Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KELARUTAN
FISIKA FARMASI

KELOMPOK 3 GELOMBANG 2

Nova Amaradani Gantohe 2291074


Nuzie Auliya 2291078
Putri Jasmine Fezqyratri 2291082
Sofia 2291086
Syafi’I 2291090
Walya Aulithiya 2291093

DOSEN PENGAMPU
Weni Puspita, M. Farm, Apt

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


TA
2022/2023
KELARUTAN
A. Tujuan
1. Menentukan kelarutan suatu zat
2. Menjelaskan pengaruh cosolvent terhadap kelarutan zat
3. Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat
B. Dasar Teori
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsnetrasi zat terlarut didalam larutan
jernihnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peran penting dalah
kehidupan sehari-hari.
Secara kuantitatif, kelarutannya suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat
terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanna tertentu. Kelarutan suatu zat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH, temperature, jenis pelarut, bentuk
dan ukuran partikel zat, konstanta dielektrik dan adanya zat-zat lain seperti surfaktan,
pembentuk kompleks dan lain-lain.
Pelepasan suatu zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
fisika, kimia, beserta formulasi zat tersebut. Pada prinsipnya obat baru dapat
diabsorbsi setelah zat akhirnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha
untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan tersebut adalah dengan
meningkatkan kelarutan zat aktifnya.
Kadang-kadang suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran
dibandingkan dengan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-
solvency dan pelarut yang dalam bentuk campuran dalam menaikkan kelarutan zat
disebut co-solvent. Etanol, gliserin dan propilenglikol adalah co-solvent yang umum
dalam bidang farmasi untuk pembuatan eliksir.
Selain co-solvent, bahan yang serting digunakan untuk meningkatkan kelarutan
adalah surfaktan. Molekul surfaktan terdiri dari dua bagian polar dan non polar.
Apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah, molekul-molekul surfaktan
akan terpisah. Jika konsnetrasi ditingkatkan, terjadi penggabungan antar molekul
membentuk agregat yang disebut misel, konsentrasi pada saat misel terbentuknya
disebut konsentrasi misel kritik (CMC).
Sifat dan misel ini adalah kemampuannya untuk menaikkan kelarutan suatu zat-
zat yang biasanya suka larut dalam air. Proses ini dikela sebagai solubilisasi.
Solubilisasi terjadi karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi dengan misil
membentuk kelarutan yang jernih. Lokasi mokeul zat terlarut dalam misel tergantung
pada zat tersebut. Molekul non polar akan masuk ke bagian non polar dari misel,
sedangkan molekul-molekul polar akan terdispersi pada permukaan misel.
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solute yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh dalam berjumlah solven. Pada suatu temperature
tertentu, suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solute yang tidak terlarut
merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik.
Like dissolves Like yaitu jika molekul solute atau pelarut mirip, maka akan
mudah bagi keduanya untuk saling menggantikan sehingga mudah untuk bercampur.
Secara umum, terdapat kecerendungan kuat bagi senyawa nonpolar untuk larut dalam
pelarut yang bersifat non polar, senyawa kovalen polar atau senyawa ion larut ke
dalam pelarut polar. Dengan kata lain, “sejenis melarutkan sejenis” dimana sejenis
disini menunjukkan persamaan dalam hal kekuatan gaya Tarik antar molekulnya.
Cara menentukan kelarutan zat dapat ditentukan dengan menimbang zat yang
akan ditentukan kelarutannya kemudian dilarutkan, misalnya dalam 100ml pelarut.
Interaksi zat terlarut dalam pelarut yang bersifat polar, melarutkan zat terlarut ionic
dan zat polar lain. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hydrogen lebih
merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas yang
direfleksikan dalam dipol momen yang tinggi. Pelarut yang bersifat non polar, aksi
pelarut dari cairan non polar, berbeda dengan zat polar, pelarut non polar tidak dapat
mengurangi gaya Tarik menarik antara ion dengan ion elektrolit kuat dan lemah,
karena tetapan dieletrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan
ikatan kovalen dan elektrolik yang berionisasi lemah karena pelarut non polar
termasuk dalam golongan pelarut amprotik dan tidak dapat polar tidak larut atau
hanya dapat larut sedikit dalam pelarut non polar. Tetapi senyawa non polar dapat
melarutkan zat terlarut non polar dengan tekanan dalam yang sama melalui interaksi
dipol induksi.
Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut US Pharmacopeia dan
National Formulary, definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut dimana akan
larut 1 gram zat terlarut. Sebagai contoh, kelarutan asam boat dalam US
Pharmacopeia dikatakan sebagai 1 gram asam botat larut dalam 18ml air, dalam 18ml
alkohol, dan dalam 4ml gliserin. Kelarutan secara kuntitatif juga dinyatakan dalam
molalitas, molaritas dan persentase.
Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan satu
Istilah kelarutan
bagian zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1-10

Larut 10-30

Agak sukar larut 30-100

Sukar larut 100-1000

Sangat sukar larut 1000-10000

Praktis tidak larut >10000

Faktor-faktor fisika kimia yang mempengaruhi kelarutan :


1. Polaritas, semakin tinggi larutan, maka semakin mudah larut
2. Co-solvent, terbatas dua pelarut, misalnya alkohol, gliserin, propilen glikol
3. Suhu, semakin besar suhu maka larutan juga semakin meningkat kecuali metil
selulosa dan kalsium hidroksida
4. Salting out dan salting in, kelarutan mempengaruhi sediaan. Semakin kecil
larutan, maka disebut salting out, sedangkan besar disebut saling in.
5. Pembentukan kompleks, senyawa yang tidak larut berinteraksi dengan bahan yang
larut untuk membentuk kompleks larutan.
6. Ukuran partikel, hanya bila ukuran partikel submikro kurang lebih 10%

Metode-metode yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan yaitu :

1. Pembentukkan kompleks (kompleksasi)


Ditambahkan bahan pengompleks (misalnya kafein) untuk membentuk kompleks
yang mudah larut dalam air
2. Modifikasi kimia
Mengubah struktur kimia dari obt menjadi bentuk garamnya, kloramfenikol
menjadi kloramfenikol panitat. Mengubah lingkungan dimana obat melarut.
3. Co-solvency
Menurunkan tegangan permukaan
4. Hidrotropisme
Penambahan yang mudah larut dalam air. Seperti metode co-colvency,
kompleksasi, dan salting in
5. Solubilisasi
Menurunkan tegangan permukaan

MONOGRAFI BAHAN

1. Asam Salisilat
Acidum Salicylicum
Asam Salilsilat
Pemerian : Hablur ringan, tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak
berbau, rasa agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 650 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah
larut dalam kloroformm P dan dalam eter P; larut dalam larutan ammonium asetat P;
dinatrium hydrogen fosfar P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Karasolitikum, anti fungi
(FI ed III, hal 534)
2. Propilen glikol
Propylene Glycol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; rasa
agak manis; higroskopik
Kelarutan : Dapat campur air, dengan (ethanol 95%) dan dengan kloroform P; larut
dalam 6 bagian eter P; tidak dapat dicampur dengan minyak tanah P dan dengan
minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : zat tambahan; pelarut
3. Tween 80
Polisorbat-80
Polysorbatum-80
Pemerian : cairan kental seperti minyak, jernih dan kuning bau asam lemak khas
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam ethanol (95%) P, dalam etil asetat P, dan
dalam mentol P, sukar larut dalam paraffin dan minyak bijij
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai surfaktan
4. Indikator PP
Phenolphthaleinum
Fenolftalein
C20H14O4/BM 318,33
Pemerian : serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah, tidak berbau, stabil di
urdara
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam
eter
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : sebagai indicator
5. NaOH
Natrium Hikdroksida
Soda Kaustik, Natrium Hidrat, Sodalye
Pemerian : Putih atau praktis putih, keras rapuh dan menunjukkan pecahan hablur;
jika terpapar udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab, mudah
melebur, berbentuk pelet kecil, serpihan atau batang atau bentuk lain.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Alkalizing agent, buffing agent
(FI ed IV)
6. Alkohol 70%
Aethanolum
Alkohol, Ethanol, Ethyl Alcohol
C2H6O/BM 46,07
Pemerian : cairan tidak berwarna jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau
khas, rasa panas, mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindari dari cahaya. Ditempat sejuk,
jauh dari nyala api
Khasiat dan kegunaan : membunuh organisme yang terdapat pada alat, disinfektan
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. Buret 50ml
2. Gelas ukur 100ml
3. Batang pengaduk
4. Pengaduk magnetic
5. Sentrifungsi
6. Klem dan statif
7. Erlenmeyer
8. Gelas kimia
9. Labu takar
10. Pipet gondok

Bahan yang digunakan :

1. Asam salisilat 20gram


2. Alkohol 70%
3. Propilen glikol
4. Tween 80 20gram
5. NaOH 0,1M 500ml
6. Indikator PP
7. Kertas saring.
D. Cara Kerja
1. Pengaruh campuran pelarut terhadap kelarutan zat
a. Buat 30ml campuran pelarut seperti yang tertera pada table dibawah ini

Air (%v/v) Alkohol (%v/v) Propilenglikol (%v/v)

60 0 40

60 10 30

60 20 20

60 30 10

60 40 0

Larutkan asam salisilat sedikit demi sedikit dalam masing-masing campuran


pelarut sampai diperoleh larutan jenuh
Kocok larutan dengan pengaduk magnetic selama 15 menit, jika ada endapat
yang larut selama pengocokan, tambahkan lagi asam benzoate sampai
diperoleh larutan yang jenuh Kembali
Saring larutan. Tentukan kadar asam salisilat dengan cara pipet 10ml larut
kemudian tambahkan 3 tetes indicator fenolftalein (PP) lalu titrasi dengan
NaOH 0,1M menjadi timbul warna merah muda
Buat grafik antara kelarutan asam benzoate dengan % pelarut yang
ditambahkan.

hasil

2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat


a. Buatlah 30ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,5; 1; 5; 10mg/ml
b. Tambahkan asam salisilat sedikit demi sedikit sampai diperoleh larutan jenuh
c. Kocok larutan dengan pengaduk magnetic selama 15 menit, jika ada endapan
yang larut selama pengocokkan, tambahkan lagi asam salisilat sampai
diperoleh larutan yang jenuh Kembali
d. Saring larutan. Tentukan kada asam salisilat dengan cara pipet 10ml larutan
kemudian tambahkan 3 tetes indicator fenolftalein lalu titrasi dengan NaOH
0,1M sampai timbul warna merah muda
e. Buat grafik antara kelarutan asam salisilat denagn % pelarut yang
ditambahkan

hasil

E. Data Pengamatan/Hasil Pengamatan


1) Buat 30ml campuran pelarut seperti pada table dibawah ini

Propilenglikol
No Air (%v/v) Alkohol (%v/v)
(%v/v)

1 60 0 40

2 60 10 30

3 60 20 20
4 60 30 10

5 60 40 0

Jumlah Campuran Pelarut :

1. Campuran pelarut 60;0;40

60
-Air : × 30ml = 10ml
100

0
-Alkohol : × 30ml = 0
100

40
-Propilenglikol : × 30ml = 12ml
100

2. Campuran pelarut 60;10;30

60
-Air : × 30ml = 18ml
100

10
-Alkohol : × 30ml = 3ml
100

30
-Propilenglikol : × 30ml = 9ml
100

3. Campuran pelarut 60;20;20

60
-Air : × 30ml = 18ml
100

20
-Alkohol : × 30ml = 6ml
100
20
-Propilenglikol : × 30ml = 6ml
100

4. Campuran pelarut 60;30;10

60
Air : × 30ml = 18ml
100

30
Alkohol : × 30ml = 9ml
100

10
Propilenglikol : × 30ml = 3ml
100

5. Campuran pelarutan 60;40;0

60
Air : × 30ml = 18ml
100

40
Alkohol : × 30ml = 12ml
100

0
Propilenglikol : × 30ml = 0
100

1. Pengaruh Campuran Pelarut Terhadap Kelarutan Zat

Campuran Pelarut (30ml)


