Anda di halaman 1dari 22

LAPORANPRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

PENETAPAN KADAR ASETOSAL

Disusun oleh :

Kelompok V

NAMA ANGGOTA : MAGFIRA MUTMAINNAH (17.026.AF)


NUR FAJRIANI DEFINA JUFRI (17.037.AF)
FAUZANDRA IFMAYANTI (17.016.AF)
SITI FATIMAH SYAHRUDDIN (17.045.AF)
AYU ANJANI (17.010.AF)
ANDI FARIN AMIRAH PUTRI (17.006.AF)
PUPUNG DARMAWAN (17.164.AF)
JEMITO SANDI SAMOLO (17.022.AF)

INSTRUKTUR : ANDI TENRI UGI, S.Si.,M.Si

KELAS REGULER A
AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Obat analgesic adalah salah satu obat yang digunakan sebagai

penahan rasa sakit atau nyeri minor, diantarnya sakit kepala, sakit gigi.

Sakit kepala, demam dan sakit gigi sering dialami oleh masyarakat, oleh

karena itu obat analgesic dapat didapatkan di apotik terdekat tanparesep

dokter sekalipun.

Salah satu obat analgesic adalah aspirin. Aspirin atau asam

asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang

sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau

nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi

(peradangan). Badan POM Indonesia menyebutkan bahwa obat ini

merupakan analgesik antiinflamasi pilihan pertama. Asam asetilsalisilat

dapat juga mengurangi resiko penyakit asma pada orang dewasa. Pada

treatment menggunakan asam asetilsalisilat dosis rendah dengan

kombinasi clopidogrel memperlihatkan adanya kemampuan untuk

mencegah serangan stroke. Selain memiliki fungsi seperti diatas aspirin

juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah

dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung.


Aspirin termasuk dalam salah satu obat komersil yang bisa

didapatkan di apotik mana saja. Untuk pemakaian jangka panjang dengan

dosis yang sedikit obat ini dapat mencegah penyakit serangan jantung,

sedangkan efek sampingnya adalah darah menjadi sukar membeku. Hal

ini terjadi karena pada aspirin terkandung zat antikoagulan. Yang kedua

adalah konsumsi aspirin dapat menimbulkan sindrom reye terutama terjadi

pada anak-anak. Sindrom reye adalah penyait mematikan yang

mengganggu fungsi otak dan hati. Karena itu untuk mengantisipasi dan

menanggulangi efek samping dari aspirin kita perlu untuk mengetahui

berapa kadar aspirin yang boleh kita konsumsi. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui berapa kadar aspirin pada tablet yang dijual secara komersil,

tujuannya adalah agar kita mengetahui apakah kandungan pada tablet itu

sudah sesuai atau tidak. Sebagai analis kesehatan untuk kedepannya

pengukuran kadar aspirin ini berguna untuk mengetahui dan memantau

kadar aspirin pada darah pasien yang sering mengkonsumsi aspirin

sehingga efek samping yang timbul dapat diminimalisir

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Memahami serta menentukan cara penentuan kadar suatu

senyawa yang terdapat dalam suatu sampel dengan titrasi

alkalimetri.
I.2.2 Tujuan Percobaan

Menentukan kadar asam asetil salisilat (asetosal) dengan

menggunakan larutan baku NaOH dengan metode titrasi.

I.3 Prinsip Percobaan

Berdasarkan reaksi netralisasi dengan menggunakan NaOH

sebagai larutan titer dan larutan fenolftalein sebagai indikator.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Obat antiradang bukan steroid (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs =

NSAID) adalah obat yang mempunyai efek mengurangi rasa nyeri

(analgesik), mengurangi peradangan pada jaringan (antiradang),

menurunkan demam (antipiretik) dan dapat menghambat agregasi

platelet (antiplatelet). Prinsip mekanisme NSAID sebagai antiradang,

analgesic dan antipiretik adalah blockade sintesa prostaglandin

melalui hambatan enzim siklooksigenase-2 (COX-2). Efek antiradang

NSAID disebabkan karena penurunan prostaglandin E2 dan

prostasiklin yang secara langsung akan mengurangi vasodilatasi

pembuluh darah, dan secara tidak lansung akan mengurangi udema

(pembengkakan). Efek analgesik disebabkan menurunnya sensitivitas

ujung saraf nociceptive ke mediator nyeri seperti bradikinin dan 5-

hidroksitriptamin, sedang efek antipiretik terjadi karena NSAID dapat

mencegah pelepasan interleucine-1 (1L-1), semyawa yang

bertanggung jawab terhadap peningkatan set pont hipotalamus untuk

control suhu sehingga terjadi demam. Kebanyakan obat NSAID, selain

menghambat COX-2 juga dapat menghambat COX-1. COX-1 adalah

enzim yang berperan pada homeostasis jaringan, dapat merangsang

produksi prostaglandin yang terjadi pada gastric cyto protection


dimukosa lambung, menghambat agregasi platelet, dan autoregulasi

aliran darah ginjal. Hambatan COX-1 tidak diharapkan karena

mengakibatkan tukak lambung dan meningkatnya resiko pendarahan

karena ada hambatan agregasi platelet, sehingga dicari obat

analgesik yang selektif terhadap COX-2. Enzim COX-2 tidak selalu

ada di dalam jaringan, tetapi akan cepat muncul bila dirangsang oleh

mediator inflamasi, cedera/luka setempat,sitokin,interleukin,interferon

dan tumor necrosing factor. (Siswandono,2016).

Asam asetilsalisilat atau aspirin merupakan salah satu obat

analgetik tertua dan sepanjang masa paling sukses, yang sampai kini

terbanyak digunakan diseluruh dunia. Penggunaan, selain merupakan

analgetik sekarang ini asetosal banyak digunakan sebagai alternatif

dari antikoagulan pencegah infark serangan kedua. Hal ini berkat

khasiat antitrombotinya. Intreraksi, asetosal memperkuat daya kerja

antikoagulansia, anti diabetika oral dan metotreksat. (Tjay,Dkk, 2015).

II.3 Uraian Bahan

1. Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 : 96)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling, Aquadest

Rumus kimia : H2O

Berat molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. Asetosal (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979: 43)

Nama Resmi : ACIDUM ACETYLSALICYLICUM

Nama Lain : Asam Asetilsalisilat

Rumus Molekul : C9H8O4

Berat Molekul : 180,16

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih;

tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa

asam

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam

etanol (95%)p; larut dalam kloroform p dan

dalam eter p

Khasiat : Analgetikum; Antipiretikum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Etanol (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 : 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol, Etanol

Rumus molekul : C2H5OH

Berat molekul : 46,068 g/mol

Rumus struktur : CH3 – CH2 – OH

Pemerian : Cairan tidak berwarna; jernih; mudah menguap

dan
Mudah bergerak; bau khas; rasa panas.

Mudah terbakar dengan memberikan nyala

biru yang tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform

P, dan dalam eter p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

4. Fenolftalein (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979: 43)

Nama Resmi :

Nama Lain :

Rumus Molekul :

Berat Molekul :

Pemerian :

Kelarutan :

Khasiat :

Penyimpanan : 

5. Kalium Biftalat (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979: 43)

Nama Resmi :

Nama Lain :

Rumus Molekul :

Berat Molekul :

Pemerian :

Kelarutan :

Khasiat :
Penyimpanan : 

6. NaOH (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979: 412)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

Rumus Molekul :NaOH

Berat Molekul : 40,00

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keeping, kering, keras, rapuh dan

menunjukkan susunan hablur; putih, mudah

meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.

Segera menyerap karbondioksida

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%)

Khasiat : Zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat yang digunakan

Ball pipet, beker gelas, buret, erlenmeyer, gelas ukur 25 ml dan

100 ml, pipet tetes, statif dan klem, timbangan analitik

III.2 Bahan yang digunakan

Asetosal tablet, aqua destillata,NaOH 0,1 N, Kalium biftalat,

indikator PP

III.3 Prosedur kerja

a. Pembakuan

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang kalium biftalat setara dengan 15ml NaOH 0,1 N dan

masukkan kedala erlenmeyer

c. Ditambahkan 25ml air panas, kocok sampai larut

d. Ditambahkan 2 tetes indikator pp lalu kocok

e. Dititrasi dengan larutan baku NaOH sampai berwarna pink

muda, catat titik akhir.

