JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
DISUSUN OLEH
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman obat untuk penyembuhan suatu penyakit selama ini hanya didasarkan
pada spengalaman secara turun-temurun. Namun dengan kemajuan teknologi
saat ini, pengembangan tanaman obat tidak hanya berdasarkan pengalaman
melainkan telah dikembangkan hingga skala laboraturium berdasarkan ilmu
sains.
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa
kimia atau biasa disebut dengan skrining fitokimia yang terkandung dalam
tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya golongan senyawa
alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tannin, saponin, kumarin, quinon,
steroid/terpenoid (Teyler, 1988). Skrining fitokimia adalah metode analisis
untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuh
tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi
tertentu. Oleh karena itu penting bagi seorang mahasiswa farmasi untuk
memiliki pemahaman mengenai metode fitokimia, hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya praktikum fitokimia dasar.
1.1. Maksud dan Tujuan Percobaan
1.1.1. Maksud Percobaan
a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Mahasiswa memahami cara melakukan pengambilan dan pengolahan
sampel yang baik dan benar.
b. Dasar Metode Ekstraksi
Mahasiswa memahami macam-macam metode ekstraksi beserta
caranya.
c. Ekstraksi Perkolasi
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi perkolasi.
d. Ekstraksi Maserasi
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi maserasi.
e. Ekstraksi Refluks
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi refluks.
f. Ekstraksi Soxhlet
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi soxhlet.
g. Ekstraksi Cair-Cair
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi cair-cair.
h. Identifikasi Ekstrak
Mahasiswa memahami cara melakukan identifikasi ekstrak.
1.1.2. Tujuan Percobaan
a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Mahasiswa mengetahui cara melakukan pengambilan dan pengolahan
sampel yang baik dan benar.
b. Dasar Metode Ekstraksi
Mahasiswa mengetahui macam-macam metode ekstraksi beserta
caranya.
c. Ekstraksi Perkolasi
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi perkolasi.
d. Ekstraksi Maserasi
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi maserasi.
e. Ekstraksi Refluks
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi refluks.
f. Ekstraksi Soxhlet
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi soxhlet.
g. Ekstraksi Cair-Cair
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi cair-cair.
h. Identifikasi Ekstrak
Mahasiswa mengetahui cara melakukan identifikasi ekstrak.
1.2. Prinsip Percobaan
a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Pembuatan simplisia dari daun pandan (Pandanus amaryllifolius) yang
dimulai dari pengumpulan sampel tanaman lalu disortasi basah untuk
membersihkannya dari benda asing, kemudian pencucian dengan air
mengalir, perajangan, pengeringan dan sortasi kering, dan penyimpanan
simplisia sebagai tahap akhir.
b. Dasar Metode Ekstraksi
Penyarian simplisia berdasarkan proses difusi dan osmosis yang terjadi
karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan melarutkan komponen kimia
dalam rongga sel, karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di
luar sel maka akan terjadi difusi dimana zat aktif bersama cairan penyari
akan keluar menembus dinding sel. Demikian seterusnya hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel.
c. Ekstraksi Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan
jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan
berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke
bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
d. Ekstraksi Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian
cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan
filtratnya dipekatkan.
e. Ekstraksi Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari
lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali
menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada
labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.
f. Ekstraksi Soxhlet
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian
rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap
dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia
dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan
akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi
sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna,
tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
g. Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia
di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu
kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan
sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair,
dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai
dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
h. Identifikasi Ekstrak
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen
kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben
terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen
kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat
kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif (minyak atsiri) yang
terkandung dalam tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan
kelrutan komponen aktifnya (Yuliani & Satuhu, 2002).
Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan
diperoleh (Adrian, 2000).
Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen
kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya
mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik (Adrian,
2000).
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di
luar sel (Adrian, 2000).
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah (Tobo, 2001) :
a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung
dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel yang
mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.
b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk
maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet
dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke
kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya (Adrian,2000).
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin.Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan
simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10
bagian ke dalam bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian
ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 3
hari, disaring kedalam dalam bejana penampung, kemudian ampasnya diperas dan
ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi
hingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada
tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Adrian, 2000).
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan
pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan (friksi) Alat
yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk
menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari
perkolator disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah dilakukannnya penyarian
disebut ampas atau sisa perkolasi (Tobo, 2001).
Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Tobo,
2001) :
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jattropha Gossypifolia Linn.
2. Bonsai (www.plantamor.com)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa damascena Mill.
3. Kunyit (www.plantamor.com)
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcumadomestica Val.
