Anda di halaman 1dari 23

KELARUTAN INTRINSIK OBAT 1

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kelarutan secara kuantitatif merupakan konsentrasi zat terlarut dalam larutan
jenuh pada temperatur tertentu. Sedangkan secara kualitatif, kelarutan merupakan
interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler
homogen. Kelarutan suatu zat terlarut dalam suatu solven tertentu digambarkan
sebagai like dissolve like. Maksudnya yaitu suatu senyawa atau suatu zat akan
melarutkan yang strukturnya menyerupai senyawa atau zat tersebut yang
didasarkan atas polaritas antara solven dan solute.
Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut Farmakope
USA dan formulasi nasional, kelarutan obat adalah jumlah mL pelarut dimana
akan dilarutkan satu gram zat terlarut. Kelarutan secara kuantitatif dapat
dinyatakan dalam molalitas, molaritas dan presentase. Zat yang kelarutannya tidak
diketahui pasti, harga kelarutannya digambarkan dalam kompedia farmasi dengan
menggunakan istilah umum tertentu.
Ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat,
identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan obat serta
pengobatan, termasuk pula sifat sifat obat dan distribusinya serta penggunaan obat
yang aman adalah farmasi. Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan
dalam upayah menujang peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
Banyak bentuk sediaan farmasi yang beredar di masyarakat diantaranya sediaan
padat cair, terdapat sediaan yang mengandung bahan aktif yang kelarutannya kecil
dalam air. Suatu obat harus masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu
efek terapeutik.Senyawa-senyawa yang tidak larut sering kali menunjukkan
absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukanlah
praktikum ini untuk mengetahui kelarutan intrinsik pada obat.

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 2

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara memperkenalkan
konsep dan proses pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter
kelarutan zat?
3. Tujuan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan proses
pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat.
4. Manfaat
Manfaat pada percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui konsep
dan proses pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan
zat.

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 3

B. TINJAUAN PUSTAKA
Campuran homogen antara dua zat atau lebih dikenal sebagai larutan. Suatu
campuran dikatakan homogen karena susunannya seragam sehingga tidak teramati
adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optik. Larutan
(solution) terdiri atas zat pelarut (solvent) dan atau lebih zat terlarut (solute).
Pelarut adalah medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal juga sebagai
zat pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat
terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut (Sumarjo, 2008).
Kelarutan merupakan salah satu parameter penting untuk mencapai
konsentrasi obat yang diinginkan dalam sirkulasi sistemik untuk mencapai
kebutuhan respon farmakologis. Obat-obatan yang memiliki kelarutan buruk akan
memerlukan dosis tinggi untuk mencapai konsentrasi plasma terapeutik setelah
pemberian oral. Kelarutan yang rendah adalah masalah utama yang dihadapi pada
pengembangan obat baru. Sebagian besar obat merupakan asam lemah atau basa
lemah yang memiliki kelarutan yang buruk (Dara dan Patihul, 2017).
Masalah kelarutan senyawa kimia menempati tempat yang menonjol. Hal ini
berasal dari fakta bahwa di antara berbagai properti yang menentukan penggunaan
senyawa ini, kelarutannya adalah satu sangat penting. Ciri yang membedakan dari
suatu oksida yang mudah larut atau garam, adalah nilai Ksp produk kelarutan dari
endapan ini. Namun, ini bukan satu-satunya parameter yang menentukan
kelarutan (s) nyata [mol / L] dari endapan dalam sistem dua fase.
"Penyederhanaan" seperti itu dibuat tidak dapat diterima dan memberikan hasil
yang salah, sebagaimana yang telah dibuktikan. Semua spesies larut yang
dibentuk oleh ion yang membentuk endapan terlibat dalam ekspresi untuk
kelarutan presipitat (Kaczmarczyk, 2015).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam atau luar tubuh guna mencegah,
meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Menurut undang undang, yang
dimaksud obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan
dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 4

