Anda di halaman 1dari 22

GOLONGAN SULFA KFA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang analisis farmasi, identifikassi bahan baku yang digunakan
sebagai bahan obat atau bahan bantu belum begitu banyak dilakukan. Yang banyak
digunakan adalah identifikasi anion ataupun kation yang merupakan bagian bahan
obat, bahan baku, bahan bantu dan sediaan untuk senyawa anorganik maupun
senyawa organik, yang pada analisis kedua senyawa tersebut terdapat perbedaanperbedaan yang penting.
Senyawa-senyawa anorganik pada umumnya merupakan senyawa ionic
yang dapat ditentukan dengan suatu bagan tertentu, sedangkan senyawa organik
umumnya terikat dalam ikatan kovalen, dan hingga sekarang belum ada suatu
skema atau bagan yang dapat digunakan untukmelakukan identifikasinya.
Tujuan analisis kualitatif bahan farmasi ini adalah untuk mengidentifikasi
zat-zat terutama obat ang berupa sediaan kimiawi atau sediaan galenis dalam
bentuk bubuk, tablet, larutan, emulsi, salep, suppositoria atau bentuk sediaan lain
yang berupa campuran atau zat tunggal.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu tahapan kerja yang
sistematis sehingga dalam waktu yang telah ditentukan semua dapat diselesaikan
dengan tepat dan benar.
Adapun tahapan kerja tersebut meliputi :

Pemeriksaan organoleptis seperti warna, bau, rasa

Penentuan sifat fisika seperti kelarutan, penentuan titik lebur, titik didih,
indeks bias, kekentalan, bobot jenis, rotasi jenis, dan lain-lain

Penentuan unsur-unsur

Penentuan gugus fungsional

Penentuan jenis zat berdasarkan reaksi-reaksi kimia dari percobaan.

B. Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara
analisis kualitatif terhadap obat-obat golongan sulfonamida.
C. Tujan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini untuk menentukan cara analisis
kualitatif terhadap obat-obat golongan sulfonamida.
D. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini adalah melakukan uji sesuai dengan
golongan obat untuk mengidentifikasi golongan sulfonamida dengan menggunakan
pereaksi yang spesifik ( parry, vanillin, dan CuSO4 )

BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN
A. Teori Umum
Sulfonamida dan senyawa kuinolin merupakan kelompok obat penting
pada penanganan infeksi saluran kemih ( ISK ). Demi pengertian yang baik
pertama-tama akan dibicarakan secara singkat beberapa aspek dari ISK, termaksud
penangananya. Kemudian pada bagian berikutnya akan dibahas secara mendalam
kedua kelompok tadi. Antibiotika ISK lainya penisilin atau sefalosforin dan amini
glikosida. (Tjay,2007)
Sulfonamide merupakan kelompokk anti bakteri dengan rumus dasar
yang sama yaitu H2N-C6H4-SO2NHR dan R adalah berbagai macam substituen.
Pada prinsipnya senyawa ini dapat digunakan terhadap berbagai infeksi. Namaun
setekah ditemukanna antibiotika dan zat-zat lain yang lebih efektif (tetapi kurang
toksis) maka sejak tahun 1980an indikasi dan penggunaanna semakin berkurang,
juga karena banyak kuman telah menjadi resiten terhadap sulfonamide.
Sulfonamida bersifat amfoter yang artinya dapat membentuk garam
dengan asam maupun dengan basa. Daa larutnya dalam air sangat kecil, garam
alkaline lebih baik, walaupun larutan ini tidak stabil karena mudah terurai.
(Tjay,2007)

B. Uraian Bahan
1. Alkohol (FI Edisi III, hal. 65 )
Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Kimia

: AETHANOLUM
: Etanol, alkohol
: C2H2O

Pemerian
: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan
eter p
Penyimpanan

: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan dalam


: Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya

K/p

: Zat tambahan

2. Aquadest (FI Edisi III, hal. 96 )


Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Kimia

: AQUA DESTILLATA
: Air suling
: H2O

Berat Molekul

: 18,02

Pemerian
rasa

: Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai

Penyimpanan
3.

