Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN

PERHITUNGAN KONSENTRASI LARUTAN DAN KADAR SENYAWA

NAMA : AVIOLA TI ELITE

NIM : F202201118

KELAS : M2

KELOMPOK/BATCH :1/B

KOORDINATOR LAB : RISKY JULIANSYAH, S.Si.,M.Si

ASISTEN LAB : NURFITRA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-
kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutam dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan asam
sulfat, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan kedalam air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air ditambahkan kedalam asam sulfat pekat, panas yang
dilepaskan sedemikan besar dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan
menyebabkan asal sulfat memercik. Jika kita berada didekatnya, percikan
asam sulfat ini merusak kulit ( Putri dan Supriadi, 2015 ).
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan
larutan atau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan
fisik, satuan berat atau satuan volume atau dalam satuan kimia, misalnya mol,
massa rumus, dan ekivalen. Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan fisik
yaitu persen berat (%w/w), persen volume (%v/v), persen berat-volume
(%w/v), gram zat terlarut dalam satu liter larutan, miligram zat terlarut dalam
satu miiliter larutan, parts per million (ppm) dan parts per billion (ppb). Cara
menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia yaitu kemolaran (M), kenormalan
(N), keformalan (F), kemolalan (m), dan fraksi mol. Di bidang kedokteran dan
ilmu-ilmu biologi biasanya digunakan satuan konsentrasi dalam persen berat-
volume (%w/v), persen miligram, ekivalen (Eq), mili ekivalen (mEq), dan
keosmolaran ( Putri dan Supriadi, 2015 ).

B. Tujuan Percobaan

Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi larutan dan kadar suatu senyawa


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

Konsentrasi menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dan pelarut yang


terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun
secara kualitatif. Konsentrasi secara kualitatif dinyatakan dengan istilah larutan
pekat(concentrated) dan larutan encer (dilute). Kedua istilah tersebut menyatakan
bagian relatif zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Larutan pekat berarti jumlah
zat terlarut relatif lebih besar, sedangkan larutan encer berarti jumlah zat terlarut
relatif lebih sedikit. Biasanya kedua istilah ini digunakan untuk membandingkan
konsentrasi dua larutan atau lebih. Konsentrasi secara kuantitatif dinyatakan
dalam g/ml, namun dalam perhitungan stoikiometri satuan gram diganti dengan
satuan mol sehingga diperoleh satuan mol/l.Larutan seringkali dibuat dengan
mengencerkan larutan stok yang tersedia dengan menggunakan pelarut air.
Banyaknya larutan yang akan dibuat perlu ditetapkan terlebih dahulu kemudian
volume larutan stok yang harus diambil dapat dihitung. Mol zat terlarut sebelum
pengenceran (n1) sama dengan mol zat terlarut sesudah pengenceran (n2).
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut.n1 = n2V1= V2M2M1

Dengan M adalah molaritas, V adalah volume larutan, notasi 1,2


menunjukkan sebelum dan sesudah pengenceran. Campuran zat-zat yang bersifat
homogen disebut dengan larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba
sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut
atau lebih dari satu produk. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah yang
banyak. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur
tertentu disebut sebagai larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, disebut
sebagai larutan tidak jenuh. Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat
terlarut dalam larutan lebih banyak dari pada zat terlarut yang seharusnya dapat
melarut dalam temperatur tersebut, Larutan yang demikian disebut larutan lewat
jenuh. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam
jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan
suatu zat bergantung pada sifat zat itu sendiri, molekul pelarut, temperatur dan
tekanan (Ferdian, 2013).