f. Diulangi titrasi sebanyak 1kali

b. Penetapan Kadar

a. Ditimbang 10 tab asetosal, kemudian diserbukkan

b. Ditimbang seksama serbuk tablet setara dengan 200mg

asetosal murni,masukkan kedalam erlenmeyer


c. Dilarutkan dengan 15ml etanol netral, kocok hingga larut

d. Dititrasi dengan larutan baku NaOH sampai berwarna pink

e. Ditambahkan 2-3 tetes indikator pp lalu kocok

f. Diulangi titrasi sebanyak 2kali

c. Pembuatan etanol netral

a. Diukur etanol 95% sebanyak 50ml

b. Ditambahkan 2 tetes indikator pp lalu kocok

c. Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai berwarna

pink lemah

d.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil pengamatan

Perhitungan bahan tablet vitamin c

Berat 20 tablet = 5,0192

5,0192
Berat rata-rata = = 0,2509 g
20

0,05 mg
Berat yang ditimbang = x 0,2509 = 0,2509 g
0,05 mg

IV.1.1Tabel pengamatan

Tabel 1 Hasil Titrasi Pembakuan

No Berat zat Volume


Pembacaan skala buret
(g) titrasi
Na2S2O3
Titik Awal Titik Akhir
0,1032 N
1 15 ml 0,0 ml 15,5 ml 15,5 ml
2 15 ml 16,3 ml 33,0 ml 16,7 ml
3 15 ml 0,0 ml 16,6 ml 16,6 ml

Perhitungan Normalitas

1. Titrasi Pertama
mgrek I2 mgrekNa2S2O30,1032 N

V1.N1 = V2.N2

15,5 x N =15 x 0,1032

15,5 x N =1,548

1,548
N =
15,5

N =0,0998 N

2. Titrasi Kedua

mgrek I2 mgrekNa2S2O30,1032 N

V1.N1 = V2.N2

16,7 x N =15 x 0,1032

16,7 x N =1,548

1,548
N =
16,7

N =0,0926 N

3. Titrasi Ketiga

mgrek I2 mgrekNa2S2O30,1032 N

V1.N1 = V2.N2

16,6 x N =15 x 0,1032

16,6 x N =1,548

1,548
N =
16,6

N =0,0932 N

Normalitas rata-rata
Titrasi1+Titrasi 2+Titrasi3
N=
3

0,0998 N + 0,0926 N + 0,0932 N


=
3

0,2986
= 3

= 0,0952 N

Tabel 2 Data Hasil Titrasi Sampel

No Berat zat Volume


Pembacaan skala buret
(g) titrasi
Titik Awal Titik Akhir
1 0,2519 0,0 ml 6,8 ml 6,8 ml
2 0,2504 6,8 ml 13,3 ml 6,5 ml
3 0,2516 13,3 ml 19,7 ml 6,4 ml
Perhitungan Kadar Vit.C

1. Titrasi Pertama

mgrek Vit.CmgrekI2

w
= V2.N2
BE

W mgrek
=6,8 ml x 0,0952
88,065 ml

w
=0,64736 mgrek
88,065

mg
w =0,64736 mgrek x 88,065
mgrek

w =57,00 mg 0,0570 g

w
Tiap tablet Vit.C  = x berat rata−rata
Berat yang ditimbang
0,0570
= x 0,2509
0,2519

=0,0567

Tiap tablet antalgin


% Kemurnian = Kadar etiket
x 100 %

0,0567
= x 100 %
0,05

=113,4 %

2. Titrasi Kedua

mgrek Vit.CmgrekI2

w
= V2.N2
BE

W mgrek
=6,5 ml x 0,0952
88,065 ml

w
=0,6188 mgrek
88,065

mg
w =0,6188 mgrek x 88,065
mgrek

w =54,49 mg 0,0544 g

w
Tiap tablet Vit.C  = x berat rata−rata
Berat yang ditimbang

0,0544
= x 0,2509
0,2504

=0,0550

Tiap tablet antalgin


% Kemurnian = Kadar etiket
x 100 %

0,0550
= x 100 %
0,05
=110%

3. Titrasi Ketiga

mgrek Vit.CmgrekI2

w
= V2.N2
BE

W mgrek
=6,4 ml x 0,0952
88,065 ml

w
=0,6092 mgrek
88,065

mg
w =0,6092 mgrek x 88,065
mgrek

w =53,6 mg  0,0536 g

w
Tiap tablet Vit.C  = x berat rata−rata
Berat yang ditimbang

0,0536
= x 0,2509
0,2516

=0,0534

Tiap tablet antalgin


% Kemurnian = x 100 %
Kadar etiket

0,0534
= x 100 %
0,05

=106,8 %

Titrasi1+Titrasi 2+Titrasi3
Rata-rata % kemurnian =
3
113,4 % +110 % +106,8 %
=
3

