Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

PERCOBAAN 7
ANALISIS KUANTITATIF BERDASARKAN WARNA LARUTAN:

KOLORIMETRI

Dosen Pembimbing: Dr. Banbang Cahyono, M. S.

Disusun oleh:

Nama : Elysia Kartika


NIM : 21080120140109
Program Studi : Teknik Lingkungan

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
PERCOBAAN 7
ANALISIS KUANTITATIF BERDASARKAN WARNA LARUTAN:
KOLORIMETRI

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai
perubahan. Dalam hal ini apabila ada beberapa zat yang
direaksikan maka akan terjadi perubahan. Perubahan yang terjadi
bisa berupa wujudnya, aromanya, maupun warnanya. Untuk
menentukan jumlah zat yang mengalami perubahan tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti menimbang beratnya dan
bisa juga ditentukan melalui tekanan atau warnanya.
Pengukuran jumlah zat dengan menggunakan warna dapat
dilakukan dengan cara melewatkan sinar pada larutanya,
pengamatannya dilakukan menggunakan mata, apabila sinar datang
dari bawah maka pengamatan dilakukan dari atas larutan.
Konsentrasi lautan dapat langsung tampak dari kepekatan atau
intensitas warna yang dihasilkan. Jadi, apabila warnanya sama
maka konsentrasinya juga sama.
Karena mata manusia memiliki keterbatasan
kemampuannya, maka dibuatlah alat yang dapat membandingkan
secara akurat kepekatan atau intensitas warna dari dua larutan yang
dibandingkan. Alat tersebut adalah kolorimetri (menggunakan
mata) dan spektrofometer (menggunakan foto sel)
I.2 Tujuan
I.2.1 Mampu membandingkan konsentrasi larutan
berdasarkan kepekatan warnanya
I.2.2 Mampu menentukan konsentrasi larutan FeSCN2+
I.2.3 Mampu menentukan tetapan kesetimbangan reaksi
pembentukan FeSCN2+
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kolorimetri
Kolorimetri merupakan seuatu metode analisis dalam ilmu
kimia yang melibatkan perbandingan intensitas warna pada suatu
larutan dengan warna dari larutan standarnya. Kolorimetri ini
merupakan salah satu metode dari analisa fotometri.
Pengamatannya sendiri dilakukan menggunakan mata kita biasanya
dikenal dengan sebutan fotosel. Cara untuk mengukur zat dan
mengetahui warnanya adalah dengan menggunakan pelarut yang
dilewati sinar (Underwood, 1998).
II.2 Metode Kolorimetri
Metode kolorimetri adalah suatu metode yang melibatkan
spektroskopi dari sinar tampak, metode ini bergantung pada
panjang dari sinar tampak dan hanya berlaku pada senyawa yang
berwarna. Sedangkan senyawa yang tak berwarna dapat dibuat
menjadi berwarna melalui pereaksi dari senyawa yang
menghasilkan warna. Umumnya, metode ini dilakukan dengan cara
membandingkan larutan standar dengan larutan yang dibuat saat
keadaan yang sama menggunakan kolorimetri Dubuscog (Damin,
1997).
II.2.1 Metode Deret Standar (Tabung Messier)
Metode ini menggunakan prinsip perbandingan warna
dengan menggunakan larutan berwarna yang memiliki
ukuran volume tertentu. Kemudian larutan berwarna
dibandingkan dengan larutan standar serupa yang telah
diketahui konsentrasinya.
II.2.2 Metode Pengenceran (Metode Silinder Hehner)
Pada metode ini dilakukan pengenceran pada larutan
standar atau larutan sampel yang lebih pekat sehingga
dihasilkan intesitas warna yang sama antara kedua larutan
tersebut.
II.2.3 Metode Kesetimbangan (Kalorimetri Duboscq)
Suatu senyawa CxBy dibiarkan konsentrasinya selalu
tetap dan Cy diukur konsentrasinya dengam memvariasikan
panjang sinar yang ditempuh sampai kedua larutan
memiliki intensitas warna yang sama (Sumardjo, 1997).
II.3 Kolorimetri Visual
Duplikasi warna pada kolorimetri dilakukan dengan
menggunakan larutan yang memiliki komponen sama
penampangnya sama dan arahnya tegak lurus sinar. Zat yang
memiliki warna biasanya merupakan ion kompleks, dimana warna
yang dihasilkan berasal dari elektron yang tidak memiliki
pasangan. Konsentrasi dari larutan berwarna dapat diketahui
dengan cara membandingkan intensitas warna pada larutan sampel
denganlarutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya.
Apabila kedua larutan memiliki intensitas warna atau kepekatan
yang sama, maka:
A1 = A2  a.b2.c1 = a.b2.c2

b1.c1 = b2.c2

c1 b2
=
c2 b1

(Khopkar, 1990)