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia (Syamsuni, 2005).
Obat yang digunakan secara oral adalah obat yang di telan walaupun ada juga
yang dilarutkan dalam mulut seperti tablet isap dan buccal. Tujuan penggunaan
obat melalui oral terutama adalah untuk memperoleh efek sistemik. Bahan obat
pada umumnya adalah senyawa organik yang memliki kelarutan yang kecil dalam
pelarut air. Oleh karena itu, kelarutan bahan obat dalam konsentrasi tinggi
menjadi persyaratan utama untuk memperoleh kerja terapeutik yang optimal
(Febriyenti dkk., 2013).
Obat yang memiliki kelarutan rendah akan mengakibatkan laju disolusinya
juga rendah sehingga absorbsinya kurang sempurna dan memiliki biovailibilitas
yang rendah pula. Berbagai macam penelitian telah dilakukan untuk memperbaiki
kelarutan dan laju disolusi obat, salah satunya dengan cara pembentukan
kompleks inklusi menggunakan siklodekstrin (Widjaja dkk., 2014).
Titrasi adalah tehnik dasar laboratorium kimia untuk analisis kuantitatif zat
dengan konsentrasi yang tidak diketahui menggunakan standar konsentrasi yang
dikenal. Dalam titrasi, titran dalam buret di kalibrasi secara perlahan ditambahkan
ke volume yang di ketahui dari analit yang sesuai dalam labu erlenmeyer.
(Pradeep dan Dave, 2013).

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 5

C. METODE KERJA
1. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percoban ini adalah
1. Batang pengaduk
2. Buret 50 ml
3. Erlenmeyer 100 ml
4. Filler
5. Gelas kimia 100 ml
6. Gelas ukur 100 ml
7. Statif dan klem
8. Tabung reaksi
9. Timbangan analitik

b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
1. Alkohol 70%
2. Aluminium foil
3. Akuades
4. Asam salisilat
5. Kertas perkamen
6. Indikator fenolftalein
7. NaOH 0,1 M
8. Propliglikon
9. Tisu

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 6

2. Uraian Bahan
a. Alkohol (Ditjen POM, 1979 : 65).
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
Rumus kimia : C2 H6 O

Rumus struktur :

Berat molekul : 46,0 gram/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak, bau khas dan rasa panas
Kelarutan : Hampir larut dalam larutan
Kegunaan : Sebagai pengurang rasa sakit
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

b. Aquadest ( Ditjen POM, 1979 : 96 )


Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling, Aquadest
Rumus kimia : H2 O
Rumus struktur :

Berat molekul : 18,02 gram/mol


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dalam etanol dan gliser
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup .

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 7

c. Asam salisilat ( Ditjen POM, 1979: 56)


Nama resmi : ACIDUM SALYCYLICUM
Berat molekul : 138,12 gram/mol
Rumus kima : C7H6O3
Rumus Molekul :

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih;


hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol
(95%); mudah larut dalam kloroform dan dalam eter;
larut dalam larutan ammonium asetat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Keratolitikum, anti fungi

d. Metil Merah (Ditjen POM, 1997 : 705)


Nama resmi : BENZOAT HIDROKSIDA
Nama lain : Metil merah
Rumus molekul : C15H15N2O3
Rumus struktur :

Berat molekul : 305, 76 gram/mol


Pemerian : Serbuk merah gelap
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan larut dalam etanol
Kegunaan : Sebagai indikator

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 8

e. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 412)


Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Rumus struktur :

Berat molekul : 40,00 gram/mol


Pemerian : Bentuk batang, butiran, masa hablur atau keping, kering,
keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur, basah,
sangat alkalis dan korosif, segera menyerap CO.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (90%) P.
Penyimpan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan.

f. Propilen glikol (Ditjen POM, 1979 : 534)


Nama resmi : PROPYLEN GLYCOLUM
Nama lain : Propilen glikol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,10 gram/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa


agak manis, higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P.
Dan dengan kloroform P., larut dalam 6 bagian eter P.
Tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P. Dan
dengan minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pengawet

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 9

3. Prosedur Kerja
a. Perlakuan Pada Tabung 1

Tabung 1

- Ditimbang 1 gram Asam salisilat


- Ditambahkan 6 mL Aquades dalam tabung reaksi
- Ditambahkan Asam salisilat dan Propilen Glikol 4mL
- Ditutup menggunakan alumunium foil
- Dikocok selama 30 menit
- Disaring menggunakan kertas saring

Filtrat Residu

- Dimasukkan kedalam erlenmeyer


- Ditambahkan 3 tetes Indikator fenoftalein
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
- Dilihat perubahan warna

Hasil Pengamatan ?