Larutan merupakan campuran yang sifatnya homogen (homogeneous


mixture). Dikatakan bersifat homogen karena komposisi dan juga sifatnya yang
seragam, dan disebut campuran karena mengandung dua atau lebih zat yang
proporsinya bisa saja bervariasi. Pelarut (solvent) adalah komponen yang
kualitasnya terbesar atau yang menentukan wujud materi larutan. Komponen
larutan lainnya, yang dinamakan zat terlarut (solute), dikatakan terlarut dalam
pelarut. Larutan pekat memiliki kuantitas zat terlarut yang relatif tinggi dan
larutan encer hanya mempunyai kuantitas zat terlarut yang rendah. Cobalah
Bayangkan larutan yang mengandung sukrosa (gula pasir) sebagai salah satu zat
terlarut dalam pelarut air: sirup merupakan larutan pekat, sedangkan kopi manis
jauh lebih encer ( Ferdian, 2013 ).

Jika dua zat yang berbeda dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang sama
ada tiga kemungkinan, yaitu zat tersebut akan bereaksi, bercampur, dan tidak
bercampur. Jika zat tersebut bereaksi maka akan terbentuk zat baru yang sifatnya
berbeda dari zatyang semula. Kalau zat bercampur maka sifatnya tidak berubah
dan dapat dipisahkan kembali dengan cara fisika, seperti dengan destilasi,
kristalisasi, kromatografi, danlain-lain. Dua zat dapat bercampur bila ada interaksi
antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zat nya. Oleh
karena itu, campuran dapat dibagimenjadi : gas-gas, gas-padat, cair-cair, cair-
padat, dan padat-padat ( Ferdian, 2013 ).

B. Uraian Bahan

1. Asam Klorida (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi : ACIDUM HYDROCHIORIDM
Nama lain : asam klorida
Rumus molekul : HCL
Berat molekul : 36,46

Pemerian : tidak berwarna, berasa bau merangsang jika

dihancurkan dengan 2 bagian air asap dan bau

menghilang

Kelarutan : larutan 20 gr atau 12 ml HCL (p) pada 100 ml air

Kegunaan : sebagai pereaksi kation golongan I

Penyimpanan : dalam wadah tertutp rapat

2. Asam Sulfat (FI edisi 3:97)


Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam Sulfat
RM/BM : H2SO4/98,07
Pemeriaan : Cairan kental minyak, tidak berwarna, bau khas
Kelarutan : Cairan kental seperti minyak, korosif, jika
ditambahkan kedalam air menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi

3. Kalium iodida (FI edisi 3:97)


Nama Resmi : KALII IODIDUM

Nama Lain : Kalium iodida


RM/BM : KI/166,00
Pemerian : Hablur heksahedral,transparan tidak berwarna,opa
dan putih, serbuk butiran putih. Higroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam etanol, mudah larut dalam gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat / Kegunaan : Anti jamur

4. Natrium Klorida (FI edisi 3:97)


Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium Klorida

RM/BM :NaCl /58,44


Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk
hablur putih; tidak berbau,rasa asin
Kelarutan : larut dalam bagian air,sukar larut dalam etanol p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat / Kegunaan : sumber ion klorida dan ion natrium
5. Natrium hidroksida (FI edisi 3:97)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium hidroksida
RM/BM : NaOH/40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh, menunjukkan susunan hablur;
putih;, mudah meleleh basah.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat / Kegunaan : Zat tambahan

6. AgNO3 (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : ARGENTII NITRAS

Nama Lain : Perak Nitrat

Rumus Molekul : AgNO3

Berat Molekul : 169,87

Pemeriaan : Hablur berwarna putih,tidak berbau dan


menjadi gelap bilaterkena sinar

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai peraksi golongan anion

7. Cacl2 (DITJEN POM 1979 : 120)

Nama Resmi : CALCII CHLORIDUM

Nama Lain : Kalsium Klorida

RM/BM : CaCl2/219,08

Pemerian : Hablur,tidak berwarna, tidak berbau,rasa agak pahit,

meleleh basa.

