Anda di halaman 1dari 28

KELARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

PERCOBAAN III

I. JUDUL PERCOBAAN : Kelarutan Dan Fenomena Distribusi

II. TUJUAN PERCOBAAN :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan


asam benzoat.
2. Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan asam
benzoat.
3. Menetapkan perbandingan kelaritan asam benzoat dalam dua pelarut yang
tidak saling bercampur (minyak dan air).

III. LANDASAN TEORI

A. Fenomena Distribusi Obat

Pengetahuan ini penting untuk ahli farmasi, sebab dapat

membantunya untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat

atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu

yang timbul pada pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan

lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian.

Pengetahuan ini yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat

yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai

struktur obat dan gaya antar molekul obat (martin, 2009).

Kelarutan didefinisikan sebagai besaran dalam kuantitatif yaitu

sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jernih pada temperatur

tertentu, dan secara kuantitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 1


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen (martin,

2009).

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat

terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperature, tekanan, pH

larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal terbaginya

terbaginya zat terlarut (martin, 2009).

Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada

dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut) (martin, 2009).

Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang

mengandung zat terlarut dalam konsentrasi dibawah konsentrasi yang

dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu (martin,

2009).

Suatu larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung

zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari pada yang seharunya ada

pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (martin,

2009).

Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara, menurut

U. S. Pharmacopeia dan National Formulary, definisi kelarutan obat

adalah jumlah mL pelarut dimana akan larut 1 gram zat terlarut, sebagai

contoh kelarutan asam borat dalam U. S. Pharmacopeia dikatakan sebagai;

1 gram asam borat larut dalam 18 mL air, dalam 18 mL alcohol dan dalam

4 mL gliserin, kelarutan secara kuantitatif juga dinyatakan dalam molalitas

molaritas dan presentase (martin, 2009).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 2


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

Untuk zat yang kelarutannya tidak diketahui dengan pasti harga

kelarutannya digambarkan dalam kompedia farmasi dengan menggunakan

istilah umum tertentu, kelarutan obat dalam The March Indeks dinyatakan

dalam berbagai satuan untuk penentuan kelarutan senyawa padat dalam

cairan yang teliti dan kelarutan bersama dua cairan telah dibicarakan oleh

Mader dan Grady (martin, 2009).

Table istilah kelarutan (anief, 1987) :

Bagian pelarut yang dibutuhkan untuk satu


Istilah
bagian zat terlarut

Sangat mudah larut Kurang dari 1 bagian

Mudah larut 1 sampai 10 bagian

Larut 10 sampai 30 bagian

Agak sukar larut 30 sampai 100 bagian

Sukar larut 100 samapai 1.000 bagian

Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000 bagian

Praktis tidak larut Lebih dari 10.000 bagian

Ahli farmasi mengetahui bahwa air adalah pelarut yang paling baik

untuk garam, gula dan senyawa sejenis, sedangkan minyak mineral dan

benzena biasanya merupakan pelarut untuk zat yang biasanya hanya

sedikit larut dalam air. Penemuan empiris ini disimpulkan dalam

pengalaman Like Dissolves Like kelarutan maksimum seperti diatas

umumnya memuaskan (Martin, 2009).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 3


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

Pelarut polar, kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh

polaritas dari pelarut yaitu oleh dipole momennya. Pelarut polar

melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain sesuai dengan air itu

bercampur dengan air alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan

gula dan senyawa polohidroksi yang lain (martin, 2009).

Pelarut non polar, aksi pelarut dan cairan nonpolar seperti hidroksi

karbon berbeda dengan zat polar pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi

daya tarik menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan

dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memindahkan

ikatan kovalen elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut nonpolar

termaksud golongan pelarut optik dan tidak dapat membentuk jembatan

hydrogen dan non elektrolit oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar

tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dengan pelarut non polar (martin,

2009).

Pelarut semi polar berarti keton dan alkohol dapat mengaduksi

suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar sehingga

menjadi dapat larut dalam alkohol. Contohnya benzene yang mudah dapat

dipolisasikan. Kenyatataannya senyawa semi polar dapat bertindak sebagai

pelarut perantara cairan polar dan non polar, sesuai dengan itu aseton

menaikan kelarutan eter dalam air.

B. Ekstraksi pelarut

Diantara berbagai jenis metode pemisahan ekstraksi pelarut atau

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 4


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

dan populer. Alasan utama adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan

baik dalam tingkat makro atau mikro, seseorang tidak memerlukan alat

yang khusus atau canggih kecuali corong pisah. Prinsip metode ini

didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara

dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzene, karbon,

tetraklorida atau kloroform. Batasnya adalah zat terlarut dapat ditransfer

pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut (khapkar, 2008)

C. Teknik Ekstraksi

Tiga metode dasar pada ekstraksi cair – cira adalah : ekstraksi bertahap

(batch) ekstraksi kon dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap

merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan

menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut

semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan

konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah ini

tercapai kedua lapisan didiamkan dan di pisahkan (Khopker, 2008).

Faktor-foktor yang mempengaruhi kelarutan :

1. Pengaruh pH

2.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 5


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

D. Uraian Bahan

1. Alcohol (FI Edisi III, halaman 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Sinonim : Etanol atau Alkohol

Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap,

mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang

tidak berasap.

Kelartan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p,

dan dalam eter p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari

cahaya, ditempat sejuk jauh dari api.

Khasiat : Zat tambahan

2. Aquadest (FI Edisi III halaman 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air suling

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,02

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 6


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. Asam benzoate (FI Edisi III halaman 40)

Nama resmi : ACIDUM BENZOICUM

Sinonim : Asam benzoate

Rumus molekul : C7H6O2

Berat molekul : 122, 12

Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak

berbau

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam

lebih kurang 3 bagian etanol (95%)p, dalam 8

bagian kloroform dan dalam 3 bagian eter p.

Penyimpana : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Anti septikum eksternal, Anti jamur.

4. Gliserin (FI Edisi III hal 271)

Nama resmi : GLYCEROLUM

Sinonim : Gliserol atau Gliserin

Rumus molekul : C3H8O3

Berat molekul : 92,10

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 7


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berbau, tidak

berwarna, manis diikuti rasa hangat higroskopik.

Jika disimpan beberapa lama pada suatu rendah

dapat membentuk massa hablur tidak berwarna

yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih

kurang 20°.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol

(95%)p, praktis tidak larut dalam kloroform p,

dalam eter p dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

5. Minyak kelapa (FI Edisi III halaman 456)

Nama resmi : OLEUM COCOS

Sinonim : Minyak kelapa

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat,

bau khas tidak tengik

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%)p pada suhu

60°C sangat mudah larut dalam kloroform p dan

dalam eter p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan.

6. Natrium Hidroksida (FI Edisi III hal 412 )

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 8


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

Sinonim : Natrium Hidroksida

Rumus molekul : NaOH

Berat molekul : 40,00

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,

keras, rapuh dan menunjukan susunan hablur,

putih, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan

korosif. Segera meyerap karbondioksida

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%)p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

7. Phenoftalein (FI Edisi III hal 94)

Nama resmi : PHENOFTALEINUM

Sinonim : fenoftalein

Pemerian : Serbuk hablur, putih kekuningan, lemak tidak

berbau, stabil di udara

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol

(95%)p, Agak sukar larut dalam eter p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Sebagai indicator

8. Tween 80 (FI Edisi III hal 509)

Nama resmi : POLYSORBATUM 80

Sinonim : polisorbat 80

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 9


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

Pemerian : Cairan kental, seperti minyak jernih kuning, bau

asam lemah, khas

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)p,

dalam etil aseton, dalam methanol sukar larut

dalam parafin cair dan minyak biji kapas

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 10


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

IV. ALAT DAN BAHAN

A. Alat Yang Digunakan

1. Buret 25 mL

2. Batang Pengaduk

3. Cawan Porselin

4. Corong Pisah

5. Erlenmeyer 250 mL

6. Gelas Piala 25, 250, 500 mL

7. Gelas Ukur 25 mL dan 50 mL

8. Magnetic Stirrrer

9. Sendok Tanduk

10. Statif

11. Timbangan Analitik

12. Timbangan Digital

13. Hot Plate

B. Bahan Yang Digunakan

1. Aquadest

2. Alkohol 70 %
3. Asam Benzoat

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 11


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

4. Alluminium Foil
5. Kertas Saring
6. NaOH 0,1 N
7. Indikator Penolftalein 0,1 %
8. Indikator Merah Fenol P
9. Tween 80
10. Glyserin
11. Minyak Kelapa

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 12


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

V. PROSEDUR KERJA
A. Perhitungan

1. NaOH 0,1 N 100 mL

g 1000
N = × ×n
Mr Vol

g 1000
0,1 N = × ×1
40 100

0,1× 40 ×100
gr =
1000

= 4 gram

2. Indikator Penolftalein 0,1 % 100 mL

g
% = ×100 %
Vol

g
0,1 % = ×100 %
100

gr = 0,1 gram

3. Asam Oksalat 0,1 N 500 mL

g 1000
N = × ×n
mr vo l

g 1000
0,1 N = × ×2
126 500

0,1× 126 ×500


gr =
2000

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 13


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

= 3,15 gram

B. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Aquadest Bebas Co2

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dimasukkan aquadest secukupnya ke dalam gelas kimia

c. Dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih, setelah mendidih

tutup dengan alluminium foil.

d. Dibiarkan selama 3-5 menit diatas hot plate.

e. Diangkat dan didinginkan

2. Pembuatan Indikator penolftalein 0,1 % 100 mL

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Ditimbang fenolftalein 0,1 gram dalam gelas kimia.

c. Di larutkan dengan alkohol 96 %

d. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan dicukup kan

volumenya hingga 100 mL.

e. Di pindahkan ke dalam botol reagen dan diberi label.

3. Pembuatan asam oksalat 0,1 N 500 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 14


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

a. Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang asam oksalat 3,15 gram digelas kimia.

b. Dilarutkan dengan aquadest secukupnya diaduk hingga homogeny

c. Dimasukkan kedalam labu tentukur 500 mL

d. Dicukupkan volumenya hingga tanda batas, diberi etiket

4. Pembuatan NaOH 0,1 N , 100 mL

a. Ditimbang NaOH sebanyak 4 gram kedalam kaca arloji

b. Dilarutkan dengan aquadest bebas CO2 sampai homogen.

c. Dimasukkan kedalam labu tentukur 1000 mL dan dicukupkan

volumenya dengan aquadest bebas CO2 sampai tanda batas ,

dikocok.

d. Diberi etiket.

5. Pembakuan NaOH dengan larutan asam oksalat 0,1 N

a. Dipipet 10 mL larutan asam oksalat 0,1 N kedalam Erlenmeyer 250

mL (triplo).

b. Ditambah 2-3 tetes indicator pp 0,1%

c. Ditirasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna merah muda yang

muncul tidak hilang ( selama 15 detik).

d. Dihitung volume titrasi NaOH 0,1 N yang digunakan.

6. Uji pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan Asam Bensoat

a. Disiapkan alat dan bahan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 15


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

b. Diukur dan disiapkan masing- masing bahan yaitu :

Aquadest : 50 mL, 50 mL, 50 mL

Alkohol : 50 mL, 50 mL, 50 mL

Gliserin : 50 mL, 50 mL, 50 mL

c. Dimasukkan kedalam gelas kimia untuk masing-masing bahan dan

diberi label.

d. Diaduk hingga homogen untuk ketigazat tersebut.

e. Dilarutkan asam benoat 100 mg sedikit demi sedikit , kedalam

masing-masing pelarut hingga didapat larutan jenuh.

f. Dikocok larutan dengan magnetic stirrer selama beberapa menit ,

jika ada endapan yang larut selama penggocokkan.

g. Ditambahkan asam bensoat lagi jika ada endapan yang larut selama

penggocokkan sampai didapat larutan yang jenuh kembali.

h. Disaring dengan menggunakan kertas saring dengan bantuan

corong gelas , kemudian dipipet sebanyak 25 mL kedalam

Erlenmeyer.

i. Ditambahkan 3 tetes Indikator pp 0,1%

j. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda.

7. Uji Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan Asam Benzoat

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Diukur , ditimbang , dan disiapkan masing-masing bahan yaitu :

Aquadest : 50 mL , 50 mL , 50 mL , 50 mL , 50 mL

Tween 80 :0,2 gram , 0,4 gram , 0,6 gram , 0,8 gram , dan 1 gram.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 16


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

c. Dimasukkan kedalam gelas kimia untuk masing - masing bahan

masukkan air 50 mL , tween 80 0,2 gram pada masing – masing

gelas kimia dan diberi etiket.

d. Diaduk hingga homogen untuk kedua zat terlarut.

e. Dilarutkan 200 mg asam benzoat sedikit demi sedikit kedalam

sedikit kedalam masing – masing campuran pelarut dan didapat

larutan yang jenuh.

f. Dikocok larutan dengan menggunakan magnetik stirer selama

beberapa menit , jika ada endapan yang larut selama selama

penggocokkan.

g. Ditimbang asam benzoat lagi jika ada endapan yang larut selama

penggocokkan , sampai didapat larutan yang jenuh kembali.

h. Disaring dengan tetes saring dengan bantuan corong gelas , diambil

25 mL larutan.

i. Ditambahkan 3 tetes Indikator pp 0,1%

j. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda.

k. Dibuat grafik antara kelarutan asam bensoat (sumbu y) dengan

Dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan ( sumbu x)

8. Blanko

Dimasukkan aquadest 50 mL kedalam Erlenmeyer 250 mL dan

ditambahkan kedalamnya 62,5 mg asam bensoat aduk hingga semua

kristal larut sebagai larutan blanko (A).

9. Sampel Uji

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 17


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

a. Dimasukkan aquadest 50 mL kedalam Erlenmeyer 250 mL dan

ditambahkan kedalamnya 62,5 mg asam bensoat aduk hingga semua

Kristal larut sebagai larutan (B).

b. Ditambahkan minyak kelapa sebanyak 50 mL kedalam larutan B.

c. Kocok sampai homogen selama 15 menit.

d. Dibiarkan beberapa menit agar kedua larutan tersebut berpisah dan

dipipet bagian air sebanyak 25 mL dan dimasukkan kedalam

erlenmeyer lain.

e. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indicator pp 0,1%

sebanyak 3 tetes dimana NaOH 1 mL setara dengan 12,21 gram asam

benzoat.

f. Dilakukan penentuan kadar untuk larutan A dengan cara mengambil

25 mL menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 250

mL , setelah itu dititrasi dengan NaOH 0,1 N.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 18


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

VII. DATA PENGAMATAN

1.Hasil Pembakuan NaOH dengan larutan Asam Oksalat

Replikasi Vol. As. Oksalat (mL) Vol. NaOH (mL) N. NaOH

1 10 mL 9,15 mL 0,1109

2 10 mL 8,6 mL 0,1156

3 10 mL 8,95 mL 0,1111
Rata – rata 8,9 mL 0,1118

2. Hasil Uji Pengaruh Jenis Pelarut terhadap Kelarutan Asam Benzoat

Massa Asam
Vol. Pelarut Vol. NaOH
Jenis Pelarut Replikasi Benzoat
(mL) (mL)
(mg)
1 50 3,8 mL 51,4553 mg

Air 2 50 3,2 mL 45,1672 mg


3 50 3,15 mL 42,7307 mg

Rata-rata 50 3,38 mL 46,4570 mg


1 50 10,75 mL 145,5645 mg

Alkohol 2 50 9,2 mL 129,8557 mg

3 50 8,75 mL 118,6964 mg
Rata – rata 50 9,56 mL 131,3722 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 19


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

1 50 Tidak Larut -

Gliserin 2 50 Tidak Larut -

50 Tidak Larut -
3

Rata – rata Tidak Larut -


50

3. Hasil Uji Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Asam


Benzoat

Vol.Pelarut Vol. NaOH Massa Asam


Tween 80 (g)
(mL) (mL) Benzoat (mg)