: Dalam wadah tertutup baik

CuSO4 (FI Edisi IV, hal. 731 )

Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Kimia

: CUPRI SULFAT
: Tembaga (II) sulfat
: CUSO4

Berat Molekul

: 159,60

Pemerian

: Serbuk keabuan

Kelarutan

: Larut perlahan-lahan dalam air

Penyimpanan
K/p

: Dalam wadah tertutup rapat


: Zat adatif

4. HCl (FI Edisi III, hal. 53 )


Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Kimia
Berat Molekul

: ACIDUM HYDROCHLORIDUM
: Asam klorida
: HCl
: 36,46

Pemerian
: Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang jika
diencerkan 2 bagian volume air, asap akan hilang.
Bobot Jenis

: Lebih kurang 1,18

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

5.

H2SO4 (FI Edisi III, hal. 53 )

Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Molekul

: ACIDUM SULFURICUM
: Asam sulfat
: H2SO4

Berat Molekul

: 98,07

Bobot Jernih

: Lebih kurang 1,84

Pemerian
tajam dan korosi

: Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau sangat

Kelarutan
: Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan
menimbulkan panas
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

6. NaOH (FI Edisi III, hal. 412)


Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Molekul
Berat Molekul

: NATRIUM HYDROXYDUM
: Natrium hidroksida
: NaOH
: 40,00

Pemerian
: Bentuk batang, putiran, masa hablur atau keping, kering,
keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur, putih, mudah meleleh basah,
sangat alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida
Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) p

Identifikasi
: Larutan bereaksi alkalis kuat, jika dinetralkan dengan asam
klorida encer p, menunjukkan reaksi natrium yang tertera pada reaksi identifikasi.
Penyimpanan
K/p
7.

: Dalam wadah tertutup baik


: Zat tambahan

NH4OH (FI Edisi III, hal. 86 )

Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Molekul

: AMMONIA
: Amonia
: NH4OH

Berat Molekul

: 36,05

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk kuat

Kelarutan

: Mudah larut dalam air

Identifikasi
: A bereaksi alkalis B. Jika uap amoniak bercampur dengan uap
asam klorida, berbentuk kabut tebal putih
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

K/p

: Zat tambahan

8. FeCl3 (FI Edisi III, hal. 1059)


Nama Resmi

: FERII (III) CHLORIDUM

Nama Lain
Rumus Molekul

: Besi (III) klorida, Feri klorida


: FeCl3

Berat Molekul
Penyimpanan
9.

: 162,2
: Dalam wadah tertutup rapat

Pereaksi parry ( Tim Dosen Uit, Hal. 35 )

Larutan CoCl2

2 gram

HCl

1 ml

Aquadest

ad 100 ml

Atau
Co-nitrat

2 gram

HCl

1 ml

Aquadest

ad 100 ml

10. Sulfadiazin (FI Edisi III, hal. 579)


Nama Resmi :

SULFADIAZINUM

Nama Lain

: Sulfadiazin

Rumus Molekul

: C10H10N4O2S

Rumus bangun

N
NH2
`

Berat Molekul

SO2 NH
N

: 250, 27

Pemerian
: Serbuk putih kekunigan atau putih agak merah jambu, hampir
tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) P dan dalam aseton P, mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam
larutan alkali hidroksida
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya matahari

Kegunaan

: Antibakteri

Dosis Maksimum : Sekali 2 gram, sehari 8 gram


11. Sulfamerazin (FI Edisi III, hal. 584)
Nama Resmi

: SULFAMERAZINUM

Nama Lain

: Sulfamerazina

Rumus Molekul
Rumus Bangun

: C11H12N4O2S
:

N
NH2

SO2NH
N

Berat Molekul

CH3

: 264, 31

Pemerian
: Serbuk putih agak kekuningan, tidak barbau atau hampir tidak
berbau, rasa agak pahit. Mantap di udara kalau kena cahaya langsung lambat laun
warna menjadi tua.
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
eter P, sukar larut dalam etanol (95%) P, agak sukar larut dalam aseton P.
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya

Kegunaan

: Antibakteri

12. Sulfanilamida (FI Edisi III, hal.587 )


Nama Resmi
Nama Lain

: SULFANILAMIDU
: Sulfanilamida

Rumus Bangun

: H2N

Rumus Molekul

: C6H8N2O2S

SO2NH2

Berat Molekul

: 172, 21

Pemerian
kemudian manis.