Kelarutan : Larut dalam 0,25 bagian air, mudah larut dalam etanol

(95%)p

Penyimanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi spesifik golongan III anion

8. Tembaga (II) sulfat (FI Ed. IV, hal. 731)

Nama resmi : CUPRII SULFAT

Nama lain : Tembaga (II) sulfat

RM/ BM : CuSO4 / 159,60

Pemerian : Serbuk keabuan

Kelarutan : Larut perlahan-lahan dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, dan terlindung dari


cahaya

Kegunaan : Pereaksi2.

9. Besi (III) Klorida (FI III : 659)

Nama resmi : FERII CHLORIDUM

Nama lain : Besi (III) Klorida

RM/ BM : FeCl3/162,2

Pemerian : Hablur atau serbuk, hitam kehijauan, bebas

10. K2CrO4 (Ditjen POM, 1995)

Nama Resmi : Kalii cromat

Nama Lain : Kalium kromat

RM/BM : K2CrO4 / 194

11. KBr (FI III,328)

Nama resmi : KALII BROMIDUM

Nama lain : kalium bromide

RB : KBr

BM : 119,01

Pemerian : Hablur tidak berwarna ,transparan atau buram atau serbuk


butir ,tidak berbau, rasa asin dan agak pahit.

Kelarutan : Larut dalam 1,6 bagian air,dan dalam kurang 200 bagian
etanol (90%)P.

Kegunaan : Sebagai sampel.

Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup baik


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

1. Batang pengaduk
2. Buret 50 ml
3. Corong kaca
4. Pipet volume 10 ml
5. Gelas kimia 10 ml
6. Labu Erlenmeyer 100 ml
7. Gelas arloji
8. Karet penghisap
9. Labu ukur 100 ml
10. Timbangan analitik
11. Botol aquadest

Bahan yang digunakan :

1. AgNO3
2. CaCl
3. Kl
4. NaCl
5. NaOH
6. Larutan CuSO4
7. Larutan FeCl3
8. Larutan HCL
9. Larutan H2SO4
10. Larutan NaOH
11. Larutan KBr
12. Larutan K2CrO4
B. Prosedur Kerja

1. Preparasi Larutan

a. Dibuat larutan natrium hidroksida 0,2 N sebanyak 500 mL

b. Dibuat larutan standar asam oksalat 0,1 N sebanyak 100 mL

2 . Standarisasi Natrium Hidroksida dengan Larutan Standar Asam Oksalat:

Dipipet 10 mL larutan asam oksalat ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan


indikator PP sebanyak 3 tetes. Distandarisasi dengan larutan natrium hidroksida
sampai warna larutan berubah dari bening tidak berwarna menjadi warna merah
muda. Diamati dan catat hasilnya.

3. Penentuan Kadar Asam Asetosal dalam Sediaan Tablet:

Ditimbang 10 tablet asetosal yang digunakan kemudian digerus dan


dihomogenkan dan ditimbang kembali. Ditimbang lebih kurang 300 mg,
dilarutkan dengan aquades sampai volumenya 100 mL. Pipet 10 mL kemudian
dimasukkan dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 10 mL etanol dan ditambahkan 4
tetes indikator PP. Dititrasi dengan larutan standar natrium hidroksida sampai
larutan berubah warna menjadi warna merah muda.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Pengenceran
a. Larutan H2SO4
V1.M1  =  V2 . M2
V1.98 = 50.2

V1    =  100/98
V1 =1,02 ML
b. Larutan FeCL3
V1.M1       =  V2 . M2
V1.162,5 = 50.2
V1 = 100/162,5
V1 = 1 ML
c. Larutan KBr
V1.M1    =  V2 . M2
V1.2 = 50.2
V1 = 100/2
V1 = 50 ml

d. Larutan K2CrO4
V1.M1 =  V2 . M2
V1.4 = 50.8
V1 = 400/4
V1 = 100

e. Larutan CuSo4
V1.M1   =  V2 . M2
V1.2 = 50.4
V1 = 200/4
V1 = 50 ml
f. Larutan NaOH
V1.M1   =  V2 . M2
V1.2 = 50.4
V1 = 200/4
V1 = 50 ml

g. Larutan HCL
V1.M1       =  V2 . M2
V1.36,5 = 50.2
V1      =  100/36
V1 = 2,73 ml
h. Larutan K4Fe (CN)6
V1.M1     =  V2 . M2