0,2 (1) 50 6,30 mL 85,9999 mg

0,2 (2) 50 6,55 mL 89,4126 mg

Rata – rata 50 6,42 mL 86,2062 mg

0,4 (1) 50 8,05 mL 109,8887 mg

0,4 (2) 50 19,5 mL 116,0316 mg

Rata – rata 50 8,27mL 112,9601 mg

0,6 (1) 50 7,6 mL 103,7459 mg

0,6 (2) 50 8,3 mL 113,3014 mg

Rata – rata 50 7,92 mL 108,5236 mg

0,8 (1) 50 12,6 mL 0,2006 mg

0,8 (2) 50 15,3 mL 0,2005 mg

Rata – rata 50 13,95 mL 0,20055 mg

1,0 (1) 50 14,2 mL 0,2002 mg

1,0 (2) 50 14,1 mL 0,2001 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 20


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

Rata – rata 50 14,15 mL 0,20015 mg

4. Hasil Uji Pengaruh Fenomena Distribusi

Massa Asam
Asam Benzoat
Vol. NaOH Benzoat (mg)
Larutan (250 mg) (Hasil
(ml) (Hasil
Penimbangan)
Penimbangan)
0,0625 g 2,40 32,1618 mg
Blanko
0,0625 g 2,35 32,0793 mg
(Aquadest)
0,0625 g 2,20 30,0317

Rata-rata
Pelarut +
minyak 0,0623 g 0,60 8,1904 mg
kelapa
0,0627 g 0,75 10,2380 mg

0,0626 g 0,70 9,5565 mg

Rata-rata

Jumlah Asam Benzoat dalam


No Koefisien Distribusi
minyak
1 23,4339 mg 2,51
2 22,7514 mg 2,43
3 20,7038 mg 2,21
Rata-rata 2,38

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 21


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

Perhitungan Blanko :

vol NaOH x N NaoH ×12,21


1. Jumlah As. Benzoat =
0,1
2,40× 0,1118 ×12,21
=
0,1
= 32, 7618 mg
Vol NaOH x N NaOH × 12,21
2. JumlahAs. Benzoat =
0,1
2,35× 0,1118 ×12,21
=
0,1
= 32, 0793 mg
vol NaOH x N NaOH × 12,21
3. Jumlah As. Benzoat =
0,1
2,20× 0,1118 ×12,21
=
0,1
= 30,0317 mg
Jumlah Asam Benzoat Dalam Minyak

1. Jumlah As. Benzoat = ( Jumlah


dalam minyak ) ( dalam minyak )
As . Ben z oat − Jumlah As . Ben z oat

= 32,7618 −¿ 9,3279

= 23,4339 mg

2. Jumlah As. Benzoat = ( Jumlah


dalam minyak ) ( dalam minyak )
As . Ben z oat − Jumlah As . Ben z oat

= 32,0793−¿ 9,3279

= 22,7514 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 22


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

3. Jumlah As. Benzoat = ( Jumlah


dalam minyak ) ( dalam minyak )
As . Ben z oat − Jumlah As . Ben z oat

= 30,0317−¿ 9,3279

= 20,7038 mg

5. Tabel Kofisien Distribusi

Jumlah Asam Benzoat

No dalam minyak (mg) Koefisien Distribusi

1 23,4339 mg 2,51

2 22,7514 mg 2,43

3 20,7038 mg 2,21

2,38

Koefisien Distribusi :

Jumlah As . Ben z oat dalamminyak I


1. =
Jumlah As . Ben z oat ekstrak I

23,4339
=
9,3279

= 2,51

Jumlah As . Ben z oat dalamminyak II


2. =
Jumlah As . Ben z oat ekstrak II

22,7514
=
9,3279

= 2,43

Jumlah As . Ben z oat dalamminy ak III


3. =
Jumlah As . Ben z oat ekstrak III

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 23


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

20,7038
=
9,3279

= 2,21

Perhitungan Koefisien Distibusi Rata – rata

2,51+ 2,43+2,21
KD =
3

7,15
= = 2,3
3

VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini adalah Kelarutan dan Fenomena Distribusi, yang

bertujuan untuk dapat menjelaskan pengaruh jenis pelarut terhadap

kelarutan asam ben z oat , menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan

terhadap kelarutan asam ben z oat dan untuk menetapkan perbandingan

kelarutan asam ben z oat dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur

( minyak dan air ).

Kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi z at terlarut daam suatu

pelarut dan pada suhu tertentu selalu tetap. Sedangkan koefisien distribusi

adalah perbandingan antara konsentrasi kesetimbangan z at dalam dua

pelarut yangberbeda dan tidak saling bercampur. Fenomena distribusi

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 24


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara dua fase

yang tidak saling bercampur.

Pada Pengujian pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan asam

ben z oat , pelarut yang digunakan adalah air, alcohol dan gliserin. Perubahan

warna merah mudah menunjukkan titik akhir titrasi ( TAT) dan titrasi

dihentikan. Setelah volume NaOH dan kadar asam ben z oat pada masing-

masing pelarut , dihitung volume rata-rata dan kadar rata-rata dengan

pelarut air diperoleh volume rata-rata NaOH yaitu 3,38mL dan kadar rata –

rata Asam Ben z oat yaitu 46,4570 mg , dengan pelarut alkohol diperoleh

volume rata-rata NaOH yaitu 9,56 mL dan kadar rata-rata asam ben z oat

yaitu 131,3722 mg, sedangkan dengan pelarut gliserin tidak dilakukan

pengujian karena z at yang digunakan tidak larut dalam giserin.

Pada pengujian pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan

asam ben z oat , menggunakan aquadest dan tween 80. Kelarutan z at yang

dimaksud adalah asam ben z oat dengan menggunakan pelarut aquadest ,

sedangkan penambahan surfaktan yaitu tween 80 dengan konsentrasi yang

berbeda-beda yaitu 0,2 gram , 0,4 gram , 0,6 gram ,0,8 gram dan 1 gram.

Aquadest yang digunakan yaitu 50 mL untuk setiap konsentrasi surfaktan

perubahan warna merah muda menunjukkan titik akhir titrasi (TAT).

Pada pengujian tween 80 dengan konsentrasi 0,2 gram diperoleh

rata-rata massa atom ben z oat yaitu 86,2062 mg. dengan konsentrasi 0,4

gram diperoleh rata-rata massa asam ben z oat yaitu 112,9601 mg. Dengan

konsentrasi 0,0,6 gram diperoleh rata-rata massa asam ben z oat yaitu

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 25


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

108,5236 mg. Dengan konsentrasi 0,8 gram diperoleh rata-rata massa asam

ben z oat yaitu 0,20055 mg.Sedangkan dengan konsentrasi 1 gram diperoleh

rata-rata massa asam ben z oat yaitu 0,20015 mg.

Pada pengujian fenomena Distribusi pembuatan blanko dengan

pelarut aquadest rata-rata massa asam ben z oat yaitu 31,6424 mg.sedangkan

dengan penambahan pelarut minyak yang dikocok dalam corong pisah dan

dibiarkan beberapa menit agar kedua larutan terpisah (antara aquadest dan

minyak kelapa). Setelah titrasi dilakukan , diperoleh rata-rata massa asam

ben z oat yaitu 9,3279 mg.

IX. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa koesfisien distribusi rata-rata yaitu 2,35.

B. Saran

Sebaiknya dalam melakukan percobaan praktikum haruslah lebih

teliti agar tidak terjadi kesalhan dari hasil yang diperoleh sesuai.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 26


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

DAFTAR PUSTAKA

Ansel , C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. UI :

Jakarta

Martin , Alfrend. 2008. Farmasi Fisika 2. UI – Press : Jakarta

Martin , Alfrend. 2009. Farmasi Fisika 1. UI – Press : Jakarta

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 27


KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DAN FENDIS

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 28

Anda mungkin juga menyukai