Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 1


(HKKK 217P)

PERCOBAAN I
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN
DOSEN PEMBIMBING : YULI RISTIANINGSIH, S.T., M.Eng.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI

ZAHWA SYAFA AULIA RAUF 1810814220002


SARIFAH 1810814220003
MUHAMMAD HARITS ABYAN 1810814210016
MUHAMMAD YAHYA IHWAN 1810814310002

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2019
ABSTRAK

Suatu larutan adalah hasil yang homogen yang diperoleh bila suatu zat (zat terlarut)
dilarutkan dalam pelarut (air). Apabila dua zat yang berbeda dimasukkan ke dalam wadah, maka
ada 3 kemungkinan yang terjadi yaitu bereaksi, bercampur dan tidak bercampur. Asam
didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan
ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Sedangkan basa adalah zat yang bila dilarutkan
dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion
negatif.
Percobaan ini menggunakan metode pengenceran larutan untuk menurunkan konsentrasi
dari larutan. Konsentrasi larutan juga ditentukan dengan melakukan titrasi asam basa dengan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.Normalitas
Hasil dari percobaan ini adalah normalitas aktual larutan HCl sebesar 0,1263 N dan
normalitas aktual larutan NaOH sebesar 0,0865 N. Faktor normalitas HCl sebesar 1,2629 N dan
untuk faktor normalitas NaOH sebesar 0,865. Dari hasil yang didapatkan praktikum ini dapat
dikatakan berhasil karena hasil mendekati 1.

Kata kunci : HCl, konsentrasi, larutan, NaOH, normalitas, pengenceran,standarisasi.

I-2
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN

1.1 PENDAHULUAN

1.1.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuat larutan NaOH dan
larutan HCl serta pengenceran larutan dan melakukan standarisasi larutan NaOH
dengan larutan H2C2O4.

1.1.2 Latar Belakang


Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan antar partikelnya.Disebut homogenkarena susunannya begitu seragam
sehingga tidak dapat diamati bagian-bagian yang berlainan bahkan dengan
mikroskop optis.Larutan yang digunkan pada poses kimia biasanya dapat dibuat
dengan konsentrasi tertentu.Konsentrasi tertentu dapat dibedakan menjadi 2
larutan berbahan dasar fase cair dan berbahan dasar fase pada padat.
Konsentrasi dapat diketahui besarnya dengan menggunakan metode
standarisasi.Salah satu metode standarisasi adalah titrasi .Titrasi adalah cara
penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar yang sudah
diketahui konsentrasinya.Metode ini banyak digunakan didalam laboratorium.
Pembuatan dan standarisasi larutan sangat penting dalam bidang industri.
Salah satu contoh penerapannya adalah pada industri penyamakkan kulit.Industri
ini mengolah kulit mentah menjadi kulit jadi.Salah satu caranya yaitu perendam
(soaking) dimana kulit mentah kering direndam dalam air yang mengadung 1
gram/liter obat pembasah dan anti septik misalnya Teepal selama 1-2 hari.Selain
itu untuk pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembnetukkannya
diperlukan MgO.Sehingga praktikum ini sangat bermanfaat dan penting untuk
dipahami.