4. Jahe Merah
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Ebenales
Famili : Ebenaceae
Genus : Diospyros
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac (L) W.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1 Alat Dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Wadah Sampel
2. Gunting/pisau
3. Wadah Sampel (Toples)
4. Seperangkat alat soxhlet
5. Seperangkat alat refluks
6. Perkolator
7. Batang pengaduk
8. Gelas kimia
9. Gelas ukur
10. Wadah sampel (Mangkok)
11. Corong pisah
12. Corong kaca
13. Gelas ukur
14. Gelas kimia
15. Wadah sampel
16. Botol vial
17. Botol semprot
18. Pipa kapiler
19. Tabung reaksi
20. Pipet tetes
III.1.2 Bahan
1. Sampel Kunyit (Curcuma domestica L.), Jarak merah (Jatropha
gossypifolia Linn.), Bonsai (Rosa damascena Mill.), Jahe Merah
(Guazumaulmifolia L.), Temulawak (Curcuma xanthorriza)).
2. Air
3. Metanol
4. Etanol
5. Kertas Saring
6. Etil Asetat
7. N-Hexana
8. Kertas Aluminium Foil
9. Lempeng Klt
10. Kloroform
11. Etanol
12. Pereaksi Dragendorf
13. Pereaksi Wagner
14. Pereaksi Liebermen
15. H2SO4
16. HCl
17. NaCl
18. FeCl3
Pengambilan
bahan baku
Sortasi basah
Pencucian
perajangan
pengeringan
Sortasi Kering
Pengepakan
penyimpanan
b. Partisi Ekstrak (ekstraksi cair-cair)
3 buah mangkok
(wadah)- Timbang
- Buatkan
2 gram sampel
(ekstrak binahong
-Masukkan
Corong pisah
suspensi+ Tambahkan
- Diamkan hingga
membentuk lapisan
- Tampung dan uapkan
N-Heksan- Diplo
Lapisan air
+ Tambahkan 20 ml
- Diamkan hingga membentuk 2
lapisan
- Tampunga dan uapkan
Etil asetat
- Diplo
- Letakkan didepan kipas
c. Identifikasi ekstrak dengan lempeng angin
LapisanKLTair
- Buat
Eluen
N-heksan (N-
heksan:etil asetat,
3:1) Etil aseta (N-
heksan:etil aseta,
2:5)
- Jenuhkan (kloroform:etatanol,
0,5:0,5
Larutan ekstrak
dalam botol vial
- totolkan hingga terjadi elusi
Lempeng KLT
- Diamkan hingga batas atas
- Angakat dan angin-anginkan-
- Amati
Uv 254 & 366 nm
- Semprotkan pereaksi H2SO4
& dragendroff
Ukur nilai RF
4 gram sampel
(ekstrak binahong)
- Larutkan dengan
Labu erlenmeyer metanol
250 ml
(larutan stok)
- Lakukan pengujian
Uji alkaloid,
saponin,
1. Alkaloid flavonoid, steroid
Larutan Stok
- Masukkan
+ Tambahkan
Tabung reaksi 1 ml HCl 2 N &
NH4OH
+ Tambahkan aquadest 10 ml
+ Tambahkan pereaksi wagner
& dragen droft
- Kocok dan amati
Positif untuk pereaksi Wagner bewarna coklat dan positif
untuk pereaksi Dragendroff jika bewarna merah kekuningan
2. Saponin
Lapisan air
+ Tambah HCL dan serbuk mg
- Amati perubahan
Jika warna merah ungu berarti positif
mengandung flavonoid
4. Steroid
Lapisan eter
+ Tambahkan pereaksi
Lieberman
Jika berwarna merah berarti positif
triterpenoid.