V1.368 = 50.2
V1 = 100/368
V1 = 0,27 ml = 1 ml

B. Molaritas
a. HCL
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 36,4 x 50
gr = 3,6 gr
b. H2So4
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 98,07 x 50
gr = 9,8 gr
c. KBr
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 119,02 x 50
gr = 11,90 gr
d. FeCl3
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 162,2 x 50
gr = 16,22 gr
e. K2CrO4
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 194,18 x 50
gr = 19,418 gr
f. HNo3
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 63,02 x 50
gr = 6,302 gr
g. NH3
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 17,03 x 50
gr = 1,703 gr
h. NaOH
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 39,99 x 50
gr = 3,99 gr
i. NaCL
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 58,44 x 50
gr = 5,844 gr
j. CaCl
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 110,098 x 50
gr = 11, 198 gr
k. KI
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 159,609 x 50
gr = 15,96 gr
l. AgNO3
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 169,87 x 50
gr = 16,987 gr
m. CaCL
2 = gr x 1000 / BM x v
gr x 1000 / 110,098 x 50
gr = 11,198 gr
BAB V

PEMBAHASAN

Konsentrasi menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dan pelarut yang


terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun
secara kualitatif. Konsentrasi secara kualitatif dinyatakan dengan istilah larutan
pekat(concentrated) dan larutan encer (dilute). Kedua istilah tersebut menyatakan
bagian relatif zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Larutan pekat berarti jumlah
zat terlarut relatif lebih besar, sedangkan larutan encer berarti jumlah zat terlarut
relatif lebih sedikit. Biasanya kedua istilah ini digunakan untuk membandingkan
konsentrasi dua larutan atau lebih. Konsentrasi secara kuantitatif dinyatakan
dalam g/ml, namun dalam perhitungan stoikiometri satuan gram diganti dengan
satuan mol sehingga diperoleh satuan mol/l.Larutan seringkali dibuat dengan
mengencerkan larutan stok yang tersedia dengan menggunakan pelarut air.
Banyaknya larutan yang akan dibuat perlu ditetapkan terlebih dahulu kemudian
volume larutan stok yang harus diambil dapat dihitung. Mol zat terlarut sebelum
pengenceran (n1) sama dengan mol zat terlarut sesudah pengenceran (n2).
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut.n1 = n2V1= V2M2M1

Dengan M adalah molaritas, V adalah volume larutan, notasi 1,2 menunjukkan


sebelum dan sesudah pengenceran.( Ferdian, 2013 ).
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Larutan adalah campuran homogen yang terjadi dari dua zat atau lebih,
yang memiliki komposisi yang merata, ukuran partikelnya sama, tidak dapat
dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut, partikel-partikel
penyusunnya berukuran sama dari dua zat atau lebih dan pembuatan larutan
bergantung pada kuantitas larutan (volum dan konsentrasi) dan kuantitas zat
terlarut (massa zat terlarut), serta larutan akan terbentuk jika sifat dan komposisi
pelarut dan zat terlarutnya sama (homogen).

B. Saran

Saat melakukan praktikum sebaiknya berhati-hati dalam melakukan uji


coba agar tidak terjadi kerusakan barang yang terdapat dilaboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta

Ferdian, 2013. Pengertian Konsentrasi Larutan. Yogyakarta: UGM

Putri, L. M. A., Prihandono, T., & Supriadi, B. (2015). Pengaruh Konsentrasi


Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal Pembelajaran
Fisika, 6(2), 147–153.

Anda mungkin juga menyukai