I-1
I-2

1.2 DASAR TEORI

Unsur atau elemen adalah zat-zat yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi
zat yang lebih sederhana oleh reaksi kimia biasa.Jadi merupakan sesuatu yang
paling sederhana yang dapat terbentuk dalam suasana normal di laboratorium dan
juga merupakan bentuk yang paling sederhana dari zat yang secara langsung dapat
dikerjakan dilaboratorium.Unsur berfungsi sebagai zat pembangun untuk semua
zat-zat kompleks yang akan dijumpai,mulai dari garam dapur sampai senyawa
protein yang sangat kompleks.Semua dibentuk dari kumpulan unsur-unsur yang
terbatas.Pada saat ini telah diketahui 108 macam unsur tetapi hanya sejumlah
kecil yang penting.Unsur-unsur akan saling bergabung membentuk
senyawa.Senyawa adalah zat yang terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk
masing-masing senyawa individu selalu ada dalam proporsi massa yang sama
(Brady,1999).
Larutan adalah campuran homogeny dari molekul atom-atom atau ion
yang berasal dari dua zat atau lebih.Suatu larutan disebut sebagai campuran
karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian
yang berlainan,bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.Dalam campuran
heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara fase-fase atau
bagian-bagian yang terpisah.Suatu larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan
yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya
kesetimbangan anatara zat terlarut yang larut dan tidak larut. Suatu larutan tak
jenuh (unsaturated) kalah pekat (lebih encer)daripada larutan jenuh dan suatu
larutan lewat jenuh (super saturated) lebih pekat dibandingkan suatu larutan
jenuh.Suatu larutan jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada
temperatut yang lebih tinggi.Bila suatu zat terlarut yang larut suatu pelarut lain
maka proses ekstraksi pelarut.Di laboratorium,ekstraksi pelarut dapat dilakukan
dalam sebuah corong pisah.Di industri ekstraksi pelarut sering kali digunakan
dimana tetesan-tetesan pelarut yang ringan bergerak ke atas melewati arus bawah
lambat-lambat (dari) pelarut berat (Keenan dkk,1991).

2
I-3

Dua zat berebeda dimaskukkan ke dalam suatu wadah,ada tiga


kemungkinan yaitu bereaksi,bercampur,dan tidak bercampur.Jika bereaksi akan
membentuk zat baru yang sifatnya berbeda dari zat semula.Kalau bercampur maka
sifatnya tidak berubah dan dapat dipisahkan kembali dengan cara fisika seperti
distilasi,kristaliasasi,kromofotografi dan lain-lain.Dua zat bercampur bila ada
interaksi antar partikelnya.Interaksi itu dintentukan wujud dan sifatnya oleh sebab
itu campuran dapat dibagi atas gas-gas,gas-padat,cair-cair dan alin-
lain.Berdasarkan keadaan fase zat setelah bercampur maka campuran ada yang
homogen dan heterogen campuran.Campuran homogen adalah campuran yang
membentuk suatu fase yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama
antara suatu bagian yang lain di dekatnya.Larutan adalah campuran homogeny
anatara zat terlarut dan pelarut.Campuran heterogen adalah campuran yang terdiri
dari dua fase atau lebih (Syukri,1999).
Reaksi antara titran dengan substansi yang terpilih sebagai standar primer
harus memenuhi sejumlah persyatan untuk analisis tetrimetrik.Di samping itu
standar primer itu harus mempunyai karakteristik sebagai berikut (Day dan
Underwood,2002):
1. Harus tersedia dalam bentuk murni, atau dalam tingkat kermurniaan yang
diketahui.Pada suatu tingkat biaya logis secara umum,jumlah total dari pengotor
tidak boleh melebihi dari 0,01 sampai 0,02% dan harus dilakukan tes untuk
mendekati kuantitas pengotor-pengotor tersebut melalui tes kuantitatf dengan
sensitivitas yang diketahui.
2. Substansi tersebut harus stabil,harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu
higroskopis sehingga tidak terlalu menyerap air selama penimbangan.Substansi
tersebut seharusnya tidak kehilangan berat bila terpapar udara.Garam hidrat
biasanya tidak digunakan sebagai standar primer.
3. Yang digunakan adalah standar primer tersebut mempunyai berat ekuivalen
yang cukup tinggi agar dapat menimalisasi konsukuen galat saat menimbang.
Titrasi dari asam basa biasanya orang yang mempersiapkan larutan asam dan
basanya dari konsentrasi yang kira-kira diinginkan dan kemudian
menstandarisasikan salah satunya dengan satandar primer.Larutan yang telah