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 10

b. Perlakuan Pada Tabung 2

Tabung 2

- Ditimbang 1 gram Asam salisilat


- Ditambahkan 6 mL Aquades dalam tabung reaksi
- Ditambahkan Asam salisilat, Propilen Glikol, dan
Etanol 3 mL
- Ditutup menggunakan alumunium foil
- Dikocok selama 30 menit
- Disaring menggunakan kertas saring

Filtrat Residu

- Dimasukkan kedalam erlenmeyer


- Ditambahkan 3 tetes Indikator fenoftalein
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
- Dilihat perubahan warna

Hasil Pengamatan ?

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 11

c. Perlakuan Pada Tabung 3

Tabung 3

- Ditimbang 1 gram Asam salisilat


- Ditambahkan 6 mL Aquades dalam tabung reaksi
- Ditambahkan Asam salisilat, Etanol 3,5 mL, dan
Propilen Glikol 0,5 mL
- Ditutup menggunakan alumunium foil
- Dikocok selama 30 menit
- Disaring menggunakan kertas saring

Filtrat Residu

- Dimasukkan kedalam erlenmeyer


- Ditambahkan 3 tetes Indikator fenoftalein
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
- Dilihat perubahan warna

Hasil Pengamatan ?

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 12

d. Perlakuan Pada Tabung 4

Tabung 4

- Ditimbang 1 gram Asam salisilat


- Ditambahkan 6 mL Aquades kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan Asam salisilat, Etanol 3,5 ml, dan
Propilen Glikol 2,5 ml
- Ditutup menggunakan alumunium foil
- Dikocok selama 30 menit
- Disaring menggunakan kertas saring

Filtrat Residu

- Dimasukkan kedalam erlenmeyer


- Ditambahkan 3 tetes Indikator fenoftalein
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
- Dilihat perubahan warna

Hasil Pengamatan ?

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 13

e. Perlakuan Pada Tabung 5

Tabung 5

- Ditimbang 1 gram Asam salisilat


- Ditambahkan 6 mL Aquades kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan Asam salisilat, 3 mL
etanol, dan 1 mL Propilen Glikol
- Ditutup tabung reaksi dengan
aluminium foil
- Dikocok selama 30 menit, kemudian
disaring

Filtrat Residu

- Dimasukkan kedalam erlenmeyer

- Diteteskan 3 tetes Indikator fenoftalein

- Dititrasi dengan NaOH 1 N

- Dilihat perubahan warna

Hasil Pengamatan ?

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 14

f. Perlakuan Pada Tabung 6

Tabung 6

- Ditimbang 1 gram Asam salisilat


- Ditambahkan 6 mL Aquades kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan Asam salisilat, 3,5 mL
etanol, dan 0,5 mL Propilen Glikol
- Ditutup tabung reaksi dengan
aluminium foil
- Dikocok selama 30 menit, kemudian
disaring

Filtrat Residu
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer

- Diteteskan 3 tetes Indikator fenoftalein

- Dititrasi dengan NaOH 1 N

- Dilihat perubahan warna

Hasil Pengamatan ?

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 15

g. Perlakuan Pada Tabung 7

Tabung 7

- Ditimbang 1 gram Asam salisilat


- Ditambahkan 6 mL Aquades kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan Asam salisilat, 4 mL
etanol
- Ditutup tabung reaksi dengan
aluminium foil
- Dikocok selama 30 menit, kemudian
disaring

Filtrat
Residu

- Dimasukkan kedalam erlenmeyer

- Diteteskan 3 tetes Indikator fenoftalein

- Dititrasi dengan NaOH 1 N

- Dilihat perubahan warna

Hasil Pengamatan ?

