamide lalu digerus hingga halus

b. Dimasukkan serbuk loperamide yang sudah halus ke dalam erlenmeyer 100 ml

c. Ditambahkan sekitar 50 ml larutan tragakan 1 % ,dikocok hingga homogen.

d. Lalu dicukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan tragakan

3. Pembuatan Suspensi Diapet

a. Diambil 2 tablet diapet lalu digerus hingga halus

b. Dimasukkan serbuk diapet yang sudah halus ke dalam erlenmeyer 100 ml

c. Ditambahkan sekitar 50 ml larutan tragakan % ,dikocok hingga homogen.

d. Lalu dicukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan tragakan..

4. Perlakuan Pada Hewan Uji

a. Mencit dikelompokkan kedalam 3 kelompok masing- masing terdiri dari 4 ekor


mencit

b. Kemudian tiap kelompok diberi perlakuan dimana kelompok 1 diberi larutan


tragakan 1% sebagai kontrol, kelompok 2 diberi suspensi furosemid, dan
kelompok 3 diberi suspensi spironolakton.

c. Mencit ditempatkan dalam kandang khusus secara individual yang beralaskan


kertas saring yang telah di ketahui bobotnya.
d. Seelah 30 menit perlakuan , mencit diberikan 0,01 ml minyak kelapa tiap
gram berat mencit yang diberikan secara oral.

e. Respon yang terjadi pada mencit kemudian diamati yang berupa jumlah
defekasi, konsistensi feses, bobot feses, onset dan durasi diare.

.
BAB III

A. Hasil Percobaan dan Pembahasan

1. Hasil Percobaan

Kelompok Hewan Uji Volume Onset Durari Bobot Konsistensi


Oral Defekasi Diare Feses Feses
Kode BB

Kontrol 1 26,9 g 0,2 ml 11 - 1,5 g Keras


(Tragakan ) 2 20,9 g 0,2 ml 21 11 1,6 g Keras
3 25,0 g 0,2 ml 10 25 1,8 g Agak Keras
4 26,1 g 0,2 ml - - - -
Diapet 1 19,4 g 0,2 ml 45 1,2 g Keras

2 20,4 g 0,2 ml 1 jam 6 1,5 g Agak


menit Lembek
3 20,6 g 0,2 ml - 25 1g Agak Keras
4 20,7 g 0,2 ml 30 20 1,3 g Keras
Loperamide 1 25,7 g 0,2 ml - 15 1,6 g Agak Keras
2 19,6 g 0,2 ml - 15 1,6 g Agak Keras
3 16,3 g 0,2 ml - 20 1,6 g Agak
KerasAgak
Keras
4 20,3 g 0,2 ml - 15 1,4 g Agak Keras

2. Pembahasan

Pada praktikum ini yang dilakukan adalah untuk menganalisis efek obat
antidiare pada Mencit dengan metode proteksi terhadap diare yang disebabkan
oleh minyak kelapa. Mencit dikelompokkan kedalam 3 kelompok masing- masing
terdiri dari 4 ekor mencit. Kemudian tiap kelompok diberi perlakuan dimana
kelompok 1 diberi larutan tragakan 1% sebagai kontrol, kelompok 2 diberi
suspensi furosemid, dan kelompok 3 diberi suspensi spironolakton. Mencit
ditempatkan dalam kandang khusus secara individual yang beralaskan kertas
saring yang telah di ketahui bobotnya. Setelah 30 menit perlakuan , mencit
diberikan 0,01 ml minyak kelapa tiap gram berat mencit yang diberikan
secara oral. Respon yang terjadi pada mencit kemudian diamati yang berupa
jumlah defekasi, konsistensi feses, bobot feses, onset dan durasi diare.
Dari percobaan yang telah dilkukan pada kelompok 1 yang diberikan
larutan tragakan 1% ( sebagai kontrol ) dengan pemberian volume oral 0,2
ml dengan onset defekasi pada mencit 1 terjadi di menit ke 60 ( 1jam ),
mencit 2 terjdi di menit 21, mencit 3 terjadi di menit ke 10 dan mencit ke-4
tidak terjadi perubahan. Durasi diare pada mencit 1 hanya terjdi sekali di
menit ke 60, mencit 2 di menit 21 dan 11 dengan durasi 10 menit , mencit
3 di menit 10 dan 25 dengan durasi 15 menit dan mencit 4 tidak terjadi
perubahan. Berturut- turut bobot feses dengan konsistensi feses pada mencit
1,5 g tekstue keras, mencit 2 1,6 g tekstur keras, mencit 3 1,8 tekstur agak
keras dan mencit 4 tidak ada. Pada kelompok 2 yang diberi dengan diapet
dengan volume oral 0,2 ml onset defekasi mencit 1 45, mencit 2 1 jam 16
menit, mencit 3 25 menit, mencit 4 dimenit ke 20 dan 30 dengan durasi
diare pada mencit 1 yaitu 45 menit mencit 2 1 jam 16 menit mencit 3 25
menit dan mencit 4 10 menit. Dengan bobot feses dan konsistensi feses
pada mencit 1 1,2 g tekstur keras, mencit 2 1,5 g tekstur agak keras, mencit
31 g tekstur agak keras dan mencit 4 tekstur keras. Pada kelompok 3 yang
diberikan susoensi loperamide dengan volume oral 0,2 ml dengan onset
defekasi semua mencit tidak ada, lalu durasi diare terjadi berturut turut pada
mencit 1,2,3 dan 4 yaitu, menit ke 15, 15, 20 dan 15, dengan bobot feses 1,6
g tekstur agak keras pada mencit 1,2, dan 3 dan pada mencit 4 bobot feses
1,4 g dengan tekstur agak keras.