3
I-4

distandarisasi dapat disgunakan sebagai standar sekunder untuk mendapatkan


konsentrasi dari larutan lainnya.Bagi perkerjaan yang membutuhkan aturan yang
tinggi disarankan untuk menstandarisasikan kedua larutan asam dan basa terpisah
dengan menggunakan standar primer.Standat primer yang digunakan secara luas
untuk larutan basa terdiri dari kalium hydrogen ftalat,KHC 8H4O4,disingkat
KHP.Asam sulfamat,HSO3NH2 dan kalium hydrogen iodat KH(IO3)2 adalah dua
asam kuat dana merupakan standar primer yang sempurna untuk standarisasi.
Analisis mendapat keutungan dari perubahan pH yang besar,yang terjadi
dalam titrasi untuk menentukan soal kapan titik ekuivalen dicapai.Ada banyak
asam dan basa organik lemah yang bentuknya tak terurai dan bentuk reniknya
memiliki warna yang berbeda.Molekul tersebut bisa digunakan untuk menentukan
kapan penambahan titran telah mencukupi dan dinamakan indikator
visual.Indikator fenolftalein yang sudah dikenal merupakan asam diprotic dan
tidak berwarna.Indikator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak
berwarnanya,kemudian hilangnya protein kedua,menjadi ion dengan system
terkonjugasi menghasilkan warna merah.Metil merah merupakan basa dan
berwarna merah dalam bentuk molekunya.Penambahan protein menghasilkan
kanon yang berwarna merah muda.Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
zat padat adalah temperatur,sifat dan pelarut juga kehadiran ion-ion yang mungkin
dan mungkin juga tidak bergabung dalam ion-ion pada benda padat,seperti juga
ion-ion atau molekul yang membentuk molekul-molekul yang sedikit terurai atau
ion-ion kompleks dengan ion-ion dari benda padat tersebut (Day dan
Underwood,2002).
Komposisi larutan secara kuantitatif disebut konsetrasi.Konsentrasi adalah
perbandingan jumlah zat tersebut dengan pelarut.Beberapa satuan kosentrasi,yaitu
fraksi mol,molar,molal,normal serta ditambah dengan persentase massa,persen
volume dan ppm.Rumus-rumusnya sebagai berikut (Syukri,1999):
1. Fraksi mol
Fraksi mol (α) adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah
mol sama semua komponen.

4
I-5

mol zat terlarut


α= ....(1.1)
mol zat terlarut +mol pelarut

2. Kemolaran

Kemolaran atau molaritas adalah perbandingan mol zat terlarut dengan liter
larutan.

mol zat terlarut


M= ....(1.2)
Liter larutan

3. Kemolalan
Kemolalan (m) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 100 gram pelarut
murni.

mol zat terlarut


m= ....(1.3)
Kglarutan

4. Kenormalan

Kenormalan (N) adalah jumlah ekuivalen zat terlarut dalam tiap liter satuan.

Ekuivalen zat terlarut


N= ....(1.4)
Volume

5. Persen Massa

Persen massa (% w) adalah perbandinagan massa zat terlarut dengan massa


larutan dikalikan 100 %.

g zat terlarut
%W = x 100 % ....(1.5)
g larutan

5
I-6

6. Parts permillion

Parts permillion (ppm) adalah miligram zat terlarut pada tiap kilogram
larutan.

Massa zat terlarut


ppm= x 106 ....(1.6)
Massalarutan

7. Persen volume
Persen volume (%V) adalah perbandingan volume zat terlarut dengan
volume larutan dikalikan 100 %.

Volume zat terlarut dalam mL


% Volume= x 100 % ....(1.7)
Jumlah Volume larutan

Proses pelepasan energi sebagai kalor disebut eksoterm.Semua reaksi


pembakaran adalah eksoterm.Proses yang menyerap energi endapan kalor disebut
endoterm.Contohnya adalah penguapan air.Proses endoterm dalam sebuah wadah
adiabatik menghasilkan kenalan termperatur (Atikns,1994).
Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsetrasi zat didalam
larutan.Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan
yang sudah diketahui konsentrasinya.Reaksi dilakukan bertahap (tetes demi tetes)
hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara.Untuk menandai bahwa
titik setara pada titrasi telah tercapai digunakan indicator atau petunjuk.Indikator
ini harus berubah warna pada saat titik setara tercapai.Misalnya indicator asam
basa.Indikator asam basa adalah petunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan
asam atau basa.Indikator berkerja berdasarkan perubahan warna indicator pada
rentang Ph tertentu (Sunarya dan Setiabudi,2007).
Natrium hidroksida (NaOH) dikenal sebagai soda api,memiliki berat
moleku 40 g/mol.Struktur dari NaOH adalah padatan,tidak berbau dan berwarna