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 16

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Tabel Pengamatan

Volume Konsentrasi Gambar keterangan


No Tabung NaOH NaOH
(mL) (M)

Merah muda

1 2,2 0,1

Merah muda

2 3,8 0,1

Merah muda

3 2,7 0,1

Merah muda

4 5,2 0,1

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 17

Merah muda

5 4,6 0,1

Merah muda

6 2 0,1

Merah muda

7 2,3 0,1

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 18

2. Perhitungan

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 = 𝑥
𝑚𝑟 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
1 1000
= 𝑥
138 10
= 0,72 M

1. Volume tabung 1
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 2,2 mL. 0,1M
0,22
V = 0,72

V = 0,305 mL

2. Volume tabung 2
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 3,8 mL . 0,1 M
0,38
V = 0,72

V = 0, 527 mL

3. Volume tabung 3
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 2,7 ml . 0,1M
0,27
V = 0,72

V = 0,375mL

4. Volume tabung 4
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 5,2 mL . 0,1M
0,52
V = 0,72

V = 0,722 mL

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 19

5. Volume tabung 5
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 4,6 mL . 0,1M
0,46
V = 0,72

V = 0,64 mL

6. Volume tabung 6
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 2 ml . 0,1 M
0,2
V = 0,72

V = 0,28 mL

7. Volume tabung 7
Vasam salisilat . M asam salisilat = V NaOH. M NaOH

V. O,72 = 2,3 ml . 0,1 M

0.23
V = 0,72

V = 0,32 mL

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 20

3. Pembahasan
Larutan adalah campuran dua zat atau lebih yang homogen, partikel antara zat
pelarut dan zat terlarut tidak dapat dibedakan walaupun dengan mikroskop optic..
Larutan (solution) terdiri atas zat pelarut (solvent) dan atau lebih zat terlarut
(solute). Pelarut adalah medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal
juga sebagai zat pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat
terlarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut.
Kelarutan adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature
tertentu atau interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi
molekuler homogeny. Kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut dimana akan larut
1 gram zat terlarut. Factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah
pH larutan, tempertur, tekanan, viskositas zat, pengadukan, jenis pelarut, serta
bentuk dan ukuran partikel. Kelarutan intrinsik obat adalah jumlah obat yang larut
dalam pelarut. Kelarutan intrinsik obat berperan penting dalam ilmu farmasi yaitu
berhubungan dengan reaksi obat kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air.
cairan dalam tubuh manusia terdapat aneka ragam senyawa kimia. Tubuh manusia
menyerap mineral, vitamin atau obat yang tersedia dalam bentuk larutan.
Titrasi adalah tehnik dasar laboratorium kimia untuk analisis kuantitatif zat
dengan konsentrasi yang tidak diketahui menggunakan standar konsentrasi yang
dikenal. Dalam titrasi, titran dalam buret di kalibrasi secara perlahan ditambahkan
ke volume yang di ketahui dari analit yang sesuai dalam labu erlenmeyer.
Percobaan ini melakuka pengujian untuk kelarutan intrinsik obat asam salisilat.
Asam salisilat merupakan senyawa yang termasuk asam lemah. Asam salisilat
termasuk golongan obat analgesik, antipiretik dan antiinflamasi. Percobaan ini
asam salisilat dimasukkan dalam tujuh tabung yang telah berisi aquades 6 ml.
Lalu asam salisilat tersebut ditambahkan dengan alkohol dan propilenglikol
dengan volume yang berbeda-beda. Tujuan dari variasi volume tersebut ialah
untuk melihat pengaruh kepolaran terhadap asam salisilat. Dimana
penambahan propilenglikol membuat larutan semakin non polar karena