No Volume Titrasi % Kadar
(Air; Alkohol; Propilenglikol)

1 60 ; 0 ; 40 5,0 ml 0,6906%

2 60 ; 10 ; 30 5,5 ml 0,75966%
3 60 ; 20 ; 20 6,0 ml 0,82872%

4 60 ; 30 ; 10 6,5 ml 0,82872%

5 60 ; 40 ; 0 7,0 ml 0,96684%

Berdasarkan data dari table diatas, jawablah soal dibawah ini


1. Menentukan kadar asam salisilat (BM = 138,12) dari masing-masing campuran
pelarut (Air ; Alkohol ; Propilenglikol) tersebut berdasrkan hasil titrasi dengan
baku sekunder larutan NaOH 0,1N. BM NaOH = 40 dan volume asam salisilat
10ml
Dik : BM Asam Salisilat = 138,12
N. NaOH = 0,1N
BM NaOH = 40
V. Asam Salisilat = 10ml
Dit : % Kadar?

V. titran × N. titran × BE Asam Salisilat


Jawab : % Kadar = × 100%
V. sampel × 100

5,0ml × 0,1N × 138,12


1. % Kadar (60 ; 0 ; 40) = × 100%
10ml× 100

69,06
= × 100% = 0,6906%
10.000

5,5ml × 0,1N × 138,12


2. % Kadar (60 ; 10 ; 30) = × 100%
10ml× 100

75,966
= × 100% = 0,75966%
10.000

6,0ml × 0,1N × 138,12


10ml× 100
3. % Kadar (60 ; 20 ; 20) = × 100%

82,872
= × 100% = 0,82872%
10.000

6,5ml × 0,1N × 138,12


4. % Kadar (60 ; 30 ; 10) = × 100%
10ml× 100

89,778
= × 100% = 0,89778%
10.000

7,0ml × 0,1N × 138,12


5. % Kadar (60 ; 40 ; 0) = × 100%
10ml× 100

96,684
= × 100% = 0,96684%
10.000

2. Buat 30ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0,1; 0,5; 1,5; 10 mg/ml
NB : Hitunglah jumlah tween 80 yang digunakan diambil dari kelima konsentrasi
tersebut
 Jumlah tween 80 yang digunakan tiap konsentrasi
1) 0,1mg/ml = 0,1 × 30 = 3mg/30ml
2) 0,5mg/ml = 0,5 × 30 = 15mg/30ml
3) 1mg/ml = 1 × 30 = 30mg/30ml
4) 5mg/ml = 5 × 30 = 150mg/30ml
5) 10mg/ml = 10 × 30 = 300mg/30ml

Table pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat


No Larutan Tween 80 Volume Titran

1 0,1mg/ml 3,0ml

2 0,5mg/ml 3,5ml

3 1,0mg/ml 4,0ml

4 5,0mg/ml 4,5ml

5 10mg/ml 5,0ml

1. Tentukan kadar asam salisilat (BM = 138,12) dari kelima konsentrasi larutan tween
80 tersebut berdasarkan hasil titrasi dengan baku sekunder larutan NaOH 0,1N.
BM NaOH = 40 dan volume asam salisilat 10ml
Dik : BM Asam Salisilat =138,12
N NaOH = 0,1N
BM NaOH = 40
V. Asam Salisilat = 10ml
Dit : % Kadar ?

Anda mungkin juga menyukai