6
I-7

putih.Titik didih NaOH 1388 0C setara dengan 2530,4 0F.Titik leleh NaOH 323 0C
(613,4 0F) dan NaOH mudah larut dalam air dingin.Natrium hidroksida yang
kontak dengan asam dan senyawa halogen organik dapat menyebabkan reaksi
kekerasan NaOH sangat reaktif dengan logam,agen pengoksidan,mengurangi agen
,asam alkali dan kelembapan (Sciencelab,2005)
Sifat fisika dan kimia asam klorida yaitu memiliki bentuk fisik cair,berbau
tajam,sedikit berwarna kekuningan terang.Titik didih asam klorida yaitu 108,58
0
C dan tekanannya 760 mmHg (untuk 20,22% HCL dalam air),83 0C dan tekanan
760 mmHg (untuk 31% HCL dalam air),50,5 0C (untuk 37% HCL dalam air).Titik
lelehnya yaitu -62,25 0C (-80 0F) (20,690% HCL dalam air),-46,2 0C (31,24%
HCL dalam air),-25,4 0C (39,17% HCL dalam air).Memiliki tekanan uap 16 kPa
(20 0C).Asam klorida larut dalam air dingin, air panas dan dietil eter.Sangat
reaktif dengan logam-logam,agen pengoksidasi,bahan organic,alkali dan air
(Sciencelab,2005)
Asam oksalat (H2C2O4) merupakan turunan dari asam karboksilat yang
mengandung 2 gugus karboksil yang terletak pada ujung-ujung rantai karbon yang
lurus yang mempunyai rumus C2H2O4 dan bersifat tidak
berbau,higroskopik,berwarna putih sampai tidak berwarna dan mempunya berat
molekul 90 gram/mol.Asam oksalat dapat dibuat dengan beberapa cara,salah
satunya adalah prosen peleburan alkali.Tahap-tahap pembuatan asam oksalat
dengan proses peleburan alkali ada tiga yaitu tahap peleburan,tahap pengendapan
dan penyaringan,dan tahap pengasaman (Iriany,dkk,2015)
Akuades memiliki rumus molekul yaitu H2O.Sifat fisik dan kimia akuades
yaitu berbentuk cair,tidak berbau dan tidak berwarna.Akuades memiliki berat
moleku 18,02 g/mol.Memiliki pH 7 atau bersifat netral.Memiliki titik didih 100 0C
atau 212 0F.Memiliki tekanan uap kPa dengan (20 0C) (Sciencelab,2005)
Metil merah merupakan zat warna azo dan berbentuk bubuk Kristal
berwarna merah gelap.Metil merah memiliki rumus kimia C15H15N3O2 dan berat
molekul 269,30 g/mol.Metil merah memiliki densitas bernilai 0,791 g/cm 3 dan
0 0
titik leburnya 179-182 C (354-360 F).Metil merah larut dalam etanol
(Sciencelab,2005).

7
I-8

Indikator fenoftalein (pp) memiliki rumus kimia C 20H14O6 dan berat


molekul 318,33 g/mol.Indikator pp memiliki densitas bernilai 1,277 g/cm 3 dan
titik leburnya 258-263 0C (496-505 0F),Indikator pp larut dalam etanol dan eter
serta tidak larut dalam benzena (Sciencelab,2005).

8
I-9

1.3 METODOLOGI PERCOBAAN

1.3.1 Alat dan Rangkaian Alat

Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari buret 50
ml,pipet volume 2 ml dan 10 ml,propipet,Erlenmeyer 250 ml,labu ukur 100
ml,gelas beker 100 ml,corong,sudip,pengaduk kaca,gelas arloji,statif dan
klem,neraca ohaus,botol semprot dan pipet tetes.

Rangkaian Alat

3 4
4 Keterangan :
1
3 1. Buret 50 mL
2. Erlenmeyer 50 mL
3. Statif
2
4. Klem

Gambar 1. 1 Rangkaian Alat Titrasi

1.3.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari HCL 37%
0,84 ml,NaOH 0,4 gram,H2C2O4 0,6304 gram,indicator metil merah,indicator
fenolftalein (pp) dan akuades.

1.3.3 Prosedur Percobaan

1.3.3.1 Pembuatan Larutan HCl 0,1 N

Larutan HCL 37% sebanyak 0,84 ml diambil mengunakan pipet volume 2


ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml kemudian ditambahkan sedikit

9
I-10

akuades lalu dirasakan suhunya.Selajutnya ditambahkan akuades hingga tanda


tera,lalu kocok sampai homogen.Larutan dipindah ke gelas beker 100 ml.

1.3.3.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

Gelas arloji diletakkan dineraca ohaus lalu dikalibrasi ke angka


0.Kemudian padatan NaOH seberat 0,4 gram ditimbang dan dimasukkan kedalam
gelas beker 100 ml lalu ditambahkan sedikit akuades.Kemudian larutan diaduk
menggunakan pengaduk kaca.Selajutnya dirasakan suhunya lalu larutan NaOH
dipindahkan ke labu ukur 100 ml dengan corong dan ditambahkan akuades
himgga tanda tera,kocok hingga homogen.Larutan dipindah ke gelas beker 100
ml.

1.3.3.3 Pembuatan Larutan H2C2O4 0,1 N

Gelas arloji diletakkan dineraca ohaus lalu dikalibrasi ke angka


0.Kemudian padatan H2C2O4 seberat 0,6304 gram ditimbang dan dimasukkan
kedalam gelas beker 100 ml lalu ditambahkan sedikit akuades.Kemudan larutan
diaduk menggunakan pengaduk kaca.Selajutnya dirasakan suhunya lalu larutan
H2C2O4 dipindahkan ke labu ukur 100 ml dengan corong dan ditambahkan
akuades hingga tanda tera.Kemudian kocok hingga homogen.Larutan dipindah ke
gelas beker 100 ml.
1.3.3.4 Standarisasi Larutan NaOH 0.1 N dengan Larutan H2C2O4 0,1 N

Larutan NaOH 0,1 N sebanyak 10 ml diambil menggunkan pipet volume


lalu dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml.Selajutnya H2C2O4 0,1 N
dimasukkan ke dalam buret 50 ml.Larutan NaOH 0,1 N yang telah dimasukkan
kedalam Erlenmeyer ditambahkan 3 tetes indicator fenolftalein (pp) menggunakan
pipet tetes.Lalu larutan NaOH 0,1 N dititrasi dengan larutan H2C2O4 0,1 N hingga
terjadi perubahan warna.Kemudaian volume laruatan H2C2O4 0,1 N yang
diperlukan untuk titrasi dicatat.Selajutnya langkah-langkah diulang sebanyak 2
kali.

10
I-11

1.3.3.5 Standarisasi Larutan HCL 0,1 N dengan Larutan NaOH 0,1 N

Larutan HCL 0,1 N diambil sebanyak 10 mL diambil menggunakan pipet


volume lalu dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml.Selajutnya NaOH 0,1 N
dimasukkan kedalam buret 50 ml. Larutan HCL 0,1 N yang telah dimasukkan
kedalam Erlenmeyer datambahkan 3 tetes indicator metil merah menggunakan
pipet tetes.Lalu larutan HCL 0,1 N dititrasi dengan larutan NaOH yang diperlukan
untuk titrasi dicatat.Selanjutnya langkah-langkah diatas diulang sebanyak 2 kali.

1.3.3.6 Penentuan Faktor Normalitas HCl 0,1 N dan NaOH 0,1 N yang telah
Distandarisasi

Faktor normalitas dihitung dari HCl dan NaOH yang distandarisasi.Jika


larutan memiliki faktor normalitas 1 atau mendekati 1, maka larutan berhasil
dibuat.

1.3.4 Diagram Alir

1.3.4.1 Pembuatan Larutan HCl 0.1 N

HCl 37 %

- Diambil sebanyak 0,84 mL menggunakan pipet volume


2 mL
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

Akuades
- Ditambahkan sedikit kedalam labu ukur 100 ml
- Dirasakan suhunya apakah panas atau dingin
- Ditambahkan hingga tanda tera
- Dikocok hingga homogen
- Larutan dipindahkan ke dalam gelas beker 100 mL

Hasil
Gambar 1. 2 Diagram Alir Pembuatan Larutan HCl 0,1 N

11
I-12

1.3.4.2 Pembuatan Larutan NaOH 0.1 N

NaOH Padat

- Gelas arloji dikalibrasi dengan neraca ohaus ke angka 0


- Ditimbang sebanyak 0,4 gram menggunkan neraca
ohaus
- Dimasukkan ke dalam gelas beker 100 mL

Akuades
- Ditambahkan sedikit ke dalam gelas beker 100 mL
- Diaduk hingga homogen menggunakan pengaduk kaca
- Dirasakan suhunya apakah dingin atau panas
- Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
- Ditambahkan hingga tanda tera
- Dikocok hingga homogen
- Larutan dipindahkan kegelas beker 100 mL

Hasil

Gambar 1. 3 Diagram Alir Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

1.3.4.3 Pembuatan Larutan H2C2O4 0.1 N

H2C2O2 Padat
-
- Gelas arloji dikalibrasi dengan neraca ohaus
- Ditimbang sebanyak 0,6304 gram menggunakan neraca
ohaus
- Dimasukkan kedalam gelas beker 100 mL

Akuades
- Ditambahkan sedikit ke dalam beker 100 mL
- Diaduk hingga homogen menggunkan pengaduk kaca
- Dirasakan suhunya apakah panas atau dingin

12
I-13

- Dipindahkan ke labu ukur 100 mL


- Ditambahkan hingga tanda tera
- Dikocok hingga homogen
- Larutan dipindahkan ke gelas beker 100 mL

Hasil

Gambar 1. 4 Diagram Alir Pembuatan Larutan H2C2O4 0,1 N

1.3.4.4 Standarisasi Larutan NaOH 0.1 N Dengan Larutan H2C2O4 0,1 N


NaOH 0,1 N
- Diambil 10 ml menggunakan pipet volume 10 ml
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml

Indikator Fenolftalein (pp)


- Ditambahkan 3 tetes
- Dikocok warnanya tercampur

H2C2O4 0,1 N
- Diisi ke dalam buret 50 mL sebanyak 50 mL
- Dibaca misiskus awal pada buret
- Dititrasi sampai warna larutan berubah
- Dicatat volume yang diperlukan untuk titrasi
- Diulang sebanyak 2 kali
Hasil

Gambar 1. 5 Diagram Alir Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan Larutan


H2C2O4 0,1 N

13
I-14

1.3.4.5 Standarisasi Larutan HCL 0,1 N dengan Larutan NaOH 0,1 N


HCL 0,1 N
- Diambil sebanyak 10 ml menggunaka pipet volume
10 ml
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml

Indikator Metil merah


- Ditambahkan sebanyak 3 tetes
- Dikocok hingga warnanya tercampur

NaOH 0,1 N
- Diisi ke dalam buret 50 mL sebanyak 50 mL
- Dibaca misiskus awal pada buret
- Dititrasi sampai warna larutan berubah
- Dicatat volume yang diperlukan untuk titrasi
- Diulang sebanyak 2 kali

Hasil

Gambar 1. 6 Diagram Alir Standarisasi Larutan HCL 0,1 N dengan Larutan


NaOH 0,1 N

1.3.3.6 Penentuan Faktor Normalitas HCl dan NaOH yang telah


Distandarisasi

HCl dan NaOH


- Dihitung faktor normalitasnya

Hasil

Gambar 1. 7 Diagram Alir Penentuan Faktor Normalitas HCl 0,1 N dan NaOH
0,1 N yang telah Distandarisasi

14
I-15

15

Anda mungkin juga menyukai