A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kelarutan secara kuantitatif merupakan konsentrasi zat terlarut dalam larutan
jenuh pada temperatur tertentu. Sedangkan secara kualitatif, kelarutan merupakan
interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler
homogen. Kelarutan suatu zat terlarut dalam suatu solven tertentu digambarkan
sebagai like dissolve like. Maksudnya yaitu suatu senyawa atau suatu zat akan
melarutkan yang strukturnya menyerupai senyawa atau zat tersebut yang
didasarkan atas polaritas antara solven dan solute.
Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut Farmakope
USA dan formulasi nasional, kelarutan obat adalah jumlah mL pelarut dimana
akan dilarutkan satu gram zat terlarut. Kelarutan secara kuantitatif dapat
dinyatakan dalam molalitas, molaritas dan presentase. Zat yang kelarutannya tidak
diketahui pasti, harga kelarutannya digambarkan dalam kompedia farmasi dengan
menggunakan istilah umum tertentu.
Ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat,
identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan obat serta
pengobatan, termasuk pula sifat sifat obat dan distribusinya serta penggunaan obat
yang aman adalah farmasi. Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan
dalam upayah menujang peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
Banyak bentuk sediaan farmasi yang beredar di masyarakat diantaranya sediaan
padat cair, terdapat sediaan yang mengandung bahan aktif yang kelarutannya kecil
dalam air. Suatu obat harus masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu
efek terapeutik.Senyawa-senyawa yang tidak larut sering kali menunjukkan
absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukanlah
praktikum ini untuk mengetahui kelarutan intrinsik pada obat.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara memperkenalkan
konsep dan proses pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter
kelarutan zat?
3. Tujuan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan proses
pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat.
4. Manfaat
Manfaat pada percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui konsep
dan proses pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan
zat.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Campuran homogen antara dua zat atau lebih dikenal sebagai larutan. Suatu
campuran dikatakan homogen karena susunannya seragam sehingga tidak teramati
adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optik. Larutan
(solution) terdiri atas zat pelarut (solvent) dan atau lebih zat terlarut (solute).
Pelarut adalah medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal juga sebagai
zat pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat
terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut (Sumarjo, 2008).
Kelarutan merupakan salah satu parameter penting untuk mencapai
konsentrasi obat yang diinginkan dalam sirkulasi sistemik untuk mencapai
kebutuhan respon farmakologis. Obat-obatan yang memiliki kelarutan buruk akan
memerlukan dosis tinggi untuk mencapai konsentrasi plasma terapeutik setelah
pemberian oral. Kelarutan yang rendah adalah masalah utama yang dihadapi pada
pengembangan obat baru. Sebagian besar obat merupakan asam lemah atau basa
lemah yang memiliki kelarutan yang buruk (Dara dan Patihul, 2017).
Masalah kelarutan senyawa kimia menempati tempat yang menonjol. Hal ini
berasal dari fakta bahwa di antara berbagai properti yang menentukan penggunaan
senyawa ini, kelarutannya adalah satu sangat penting. Ciri yang membedakan dari
suatu oksida yang mudah larut atau garam, adalah nilai Ksp produk kelarutan dari
endapan ini. Namun, ini bukan satu-satunya parameter yang menentukan
kelarutan (s) nyata [mol / L] dari endapan dalam sistem dua fase.
"Penyederhanaan" seperti itu dibuat tidak dapat diterima dan memberikan hasil
yang salah, sebagaimana yang telah dibuktikan. Semua spesies larut yang
dibentuk oleh ion yang membentuk endapan terlibat dalam ekspresi untuk
kelarutan presipitat (Kaczmarczyk, 2015).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam atau luar tubuh guna mencegah,
meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Menurut undang undang, yang
dimaksud obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan
dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia (Syamsuni, 2005).
Obat yang digunakan secara oral adalah obat yang di telan walaupun ada juga
yang dilarutkan dalam mulut seperti tablet isap dan buccal. Tujuan penggunaan
obat melalui oral terutama adalah untuk memperoleh efek sistemik. Bahan obat
pada umumnya adalah senyawa organik yang memliki kelarutan yang kecil dalam
pelarut air. Oleh karena itu, kelarutan bahan obat dalam konsentrasi tinggi
menjadi persyaratan utama untuk memperoleh kerja terapeutik yang optimal
(Febriyenti dkk., 2013).
Obat yang memiliki kelarutan rendah akan mengakibatkan laju disolusinya
juga rendah sehingga absorbsinya kurang sempurna dan memiliki biovailibilitas
yang rendah pula. Berbagai macam penelitian telah dilakukan untuk memperbaiki
kelarutan dan laju disolusi obat, salah satunya dengan cara pembentukan
kompleks inklusi menggunakan siklodekstrin (Widjaja dkk., 2014).
Titrasi adalah tehnik dasar laboratorium kimia untuk analisis kuantitatif zat
dengan konsentrasi yang tidak diketahui menggunakan standar konsentrasi yang
dikenal. Dalam titrasi, titran dalam buret di kalibrasi secara perlahan ditambahkan
ke volume yang di ketahui dari analit yang sesuai dalam labu erlenmeyer.
(Pradeep dan Dave, 2013).
C. METODE KERJA
1. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percoban ini adalah
1. Batang pengaduk
2. Buret 50 ml
3. Erlenmeyer 100 ml
4. Filler
5. Gelas kimia 100 ml
6. Gelas ukur 100 ml
7. Statif dan klem
8. Tabung reaksi
9. Timbangan analitik
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
1. Alkohol 70%
2. Aluminium foil
3. Akuades
4. Asam salisilat
5. Kertas perkamen
6. Indikator fenolftalein
7. NaOH 0,1 M
8. Propliglikon
9. Tisu
2. Uraian Bahan
a. Alkohol (Ditjen POM, 1979 : 65).
