Anda di halaman 1dari 44

LABORATORIUM FITOKIMIA

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FITOKIMIA

DISUSUN OLEH

NAMA : NURWANDIANSA PUTRI

STAMBUK : G 701 15 055

KELAS/KELOMPOK : E/I (SATU)

ASISTEN : MOH.IKRA SAPUTRA

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2017
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi ilmu pengetahuan modern yang semakain pesat dan


canggih dizaman sekarang ini ternyata tidak mampu menggeser atau
mengesampingkan begitu saja peranan obat-obatan tradisional, tetapi justru
hidup berdampingan dan saling melengkapi.

Tanaman obat untuk penyembuhan suatu penyakit selama ini hanya didasarkan
pada spengalaman secara turun-temurun. Namun dengan kemajuan teknologi
saat ini, pengembangan tanaman obat tidak hanya berdasarkan pengalaman
melainkan telah dikembangkan hingga skala laboraturium berdasarkan ilmu
sains.

Salah satu sampel yang digunakan dalam praktikum ini yaitu


binahong.Binahong (bahasa Latin: Bassela rubra linn, bahasa Inggris:
Heartleaf maderavine madevine, bahasa Tionghoa: Deng san chi) adalah
tanaman obat yang tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dan
mempunyai banyak khasiat dalam meyembuhkan berbagai macam penyakit
ringan maupun berat.

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa
kimia atau biasa disebut dengan skrining fitokimia yang terkandung dalam
tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya golongan senyawa
alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tannin, saponin, kumarin, quinon,
steroid/terpenoid (Teyler, 1988). Skrining fitokimia adalah metode analisis
untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuh
tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi
tertentu. Oleh karena itu penting bagi seorang mahasiswa farmasi untuk
memiliki pemahaman mengenai metode fitokimia, hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya praktikum fitokimia dasar.
1.1. Maksud dan Tujuan Percobaan
1.1.1. Maksud Percobaan
a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Mahasiswa memahami cara melakukan pengambilan dan pengolahan
sampel yang baik dan benar.
b. Dasar Metode Ekstraksi
Mahasiswa memahami macam-macam metode ekstraksi beserta
caranya.
c. Ekstraksi Perkolasi
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi perkolasi.
d. Ekstraksi Maserasi
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi maserasi.
e. Ekstraksi Refluks
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi refluks.
f. Ekstraksi Soxhlet
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi soxhlet.
g. Ekstraksi Cair-Cair
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi cair-cair.
h. Identifikasi Ekstrak
Mahasiswa memahami cara melakukan identifikasi ekstrak.
1.1.2. Tujuan Percobaan
a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Mahasiswa mengetahui cara melakukan pengambilan dan pengolahan
sampel yang baik dan benar.
b. Dasar Metode Ekstraksi
Mahasiswa mengetahui macam-macam metode ekstraksi beserta
caranya.
c. Ekstraksi Perkolasi
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi perkolasi.
d. Ekstraksi Maserasi
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi maserasi.

e. Ekstraksi Refluks
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi refluks.
f. Ekstraksi Soxhlet
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi soxhlet.
g. Ekstraksi Cair-Cair
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi cair-cair.
h. Identifikasi Ekstrak
Mahasiswa mengetahui cara melakukan identifikasi ekstrak.
1.2. Prinsip Percobaan
a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Pembuatan simplisia dari daun pandan (Pandanus amaryllifolius) yang
dimulai dari pengumpulan sampel tanaman lalu disortasi basah untuk
membersihkannya dari benda asing, kemudian pencucian dengan air
mengalir, perajangan, pengeringan dan sortasi kering, dan penyimpanan
simplisia sebagai tahap akhir.
b. Dasar Metode Ekstraksi
Penyarian simplisia berdasarkan proses difusi dan osmosis yang terjadi
karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan melarutkan komponen kimia
dalam rongga sel, karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di
luar sel maka akan terjadi difusi dimana zat aktif bersama cairan penyari
akan keluar menembus dinding sel. Demikian seterusnya hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel.
c. Ekstraksi Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan
jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan
berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke
bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
d. Ekstraksi Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian
cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan
filtratnya dipekatkan.
e. Ekstraksi Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari
lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali
menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada
labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.
f. Ekstraksi Soxhlet
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian
rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap
dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia
dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan
akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi
sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna,
tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
g. Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia
di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu
kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan
sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair,
dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai
dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
h. Identifikasi Ekstrak
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen
kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben
terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen
kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat
kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif (minyak atsiri) yang
terkandung dalam tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan
kelrutan komponen aktifnya (Yuliani & Satuhu, 2002).
Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan
diperoleh (Adrian, 2000).
Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen
kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya
mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik (Adrian,
2000).
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di
luar sel (Adrian, 2000).
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah (Tobo, 2001) :
a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung
dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel yang
mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.
b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk
maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet
dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke
kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya (Adrian,2000).
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin.Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan
simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10
bagian ke dalam bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian
ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 3
hari, disaring kedalam dalam bejana penampung, kemudian ampasnya diperas dan
ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi
hingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada
tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Adrian, 2000).
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan
pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan (friksi) Alat
yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk
menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari
perkolator disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah dilakukannnya penyarian
disebut ampas atau sisa perkolasi (Tobo, 2001).
Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Tobo,
2001) :
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.

b. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat


mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan hingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul cairan oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia di dalam
klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga proses penyarian zat aktif
sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa
siphon tersebut atau jika diidentifikasi dengan KLT tidak memberikan noda
lagi (Adrian, 2000).
Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas namun proses
ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin (Tobo, 2001).
Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan dan
ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam klonsong yang telah dilapisi kertas
saring sedemikian rupa (tinggi sampel dalam klonsong tidak boleh lebih dari pipa
sifon). Selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan penyari yang sesuai
kemudian ditempatkan di atas water bath atau heating mantel dan diklem dengan
kuat kemudian klonsong yang telah diisi sampel dipasang pada labu alas bulat
yang dikuatkan dengan klem dan cairan penyari ditambahkan untuk membasahkan
sampel yang ada dalam klonsong (diusahakan tidak terjadi sirkulasi). Setelah itu
kondensor dipasang tegak lurus dan diklem pada statif dengan kuat. Aliran air dan
pemanas dilanjutkan hingga terjadi proses ekstraksi zat aktif sampai sempurna
(biasanya 20 25 kali sirkulasi). Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan pada alat rotavapor (Adrian, 2000).
Metode refluks merupakan metode berkesinambungan dimana cairan penyari
secara kontinu akan menyari zat aktif di dalam simplisia. Cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin
balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh
kembali ke dalam labu alas bulat sambil menyari simplisia, proses ini berlangsung
secara berkesinambungan dan dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam (Adrian, 2000).
Keuntungan metode refluks (Adrian, 2000) :
a. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh
hasil yang lebih pekat.
b. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat
menyari zat aktif lebih banyak.
Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai
tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji dan herba (Adrian, 2000).
Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks ditimbang
kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan pelarut organik
misalnya metanol sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm diatas
permukaan simplisia, atau 2/3 dari volume labu kemudian labu alas bulat dipasang
kuat pada statif pada water bath atau heating mantel lalu kondensor dipasang pada
labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem pada statif. Aliran air dan pemanasan
(water bath) dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah 3 jam
dilakukan penyaringan filtratnya ditampung dalam wadah penampung dan
ampasnya ditambah lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi
dilakukan sebanyak 3 4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
dengan alat rotavapor, kemudian dilakukan pengujian selanjutnya (Adrian, 2000).
Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang
mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara
normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya.
Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan dengan destilasi uap
(Tobo, 2001).
Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap zat
kandungan akan diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian di dalam suatu
sistem, sehinggga produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang
mengalir. Destilasi uap bukan semata-mata suatu proses penguapan pada titik
didihnya, tetapi suatu proses perpindahan massa ke suatu media yang bergerak.
Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan jaringan dan
menembus ke dalam melalui dinding sel, dan zat aktif akan pindah ke rongga uap
air yang aktif dan selanjutnya akan pindah ke rongga uap yang bergerak melalui
antar fase. Proses ini disebut hidrodifusi (Tobo, 2001).
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction) : yaitu
pemisahan solute dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair.
Campuran diluen dan solven tersebut bersifat heterogen (immiscible, tidak saling
campur), dan jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase
solven (ekstrak). Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari
suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-
bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses
ini pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil
ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan
campuran dengan cara distilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena
pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak
ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan
pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin(Tobo, 2001).
Kromatografi lapisan tipis (KLT) adalah suatu teknikkromatografi yang digunakan
untuk memisahkan campuran yang tidak volatil. Kromatografi lapisan
tipis dilakukan pada selembar kaca, plastik, atau aluminium foil yang dilapisi
dengan lapisan tipis bahan adsorben, biasanya silika gel, aluminium oksida, atau
selulosa. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran
antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan
fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis
sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan
dinamakan eluen (Anonim,2017).