330,2%
=
3

= 110,06 %
IV.2 Pembahasan

Analisa volumetri merupakan metode penetapan kadar berdasarkan

volume titrasi. Titrasi merupakan metode untuk menentukan kadar suatu

zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya.

Dalam praktikum kali ini dilakukan percobaan titrasi asam basadimana

titrasi ini merupakan reaksi penetralan.

Pada percobaan ini ditimbang 10 tablet asetosal kemudian dihitung

berat rata-rata tablet lalu diserbukkan. Setelah itu sitimbang kurang lebih

300mg asetosal murni dan dilarutkan dengan etanol netral. Penggunaan

etanol netral dalam pelarut sampel digunakan karna sampel tidak dapat

larut dengan air. Etanol netral mempunyai pH yang dapat mempengaruhi

sifat keasaman dari asetosal dan dapat menyebabkan kadarnya tidak

sesuai dengan yang sebenarnya. Cara pembuatan etanol netral yaitu

dengan mengukur 50ml etanol 95% dimasukkan kedalam erlenmeyer

tambahkan 1-2 tetes indikator pp, lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N

sehingga berwarna pink lemah.

Pada praktikum digunakan indikator pp dengan pH 6,8-9,4 dengan

menunjukkan perubahan warna yang terjadi yaitu warna pink lemah,

perubahan warna ini sebagai tanda akhir titrasi.

Setelah dilakukan titrasi didapatkan volume titrasi asetosal sebanyak

25,1 ml dan 25,8 ml. Berdasarkan volume titrasinya dapat dihitung rata-

rata persentase kadar asetosal yang didapatkan yaitu 81,93% menurut


Farmakope Indonesia Edisi III. Asetosal mengandung tidak kurang dari

99,5% hasil praktikum ini tidak memenuhi syarat kadar asetosal.

Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi, yaitu kelebihan

volume titrasi dan indikator yang digunakan kurang baik serta larutan baku

yang digunakan dalam keadaan kurang baik.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa :

a. Normalitas NaOH yang diperoleh adalah 0,0633 N

b. Persentase kadar kemurnian asetosal adalah 81,93%, tidak

memenuhi, dan persentase asetosal pada Farmakope Indonesia

Edisi III yaitu 99,5%

V.2 Saran

Sebaiknya praktikan dalam melakukan praktikum harus

mengikuti prosedur kerja sehingga tidak terjadi kesalahan pada

saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Arifin,Helmi,Vivi Delvita, dan Almahdy A., 2007, Pengaruh Pemberian


Vitamin C Terhadap Fetus Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi, Vo. 12, No. 1, ISSN: 1410-0177, Andalas.

Bassett,J,dkk., 1994.Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitaif Anorganik,


ECG: Jakarta

Depkes RI., 1979. Farmakope Indonesi Edisi III. Direktorat Jendral POM :
Jakarta

Gandjar,M. Rifda dan Rusmini., 2007. Pengaruh Massa Bentonit


Teraktivasi
H2SO4 Terhadap Daya Abrsobsi Iodium. UNESA Journal of
Chemistry Vol.I.No.1. Univesitas Negeri Surabaya.

Rahmawati, Siti dan Bunbun Bundjali., 2012. Kinetics of the Oxidation of


Vitamin C,Journal Indo J.Chen ISSN: 291-296.Universitas Tadulako

Safaryani, Nurhayati, Sri Haryanti, dan Endah Dwi Hastuti., 2007.


Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Penurunan
Kadar Vitamin C Brokoli (Bressica oleracea L), Buletin Anatomi dan
Fisiologi, Vol. XV, No. 2, Semarang.

Tim Pengajar.,017.Kimia 3. SMK Farmasi Syekh Yusuf Al- Makassari :


Gowa

Tim Penyusun..2019. Penuntun Kimia Farmasi II.Akademi Farmasi


Yamasi: Makassar.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai