Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Senyawa kimia biasanya dianalisis melalui unsur ion, radikal atau

gugusnya. Pada analisis senyawa organik secara volumemetri biasanya

dibagi berdasarkan reaksi yang terjadi selama titrasi seperti asidi-

alkalimetri, pengendapan, okksidasi-reduksi dan lain-lainnya. Pembagian

tersebut kurang tepat untuk analisis senyawa organik, juga harus diingat

bahwa reaksi ini tidak spesifik, karena reaksi ini tidak hanya untuk satu

senyawa saja, tetapi tidak juga untuk senyawa lain yang mengandung

unsur, ion, radikal atau gugus yag sama (Sudjadi, 2013).

Kromatografi pertama dikembangkan oleh seorang ahli botani

Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen

berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstra petrovevim eter

dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO 3). Saat ini

kromatografi merupakan teknik pemisahann yang paling umum dan paling

sering digunakan dalam bidang kimia analisis, baik analisis kualitatif dan

preparative dalam bidang farmasi, lingkungan, industry dan sebagainya.

Kromatografi merupakan suatu teknik yang menggunakan fase diam

(stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) (Gholib.J, 2008).

Analisis senyawa obat baik dalam bahan ruahan (Bulh) dalam

sediaan farmasi, maupun dalam cairan biologis dengan metode

kromatografi dapat dititik balik pada awal tahun 1920-an. Pada tahun

1955-an, metode kromatografi kertas secara menaik (acending) dan


menurun (disending) telah mencul pada farmakope untuk analisis produk-

produk obat. Edisi farmakope lanjutan mulai menggunakan metode

kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan kromatografi gas (KG) untuk

analisi obat. Saat ini metode kromatografi merupakan metode utama yang

digunakan untuk analisis obat dalam farmakope (Gandjar, 2003).

Adapun maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui metode

analisi farmasi dengan menggunakan kromatografi kertas.

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk menggunakan

pemisahan senyawa obat yaitu Sulfonamida dengan kromatografi kertas.

Adapun prinsip percobaan adalah berdasarkan penentuan Rf

(Reterdation factur) dari suatu senyawa dengan cara sampel ditotolkan

pada kertas saring sebagai fase diam dan dielusi dengan eluen sebagai

fase gerak lalu disemprot dengan KMnO4 untuk memperjelas noda

tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Ringkas

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana

analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam

dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus

dalam bentuk molekul kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapisi

pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase

gerak dapat berupa gas atau cairan (Rohma, 2003).

Kromatografi adalah teknik analisis yang paling sering

digunakan dakam analisis farmasi. Pemahaman mengenai parameter-

parameter yang megatur kinerja kromatografi telah menghasilkan

perbaikan pada sistem kromatografi sehingga kemampuan untuk

mencapai pemisahan beresolusi tinggi terus meningkat (Watson,

2002).

Kromatografi merupakan salah satu teknik pemisahan dengan

konsep dua fase yang memiliki perlakuan masing-masing sebagai

stasioner dan bergerak. Secara sederhana pemisahan kromatografi

memiliki dasar yang sama dengan sifat kemagnetan besi-fase

stasioner sebagai magnet dan fase bergerak sebagai besi. Dalam

proses pemisahannya dirancang sedemikian rupa agar episiensi

mendekati 100 % secara analisa, teknik pemisahan ini berguna untuk


memisahkkan sampel yang memiliki interval densitas yang sangat

dekat (Hambali, 2007).

Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan

berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fase yaitu fase diam

dan fase gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa

dapat dilakukan dengan kromatografi kertas adalah salah satu

pengembangan dari kromatografi kortesi yang menggunakan kertas

sebagai padatan pendukung fase diam. Oleh karena itu, disebut

kromatografi kertas, sebagai fase diam adalah air yang teradsorbsi

pada kertas dan sebagai larutan pengembang biasanya pelarut

organik yang telah dijenuhkan dengan air (Basset, 1994).