Jadi dari hasil yang diamati dan diperoleh pada percobaan efek obat
antidiare pada mencit telah sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa
pada saat telah diberikan obat diare gerakan peristatik akan diperlambat
sehingga terjadi penyerapan air di usus yang akhirnya akan menyebabkan
feses menjadi padat.
. Simpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam percobaan efek obat diare
pada hewan mencit dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan obat anti diare dan
dibandingkan dengan kontrol hasilnya efektif dengan hasil sebgai berikut :
1. Pada pemberian tragakan 1% bobot feses yang diperoleh pada mencir 1 , 2 ,3 dan
4 yaitu 1,5 g tekstur keras, 1,6 g tekstur keras, 1,8 g tekstur keras dan mencit 4
tidak ada.
2. Pada pemberian suspensi diapet bobot feses yang diperoleh pada mencir 1 , 2 ,3
dan 4 yaitu 1,2g tekstur keras, 1,5 g tekstur agak keras, 1 g tekstur agak keras
dan 1,3 g tekstur keras.
3. Pada pemberian suspensi loperamide , pada mencit 1,2,3 memiliki bobot feses
1,6 g tekstur agak keras dan pada mencit 4 bobod fese 1, 4 g dengan tekstur agak
keras.
DAFTAR PUSTAKA

Arife, Raymond dkk. 2016. Buku Praktis Farmasi Aplikasi Dalam Teori Dan Praktik
Ilmu Farmasi. Buku Kedokteran EGG: Jakarta.
Rohman. 2016. Analisis Obat. Gadjah Mada Uiversity Press: Yogyakarta.
Katzung& Trevor, 2015. Praktikum Farmakologi. Pusdik SDM Kesehatan: Jakarta.
Wells dkk., 2014. Obat-Obat Penting Edisi VII. Elex Media Komputindo: Jakarta.
LAMPIRAN

1. Pembuatan Larutan Na CMC 1%atau Tragakan 1 %

LABORATORIUM FARMAKOLOGI II

AKADEMI FARMASI TORAJA

KETERANGAN :

Pada gambar diatas dibuat larutan Na Cmc 1% sebanyak


50 ml.
2. Penimbangan Pada Mencit kelompok 1( sebagai kontrol )

LABORATORIUM FARMAKOLOGI II

AKADEMI FARMASI TORAJA

KETERANGAN :

Pada gambar diatas pada kelompok 1 kode 1 BB 19,4 g,


kode 2 BB 20,4 g, kode 3 BB 20,6 g dan kode 4 BB 20,7
g
3. Penimbangan Pada Mencit Kelompok 2 ( suspensi Diapet )

LABORATORIUM FARMAKOLOGI II

AKADEMI FARMASI TORAJA

KETERANGAN :

Pada gambar diatas pada kelompok 2 dengan kode 1 dan kode 2 BB


2320,9 g, kode 3 BB 25,8 g dan kode 4 BB 26,1 g .
4. Penimbangan Pada Mencit Kelompok 3 ( suspensi Loperamide )

LABORATORIUM FARMAKOLOGI II

AKADEMI FARMASI TORAJA

KETERANGAN :

Pada gambar diatas pada kelompok 4 dengan kode 1


BB 25,7 g, kode 2 BB 19,6 g, kode 3 BB 16,3 g dan
kode 4 BB 19,0g.
5. Proses Selama Perlakuan

LABORATORIUM FARMAKOLOGI II

AKADEMI FARMASI TORAJA

KETERANGAN :

Pada gambar diatas menunjukkan mencit


ditempatkan pada kandang khusus secara
individu yang beralaskankertas saring yang
masing- masing mencit telah si ketahui bobot
badannya. Dan mencit tetap berada pada
kandang khusus ini selma perlakuan
berlangsung sampai selesai.

Anda mungkin juga menyukai