II.3 Uraian Bahan


1. Air Suling (FI III, hal 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna dan tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan Kadar : -
2. Kloroform (FI III, 1997 : 152)
Nama Resmi : CHLOROFORMUM
Nama Lain : Kloroform
RM / BM : CH3Cl / 119,38
Pemerian : Cairan mudah menguap, tidak berwarna,bau khas
rasa manis dan membakar.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 100 bagian air,mudah
larut dalam etanol mutlak p, eter p,dalam sebagian
besar pelarut.
Khasiat : Pengawet, zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut penyari
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tersumbat kaca,
terlindung dari cahaya.
3. Etanol (FI, Hal 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol/Alkohol
Rm/Bm : C2H5OH/46,07
Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap, dan
mudah bergerak.bau khas, dan rasa panas,mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P,
dan dalam eter P.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk,jauh dari nyala api.
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 94,7 % atau 92,0%
dan Tidak lebih dari 95,2 % v/v atau 92,7%
C2H6O.
4. Asam Klorida (FI III hal 53)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
RM/BM : HCl/36.46
Pemerian : Cairan tak berwarna, berasap, bau merangsang,
jika di encerkan dgn 2 bagian air, asap dan bau
hilang.
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 35,0% dan tidak
lebih dari 38.0% HCl.
5. Besi (III) klorida (FI III, 1997 : 659)
Nama Resmi : FERII (III) CHLORIDUM
Nama Lain : Besi (III) klorida
RM / BM : FeCl3 / 156,2
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas
warna jingga dari garam hidrat yang telah
terpengaruh oleh kelembapan
Kelarutan : Larut dalam air, larut berpatesensi,berwarna jingga.
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
6. Dragendroff
Mengandung
Bi (NO3)3. H2O + 30% b/v HNO3
KI + 50 ml H2O
7. Metanol (FI III, 1997 : 706)
Nama Resmi : METANOLUM
Nama Lain : Metanol
RM / BM : CH3Cl / 32,00
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air membentuk cairan
jernih tidak berwarna
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai eluen dan pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
8. Etil asetat ( FI Edisi III; hal 673 )
Nama resmi : ETIL ASETICUM
Nama lain : Etil asetat P
RM/BM : CH3COO.C2H5 / 88,00
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, bau khas.
Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air , dapat bercampur
dengan etanol ( 95 %) dengan eter P.
Kegunaan : Sebagai eluen
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

9. Heksana (FI IV, 1995 : 1159)


Nama Resmi : HEKSANA
Nama Lain : Heksana
RM / BM : C6H4 / 86,18
Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, berbau seperti eter
lemah atau bau khas seperti kloroform.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
mutlak dapat tercampur dengan eter dan kloroform,
benzen dan sebagian besar minyak lemak dan
atsiri.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari nyala api.
II. Uraian Sampel
1. Jarak Merah (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jattropha Gossypifolia Linn.

2. Bonsai (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa damascena Mill.

3. Kunyit (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcumadomestica Val.
4. Jahe Merah

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber officinale Rosc.


5. Daun eboni (www. Plantamor.com)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Ebenales

Famili : Ebenaceae

Genus : Diospyros

Spesies : Diospyros celebica


6. Kencur (www. Plantamor.com)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galanga L


7. Daun Melati

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac (L) W.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1 Alat Dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Wadah Sampel
2. Gunting/pisau
3. Wadah Sampel (Toples)
4. Seperangkat alat soxhlet
5. Seperangkat alat refluks
6. Perkolator
7. Batang pengaduk
8. Gelas kimia
9. Gelas ukur
10. Wadah sampel (Mangkok)
11. Corong pisah
12. Corong kaca
13. Gelas ukur
14. Gelas kimia
15. Wadah sampel
16. Botol vial
17. Botol semprot
18. Pipa kapiler
19. Tabung reaksi
20. Pipet tetes

III.1.2 Bahan
1. Sampel Kunyit (Curcuma domestica L.), Jarak merah (Jatropha
gossypifolia Linn.), Bonsai (Rosa damascena Mill.), Jahe Merah
(Guazumaulmifolia L.), Temulawak (Curcuma xanthorriza)).
2. Air
3. Metanol
4. Etanol
5. Kertas Saring
6. Etil Asetat
7. N-Hexana
8. Kertas Aluminium Foil
9. Lempeng Klt
10. Kloroform
11. Etanol
12. Pereaksi Dragendorf
13. Pereaksi Wagner
14. Pereaksi Liebermen
15. H2SO4
16. HCl
17. NaCl
18. FeCl3