: Hablur serbuk halus atau putih, tidak berbau, rasa agak pahit

Kelarutan
: Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan sangat sukar larut dalam
kloroform P.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya

Kegunaan

: Antibakteri

13. Vanillin ( FI. Edisi IV, Hal. 822 )


Nama Resmi

: VANILLINUM

Nama Lain

: Vanillin; 4-Hidroksi-3-metoksibenzaldehida (121-33-5)

Rumus Molekul

: C8H8O3

Berat Molekul

: 152,5

Pemerian
: Hablur halus berbentuk jarum, putih hingga agak kuning, rasa
dan bau khas, dipengaruhi cahaya, larutan bereaksi asam terhadap lakmus
Kelarutan
: Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, kloroform,
Dallam eter dan dalam larutan alkali hidroksida tertentu, larut dalam gliserin dan
dalam air panas
IdentifikasI
: Spektrum serapan inflamerah zat yang didispersikan dalam
kalium bromide p menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang
sama seperti pada vanillin BPFI
Komposisi

: Vanillin

5 gram

Asam sulfat

ad 100 ml

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1.

Alat yang digunakan

a.

Batang pengaduk

b.

Botol

c.

Gelas kimia

d.

Gelas ukur

e.

Handscool

f.

Korek api kayu

g.

Lap kasar dan lap halus

h.

Lampu spiritus

i.

Masker

j.

Ose bulat

k.
l.

Pipet tets
Rak tabung

m. Sendok tanduk
n.

Sendok porselin

o.

Timbangan

p.

Tabung reaksi

2.

Bahan yang digunakan

a.

Alkohol

b.

Aquadest

c.

Ammonium hidroksida

d.

Periaksi Tembaga (III) sulfat

e.

Pereaksi parry

f.

Pereaksi vanillin

g.

Pereaksi asam sulfat pekat

h.

Pereksi natrium hidroksida

i.

Pereaksi cupri sulfat

j.

Sulfadiazin

k.

Sulfamerazin

l.

Sulfanilamid

B. Cara kerja
1.

Pembuatan pereaksi

a.

Pereaksi parry

1.

Disiapkan alat dan bahan

2.

Ditimbang 2 gram CoCl2

3.

Diukur 1 ml HCl

4. Dilarutkan CoCl2 dalam 1 ml HCl kemudian ditambahkan air sampai volume


100 ml.

b.

Pereaksi Kupri sulfat 0,5 M : 1 N


CuSO4.5H2O
H2SO4 pekat
Akuades

62,4 g
2,5 mL
500 mL

Larutkan dulu asam pekat ke dalam 100 mL akuades. Kemudian larutkan garam ke
dalam larutan H2SO4. Encerkan dengan akuadest sampai volum larutan menjadi
500 mL.
c.

Pereaksi asam sulfat 3 M : 6N

H2SO4 17,8 M ; 95% (b/b)


Akuades

170 mL
830 mL

2.

Uji Pendahuluan

a.

Disiapkan alat dan bahan

b.

Diamati sampel mulai bentuk, bau, rasa dan warna

c.

Dicatat hasilnya

3.

Uji Golongan

a.

Disiapkan alat dan bahan

b.

Dimasukkan zat kedalam tabung reaksi dan ditambahkan HCl pekat

c.

Diamati perubahan warna yang terjadi

d.

Dimasukkan korek api ke dalam tabung reaksi

e.

Dicatat perubahan warna yang terjadi

4.

Uji penegasan

1.