Pemisahan kromatografi pianar (kromatografi lapis tipis dan

kromatografi kertas) pada umumnya dihentikan sebelum semua fase

gerak melewati seluruh permukaan fase diam. Solut pada kromatografi

ini dialihkan dengan faktor relandasi atau jarak migrasi solut terhadap

jarak ujung fase geraknya. Faktor retordasi solut (R), didefinisikan

sebagai berikut :

Jarak yang ditempuh solut


RF =
Jarak ditempuh fase gerak

(Rahman, 2003).
B. Uraian Bahan

1. Amonia (Depkes RI, 1979. Hal, 86)

Nama resmi : AMMONIA

Nama lain : Amonia

Rumus molekul : NH4OH

Berat molekul : 35,05

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,

menusuk kuat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat

sejuk

Khasiat : Zat tambahan

2. Aquadest (Depkes RI, 1979. Hal,96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jenih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan, pelarut

3. Asam klorida (Depkes RI, 1979. Hal, 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam klorida


Rumus molekul : HCl

Berat molekul : 36,45

Pemerian : cairan tidak berwarna, tidak berasap, bau

merangsang jika diencerkan dengan dua

bagian air asap dan bau akan hilang

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

4. Aseton (Depkes RI, 1979. Hal, 27)

Nama resmi : ACETONUM

Nama lain : Aseton

Rumus molekul : C3H4O

Berat molekul : 58,08

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, mudah

menguap, bau khas, larutan (dalam 2)

netral terhadap lakmus

Kelarutan : Dalam bercampur dengan air, etanol, eter

dan kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

5. Etanol (Depkes RI, 1979. Hal, 64)

Nama resmi : AETHANOLUM ABSULUHUM

Nama lain : Etanol adsolute

Rumus molekul : C2H4O


Berat molekul : 46,07

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah

menguap dan mudah bergerak, bau khas,

rasa pedas, mudah terbakar denga

memberikan nyala biru tidak berasap.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam kloroform P

dan dalam eter

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung

dari kelembaban atau uap air ditempat

sejuk jauh dari nyala api

Khasiat : Zat tambahan

6. Dimetil aminobenzen dehida (Depkes RI, 1979. Hal, 668)

Nama resmi : DIMETIL AMINO BENZENDEHIDA

Nama lain : P-dimetil aminobenzendehida

Rumus molekul : (OH3)2 N.C6H4-cHo

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau kuning pucat

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut

dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

7. N-Butanol (Depkes RI, 1979. Hal, 579)

Nama resmi : N-BUTANOL

Nama lain : Butan-I-oL


Rumus molekul : CH3-CH2-CH2-CH2OH

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna

Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air pada suhu

15,500C

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

8. Sulfadiazin (Depkes RI, 1979. Hal, 679)

Nama resmi : SULFADIAZINUM

Nama lain : Sulfadiazina

Rumus molekul : C10H10N4O25

Berat molekul : 250,27

Pemerian : Serbuk putih, putih kekuningan atau agak

merah jambu hamper tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar

larut dalam etanol (95%) P, dan dalam

aseton mudah larut dalam asam mineral

encer dan dalam larutan alkali hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

9. Sulfamerazin (Depkes RI, 1979. Hal, 584)

Nama resmi : SULFAMERAZINUM

Nama lain : Sulfamerasin


Rumus molekul : C11H12N4O2S

Berat molekul : 264,31

Pemerian : Serbuk atau hablur agak kekuningan,

tidak berbau atau hamper tidak berbau,

rasa agak pahit mantap diudara kalau

kena cahaya

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam

kloroform dan dalam eter, sukar larut

dalam etanl (95%), agak sukar larut dalam

aseton mudah dalam asam mineral

encer dalam larutan alkali hindorksida

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Anti bakteri

10. Sulfanilamide (Depkes RI, 1979. Hal, 578)

Nama resmi : SULFANILAMIDA

Nama lain : Sulfanilamide

Rumus molekul : C6H10N2O2S

Berat molekul : 172,21

Pemerian : Hablur, serbuk hablur atau butiran putih

tidak berbau, rasa agak pahit kemudian

manis

Kelarutan : Larut dalam 220 bagian air, sangat mudah

larut dalam air medidih, agak sukar larut


dalam etanol (95%) P, sangat sukar larut

dalam gliserol, dalam asam klorida dan

dalam alkali hidroksida

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya

Khasiat : Anti bakteri

11. Trisulfat tablet (FN jilid II. Hal, 297)

Nama resmi : TRISULFA PYRIMIDINI COMPRESSI

Nama lain : Tablet trisulfa

Komposisi : Tiap tablet mengandung :