III. 2 Cara Kerja


A. Pengambilan dan pengolahan sampel
1. Pengambilan sampel daun (dipetik), batang (dipotong), akar dan
rimpang (dicabutdaritanah).
2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering
7. Pengepakan
8. Penyimpanan sampel
B. Partisi ekstrak (ekstraksi cair-cair)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. 3 Buah mangkok kosong di cuci,timbang dan beri label
3. Timbang ekstrak sampel ( akar jarak merah )
4. Dibuat suspensi air kemudian masukkan kedalam corong pisah
5. Ditambahkan N-heksan 30 ml ke dalam corong pisah, kocok 5
menit.
6. Diamkan hingga terjadi pemisahan, lakukan sebanyak 2 kali
7. Hasilnya ditampung larutan N-heksan kemudian di uapkan
8. Lapisan air ditambahkan etilasetat 30 ml (perlakuan sama dengan N-
heksan)
9. Larutan etil asetat ditampung lalu di uapkan
10. Ekstrak air di letakkan di depan kipas angin.
C. Identifikasi ekstrak
1. Disiapkan alat dan bahan
1. Dibuat eluen N-heksan ( N-heksan : etil 3:1 )
2. Etil asetat (N-heksan : etil 2:5 )
3. Dijenuhkan dengan larutan ekstrak dengan kloroformetanol (0,5 :
0,5) di dalam botol vial.
4. Ditotolkan pada lempeng hingga terjadi elusi
5. Diamkan hingga batas atas
6. Angkat dan angina-anginkan
7. Diamati pada UV 254 dan 366 nm
8. Disemprotkan pereaksi pendeteksi saponin dan flavonoid
9. Diukur jarak noda
D. Identifikasiekstrakdenganpereaksikimia
1. Ditimbang ekstrak methanol sampel sebanyak 4 g
2. Dilarutkan dalam wadah labu erlenmayer 250 ml dengan
menggunakan methanol ( dibuat larutan stok)
3. Dilakukan uji alkaloid, uji saponin, uji flavonoid, uji steroid, danuji
tannin.
a. Uji alkaloid
1. Dari larutan stok di pipet 1 ml ke dalam tabung reaksi
2. Ditambah1 ml HCL 2 N dan 1 ml NH4OH
3. Ditambahkan10 ml aquadest
4. Ditambahkan pereaksi wagner dan Dragendroff
5. Dikocok lalu di amati perubahan warna yang terjadi
6. Positif untuk pereaksi Wagner jika bewarna coklat dan
positif untuk pereaksi Dragen droff jika berwarna merah
kekuningan.
b. Uji Saponin
1. Diambi lekstrak methanol kering kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi
2. ditambahkan air panas lalu dikocok kuat-kuat selama 1
menit dengan kekuatan konstan
3. didiamkan apa bila busa yang terbentuk dengan tinggi 1-10
cm stabil selama 10 menit maka ditambahkan HCL melalui
dinding tabung
4. apa bila tetap berbusa berarti positif mengandung saponin
c. Uji flavonoid
1. Diambil ekstrak methanol kering lalu ditambahkan air (pelarut
polar) dan ditambahkan heksan ( pelarut non polar)
2. Dikocok,akan terpisah 2 lapisan dimana ekstrak methanol dalam
air akan berada di bawah dan lapisan heksan berada di atas
3. Lapisan heksan dipisahkan sementara lapisan air ditambahkan
methanol lalu ditambah HCL dan serbuk mg
4. Jika warna merah ungu berarti positif mengandung flavonoid
d. Uji Steroid
1. Diambil ekstrak methanol kering lalu ditambahkan air (pelarut
polar) daneter (pelarut nonpolar)
2. Akant erbentuk 2 lapisan dimana lapisan air berada di bawah dan
lapisan eter berada di atas
3. lapisan air dikocok selama 1 menit, jika berbusa ditambahkan
HCL 2 N atau H2SO4
4. Jika terjadi perubahan dari warnah hijau menjadi warna biru
berarti positif beradanya steroid
5. Lapisan eter ditambahkan pereaksi Lieberman
6. Jika terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru berarti
positif adanya steroid.jika berwarna merah berarti positif
triterpenoid.
e. Uji tanin
1. Diambilekstrak methanol kering
2. Ditambahkan air sebanyak 10 ml lalu dikocok
3. Ditambahkan garam dapur (NACL) untuk mengendapkan
proteinnya
4. Lalu ditambahkan Fecl3 3-4 tetes
5. Jika berwarna biru berarti positif adanya tannin katekol
sedangkan jika berwarna biru hitam berarti positif adanya tannin
pirogalol.
III.3 Skema Kerja
a. Pengambilan dan pengolahan sampel