Reaksi parry

a.

Disiapkan alat dan bahan

b.

zat dilarutkan dalam alkohol lalu diamati perubahan warna yang terjadi

c.

ditambahkan pereaksi parry, lalu diamati perumahan warna yang terjadi

d.

Ditambahkan NH4OH, lalu diamati perubahan warna yang terjadi

2.

Reaksi vanillin

a.

Disiapkan alat dan bahan

b.

Diambil zat lalu dimasukkan kedalam tabung reaksI

c.

Ditambahkan pereaksi vanillin, lalu diamati perubahan warna yang terjadi

d.

Ditambahkan H2SO4 encer, lalu diamati perubahan warna yang terjadi

3.

Pereaksi CuSO4

a. Diisiapkan alat dan bahn


b. Dimasukkan zat dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan NaOH
c.

Diamati perubahan warna yang terjadi

d. Ditambahkan pereaksi CuSO4, lalu diamati perubahan warna yang terjadi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabel Pengamatan
1.

Uji Organoleptis

Sampel
Bau

Rasa
Bentuk
Warna
D1

D2

D3
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berasa
Tidak berasa
Agak pahit
Serbuk halus
Serbuk halus
Serbuk halus
Putih

Putih

Putih kekuningan

2.

Uji Pendahuluan

Sampel
Pereaksi
Warna
Keterangan
Literatur
D1

D2
D3
HCl
HCl
HCl
Kuning
Merah
Kuning
(+) Kuning
(+) Kuning
(+) Kuning
Kuning
Merah
Kuning

3.

Uji Penegasan

a.

Pereaksi Parri

Sampel
Pereaksi
Hasil
Literatur
Sulfadiazin

Sulfamerazin

Sulfanilamid
Alkohol + Parri + NH4OH 1 tetes
Alkohol + parri + NH4OH 1 tetes

Alkohol + parri + NH4OH 1 tetes


Putih

Larutan biru tua

Larutan merah muda


Merah tua

Violet-merah jambu

Merah

b.

Pereaksi Vanillin

Sampel
Pereaksi
Hasil
Literatur
Sulfadiazin
Sulfamerazin
Sulfanilamid

Vanillin + H2SO4
Vanillin + H2SO4
Vanillin + H2SO4

Kuning
Kuning
Larutan biru tua

Coklat

Merah spesifik
Biru

c.

Peraksi CuSO4

Sampel
Pereaksi
Hasil
Literatur
Sulfadiazin

Sulfamerazin

Sulfanilamid

NaOH +CuSO4

NaOH +CuSO4

NaOH +CuSO4

Larutan biru tua


Hijau kebiruan
Larutan biru tua

Kuning lama-lama violet

Hijau Abu-Abu Coklat

Biru (ungu)

B. Reaksi
1.

Uji Penegasan (Reaksi parry)

a.

C10H10NO2S + C2H5OH
Putih + NH4OH

Putih + Pereaksi parry

Tetap

b.

C11H12N4O2S + Vanillin

H2SO4

Biru Tua

c.

C6H8N2O2S + NaOH + CuSO4

2.

Reaksi Vanillin

a.

C10H10N4O2S + C2H5OH + Pereaksi Parry + NH4OH

b.

C11H12N4O2S + Vanillin

c.

C6H8N2O2S + Vanillin + H2SO4

3.

Reaksi dengan CuSO4

Merah

H2SO4

Kuning
Larutan jernih

Kuning

a.

C10H10N4O2S + NaOH + CuSO4

b.

C11H12N4O2S + NaOH + CuSO4

c.

C11H12N4O2S + NaOH + CuSO4

Biru tua
Hijau kebiruan
Biru tua

C. Pembahasan
Alam kimia,rumus fungsi sulfonamide s C=72-NH2, sebuah gugus sulfonatyang
berkaitan dengan amina. Senyawa sulfanimoda adalah senyawa mengandung
gugus tersebut.
Beberapa sulfanomida dimungkinkan diturunkan juga dari asam sulfonat dengan
menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina. Dalam kedokteran, istilah
Sulfanomida kadang kadang dijadiakan siinonim untuk obat sulfa,yang
merupakan trunan sulfanilamid.
Pada percobaan golongan sulfonamide digunakan sampel yaitu sulfadiazine,
sulfamerazin, dan sulfanilamide dimana masing masing sampel terlebih dahulu
dilakukan :
1.

Uji organoleptis yaitu diamati bau,rasa,bentuk dan warna

2.

Uji pendahuluan

3.

Uji penegasan

Pada pendahuluan korek api,sulfadiazine,sulfamerazin dan sulfanilamid dilarutkan


dengan pereaksi HCl pekat sehinga masing masing menghasilkan warna kuning,
merah dan kuning. Diamna hasil ini sesuai dengan literatur.
Pada uji penegasan yaitu menggunakan preaksi parry. Pada sulfadiazine dilarutkan
dengan alkohol menghasilkan endapan putih lalu ditambahkan pereaksi parry yang
menghasilkan warna putih lalu ditambah NH4OH menghasilkan warna putih. Pada
sulfadiazin dilarutkan dengan alkohol menghasilkan larutan berwarna biru tua/
setelah penambahan parry dan NH4oh,tetap menghasilkan biru tua.
Dengan menggunakan pereaksi vanillin,pada sulfadiazin ditambah vanillin dan
H2SO4 menghasilkan endapan kuning. Pada sulfamerazin setelah ditambahkan
vanilin dan H2SO4 menghasilkan endapan kuning. Pada sulfanilamid penambahan
vanillin dan H2SO4 menghasilkan larutan jernih atau melarut sempurna.

Dengan menggunakan pereaksi CuSO4, pada sulfadiazin ditambahkan NaOH dan


CuSO4 menghasilkan larutan biru tua. Pada sulfamerazin ditambahhkan NaOH
menghasilkan endapan hijau kemudian setelah diitambahkan CuSO4 menghasilkan
endapan hijau kebiruan. Dan pada sulfanilamid ditambahkan NaOH dan CuSO4
menghasilkan larutan biru tua. Hal ini tidak sesuai dengan literatur.
Adapun ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan literatur, disebabkan oleh :
1.

Alat yang digunakan kurang steril

2.

Sampel yang digunakan kurang baku

3.

Kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Sulfadiazin pada uji pendahuluan menggunakan HCl pekat menghasilkan warna
kuning, sedangakan pada uji penegasan menggunakan pereaksi parry
menghasilkan endapan putih, dengan menggunakan vanillin ditambah H2SO4
menghasilkan endapan kuning, dan dengan menggunakan CuSO4 menghasilkan
biru tua
b. Sulfamerazin pada uji pendahuluan menghasilkan HCL pekat menghasilkan
warna merah, sedangkan uji penegasan menggunakan pereaksi parry menghasilkan
warna biru tua, dengan menggunakan pereaksi vanillin menghasilkan warna kuning
dengan menggunakan CuSO4 menghasilkan warna hijau kebiruan.
c. Sulfanilamid pada uji golongan menggunakan HCL pekat menghasilkan warna
kuning, sedangkan uji penegasan menggunakan pereaksi parry menghasilkan warna
larutan berwarna merah muda, dengan menggunakan pereaksi vanillin
menghasilkan larutan jernih atau zat melarut sempurna, dengan menggunakan
CuSO4 menghasilkan larutan biru tua.
B. Saran
Kami sebagai praktikan mengharapkan arahan dan bimbingan baik dalam
praktikum maupun dalam pembuatan laporan

DAFTAR PUSTAKA

Anief Moh.1990. Perjalan dan Nasib Obat di Dalam Tubuh. Gadjah Mada Universitas
Press:Jakarta
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI: Jakarta.
Dirjen POM. 1985. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Depkes RI: Jakarta.
Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia. PT Bumi Aksara:Jakarta
Praeparandi, A. 1979. Card system dan Reaksi Warna. Institut Teknologi : Bandung.
Syamsuni. 2001. Ilmu Resep. PT Gramedia: Jakarta
Staf pengajar Departemen Farmakologi. 2008. Kumpulan kuliah Farmakologi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya: Jakarta.
Tim Dosen UIT. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi Analisis. Universitas
Indonesia Timur

E. Dasar Teori
Kemampuan suatu terapi antimikrobial sangat bergantung kepada obat, pejamu, dan agen
penginfeksi. Namun dalam keadaan klinik hal ini sangat sulit untuk diprediksi mengingat
kompleksnya interaksi yang terjadi di antara ketiganya. Namun pemilihan obat yang sesuai
dengan dosis yang sepadan sangat berperan dalam menentukan keberhasilan terapi dan
menghindari timbulnya resistansi agen penginfeksi.

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang
bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan
fungi. Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri.
2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat
pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/antibiotik-mekanisme-cara-kerja-danklasifikasinya/
Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja
Bakteriostatika :
Menahan pertumbuhan & replikasi bakteri pada kadar serum yang dapat dicapai tubuh pasien.
Membatasi penyebaran infeksi saat sistem imun tubuh bekerja memobilisasi & mengeliminasi
bakteri patogen. Misalnya : Sulfonamid, Kloramfenikol, Tetrasiklin, Makrolid, Linkomisin.
Bakterisid :
Membunuh bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup & diturunkan.
Pembagian : a) Bekerja pada fase tumbuh kuman, misalnya : Penisilin, Sefalosporin, Kuinolon,
Rifampisin, Polipeptida. b) Bekerja pada fase istirahat, misalnya : Aminoglikosid, INH,
Kotrimoksazol, Polipeptida.
Antibiotik berdasarkan spectrum
Spektrum Semp it : bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal / grup tertentu. Misalnya,
Isoniazid untuk mikobakteria.
Spektrum Sedang : efektif melawan organisme Gram (+) & beberapa bakteri Gram
(-). Misalnya, Ampisilin.
Spektrum Luas : mempengaruhi spesies mikroba secara luas. Misalnya, Kloramfenikol &
Tetrasiklin.
http://drmuzyoungarts.blogspot.com/2011/04/antibiotik-mekanisme-cara-kerja-dan.html
Macam-macam antibiotika
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan
kimiawinya. Ada e nam kelompok antibiotika[1] dilihat dari target atau sasaran kerjanya(nama
contoh diberikan menurut ejaan Inggris karena belum semua nama diindonesiakan atau
diragukan pengindonesiaannya):
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
Inhibitor transkripsi dan replikasi,
mencakup
misalnya rifampicin,actinomycin D, nalidixic acid;

golongan

Quinolone,

F.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.

Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolida,
Aminoglycoside,
dan
Tetracycline,
misalnya gentamycin, chloramphenicol,kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
Inhibitor fungsi sel lainnya,
misalnya oligomycin,tunicamycin; dan

seperti

golongan

sulfa

atau sulfonamida,

Antimetabolit, misalnya azaserine.


http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotika
Alat dan Bahan
Alat :
Pipet tetes
Spirtus
Kaki tiga
Tabung reaksi
Rak tabung
Gelas kimia
Bahan :
Sample 6B dan 55
Aquadest, Asam Sulfat, Kloroform, Etanol, Fehling A dan B, dll.

G. Prosedur Kerja
- Pemeriksaan organoleptik :
Sample 6B : Warna putih
Bentuk serbuk
Rasa pahit
Bau khas
Sample 55 : Warna merah coklat
Bentuk serbuk
Rasa pahit
Bau netral
Dugaan Rifampisin
- Uji Golongan :
Antibiotik larut dalam air atau tidak = sample + air Tidak larut kedua samplenya
- Uji penegasan :
Sample 6B + Fehling A dan B Larutan hijau coklat, endapan merah bata
Sample 6B + Asam Kuat Larutan kuning
Sample 55 cukup dengan organoleptis
H. Data dan Hasil Pengamatan
Uji organoleptis :
No Sample
Warna
Bentuk
Rasa
Bau
Dugaan

Simpulan

1
2

6B
55

Putih
Merah
kecoklatan

Serbuk
Serbuk

Uji Golongan :
No
Cara Kerja
1
Golongan yang larut dalam air
atau tidak = sample keduanya +
@air
Uji penegasan :
No
Cara Kerja
1
Sample 6B + Etanol
2
Sample 6B + Fehling A + B

3
4

I.

Sample 6B + Asam Kuat


Sample 55

Pahit
Pahit

Khas
Netral

Amoksisilin
Rifampisin

Hasil
Tidak larut

Dugaan

Kesimpulan

Hasil
Tidak larut
Endapan merah
dengan larutan
hijau coklat
Larutan kuning
Organoleptis
cukup

Dugaan
Amoksisilin

Kesimpulan

Amoksisilin
Rifampisin

Pembahasan
Praktikum antibiotic ini akan mengidentifikasi suatu sample yang didalamnya terdapat
zat/obat antibiotic. Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya dalam prosesinfeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan
pengobatan penyakit infeksi. Antibiotik terbagi ke dalam beberapa golongan antibiotic, dan
antibiotic juga mempunya cara kerja yang berbeda, diantaranya narrow spectrum (kerja sempit)
dan broad spectrum (kerja luas).
Pada identifikasi pertama dilakukan uji organoleptis dulu, yang memuat bentuk, warna,
rasa dan bau. Pada sample pertama yaitu nomor 6B didapat sample dengan cirri-ciri bentuk
serbuk, warna putih, rasa pahit dan bau khas bau obat. Awalnya sample ini diprediksikan adalah
Amoksisilin dengan dilakukan uji kelarutan ternyata positif tidak larut untuk sample ini.
Dilakukan uji penegasan, dengan mereaksikan dample dengan Fehling A dan B, dan hasilnya pun
positif untuk amoksisilin, dilakukan kembali uji penegasan dengan mereaksikan sample dengan
asam kuat, asam kuat yang diambil adalah asam sulfat pekat dan hasilnya positif berwarna

kuning muda. Tetapi sample ini salah dugaan, sample yang benar adalah Ampisilin, tidak
diketahui hal apa yang menyebabkan ini bisa terjadi, karena Ampisilin larut dalam air tetapi
sample ini tidak larut. Dalam ilmu Farmakologi, Ampicillin memiliki mekanisme yang sama
dalam penghancuran dinding peptidoglikan, hanya saja Ampicillin mampu berpenetrasi kepada
bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada
Ampicillin, sehingga membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada
bakteri gram negatif.
Pada pengujian sample kedua yaitu nomor 55 tidak dilakukan pengujian yang terlalu
panjang, cukup dengan organoleptis saja dapat diketahui sample apakah nomor 55 ini. Sample
dengan warna merah kecoklatan yang cukup tua menandakan sample ini adalah Rifampisin, dan
ternyata hasilnya adalah benar. Rifampicin (Rifampin) merupakan antibiotik bakterisidal yang
bekerja dengan cara berikatan dengan -subunit dari RNA polymerase sehingga menghambat
transkripsi RNA dan pada akhirnya sintesis protein. Rifampicin umumnya menyerang bakteri
spesies Mycobacterum.
J. Kesimpulan
- Sample 6B seharusnya adalah Ampisilin bukan Amoksisilin.
- Sample 55 adalah benar Rifampisin, karena dari warna nya sudah dapat diprediksi sample itu
adalah Rifampisin, dengan warna merah kecoklatan yang mencolok diantara semua warna serbuk
antibiotic dalam semua sample.
K. Daftar Pustaka
Sumber : Diktat KFA 1 2011
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/antibiotik-mekanisme-cara-kerja-danklasifikasinya/
http://drmuzyoungarts.blogspot.com/2011/04/antibiotik-mekanisme-cara-kerja-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotika

Anda mungkin juga menyukai