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 21

propilenglikon termasuk pelarut non polar sedangkan alkohol merupakan pelarut


yang bersifat polar, sehingga penambahan alkohol menambah kepolaran larutan.
Tujuh tabung reaksi kemudian ditutup dengan alumunium foil agar larutan
tidak tumpah selama proses pengocokan. Pengocokan dilakukan selama 10 menit.
Tujuan pengocokan ialah untuk mempercepat reaksi. Setelah pengocokan akan
tampak bahwa terdapat bagian asam salisilat yang tidak larut dalam air.
Percobaan dilakukan, dengan penambahan alkohol dari tabung 1 hingga tabung
7 semakin banyak dengan volume tertentu, sebaliknya penambahan
propilenglikol dari tabung 1 hingga tabung 7 semakin sedikit, sehingga larutan
yang bersifat paling polar ialah larutan pada tabung 7 karena penambahan
alkohol yang banyak, yaitu 4 ml dan tidak ditambahkan propilenglikol (0 ml).
sedangkan larutan yang bersifat paling nonpolar ialah larutan pada tabung 1
karena pada larutan tabung 1 tidak ditambahkan alkohol dan mengalami
penambahan propilenglikol paling banyak jika dibanding pada tabung lain.
Larutan asam salisiliat, alkohol, dan propilenglikol yang telah dikocok disaring
dan diambil filtratnya. Filtrat tersebut selanjutnya diambil dengan pipet tetes dan
dimasukan kedalam erlenmayer. Kemudian pada tiap erlenmayer diberi 3 tetes
indikator fenoftalein. Indikator fenoftalein digunakan untuk mengetahui titik
akhir titrasi, dengan indikasi perbahan warna dari bening ke merah muda.
Selanjutnya titrat di titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N agar diketahui
konsemtrasi asam salisilat dalam titrat.
Manfaat percobaan kelarutan intrinsik obat pada bidang farmasi adalah kita
dapat menentukan bentuk sediaan dan mengetahui konsentrasi suatu zat. Serta
dapat mengetahui sifat kelarutan suatu obat sehingga ketika dalam membuat
sediaan kita bisa mengetahui dengan pasti pelarut apa yang cocok dengan sediaan
obat yang akan kita buat, untuk senyawa polar menggunakan perlarut polar dan
untuk senyawa non polar menggunakan pelarut non polar.

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 22

E. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah faktor pendukung sistem kelarutan
obat, misalnya kepolaran pelarut dan zat terlarut, serta konstanta dielektrik. Selain
itu, penggunaan larutan campuran mempengaruhi jumlah asam salisilat yang
terlarut. Hal ini dibuktikan dengan konsentrasi asam salisilat yang berbeda pada
masing-masing tabung ( tabung telah dibuat dalam tujuh perlakuan yang berbeda).

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005
KELARUTAN INTRINSIK OBAT 23

F. DAFTAR PUSTAKA
Dara A. Dan Patihul H., 2013, Artikel Tinjauan Teknik Meningkatkan Kelarutan
Obat, Jurnal Farmaka , Vol. 15(4).
Ditjen POM RI, 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Departemen Kesehatan
Febriyenti dkk., 2013, Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Solubilisasi
Mertnonidazol Dengan Menggunakan Brij 35, Jurnal Faramsi Andalas,

Vol. 1(1).

Kaczmarczyk, A., M., M., Tadeusz, M., Marcin, T., Andzrej, P., 2015, Solubility

And Dissolution In Terms Of Generalized Approach To Electrolytic


Systems Principles, Journal of Analytical Sciences, Methods and
Instrumentation, Vol. 5.

Pradeep, D.J., dan Dave, K., 2013, A Novel Inexpensive And Less Hazardous
Acid- Base Indicator, Journal Of Laboratory Chemical Education, Vol.
1(2).

Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar Dan Perhitungan Farmasi, Penerbit Buku


Kedokteran EGC : Jakarta.

Sumarjo, Damin, 2008, Pengantar Kimia, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


Widjaja, Bambang dkk., 2014, Studi Kelarutan dan Disolusi Kompleks Inklusi
Ketoprofen-Hidroksipropil ß-Siklodekstrin (Dibuat Dengan Metode
Kopresipitasi). Jurnal Farmasi dan Kefarmasian Indonesia. Vol. 1(1).

AMELIA NIMBAR ARASTI


O1A117005

Anda mungkin juga menyukai