5. Tanin
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil pengamatan
IV.1.1 Pengambilan dan pengolahan sampel
= 82 %
B. Partisi cair-cair
1. Kunyit (Curcuma domestica Linn)
a. N-heksan
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 312,83 g 311,42 g
= 1,41 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
1,41 g
= 2g x 100 %
= 70,5 %
b. Etil asetat
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 354,38 g 353,42 g
= 0,96 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
0,96 g
= 2g x 100 %
= 48 %
c. Air
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 314,62 g 312,98 g = 1,64 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
1,64 g
= 2g x 100 %
= 82 %
Bobot total = 0,52 g + 0,11 g + 0,63 g = 1,26 g
2. Temulawak (Curcuma xanthorhiza)
a. N-heksan
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 215,83 g 214,9 g
= 0,93 g
Berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
0,93 g
= 2g x 100 %
= 46,5 %
b. Etil asetat
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 297,46 g 296,67 g
= 0,79 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
0,79 g
= 2g x 100 %
= 39,5 %
c. Air
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 212,83 g 212,65 g
= 0,18 g
berat e kstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
0,18 g
= 2g x 100 %
= 9 %
Bobot total = 0,93 g + 0,79 g + 0,18 g = 1,9 g
3. Daun pandan (Pandanus amarillyforius)
a. N-heksan
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 397,2 g 396,5 g
= 0,71 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
0,71 g
= 2g x 100 %
= 11 %
b. Etil asetat
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 349,22 g 348,86 g
= 0,36 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
0,36 g
= 2g x 100 %
= 18 %
c. Air
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 355,81 g 355,61 g
= 0,2 g
Berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
0,2 g
= 2g x 100 %
= 10 %
Bobot total = 0,71 g + 0,36 g + 0,2 g = 1,27 g
1,6 g
= 2g x 100 %
= 80 %
b. Etil asetat
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 331,76g 331,66 g
= 0,1g
Ber at ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
0,1 g
= 2g x 100 %
= 5%
c. Air
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 331,76 g 331,66 g
= 0,1 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
0,1 g
= 2g x 100 %
= 5 %
Bobot total = 1,6 g + 0,1 g + 0,1 g = 1,8 g
0,64 g
= 2g x 100 %
= 32 %
b. Etil asetat
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 410,2 g 410,0 g
= 0,2 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
0,2 g
= 2g x 100 %
= 10 %
c. Air
Berat ekstrak = (berat mangkok kosong + ekstrak) berat
mangkok kosong
= 359,64 g 360,74 g
= 1,10 g
berat ekstrak
rendamen=
Berat awal x 100 %
1,10 g
= 2g x 100 %
= 55 %
Bobot total = 0,64 g + 0,2 g + 1,10 g = 1,94 g
IV. Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhada dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air
dan yang lainnya pelarut organik.Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering
dilakukan adalah ekstraksi cara dingin, metoda ini artinya tidak ada proses
pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk
menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan.
Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi serta ekstraksi cara
panas, metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan
adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian
dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah refluks, ekstraksi dengan
alat soxhlet dan infusa.
Prinsi ekstraksi cair cair yaitu memisahkan senyawa atas dasar perbedaan
kelarutan pada dua jenis pelarut yang tidak saling bercampur.
Pada praktikum pertama dilakukan pengambilan dan pengolahan sampel serta
dilakukan ekstraksi dimana sampel yang digunakan yaitu daun binahong
(Anredera cordifolia) yang memiliki khasiat untuk mengobati radang usus,
melancarkan dan menormalkan peredaran darah serta tekanan darah,
mencegah stroke, menambah vitalis tubuh, mengatasi ambeien serta diabetes.
Kandungan kimia dari daun binahong (Anredera cordifolia) yaitu antioksidan,
asam askorbat, total fenol dan protein yang cukup tinggi. Daun binahong
(Anredera cordifolia) di ekstraksi dengan cara maserasi yaitu penyarian zat
aktif dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena perbedaan
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan digantikan oleh cairan
penyari.
Pada praktikum kedua dilakukan ekstraksi cair cair (Partisi ekstrak) dimana
pada percobaan ini menggunakan 3 pelarut yang berbeda kepolaran yaitu n-
heksan, etil asetat dan air. Alasan digunakan pelarut yang berbeda kepolaran
yaitu untuk menarik senyawa berdasarkan kepolaran sehingga senyawa akan
tertarik ke pelarut yang sesuai. Hasil berat ekstrak yang diperoleh dari ekstrak
n-heksan, ekstrak etil asetat dan air yaitu 1,26 gram. Hasil semua berat
ekstrak yang diperoleh tidak sampai 2 gram atau tidak sampai dengan berat
awal ekstrak disebabkan karena banyak air yang ikut terlarut dalam ekstrak n-
heksan dan juga dikarenakan pada saat melarutkan ekstrak atau pembuatan
suspensi ada sebagian pelarut yang tertinggal dicawan porselin.
Pada praktikum ketiga yaitu identifikasi ekstrak dengan menggunakan
lempeng KLT sebagai fase diam dan pelarut n-heksan : etil asetat (2:5 dan :1)
sebagai fase gerak. Penotolan ekstrak dilakukan ketika eluen sudah jenuh
kemudian lempeng dimasukkan kedalam chamber untuk dielusi dan proses
elusi dihentikan jika sudah mencapai batas atas. Kemudian diangin
anginkan lalu lempeng diamati di UV dibawah sinar 254 nm dan 366 nm.
Kemudian lempeng disemprotkan pereaksi dragendroft dan pereaksi H2So4,
tujuannya untuk melihat adanya kandungan senyawa flavanoiddan saponin.
Hasil yang diperoleh pada ekstrak n-heksan dan etil asetat binahong tidak
mengandung flavanoid maupun saponin. Sehingga tidak didapatkan jarak
noda dan nilai Rfnya. Menurut Gandjar (2007) nilai Rf yang baik yaitu 0,2
0,8.
Pada praktikum keempat yaitu uji identifikasi flavanoid, alkaloid, saponin,
steroid dan tanin. Pada uji alkaloid dilakukan dengan cara dari larutan stok
dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml HCl 2 N
dan 1 ml NH4OH. setelah itu, ditambahkan 10 ml auadest kemudian
ditambahkan pereaksi Wagner dan Dragendroff dan dikocok lalu diamati
perubahan yang terjadi. Positif untuk pereaksi wagner jika berwarna coklat
dan positif untuk pereaksi dragendroff jika berwarna merah kekuningan. Pada
uji saponin dilakukan dengan cara diambil ekstrak metanol kering kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan air panas lalu
dikocok kuat kuat selama 1 menit dengan kekuatan konstan kemudian
didiamkan, apabila busa yang terbentuk dengan tinggi 1 10 cm stabil selama
10 menit maka ditambahkan HCl melalui dinding tabung apabila tetap
berbusa berarti positif mengandung saponin. Pada uji flavanoid dilakukan
dengan cara diambil ekstrak metanol kering lalu ditambahkan air ( pelarut
polar) dan ditambahkan heksan (pelarut nonpolar). Setelah itu, dikocok akan
terpisah 2 lapisan dimana ekstrak metanol dalam air akan berada dibawah dan
lapisan hekssan akan berada diatas. Kemudian lapisan heksan dipisahkan
sementara lapisan air ditambahkan metanol lalu ditambahkan HCl dan serbuk
Mg, jika warna merah ungu berarti positif mengandung flavanoid. Pada uji
steroid dilakukan dengan cara diambil ekstrak metanol kering lalu
ditambahkan air (pelarut polar) dan eter (pelarut nonpolar). Setelah itu, akan
terbentuk 2 lapisan dimana lapisan air berada dibawah dan lapisan eter berada
di atas kemudian lapisan air dikocok selama 1 menit, jika berbusa
ditambahkan HCl 2 N atau H2So4. Jika terjadi perubahan dari warna hijau
menjadi berwarna biru berarti positif adanya steroid kemudian lapisan eter
ditambahkan pereaksi lieberman dika terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi biru berarti positif adanya steroid dan jika berwarna merah berarti
positif triterpenoid. Pada uji tanin dilakukan dengan cara diambil ekstrak
metanol kering kemudian ditambahkan air sebanyak 10 ml lalu dikocok.
Setelah itu, ditambahkan garam dapur (NaCl) untuk mengendapkan
proteinnya lalu ditambahkan FeCl3 3 4 tetes jika berwarna hijau biru berarti
positif adanya tanin katekol sedangkan jika berwarna biru hitam berarti
positif adanya tannin pirogalol. Hasil yang diperoleh pada ekstrak daun
binahong (Anredera cordifolia) tidak didapatkan senyawa alkaloid, saponin,
flavanoid, steroid dan tanin Berdasarkan hasil penelitian, daun binahong
mengandung saponin, alkaloid dan polifenol (Annisa, 2007).
BAB V
PENUTUP
V.1.Kesimpulan
Berdasarkan Pengamatan, maka didapan kesimpulkan bahwa :
1. Ekstrak Daun Binahong (Anredera Condifolia) positif mengandung
saponin dan negatif mengandung Flavonoid.
2. Bobot ekstrak yang di peroleh dari partisi cair-cair dengan pelarut n-
heksan, etil asetat, dan air berturut-berturut adalah : 0,52 gr, 0,11 gr, 0,63
gr.
3. Hasil pada ekstrak n-heksan dan etil asetat daun binahong tidak
mengandung Flavonoid dan saponin tidak di dapat jarak noda dan nilai
RF-nya.
4. Pengidentifikasi senyawa Flavonoid dan saponin pada ekstrak daun
binohong ( Anredera Cardivolia ) dengan pereaksi libermen menunjukkan
hasil positif (+) mengandung saponin dan dengan menggunakan pereaksi
dragendroff menunjukkan hasil negatif (-) mengandung flavonoid. ini
terjadi karena terjadi kesalahan dalam proses preparasi sampel.
V.2 Saran
Sebaiknya alat dan bahan di gunakan di tinggkatkan lagi
kelengkapannya agar praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA