Anda di halaman 1dari 23

PERCOBAAN 3

LARUTAN DAN KELARUTAN: EKSTRAKSI PELARUT

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mengetahui perbedaan daya larut zat terlarut dalam pelarut berbeda.
1.2 Mengenal dan mampu menentukan konsentrasi dengan metode ekstraksi
pelarut.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Larutan
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat.
Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut atau solute
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak (untuk melarutkan) disebut
pelarut atau solvent. Larutan dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan
fasenya, yaitu larutan gas seperti udara bebas, larutan padat seperti aloi,
dan larutan cair seperti bahan kimia di dalam laboratorium. Larutan
dapat memiliki sifat yang khas bergantung baik pada zat terlarutnya
maupun zat pelarutnya (Chang, 2010).

2.2 Kelarutan
Kelarutan merupakan konsep yang menjelaskan jumlah maksimal
zat terlarut yang dapat dilarutkan oleh pelarut dalam suhu tertentu. Dari
definisi tersebut, secara implisit diketahui bahwa apabila jumlah zat
terlarut melebihi kelarutannya dalam pelarut tertentu, akan terbentuk
endapan yang terdiri dari zat yang tidak ikut larut. Dalam hal ini, suatu
zat akan digolongkan menjadi tiga, yaitu: larut, sedikit larut; dan tidak
larut. Tentunya sifat tersebut bergantung pada jenis pelarut yang
digunakan. Zat yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar seperti
air sedangkan zat nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar seperti
eter (Chang, 2010).

1
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
Dari definisi kelarutan, diketahui bahwa kelarutan akan sangat
dipengaruhi oleh suhu. Jumlah zat yang dapat larut pada suhu ruangan
akan berbeda dengan kelarutan zat yang sama dalam pelarut yang sama
pada suhu yang lebih panas atau dingin. Kelarutan juga dipengaruhi
polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar – seperti
senyawa ionik – dengan lebih optimal begitu pula dengan pelarut
nonpolar. Selain itu, kelarutan akan dipengaruhi oleh sifat fisik zat
seperti struktur molekulnya. Molekul dengan ikatan yang kompleks
akan sukar larut karena dibutuhkan lebih banyak energi untuk
melepaskan ikatannya di dalam pelarut (Rozi dkk., 2018).

2.4 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan campuran yang digunakan
untuk mengambil zat tertentu dari campuran tersebut. Secara umum,
ekstraksi dibedakan menjadi dua, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi
padat-cair. Ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi zat dalam campuran
menggunakan dua larutan yang tidak saling larut sedangkan ekstraksi
padat-cair (leaching) merupakan ekstraksi cairan dari suatu padatan
(Masú d & Puspitasari, 2017).
Proses ekstraksi dipengaruhi oleh jumlah pelarut, suhu, dan jenis
pelarut yang digunakan. Perlakuan lain seperti pengenceran dan
penggojogan akan mempercepat laju reaksi. Selain itu, untuk
medapatkan ekstrak yang maksimal, diperlukan pengulangan ekstraksi
beberapa kali (Rozi dkk., 2018).

2.5 Ekstraksi Pelarut


Ekstraksi pelarut adalah metode pemisahan suatu zat dari
campuran dengan memanfaatkan pelarut untuk menghasilkan bahan
murni tersebut. Pemisahan yang dilakukan didasarkan pada perbedaan
kelarutan zat-zat terlarut. Metode ini lebih efektif daripada metode

2
pemisahan lain apabila ditujukan pada campuran yang terdiri dari bahan
yang sifat kimianya memiliki kemiripan (Biyantoro & Purwani, 2013).
Metode ini juga dikenal dengan nama ekstraksi cair-cair. Beberapa
faktor yang akan mempengaruhi kesetimbangan konsentrasi dalam
ekstraksi yaitu: jumlah zat terlarut, suhu, pH, dan tingkat kepolaran
pelarut. Semakin besar jumlah pelarut, produk yang akan dihasilkan
juga akan semakin banyak (Masú d & Puspitasari, 2017).

2.6 Hukum Distribusi Nernst


Apabila suatu zat terlarut dicampurkan ke dalam dua jenis pelarut
yang tidak saling larut, maka kelarutan zat terlarut tersebut akan
terdistribusi ke dalam dua pelarut tersebut. Biasanya, kedua pelarut
tersebut bersifat pelarut organik dan pelarut air. Menurut Nernst,
perbandingan kelarutan di dalam kedua pelarut tersebut nilainya tetap
dan berlaku perbandingan. Nilai perbandingan itulah yang disebut
koefisien distribusi sesuai persamaan berikut:
𝐶2
𝐾d = , (2.1)
𝐶1
dengan 𝐾d adalah koefisien distribusi, 𝐶1 dan 𝐶2 adalah masing-masing
kelarutan pada pelarut 1 dan pelarut 2. Persamaan (2.1) tersebut dikenal
dengan hukum Nernst (Purwani & Prayitno, 2014).

2.7 Salting Out


Salting out merupakan metode pemurnian campuran dengan
mengurangi kelarutan zat lain agar zat yang ingin diekstrak saja yang
tersisa dalam larutan. Metode ini dapat dilakukan pada emulsi untuk
mendapatkan zat yang ada di dalamnya. Prinsipnya adalah dengan
menambahkan salting out agent – biasanya bersifat elektrolit – untuk
mendesak kelarutan zat lain yang larut dalam air. Dalam praktikum ini
kelarutan asam lemak akan didesak dengan NaCl sehingga kelarutannya
dalam emulsi berkurang. Asam lemak tersebut akan larut dalam

3
kloroform yang berfungsi sebagai pelarut nonpolar (Lim & Hamid,
2018).

2.8 Titrasi
Titrasi adalah metode analisis kuantitatif dalam kimia untuk
menentukan volume titran untuk mencapai titik ekuilibrium dengan
titrat. Titran adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi atau juga
dapat didefinisikan sebagai larutan standar (konsentrasinya sudah
diketahui). Sebaliknya, titrat merupakan larutan yang ingin dicari tahu
konsetrasinya secara umum atau secara khusus konsentrasi zat tertentu
di dalamnya (Septianingsih dkk., 2018).
Dalam percobaan ini titrasi yang dilakukan adalah titrasi
alkalimetri yang berarti titran yang digunakan adalah larutan basa
standar dan titratnya adalah asam (Vogel, 1989).

2.9 Indikator Asam Basa


Dalam metode titrasi asam-basa, asam akan dititrasi dengan basa
atau sebaliknya hingga mencapai titik ekuilibrium. Oleh karena itu
reaksi yang terjadi juga dapat dianggap sebagai reaksi netralisasi.
Dalam titrasi, diperlukan sebuah instrumen untuk menunjukkan bahwa
titik ekuilibrium sudah tercapai. Instrumen yang digunakan adalah
berupa indikator yang menampakkan indikasi visual berupa perubahan
warna apabila titik ekuilibrium sudah tercapai.
Indikator warna yang digunakan harus memenuhi beberapa syarat,
salah satu syarat yang paling penting adalah menunjukkan perubahan
warna dalam jangkauan pH tertentu. Selain itu, indikator yang baik
akan menunjukkan perubahan warna yang tajam, sehingga perubahan
warna sedikit saja sudah dapat terlihat (Adusei dkk., 2019).
Indikator asam-basa terdiri dari indikator buatan dan alami.
Indikator yang digunakan untuk titrasi adalah indikator buatan.
Beberapa indikator buatan yang digunakan dalam proses titrasi adalah:

4
fenolftalein, metil orange, bromtimol biru dan lainnya (Situmorang &
Ginting, 2017).
Indikator yang berbeda memiliki trayek perubahan warna pada
jangkauan pH yang berbeda-beda. Hal inilah yang dimanfaatkan untuk
melakukan titrasi pada zat kimia spesifik yang akan mencapai titik
ekuilibrium pada pH tertentu. Contohnya indikator fenolftalen memiliki
jangkauan pH 8,2-10,0 dengan sifat tidak bewarna dalam suasana asam
dan bewarna merah muda dalam suasana basa. Metil orange memiliki
jangkauan pH 2,9-4,6 dengan sifat bewarna merah dalam suasana asam
dan bewarna orange dalam suasana basa (Vogel, 1989).

2.10 Analisis Bahan


2.10.1 Sabun
Sifat fisika: larutan berwarna biru gelap, memiliki titik lebur
110℃, dan tidak berbau.
Sifat kimia: larut dalam air, terdiri dari asam lemak dan basa,
dan membentuk ion saat dilarutkan.
(Basri, 1996).

2.10.2 Aquades
Sifat fisika: berwujud cair, tidak bewarna, dan tidak berbau.
Sifat kimia: bersifat netral (pH 7), dan dapat digunakan sebagai
pelarut polar.
(Khotimah dkk., 2017).

5
2.10.3 Kloroform
Sifat fisika: berwujud cair pada suhu ruangan, mendidih pada
suhu 100℃, dan memiliki aroma yang manis.
Sifat kimia: bersifat pelarut nonpolar dan dapat digunakan
sebagai bahan anestesi.
(Basri, 1996).

2.10.4 NaCl
Sifat fisika: berwujud kristal putih atau transparan, mendidih
pada 1465℃, dan memiliki rasa asin.
Sifat kimia: larut dalam air, larut dalam etanol, relatif stabil, dan
menghasilkan gas toksik ketika dipanaskan.
(National Library of Medicine, 2021).

2.10.5 Indikator PP
Sifat fisika: bewarna putih atau kekuningan dalam wujud kristal
dan tidak berbau.
Sifat kimia: dalam wujud larutan tidak memiliki warna hingga
pH 8,3; bewarna merah muda menuju merah pada
pH di atas 9. Ketika dipanaskan menghasilkan
aroma yang tajam dan gas yang iritan.
(National Library of Medicine, 2021).

2.10.6 Alkohol
Sifat fisika: memiliki titik didih relatif rendah, bersifat volatil,
dan berwujud cairan tidak berwarna pada suhu
ruang.
Sifat kimia: saling larut dengan air dan bersifat sebagai pelarut
nonpolar.
(Kartika dkk., 1997).

6
2.10.7 NaOH
Sifat fisika: berwujud bubuk putih, apabila dilarutkan menjadi
tidak berwarna, densitasnya lebih besar daripada air,
dan mendidih pada suhu 1388℃.
Sifat kimia: bersifat korosif terhadap logam dan tubuh, larut
dalam air, dan bereaksi dengan karbon dioksida
menghasilkan natrium karbonat.
(National Library of Medicine, 2021).

7
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat:
1. Gelas beaker
2. Erlenmeyer
3. Corong
4. Labu takar
5. Gelas ukur
6. Buret
7. Corong pisah
8. Pipet tetes
9. Statif + klem
10. Lampu spiritus
11. Timbangan
12. Batang pengaduk
13. Kaki tiga + kasa asbes

3.1.2 Bahan:
1. Sabun batang
2. Aquades
3. Kloroform
4. NaCl jenuh
5. Indikator PP
6. Alkohol
7. NaOH 0,1 M

8
3.2 Skema Kerja

0,1 g sabun
Gelas beker
- Penambahan 50 mL aquades + 3 tetes PP
- Pemanasan hingga mendidih
- Pendinginan
- Pengenceran menjadi 100 mL

20 mL larutan sabun
Corong pemisah

- Penambahan 10 mL kloroform
- Pengocokan
- Penambahan 10 mL NaCL
- Ekstraksi sebanyak 3x

Lapisan air Lapisan kloroform


Corong pemisah
- Penambahan 10 mL H2O + 2 tetes PP
- Pengocokan

Lapisan air Lapisan kloroform


Corong pemisah
- Penambahan 20 mL alkohol
- Ekstraksi

Lapisan alkohol Lapisan ploroform


Erlenmeyer

Titrasi dengan
NaOH
Hasil

9
IV. DATA PENGAMATAN
Tabel 4.1 Data pengamatan praktikum ekstraksi pelarut
No. Perlakuan Hasil Keterangan
1 Menimbang sabun Berat 0,1 gram
2 0,1 gr sabun + 50 mL Campuran sabun
aquades
3 Pemanasan (suhu 70℃), Larutan sabun encer
diencerkan 100 mL
4 Penambahan indikator Tidak terjadi
PP perubahan
5 20 mL larutan sabun + Terbentuk emulsi
10 mL kloroform
(dikocok pada corong
pisah)
6 Emulsi + 10 mL NaCl Terbentuk 2 lapisan,
jenuh bagian atas air, bagian
bawah kloroform
7 Pemisahan dengan Lapisan bawah Dilakukan
membuka keran bawah terbuang, tersisa pengulangan
corong pisah kloroform dalam sebanyak 3 kali
corong pisah
8 Penambahan 10 mL Terbentuk 2 lapisan
H2O + 1-2 tetes cairan
indikator PP, dikocok
9 Lapisah bawah dibuang, Tersisa lapisan atas Lapisan atas
penambahan 20 mL dipindahkan ke
alkohol (dikocok 5-10 erlenmeyer
menit)

10
10 Lapisan alkohol + 1-2 Volume NaOH yang Melakukan titrasi 2
tetes indikator PP, terpakai sebanyak 2 Kali
dititrasi dengan NaOH mL, campuran
0,1 M berubah warna
menjadi merah muda

Tabel 4.2 Data kuantitatif pecobaan


Sabun
𝑚sabun 𝑉0 sabun 𝑉𝑡 sabun
0,1 gram 50 mL 100 mL

NaOH
𝑉NaOH 𝑀NaOH
2 mL 0,1 M

Asam Stearat
𝑀𝑟As Stearat 𝑉As Stearat
284 gram/mol 20 mL

11
V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Larutan dan Kelarutan:
Ekstraksi Pelarut”. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan daya
larut zat terlarut dalam pelarut berbeda dan mengenal serta mampu
menentukan konsentrasi dengan metode ekstraksi pelarut. Prinsip dasar yang
digunakan dalam percobaan ini adalah hukum distribusi Nernst. Hukum
distribusi Nernst menjelaskan mengenai kelarutan zat terlarut, apabila suatu
zat terlarut dicampurkan ke dalam dua jenis pelarut yang tidak saling larut,
maka kelarutan zat terlarut tersebut akan terdistribusi ke dalam dua pelarut
tersebut. Metode yang digunakan dalam percobaan adalah ekstraksi pelarut
dan titrasi. Ekstraksi pelarut merupakan ekstraksi yang didasarkan pada
perbedaan kelarutan zat dalam dua pelarut berbeda. Titrasi merupakan
metode analisis kuantitatif untuk menentukan volume titran untuk mencapai
titik ekuilibrium dengan titrat.
Pada percobaan ini, digunakan sabun sebagai objek praktikum. Sabun
terdiri dari basa dan asam lemak. Jenis sabun yang digunakan dalam
praktikum adalah sabun yang mengandung asam stearat (asam lemak). Asam
stearat akan dipisahkan dari komponen sabun lainnya dengan cara ekstraksi
pelarut.
Percobaan diawali dengan menimbang sabun sebanyak 0,1 gram
kemudian dilarutkan ke dalam 50 mL aquades. Proses pelarutan ini
dipercepat dengan adanya pemanasan kemudian larutan diencerkan menjadi
100 mL dengan tujuan untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi sabun
lebih rendah. Selain itu, tujuan pengenceran adalah agar jumlah reagen yang
digunakan untuk reaksi tidak terlalu banyak.
Dari larutan sabun encer tersebut, diambil sebanyak 20 mL dan
dimasukkan ke dalam corong pisah. Kemudian ditambahkan 10 mL
kloroform ke dalam larutan. Kloroform berfungsi sebagai pelarut nonpolar
sehingga zat terlarut yang bersifat nonpolar larut di dalamnya sesuai prinsip
like dissolves like. Adapun like dissolves like merupakan prinsip yang
menjelaskan bahwa senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan

12
senyawa nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar. Setelah itu corong pisah
dikocok beberapa saat untuk mempercepat distribusi zat terlarutnya (Mariana
dkk, 2018).
Namun apabila terbentuk emulsi – campuran homogen antara zat yang
biasanya tidak menyatu – diperlukan proses salting out. Salting out
merupakan proses pemisahan yang dilakukan dengan cara menambahkan zat
tertentu (salting out agent) untuk mendesak kelarutan zat lain yang ingin
dipisahkan dari emulsi. Dalam praktikum ini, zat yang ingin didesak
kelarutannya adalah asam stearat sedangkan salting out agent yang
digunakan adalah NaCl jenuh. Akibatnya, emulsi terpecah, asam stearat yang
sebelumnya tercampur dalam emulsi memisah dan larut dalam kloroform
mengingat asam stearat bersifat nonpolar. Terpecahnya emulsi menciptakan
dua lapisan larutan yaitu larutan asam stearat dalam pelarut kloroform pada
bagian bawah dan larutan air pada bagian atas. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan massa jenis larutan tersebut. Air berada di atas karena massa
jenisnya 1 gram/cm3 sedangkan larutan kloroform berada di bawah karena
massa jenisnya 1,49 gram/cm3 (Basri, 1996).
Karena tujuan percobaan adalah mengetahui kadar asam stearat dalam
sabun, maka larutan yang diambil adalah lapisan bawah. Larutan kemudian
dimasukkan kembali ke corong pisah bersih dan ditambahkan aquades dan
indikator PP. Aquades berfungsi sebagai pelarut polar sehingga zat-zat yang
bersifat polar akan larut di dalamnya sedangkan indikator PP berfungsi untuk
mengetahui suasana asam-basa larutan tersebut. Apabila larutan berubah
warna menjadi merah muda-ungu, maka larutan bersifat basa. Oleh karena itu
dilakukan penambahan aquades hingga lapisan air tidak bersifat basa lagi.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bagian kepala sabun – yang akan
membentuk senyawa basa ketika larut dalam air – sudah tidak ada. Setelah itu
corong pisah dikocok beberapa saat untuk mempercepat distribusi zat
terlarutnya. Kemudian setelah didiamkan beberapa saat, akan terbentuk dua
lapisan yaitu lapisan air dan lapisan kloroform.

13
Lapisan kloroform dipindahkan ke corong pisah yang bersih. Ke dalam
larutan tersebut ditambahkan 20 mL alkohol yang berfungsi untuk
memindahkan asam stearat. Asam stearat berpindah menuju alkohol karena
kelarutannya dalam alkohol lebih besar daripada kelarutannya dalam
kloroform. Corong pisah dikocok untuk mempercepat distribusi zat terlarut
maka terbentuk dua lapisan larutan yang terdiri dari lapisan kloroform pada
bagian bawah dan lapisan alkohol pada bagian atas. Hal ini karena massa
jenis alkohol sebesar 0,7 gram/cm3 yang berarti lebih kurang rapat daripada
kloroform. Kemudian lapisan alkohol dipindahkan ke dalam erlenmeyer.
Proses ekstraksi dilakukan sebanyak tiga kali dengan tahapan yang berbeda
untuk memperoleh ekstrak dengan kemurnian yang optimal dan mencegah
adanya zat ekstrak yang terbuang (Basri, 1996).
Lapisan alkohol dipindahkan ke dalam erlenmeyer untuk memudahkan
proses titrasi. Sebelum dilakukannya titrasi, larutan asam stearat dalam
pelarut alkohol ditambahkan 1-2 tetes indikator PP. Larutan dititrasi dengan
NaOH hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Proses titrasi ini
diulang dua kali untuk memastikan hasil yang didapatkan. Data percobaan
kemudian dicatat untuk perhitungan konsentrasi dan kadar asam stearat
dalam sabun.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa
konsentrasi sampel larutan stearat yang digunakan adalah 0,01 M dan kadar
asam stearat dalam sabun adalah 284%. Secara intuitif, persentase ini
menunjukkan angka yang tidak valid mengingat persentase asam lemak tidak
seharusnya melebihi 100%. Hal ini dapat terjadi karena adanya zat lain yang
mempengaruhi konsentrasi asam lemak.

14
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa zat
memiliki kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut tertentu. Sifat
kelarutannya dapat dipengaruhi kepolaran baik oleh zat terlarut maupun
zat pelarutnya. Selain itu, diperoleh bahwa konsentrasi sampel larutan
stearat yang digunakan adalah 0,01 M dan kadar asam stearat dalam
sabun yang diuji adalah 284%.

6.2 Saran
Mengingat terjadinya ketidaksesuaian matematis pada hasil yang
diperoleh, sebaiknya alat-alat percobaan dibersihkan dan dikeringkan
terlebih dahulu untuk meminimalisasi masuknya zat lain ke dalam
ekstrak asam stearat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adusei, E. B. A., Adosraku, R. K., Kyekyeku, J. O. & Amengor, C. D. K. (2019).


Investigation of Acid-Base Indicator Property of Plumbagin from
Plumbago zeylanica Linn. International Journal of Analytical Chemistry,
2019.
Basri, S. (1996). Kamus Kimia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Biyantoro, D. & Purwani, M. V. (2013). Optimasi Pemisahan Zr-Hf dengan Cara
Ekstraksi Memakai Solven Topo. Jurnal Tekik Bahan Nuklir, 9, 1-54.
Chang, R. (2010). Chemistry 10th Edition. New York: McGraw-Hill.
Kartika, B., Guritno A. D. & Ismoyowati. (1997). Petunjuk Evaluasi Produk
Industri Hasil Pertanian. PAU Pangan dan Gizi UGM Yogyakarta.
Khotimah, H., Anggraeni, E. W. & Setianingsih, A. (2017). Karakterisasi Hasil
Pengolahan Air Menggunakan Alat Destilasi. Jurnal Chemurgy, 1.
Lim, K. & Hamid, Z. A. A. (2018). Applications of Nanocomposite Materials in
Drug Delivery. Amsterdam: Elsevier, Inc.
Mariana, E., Cahyono, E., Rahayu, E. F. & Nurcahyo, B. (2018). Validasi Metode
Penetapan Kuantitatif Metanol dalam Urin Menggunakan Gas
Chromatography-Flame Ionization Detector. Indonesian Journal of
Chemical Science, 7(3), 277-284.
Mas ú d, F. dan Puspitasari. (2017). Studi Pendahuluan Ekstraksi Bertingkat
Minyak Biji Mangga Arumanis (Mangifera indica) Menggunakan Pelarut
N-Heksan dan Etanol. Journal INTEK, 4(1), 42-48.
PubChem. (2021). National Library of Chemistry.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/, diakses pada 06 Mei 2021.
Purwani, M. V. dan Prayitno. (2014). Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai
Tri Oktil Amin. Jurnal Iptek Nuklir Ganendra, 17, 17-26.
Rozi, F., Abram, P. H. & Diah, A. W. M. (2018). Pengaruh Kombinasi dan Rasio
Pelarut Terhadap Hasil Ekstraksi Minyak dari Serabut Kelapa Sawit.
Jurnal Akademika Kimia, 7(3), 146-151.

16
Septianingsih, S. R., Mukaromah, A. H. & Wahyuni, E. T. (2018). Effectiveness
of Secang Wood (Caesalpinia sappan l) Concentration as Natural
Indicator for Acidimetry Method. International Seminar of Education and
Development of Asia, 245-247.
Situmorang, M. & Ginting, Y. K. (2017). Innovative Chemistry Learning Material
Acid-Base Equilibrium. Medan.
Vogel, A. I., Jeffery, Bassett, Mendham & Denney.(1989). Vogel’s Textbook of
Quantitative Chemical Analysis Fifth Edition. Harlow: Longman Group
UK.

17
LAMPIRAN

19
Perhitungan Kadar Asam Stearat
Dari data percobaan, diketahui:
𝑚sabun = 0,1 gram
𝑉s sabun = 20 mL
𝑉p = 100 mL
sabun

𝑉NaOH = 2 mL = 0,002 L
𝑀NaOH = 0,1 M
𝑀𝑟As Stearat = 284 gram/mol

Faktor pengenceran larutan sabun (𝑓𝑝)


𝑉p 100 mL
sabun
𝑓𝑝 = = =5
𝑉s sabun 20 mL

Konsentrasi Asam Stearat


𝑀As Stearat 𝑉As Stearat = 𝑀NaOH 𝑉NaOH
𝑀As Stearat × 20 mL = 0,1 M × 2 mL
𝑀As Stearat = 0,01 M

Massa Sampel Asam Stearat


𝑛As Stearat = 𝑛NaOH
𝑛As Stearat = 𝑀NaOH 𝑉NaOH
𝑚As Stearat
= 𝑀NaOH 𝑉NaOH
𝑀𝑟As Stearat
𝑚As Stearat = 𝑀NaOH 𝑉NaOH 𝑀𝑟As Stearat
𝑚As Stearat = 0,1 M × 0,002 L × 284 gram⁄mol
𝑚As Stearat = 0,0002 mol × 284 gram⁄mol
𝑚As Stearat = 0,0568 gram

Kadar Asam Stearat dalam Sabun


𝑚As Stearat
%Asam Stearat = 𝑓𝑝 × 100%
𝑚sabun

20
0,0568 gram
%Asam Stearat = 5 × 100%
0,1 gram
%Asam Stearat = 284%

21
Resume Video 1 – Ekstraksi Sabun
Ekstraksi pelarut merupakan pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kelarutan zat terlarut. Dalam percobaan, digunakan sabun sebagai campuran. Zat
yang akan diesktrak dari sabun adalah asam palmitat (asam lemak).
Bahan yang digunakan adalah: sampel sabun; asam nitrat; alkohol;
benzena; akuades; NaOH 0,5 M; dan indikator PP.
Pertama-tama, timbang sampel sabun sebanyak 2 gram di dalam gelas
beaker. Kemudian ditambahkan 10 mL akuades dan dipanaskan sampai larut.
Lalu ditambahkan asam nitrat 2,5 mL (akan terbentuk gumpalan). Kemudian
ditambahkan 10 mL alkohol.
Campuran tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan
10 mL benzena. Campuran digojog beberapa kali lalu didiamkan sampai
terbentuk dua lapisan larutan. Larutan lapisan bawah dimasukkan ke dalam
gelas beaker sedangkan lapisan atasnya dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Larutan yang ada di dalam erlenmeyer mengandung asam lemak, untuk
menghitung kadarnya, dilakukan metode titrasi dengan NaOH. Sebelum titrasi
dimulai, ditambahkan beberapa tetes indikator PP ke dalam larutan. Larutan
dititrasi hingga warna berubah menjadi merah muda.
Sebagai pembanding, dibuat sebuah larutan blanko untuk menghitung
kadar asam lemak sabun. Larutan blanko tidak mengandung asam lemak, hanya
terdiri dari: 10 mL akuades; 2,5 mL asam nitrat; 10 mL alkohol; dan 10 mL
benzena. Larutan blanko dipisahkan dengan corong pisah seperti pada ekstraksi
asam lemak sabun sebelumnya. Lapisan bawah dimasukkan ke dalam gelas
beaker sedangkan lapisan atas dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Larutan di dalam erlenmeyer dititrasi dengan NaOH dan indikator PP
sampai warna berubah menjadi merah muda. Kemudian perhitungan kadar asam
lemak dalam sabun dihitung dengan rumus berdasarkan data pengamatan dari
percobaan.

22
Resume Video 2 – Ekstraksi Pelarut (Kelompok 3)
Ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan suatu komponen dari suatu
campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak
saling campur.
Pada percobaan dibutuhkan alat: buret, labu ukur, erlenmeyer, gelas
beaker, corong pisah, dan gelas beaker. Bahan yang dibutuhkan antara lain:
akuades, etanol, NaCl jenuh, n-heksana, indikator PP, NaOH, dan sabun.
Langkah pertama yaitu mengisi buret dengan NaOH. Kemudian timbang
sabun dan larutkan dengan air. Larutan sabun dipanaskan hingga hampir
mendidih. Kemudan ditambahkan 1-2 tetes indikator PP. Larutan tersebut
diencerkan hingga volumenya menjadi 500 mL. Larutan sabun yang telah
diencerkan dimasukkan ke dalam corong pisah sebanyak 20 mL. Setelah itu,
ditambahkan n-heksana kemudian digojog agar reaksi berlangsung lebih cepat.
Diamkan selama beberapa saat sampai terbentuk dua lapisan larutan. Kemudian
ditambahkan 5 mL NaCl. Kedua lapisan larutan dipisahkan dan dilakuakan
ekstraksi beberapa kali.
Setelah dipisahkkan, larutan bagian atas ditambahkan etanol yang
berfungsi untuk menghilangkan pengotor yang bersifat basa. Gojog larutan
beberapa kali lalu akan terbentuk dua lapisan larutan. Lapisan bawahnya
dibuang sedangkan larutan bagian atas dititrasi dengan NaOH dan indikator PP
hingga berubah warna menjadi merah muda. Data yang diperoleh dari
percobaan digunakan untuk menghitung kadar asam lemak dalam sabun.

23
Resume Video 3 – Ekstraksi Pelarut (Kelompok 5)
Ekstraksi pelarut adalah pemisahan zat dari campuran menggunakan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang ingin diekstrak
tanpa melarutkan zat lain yang tidak ingin diekstrak.
Alat yang diperlukan antara lain: corong pisah, erlenmeyer, buret, klem,
statif, dan gelas ukur. Bahan yang diperlukan antara lain: akuades, indikator PP,
NaOH, NaCl jenuh, n-heksana, dan sabun.
Pertama-tama timbang sabun sebanyak 0,5 gram. Kemudian larutkan
sabun dengan 40 mL akuades dan ditambahkan indikator PP 2 tetes lalu
dipanaskan. Larutan tersebut diencerkan sampai 500 mL dalam labu ukur.
Ambil 20 mL larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam corong pisah.
Tambahkan 10 mL n-heksana ke dalam larutan kemudian digojog. Apabila
terbentuk emulsi, ditambhakan NaCl jenuh. Akan terbentuk dua lapisan larutan
dalam corong pisah. Buang lapisan bawah sedangkan lapisan atas dititrasi
dengan NaOH. Data yang diperoleh dari percobaan digunakan untuk
menghitung kadar asam lemak dalam sabun.

24

Anda mungkin juga menyukai