Sulfadiazinum 167 mg

Sulfamerazinum 167 mg

Sulfadimidinum 167 mg

Zat tambahan yang cocok secukupnya


B. Pembahasan

Kromatografi kertas merupakan kromatografi dengan

menggunakan kertas penyaring sebagai penunjang fase diam dan fase

gerak berup cairan yang terserap di antara struktur pati kertas.

Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah fase serap. Fase

gerak adalah fase pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

Adsorben adalah penyerap dalam kromatografi kertas saring yaitu

selulosa. Cairan fase yang bergerak yang biasanya berupa cairan dari

pelarut organic dan air, karena mengalir membawa noda cuplikan yang

ditotolkan pada kertas dengan kecepatan yang berbeda. Fase mobile

(pelarut) dapat beragam, misalnya air,etanol, asam asetat dan lain-

lain. Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisis kualitatif

bersifat polar misalnya : asam amino, gula atau pigmen-pigmen lain

kromaografi kertas hal ini dikarenakan ditetapkan analisis campuran

asam amino memiliki sifat larut dalam air dan tidak mudah menguap.

Dalam praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan

ase diam yaitu kertas whatmen dan fase gerak yaitu eluen yang terdiri

dari n-butanol, ammonia, air dengan rasio perbandingan 1:1:1 larutan

cuplikan tersebut akan meluas.

Adapaun nilai Rf yang didapat yaitu untuk sulfadiazin 68% dan

untuk sulfamerazin 63%, unntuk sulfadiamida 61%. Jadi nilai Rf yang

paling tinggi adalah sulfadiazin.


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam

kromatografi kertas yang mempengaruhi nilai Rf, yaitu :

1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan

2. Sifat dari penyerap yang digunakan

3. Derajat aktifitas adsorben

4. Tebal atau kerataan lapisan penyerap pada lempeng

5. Pelarut atau fase gerak yang digunakan

6. Derajat kemurnian eluen

7. Derajat kejenuhan bejana pengembang

8. Teknik percobaan dan penotolan

9. Jumlah cuplikan yang digunakan

10. Suhu

11. Kesetimbangan bejana atau partisi pengembangan dan lempeng

yang digunakan

12. Diameter pipa kapiler yang digunakan menotol sampel

Adapun faktor-faktor kesalahan yang terjadi dalam melakukan

percobaan yaitu :

1. Bahan yang digunakan sudah terkontaminasi

2. Eluen yang di gunakan kurang jenuh

3. Kurangnya ketelitian pada saat penotolan

4. Kurangnya pengetahuan praktikan


DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. Dkk. 1994. “VOGEL” Kimia analis kuantitatif. EGC : Jakarta

Depkes RI, 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III” Depkes RI : Jakarta

Depkes RI, 1996. “Farmakope Indonesia Edisi IV” Depkes RI : Jakarta

Gangjar, GI.dkk, 2003. “Analisis obat secara spektrofotometri dan

kromatografi” Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Hambali.Elita, 2007. “Teknologi Bicenergi” ITB : Bandung

Rohman.A, 2003. “Kromatografi untuk Analisis Obat” Graha Ilmu : Jakarta

Wation david, 2006. “Analisis farmasi Edisi III” Jakarta


LAMPIRAN

A. Skema kerja

0,5 cm

1,5 cm Penotol

Kertas whatman yang Camber yang berisi

diberikan batas atas dan eluen

batas bawah,kemudian

ditotol (Sulfamerazin,

sulfadiazine,trisulfat)

Diamati pergerakan noda di eluen

Dikeluarkan kertas whatman dari camber

Di ukur jarak noda dan jarak eluen

Dihitung nilai Rf

Anda mungkin juga menyukai