Pengambilan
bahan baku

Sortasi basah

Pencucian

perajangan
pengeringan

Sortasi Kering

Pengepakan

penyimpanan
b. Partisi Ekstrak (ekstraksi cair-cair)

Alat dan bahan


- Ambil

3 buah mangkok
(wadah)- Timbang

- Buatkan
2 gram sampel
(ekstrak binahong
-Masukkan
Corong pisah
suspensi+ Tambahkan

- Diamkan hingga
membentuk lapisan
- Tampung dan uapkan
N-Heksan- Diplo

Lapisan air
+ Tambahkan 20 ml
- Diamkan hingga membentuk 2
lapisan
- Tampunga dan uapkan
Etil asetat
- Diplo
- Letakkan didepan kipas
c. Identifikasi ekstrak dengan lempeng angin
LapisanKLTair

Alat dan bahan

- Buat
Eluen
N-heksan (N-
heksan:etil asetat,
3:1) Etil aseta (N-
heksan:etil aseta,
2:5)
- Jenuhkan (kloroform:etatanol,
0,5:0,5
Larutan ekstrak
dalam botol vial
- totolkan hingga terjadi elusi

Lempeng KLT
- Diamkan hingga batas atas
- Angakat dan angin-anginkan-
- Amati
Uv 254 & 366 nm
- Semprotkan pereaksi H2SO4
& dragendroff
Ukur nilai RF

d. Identifikasi ekstrak dengan senyawa kimia (tabung reaksi)

4 gram sampel
(ekstrak binahong)
- Larutkan dengan
Labu erlenmeyer metanol
250 ml
(larutan stok)
- Lakukan pengujian
Uji alkaloid,
saponin,
1. Alkaloid flavonoid, steroid

Larutan Stok
- Masukkan
+ Tambahkan
Tabung reaksi 1 ml HCl 2 N &
NH4OH
+ Tambahkan aquadest 10 ml
+ Tambahkan pereaksi wagner
& dragen droft
- Kocok dan amati
Positif untuk pereaksi Wagner bewarna coklat dan positif
untuk pereaksi Dragendroff jika bewarna merah kekuningan

2. Saponin

Ekstrak metanol kering


secukupnya
- Masukkan
Tabung reaksi
+ Tambahkan air panas

-Kocok kuat selama 1 menit

- Diamkan jika busa setingg 1-


Apabila tetap berbusa berarti positiftambahkan HCl
10 cm maka
3. Flavonoid mengandung saponin

Ekstrak metanol kering


secukupnya
- Masukkan
Tabung reaksi

+ Tambahkan air dan N-


heksan
- Kocok dan akan
terbentuk 2 lapisan
- Pisahkan
Lapisan N-heksan

Lapisan air
+ Tambah HCL dan serbuk mg
- Amati perubahan
Jika warna merah ungu berarti positif
mengandung flavonoid
4. Steroid

Ekstrak metanol kering


secukupnya
- Masukkan
Tabung reaksi

+ Tambahkan air dan eter


- Diamkan akan terbentuk 2
lapisan
- Pisahkan
Lapisan air

- Kocok selama 1 menit, jika


berbusa ditambahkan HCL 2 N
Perubahan dari warnah hijau menjadi warna
biru berarti positif beradanya steroid

Lapisan eter

+ Tambahkan pereaksi
Lieberman
Jika berwarna merah berarti positif
triterpenoid.

5. Tanin

Ekstrak metanol kering


secukupnya
- Masukkan
Tabung reaksi
+Tambahkanaquadest 10 ml
- Kocok
+Tambahkan NaCl
+ Tambahkan FeCl3
Jika berwarna biru berarti positif adanya tannin
katekol sedangkan jika berwarna biru hitam
berarti positif adanya tannin pirogalol.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil pengamatan
IV.1.1 Pengambilan dan pengolahan sampel