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
Rumus kimia : C2 H6 O
Rumus struktur :
3. Prosedur Kerja
a. Perlakuan Pada Tabung 1
Tabung 1
Filtrat Residu
Hasil Pengamatan ?
Tabung 2
Filtrat Residu
Hasil Pengamatan ?
Tabung 3
Filtrat Residu
Hasil Pengamatan ?
Tabung 4
Filtrat Residu
Hasil Pengamatan ?
Tabung 5
Filtrat Residu
Hasil Pengamatan ?
Tabung 6
Filtrat Residu
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer
Hasil Pengamatan ?
Tabung 7
Filtrat
Residu
Hasil Pengamatan ?
Merah muda
1 2,2 0,1
Merah muda
2 3,8 0,1
Merah muda
3 2,7 0,1
Merah muda
4 5,2 0,1
Merah muda
5 4,6 0,1
Merah muda
6 2 0,1
Merah muda
7 2,3 0,1
2. Perhitungan
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 = 𝑥
𝑚𝑟 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
1 1000
= 𝑥
138 10
= 0,72 M
1. Volume tabung 1
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 2,2 mL. 0,1M
0,22
V = 0,72
V = 0,305 mL
2. Volume tabung 2
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 3,8 mL . 0,1 M
0,38
V = 0,72
V = 0, 527 mL
3. Volume tabung 3
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 2,7 ml . 0,1M
0,27
V = 0,72
V = 0,375mL
4. Volume tabung 4
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 5,2 mL . 0,1M
0,52
V = 0,72
V = 0,722 mL
5. Volume tabung 5
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 4,6 mL . 0,1M
0,46
V = 0,72
V = 0,64 mL
6. Volume tabung 6
Vasam salisilat . Masam salisilat = VNaOH . MNaOH
V. 0,72 M = 2 ml . 0,1 M
0,2
V = 0,72
V = 0,28 mL
7. Volume tabung 7
Vasam salisilat . M asam salisilat = V NaOH. M NaOH
0.23
V = 0,72
V = 0,32 mL
3. Pembahasan
Larutan adalah campuran dua zat atau lebih yang homogen, partikel antara zat
pelarut dan zat terlarut tidak dapat dibedakan walaupun dengan mikroskop optic..
Larutan (solution) terdiri atas zat pelarut (solvent) dan atau lebih zat terlarut
(solute). Pelarut adalah medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal
juga sebagai zat pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat
terlarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut.
Kelarutan adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature
tertentu atau interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi
molekuler homogeny. Kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut dimana akan larut
1 gram zat terlarut. Factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah
pH larutan, tempertur, tekanan, viskositas zat, pengadukan, jenis pelarut, serta
bentuk dan ukuran partikel. Kelarutan intrinsik obat adalah jumlah obat yang larut
dalam pelarut. Kelarutan intrinsik obat berperan penting dalam ilmu farmasi yaitu
berhubungan dengan reaksi obat kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air.
cairan dalam tubuh manusia terdapat aneka ragam senyawa kimia. Tubuh manusia
menyerap mineral, vitamin atau obat yang tersedia dalam bentuk larutan.
Titrasi adalah tehnik dasar laboratorium kimia untuk analisis kuantitatif zat
dengan konsentrasi yang tidak diketahui menggunakan standar konsentrasi yang
dikenal. Dalam titrasi, titran dalam buret di kalibrasi secara perlahan ditambahkan
ke volume yang di ketahui dari analit yang sesuai dalam labu erlenmeyer.
Percobaan ini melakuka pengujian untuk kelarutan intrinsik obat asam salisilat.
Asam salisilat merupakan senyawa yang termasuk asam lemah. Asam salisilat
termasuk golongan obat analgesik, antipiretik dan antiinflamasi. Percobaan ini
asam salisilat dimasukkan dalam tujuh tabung yang telah berisi aquades 6 ml.
Lalu asam salisilat tersebut ditambahkan dengan alkohol dan propilenglikol
dengan volume yang berbeda-beda. Tujuan dari variasi volume tersebut ialah
untuk melihat pengaruh kepolaran terhadap asam salisilat. Dimana
penambahan propilenglikol membuat larutan semakin non polar karena
E. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah faktor pendukung sistem kelarutan
obat, misalnya kepolaran pelarut dan zat terlarut, serta konstanta dielektrik. Selain
itu, penggunaan larutan campuran mempengaruhi jumlah asam salisilat yang
terlarut. Hal ini dibuktikan dengan konsentrasi asam salisilat yang berbeda pada
masing-masing tabung ( tabung telah dibuat dalam tujuh perlakuan yang berbeda).
F. DAFTAR PUSTAKA
Dara A. Dan Patihul H., 2013, Artikel Tinjauan Teknik Meningkatkan Kelarutan
Obat, Jurnal Farmaka , Vol. 15(4).
Ditjen POM RI, 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Departemen Kesehatan
Febriyenti dkk., 2013, Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Solubilisasi
Mertnonidazol Dengan Menggunakan Brij 35, Jurnal Faramsi Andalas,
Vol. 1(1).
Kaczmarczyk, A., M., M., Tadeusz, M., Marcin, T., Andzrej, P., 2015, Solubility
Pradeep, D.J., dan Dave, K., 2013, A Novel Inexpensive And Less Hazardous
Acid- Base Indicator, Journal Of Laboratory Chemical Education, Vol.
1(2).