Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Kelarutan
Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili liter pelarut yang
dapatmelarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam
500 ml air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan
persen (Genaro, 1990).
Solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur
atau terlarut secara kimia maupun fisika ke dalam bahan cair. Larutan dapat
digolongkan menjadi larutan langsung (direct) dan larutan tidak langsung
(indirect). Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat
terlarut, dan zat terlarut dengan zat terlarut (Syamsuni, 2005).
2.1.2 Istilah Kelarutan
Istilah-istilah kelarutan (Dirjen Pom, 1979) :
Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan
untuk melarutkan 1 gram zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1-10
Larut 10-30
Agak sukar larut 30-100
Sukar larut 100-1.000
Sangat sukar larut 1.000-10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis
dan lain-lain (Delvina, 2011)
2.1.4 Jenis-jenis Larutan
Larutan adalah sebagai bagian dari sediaan-sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang
karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan
kedaam golongan produk lainnya (Ansel, 2004).
Dimana larutan terbagi atas tiga yaitu :
1. Larutan jenuh adalah suatu larutan yang zat terlarutnya berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut) (Sinko, 2005).
2. Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat trlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk
penjenuhan sempurna pada temperature tertentu (Martin, 1990).
3. Larutan lewat jenuh adalah suatu laruta yang mengandung zat terlarut
dalam konsentrasi lebih banyak daripada seharusnya pada temperature
tertentu dan terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Sinco, 2005).
2.1.5 Koefisien distribusi
Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu perbandingan kelarutan
suatu zat (sampel) di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur,
serta merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu. Fenomena distribusi
termasuk di dalamnya adalah koefisien distribusi yang erat hubungannya dengan
ilmu farmasi (ilmu resep). Satu hal penting dari fenomena distribusi adalah sifat
senyawa obat itu agar dapat melalui membran sel yang terdiri dari lipoprotein atau
suatu lapisan hidrofil dan hidrofob (Voight, 1995).
Koefisien distribusi merupakan suatu perbandingan kelarutan suatu zat
(sampel) di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur, serta
mempunyai harga tetap pada suhu tertentu.Pada ekstraksi cair-cair, satu
komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan
pelarut (Pratiwi, 2013).
Penentuan koefisien distribusi bertujuan untuk menentukan harga
koefisien distribusi dan mencari jumlah berat akhir yang tertinggal dalam
campuran larutan seperti  NaOH dan Kloroform dalam HCl setelah beberapa kali
di ekstraksi akan memisahkan dua larutan yang tidak bisa tercampur sempurna
(ekstraksi) kemudian larutan tersebut di keluarkan dari corong pemisah dan
membedakannya menjadi larutan atas dan larutan bawah. Perbandingan
konsentrasi solute (larutan) di dalam kedua pelarut tersebut disebut tetapan
distribusi atau koefisien distribusi. Suatu zat dapat larut ke dalam dua macam
pelarut yang keduanya tidak saling  bercampur. Jika kelebihan cairan atau zat
padat ditambahkan ke dalam campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu
akan mendistribusi diri diantara dua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh.
Jika zat itu ditambahkan kedalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang
tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut akan tetap
terdistribusikan diantara kedua lapisan dengan konsentrasi tertentu (Anita, 2013).
2.1.6 Faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi
Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan
aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain
diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama lain. Faktor
yang mempengaruhi tetapan distribusi (Anita, 2013) yaitu :
1. Jenis zat pelarut
2. Konsentrasi
3. Jenis zat terlarut
4. Suhu 
Air adalah pelarut yang baik untuk garam, gula dan senyawa sejenis,
sedang minyak mineral dan benzene biasanya merupakan pelarut untuk zat yang
biasanya hanya sedikit larut dalam air. Penemuan empiris ini disimpulkan dalam
pernyataan like dissolve like. Kelaruta bergantung pada pengaruh kimia, listrik,
struktur yang menyebabkan interaksi timbalm balik zat pelarut dan zat terlarut
(Martin, 1993).
2.1.7 Parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik
dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf
Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam
bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan
obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas.
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah
digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995).
Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik,
tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta
peradangan lambung. Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang
tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang
melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna.
Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala,
mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011).
Parasetamol bekerja secara non selektif dengan menghambat enzim
siklooksigenase (cox-1 dan cox-2). Pada cox-1 memiliki efek cytoprotektif yaitu
melindungi mukosa lambung, apabila dihambat akan terjadi efek samping pada
gastrointestinal. Sedangkan ketika cox-2 dihambat akan menyebabkan
menurunnya produksi prostaglandin. Prostaglandin merupakan mediator nyeri,
demam dan anti inflamasi. Sehingga apabila parasetamol menghambat
prostaglandin menyebabkan menurunnya rasa nyeri. Sebagai Antipiretik,
parasetamol bekerja dengan menghambat cox-3 pada hipotalamus. Parasetamol
memiliki sifat yang lipofil sehingga mampu menembus Blood Brain Barrier,
sehingga menjadi first line pada antipiretik. Pada obat golongan ini tidak
menimbulkan ketergantungan dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang
merugikan. Oleh karena itu parasetamol aman diminum 30 menit – 1 jam setelah
makan atau dalam keadaaan perut kosong untuk mengatasi efek samping tersebut.
Setiap obat yang menghambat siklooksigenase memiliki kekuatan dan selektivitas
yang berbeda (Goodman and Gilman, 2012).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Alkohol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Berat molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah terbakar, berbau khas panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar daricahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.3. Asam Salisilat (Dirjen POM,1979)
Nama resmi              : Acidum salicylicum
Nama lain : Asam salisilat
Rumus molekul        : C7H6O3
Berat molekul           : 122,12
Rumus Struktur :

Pemerian                  :  Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau


serbuk hablur halus, rasa agak manis, tajam dan
stabil di udara.
Kelarutan  : Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam cloroform.
            Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat                     : Keratolikum, Antifungi
Kegunaan                 : Sebagai sampel
2.2.4. Fenolftalein (Ditjen POM 1979)
Nama resmi              : Phenolphtalein
Nama lain                 : Fenolftalein
Rumus molekul        : C20H14O4 /318,00

Rumus Struktur :

Pemerian                  : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah,


tidak berbau, stabil di udara
Kelarutan                :  Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol,
agak sukar larut dalam eter
Perubahan warna   : tidak berwarna dalam suasana asam dan alkali
lemah dan memberikan warna merah dalam
larutan alkali kuat
Kegunaan                 :  Sebagai indicator
2.2.5. NaOH (Dirjen POM, 1979).
Nama resmi                 :  Natrii hydroxydum
Nama lain                    :  Natrium hidroksida
Berat molekul              :  40,00 g/mol
Rumus molekul           : NaOH
Rumus Struktur :

Pemerian                     : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,


kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat
alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2
Kelarutan                    :  Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) .
Penyimpanan              :  Dalam wadah tertutup baik
Kandungan                 : Mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali
jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih
dari 2,5% Na2CO3
Khasiat                        :   –
Kegunaan                    :   Sebagai zat tambahan.
2.2.6 Parasetamol (Dirjen POM, 1995; BPOM, 2015; Tjay dan Rahardja, 2015)
Nama Resmi :  PARACETAMOLUM.
Nama Lain :  Parasetamol, asetaminofen
Rumus Molekul : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16 g/mol
Rumus Struktur : 
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit
pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida1N; mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

Anda mungkin juga menyukai