Bobot sampel basah = 2000 gram

Bobot sampel kering = 177 gram

Susut pengeringan = 8,85%

IV.1.2 Dasar metode ekstraksi


1. Perkolasi
Proses penyarian dengan prinsip mengalirkan cairan penyari
(pelarut yang sesuai) melalui serbuk simplisia menggunakan
alat perkolator. Dilakukan selama 3 jam, lalu dipindahkan
kedalam bejana silinder yang bagian bawahnya deberi sekat
pori, cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui
simplisia tersebut. cairan penyari akan melarutkan zat aktif
dalam sel-sel simplisia yang dilakukan sampai keadaan jenuh
(Sudjadi,1986).
2. Maserasi
Proses penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai
selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya,
cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel.
Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama
proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan
penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan
filtratnya dipekatkan (Sudjadi,1986).
3. Refluks
Proses penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat,
demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan
sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan (Sudjadi,1986).
4. Soxhletasi
Proses penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna.
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
(Sudjadi,1986).
5. Ekstraksi cair-cair
Pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak
saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase
pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase
yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan
sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan
fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua
fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan
perbandingan konsentrasi yang tetap (Sudjadi,1986)
IV.1.3 Partisi cair-cair
1. Sampel ekstrak kunyit (Curcuma domestica Linn.)
- Bobot sampel basah = 2000 gram
- Bobot sampel kering = 177 gram
- Bobot sampel sebelum ektraksi = 2 gram
- Bobot sampel setelah ekstraksi
n-heksan = 0,52 gram
etil asetat = 0,11 gram
air = 0,63 gram

IV.1 4 Identifikasi ekstrak


a. Metode pereaksi
Sampel ekstrak kunyit (Curcuma domestica Linn.)
menggunakan pereaksi dragendorf dan pereaksi H2SO4 yaitu
untuk mendeteksi adanya senyawa flavonoid dan saponin sari
sampel.
b. Metode KLT
1. Hasil pengamatan dibawah lampu UV 254 nm

2. Hasil pengamatn dibawah lampu UV 366 nm

IV.1.5 Identifikasi senyawa


N Nama Alkaloi Saponi flavanoi Steroi Tani
o sampel d n d d n
1 Binahong - + - + +
(Anredera
cardifolia (T)
)
2 Temulawak - - - - -
(Curcuma
xanthorhiza)
3 Karsen - + + - +
(Muntingia
calabura L.)
4 Daun pandan - - - - +
(Pandanus
amarillyforiu
s)
5 Jati belanda + - + - +
(Guazama
ulmiforia L.)

IV.2 Analisi data

A. Pengambilan dan pengolahan sampel


Perhitungan susut pengeringan
berat sampel kering
Berat sampel basah x 100 %
177 g
= 200 g x 100 %

= 82 %
B. Partisi cair-cair
1. Kunyit (Curcuma domestica Linn)
a. N-heksan
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 312,83 g 311,42 g
= 1,41 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

1,41 g
= 2g x 100 %

= 70,5 %
b. Etil asetat
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 354,38 g 353,42 g
= 0,96 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,96 g
= 2g x 100 %

= 48 %
c. Air
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 314,62 g 312,98 g = 1,64 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

1,64 g
= 2g x 100 %

= 82 %
Bobot total = 0,52 g + 0,11 g + 0,63 g = 1,26 g
2. Temulawak (Curcuma xanthorhiza)
a. N-heksan
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 215,83 g 214,9 g
= 0,93 g
Berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,93 g
= 2g x 100 %

= 46,5 %
b. Etil asetat
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 297,46 g 296,67 g
= 0,79 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,79 g
= 2g x 100 %

= 39,5 %
c. Air
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 212,83 g 212,65 g
= 0,18 g
berat e kstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,18 g
= 2g x 100 %

= 9 %
Bobot total = 0,93 g + 0,79 g + 0,18 g = 1,9 g
3. Daun pandan (Pandanus amarillyforius)
a. N-heksan
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 397,2 g 396,5 g
= 0,71 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,71 g
= 2g x 100 %

= 11 %
b. Etil asetat
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 349,22 g 348,86 g
= 0,36 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,36 g
= 2g x 100 %

= 18 %
c. Air
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 355,81 g 355,61 g
= 0,2 g
Berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,2 g
= 2g x 100 %

= 10 %
Bobot total = 0,71 g + 0,36 g + 0,2 g = 1,27 g

4. Daun karsen (Muntingia calabura L.)


a. N-heksan
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 351,40 g 349,80 g
= 1,6 g
Berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

1,6 g
= 2g x 100 %

= 80 %

b. Etil asetat
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 331,76g 331,66 g
= 0,1g
Ber at ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,1 g
= 2g x 100 %

= 5%
c. Air
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 331,76 g 331,66 g
= 0,1 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,1 g
= 2g x 100 %

= 5 %
Bobot total = 1,6 g + 0,1 g + 0,1 g = 1,8 g

5. Jati belanda (Guazama ulmiforia L.)


a. N-heksan
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 272,50 g 271,86 g
= 0,64 g
Berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,64 g
= 2g x 100 %

= 32 %
b. Etil asetat
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 410,2 g 410,0 g
= 0,2 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

0,2 g
= 2g x 100 %

= 10 %
c. Air
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 359,64 g 360,74 g
= 1,10 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %

1,10 g
= 2g x 100 %

= 55 %
Bobot total = 0,64 g + 0,2 g + 1,10 g = 1,94 g

IV. Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhada dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air
dan yang lainnya pelarut organik.Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering
dilakukan adalah ekstraksi cara dingin, metoda ini artinya tidak ada proses
pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk
menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan.
Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi serta ekstraksi cara
panas, metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan
adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian
dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah refluks, ekstraksi dengan
alat soxhlet dan infusa.
Prinsi ekstraksi cair cair yaitu memisahkan senyawa atas dasar perbedaan
kelarutan pada dua jenis pelarut yang tidak saling bercampur.
Pada praktikum pertama dilakukan pengambilan dan pengolahan sampel serta
dilakukan ekstraksi dimana sampel yang digunakan yaitu daun binahong
(Anredera cordifolia) yang memiliki khasiat untuk mengobati radang usus,
melancarkan dan menormalkan peredaran darah serta tekanan darah,
mencegah stroke, menambah vitalis tubuh, mengatasi ambeien serta diabetes.
Kandungan kimia dari daun binahong (Anredera cordifolia) yaitu antioksidan,
asam askorbat, total fenol dan protein yang cukup tinggi. Daun binahong
(Anredera cordifolia) di ekstraksi dengan cara maserasi yaitu penyarian zat
aktif dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena perbedaan
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan digantikan oleh cairan
penyari.
Pada praktikum kedua dilakukan ekstraksi cair cair (Partisi ekstrak) dimana
pada percobaan ini menggunakan 3 pelarut yang berbeda kepolaran yaitu n-
heksan, etil asetat dan air. Alasan digunakan pelarut yang berbeda kepolaran
yaitu untuk menarik senyawa berdasarkan kepolaran sehingga senyawa akan
tertarik ke pelarut yang sesuai. Hasil berat ekstrak yang diperoleh dari ekstrak
n-heksan, ekstrak etil asetat dan air yaitu 1,26 gram. Hasil semua berat
ekstrak yang diperoleh tidak sampai 2 gram atau tidak sampai dengan berat
awal ekstrak disebabkan karena banyak air yang ikut terlarut dalam ekstrak n-
heksan dan juga dikarenakan pada saat melarutkan ekstrak atau pembuatan
suspensi ada sebagian pelarut yang tertinggal dicawan porselin.
Pada praktikum ketiga yaitu identifikasi ekstrak dengan menggunakan
lempeng KLT sebagai fase diam dan pelarut n-heksan : etil asetat (2:5 dan :1)
sebagai fase gerak. Penotolan ekstrak dilakukan ketika eluen sudah jenuh
kemudian lempeng dimasukkan kedalam chamber untuk dielusi dan proses
elusi dihentikan jika sudah mencapai batas atas. Kemudian diangin
anginkan lalu lempeng diamati di UV dibawah sinar 254 nm dan 366 nm.
Kemudian lempeng disemprotkan pereaksi dragendroft dan pereaksi H2So4,
tujuannya untuk melihat adanya kandungan senyawa flavanoiddan saponin.
Hasil yang diperoleh pada ekstrak n-heksan dan etil asetat binahong tidak
mengandung flavanoid maupun saponin. Sehingga tidak didapatkan jarak
noda dan nilai Rfnya. Menurut Gandjar (2007) nilai Rf yang baik yaitu 0,2
0,8.
Pada praktikum keempat yaitu uji identifikasi flavanoid, alkaloid, saponin,
steroid dan tanin. Pada uji alkaloid dilakukan dengan cara dari larutan stok
dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml HCl 2 N
dan 1 ml NH4OH. setelah itu, ditambahkan 10 ml auadest kemudian
ditambahkan pereaksi Wagner dan Dragendroff dan dikocok lalu diamati
perubahan yang terjadi. Positif untuk pereaksi wagner jika berwarna coklat
dan positif untuk pereaksi dragendroff jika berwarna merah kekuningan. Pada
uji saponin dilakukan dengan cara diambil ekstrak metanol kering kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan air panas lalu
dikocok kuat kuat selama 1 menit dengan kekuatan konstan kemudian
didiamkan, apabila busa yang terbentuk dengan tinggi 1 10 cm stabil selama
10 menit maka ditambahkan HCl melalui dinding tabung apabila tetap
berbusa berarti positif mengandung saponin. Pada uji flavanoid dilakukan
dengan cara diambil ekstrak metanol kering lalu ditambahkan air ( pelarut
polar) dan ditambahkan heksan (pelarut nonpolar). Setelah itu, dikocok akan
terpisah 2 lapisan dimana ekstrak metanol dalam air akan berada dibawah dan
lapisan hekssan akan berada diatas. Kemudian lapisan heksan dipisahkan
sementara lapisan air ditambahkan metanol lalu ditambahkan HCl dan serbuk
Mg, jika warna merah ungu berarti positif mengandung flavanoid. Pada uji
steroid dilakukan dengan cara diambil ekstrak metanol kering lalu
ditambahkan air (pelarut polar) dan eter (pelarut nonpolar). Setelah itu, akan
terbentuk 2 lapisan dimana lapisan air berada dibawah dan lapisan eter berada
di atas kemudian lapisan air dikocok selama 1 menit, jika berbusa
ditambahkan HCl 2 N atau H2So4. Jika terjadi perubahan dari warna hijau
menjadi berwarna biru berarti positif adanya steroid kemudian lapisan eter
ditambahkan pereaksi lieberman dika terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi biru berarti positif adanya steroid dan jika berwarna merah berarti
positif triterpenoid. Pada uji tanin dilakukan dengan cara diambil ekstrak
metanol kering kemudian ditambahkan air sebanyak 10 ml lalu dikocok.
Setelah itu, ditambahkan garam dapur (NaCl) untuk mengendapkan
proteinnya lalu ditambahkan FeCl3 3 4 tetes jika berwarna hijau biru berarti
positif adanya tanin katekol sedangkan jika berwarna biru hitam berarti
positif adanya tannin pirogalol. Hasil yang diperoleh pada ekstrak daun
binahong (Anredera cordifolia) tidak didapatkan senyawa alkaloid, saponin,
flavanoid, steroid dan tanin Berdasarkan hasil penelitian, daun binahong
mengandung saponin, alkaloid dan polifenol (Annisa, 2007).
BAB V
PENUTUP
V.1.Kesimpulan
Berdasarkan Pengamatan, maka didapan kesimpulkan bahwa :
1. Ekstrak Daun Binahong (Anredera Condifolia) positif mengandung
saponin dan negatif mengandung Flavonoid.
2. Bobot ekstrak yang di peroleh dari partisi cair-cair dengan pelarut n-
heksan, etil asetat, dan air berturut-berturut adalah : 0,52 gr, 0,11 gr, 0,63
gr.
3. Hasil pada ekstrak n-heksan dan etil asetat daun binahong tidak
mengandung Flavonoid dan saponin tidak di dapat jarak noda dan nilai
RF-nya.
4. Pengidentifikasi senyawa Flavonoid dan saponin pada ekstrak daun
binohong ( Anredera Cardivolia ) dengan pereaksi libermen menunjukkan
hasil positif (+) mengandung saponin dan dengan menggunakan pereaksi
dragendroff menunjukkan hasil negatif (-) mengandung flavonoid. ini
terjadi karena terjadi kesalahan dalam proses preparasi sampel.
V.2 Saran
Sebaiknya alat dan bahan di gunakan di tinggkatkan lagi
kelengkapannya agar praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.
Ahmad Djojosugio, 2001, Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan
Menyongsong AFTA 2003, Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta.
Arial. 2013. Tanaman Berkhasiat. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Annisa, 2007, Pengaruh Konsentrasi Monomer terhadap grafting kitosan pada
Film Polietilen dengan Metode Grafting. Skripsi. Universitas Lampung.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia,Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia,Jakarta.
Anonim.2013. Penunutun dan Buku Kerja Praktikum Fitokmia I.Laboratorium
Bahan Alam Fakultas Farmasi.Makassar.
Anonim.2017. Penuntun Praktikum Fitokimia.Laboratorium Farmakognosi
Fitokimia.Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako.Palu.
Arial. 2013. Tanaman Berkhasiat. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2007, Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
K.Heyne.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi III. Yayasan sarana Warna
Jaya. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Puspaningtyas, D.E dan Utami, P. The Miracle of Herbs. PT.AgroMedia Pustaka.
Jakarta.
Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan,Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Tobo, Fachruddin, (2001), "Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I".
Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
Tyler, V. E.,et al, 1988, Pharmacognosy, 9th ed., Lea & Febiger, Philadelphia.
103-104.
www.plantamor.com

Anda mungkin juga menyukai