II.4 Senyawa Kompleks


Senyawa kompleks dapat terbentuk dari atom-atom logam
transisi pada grup d. dalam kasus ini, atom logam memiliki
oksidasi positif yang rendah dengan tingkatan 0 hingga negative.
Hal ini menjadi keistimewaan ligan-ligan yang bisa menstabilkan
keadaan oksidasi rendah (Cotton, 1989).
II.5 Larutan Standar
Pada metode kimia analitik berdasarkan kemurniannya
larutan standar dibagi menjadi larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang
sudah ditentukan atau diketahui dengan jelas konsentrasinya.
Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan yang
dipersiapkan untuk volume dan massanya sehingga kemurniannya
relative rendah dan konsentrasinya akan diketahui melalui metode
yang digunakan (Day, Underwood, 1999).
III. METODELOGI PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
Alat

 Gelas Beker  Gelas Ukur

 Pipet Tetes  Kolorimeter

 Corong  Labu Ukur

 Tabung Reaksi
Bahan:

 KSCN 0,002 M
 Fe(NO3)3 0,02 M
 Kristal Na2HPO4
 Aquadest
III.2 Skema Kerja
III.2.1 Reaksi-reaksi Pendahulu

10 mL KSCN 0,002 M
Gelas kimia

Penambahan 2 mL larutan Fe(NO3)3

Campuran I Campuran II Campuran III Campuran IV

Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi

Penambahan 1 Penambahan 3 Penambahan


Sebagai tetes KSCN pekat tetes Fe(NO3)3 sebutir Na2HPO4
pembanding 0,2 M
Pengamatan Pengamatan
Pengamatan

Hasil Hasil Hasil Hasil

III.2.2Penentuan Konsentrasi
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur

Penambahan 0 mL KSCN 0,002 M

Penggojogan campuran

Penambahan Aquadest

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi I

Hasil

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur

Penambahan 1 mL KSCN 0,002 M

Penggojogan campuran

Penambahan Aquadest

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi II

Hasil

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur
Penambahan 2 mL KSCN 0,002 M

Penggojogan campuran

Penambahan Aquadest

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi III

Hasil

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur

Penambahan 3 mL KSCN 0,002 M

Penggojogan campuran

Penambahan Aquadest

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi IV

Hasil

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur
Penambahan 4 mL KSCN 0,002 M

Penggojogan campuran

Penambahan Aquadest

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi V

Hasil

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur

Penambahan 5 mL KSCN 0,002 M

Penggojogan campuran

Penambahan Aquadest

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi VI

Hasil

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur
Penambahan x mL kscn 0,002 M

Penggojogan campuran

Penambahan Aquadest

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi VII

Hasil

IV. DATA PENGAMATAN


IV.1 Reaksi Pendahuluan
Tabung Perlakuan Hasil
10 mL KSCN 0,002 M + 3 mL larutan Fe(NO3)3 Terbentuk larutan berwarna
1
0,02 M merah tua
10 mL KSCN 0,002 M + 3 mL larutan Fe(NO3)3 Terbentuk larutan berwarna
2
0,02 M + 1 tetes KSCN pekat merah tua pekat
10 mL KSCN 0,002 M + 3 mL larutan Fe(NO3)3 Terbentuk larutan berwarna
3
0,02 M + 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M merah tua agak pekat
Terjadi perubahan warna dari
10 mL KSCN 0,002 M + 3 mL larutan Fe(NO3)3
4 merah tua menjadi kuning, dan
0,02 M + 1 BUTIR Na2HPO4
terbentuk endapan putih
IV.2 Penentuan Tetapan Kesetimbangan Reaksi
Pembentukan FeSCN2+

Tabung Perlakuan Hasil

1 5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + Aquades hingga batas Larutan berwarna kuning

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 1 mL KSCN 0,002 M + Larutan berwarna merah tua


2
Aquades hingga batas pekat
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 1 mL KSCN 0,002 M + Larutan berwarna merah tua,
3
Aquades hingga batas lebih pekat dari tabung 2
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 1 mL KSCN 0,002 M + Larutan berwarna merah tua,
4
Aquades hingga batas lebih pekat dari tabung 3
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 1 mL KSCN 0,002 M + Larutan berwarna merah tua,
5
Aquades hingga batas lebih pekat dari tabung 4
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 1 mL KSCN 0,002 M + Larutan berwarna merah tua,
6
Aquades hingga batas lebih pekat dari tabung 5
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 1 mL KSCN 0,002 M + Larutan berwarna merah tua,
7
Aquades hingga batas lebih pekat dari tabung 6

V. PEMBAHASAN

Telah dilakukan praktikum Kimia Dasar dengan judul


“Analisis Kuantitatif Berdasarkan Warna Larutan: Kolorimetri” pada
tanggal 8 November 2020. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan
supaya praktikan mampu membandingkan konsentrasi larutan
berdasarkan kepekatan warnanya, mampu menentukan konsentrasi
larutan FeSCN2+ dan mampu menentukan tetapan kesetimbangan
reaski pembentukan FeSCN2+ serta dapat mengetahui factor
kesetimbangan. Pada praktikum ini, prinsip percobaan yang digunakan
adalah kalorimetri. Prinsip kalorimetri ini digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan dengan membandingkan
kesamaan warna pada larutan sampel dan larutan standarnya
menggunakan cahaya yang bersumber dari polikromatis dan
menggunakan detector mata. Sedangkan, metode yang digunakan
adalah metode deret standar. Metode deret standar ini adalah metode
yang digunakan untuk membandingkan larutan standar yang sudah
diketahui konsentrasinya dan terbuat dari komponen yang sama.

V.1Reaksi Pendahuluan
Reaksi pendahuluan dilakukan dengan mereaksikan KSCN
dengan Fe(NO3)3 sebagai larutan penguji yang pada tahap
selanjutnya akan ditambahkan dengan zat-zat yang lain. Reaksi ini
dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan factor-faktor
kesetimbangan dengan cara membandingkan campuran KSCN dan
Fe(NO3)3. Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah
prinsip kalorimetri dimana percobaan dilakukan dengan cara
membandingkan larutan sampel dengan larutan standar
berdasarkan kesamaan warnanya menggunakan deterctor mata
yang cahayanya diperoleh dari polikromatis. Sedangkan, metode
yang digunakan adalah metode deret standar. Metode ini
menggunakan larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dan
terbuat dari komponen yang sama.
Hal pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah
mencampurkan 10 mL KSCN 0,002 M dengan 2 mL larutan
Fe(NO3)3 0,02 M di dalam gelas kimia. Volume larutan ini sudah
diketahui dan selalu sama. Kemudian larutan yang sudah
dicampurkan tadi dipindahkan ke dalam empat tabung reaksi yang
berbeda. Pada tabung reaksi pertama, akan dibuat menjadi larutan
standar dimana larutan standar ini menjadi pembanding larutan
sampel lainnya. Pada tabung reaksi kedua, larutan ditambahkan
dengan 1 tetes KSCN pekat. Pada tabung ketiga, larutan
ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M. sedangkan, pada tabung
reaksi keempat ditambahkan sebutir Na2HPO4. Setiap penambahan
larutan pada tabung reaksi, langsung dilakukan pengamatan.
Pengamatan harus segera dilakukan supaya hasil yang didapat
akurat dan tidak terpengaruh factor-faktor yang dapat merubah
hasil pengamatannya seperti waktu.
Reaksi yang terjadi pada reaksi ini:
KSCN(aq) + Fe(NO3)3(aq)  3KNO3(aq) + Fe(SCN)2+(aq) + 2SCN-(aq)
(Chang, 2005)
Pada tabung pertama, ketika KSCN direaksikan dengan
Fe(NO3)3 menghasilkan warna merah tua akibat terbentuknya
senyawa kompleks yang memiliki salah satu cirinya yaitu
membentuk warna. Senyawa kompleks pada reaksi ini adalah
Fe(SCN)2+. Pada tabung kedua, ketika campuran ditambahkan 1
tetes KSCN pekat maka warnanya akan menjadi lebih pekat dari
larutan pembanding, merah tua pekat. Fenomena ini berkaitan
dengan proses pengenceran, dimana V1.M1=V2.M2 yang artinya
konsentrasi mempengaruhi kepekatan suatu larutan. Semakin
tinggi konsentrasi larutan maka akan semakin pekat warna yang
dihasilkan, begitupun sebaliknya. Hal yang sama juga terjadi pada
tabung ketiga dimana campuran ditambahkan dengan 3 tetes
Fe(NO3)3 0,2 M yang membentuk warna merah tua agak pekat.
Warna yang dihasilkan pada tabung kedua lebih pekat karena zat
yang ditambahkan juga sifatnya lebih pekat. Sedangkan, pada
tabung keempat terjadi perubahan yang sangat drastic dimana
larutan yang semula berwarna merah tua berubah menjadi warna
kuning. Hal ini terjadi akibat H2PO4 yang berperan sebagai
pengurang ion kompleks pada senyawa Fe(SCN)2+. Pengurangan
ion kompleks ini yang menyebabkan warna merah tua semakin
memudar hingga terbentuk larutan dengan warna kuning. Warna
kuning ini terjadi akibat Fe terikat pada H2PO4 yang seharusnya
terikat pada SCN. Pada tabung keempat ini juga terbentuk endapan
berwarna putih yang terbentuk karena reaksinya itu mengarah ke
reaktan bukan ke arah produk dan terjadi ketidakseimbangan
reaksi. Endapan yang terbentuk adalah endapan Na.
V.2Penentuan Tetapan Kesetimbangan Reaksi Pembentukan
FeSCN2+
Sesuai dengan namanya, tujuan dari reaksi ini adalah untuk
menentukan tetapan kesetimbangan reaksi pada pembentukan
FeSCN2+. Prinsip dan metode yang digunakan pada reaksi ini
masih sama dengan reaksi pendahuluan, yaitu menggunakan
prinsip kalorimetri dimana larutan sampel akan dibandingkan
kepekatan warnanya dengan larutan standar menggunakan
deterctor mata yang cahayanya diperoleh dari polikromatis.
Sedangkan, metode yang digunakan adalah metode deret standar
dimana digunakan larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
dan terbuat dari komponen yang sama.
Langkah pertama yang dilakukan pada reaksi ini adalah
dimasukannya 5 mL Fe(NO3)3 0,02 M ke dalam tujuh labu ukur
yang berbeda kemudian ditambahkan dengan larutan KSCN 0,002
M. setiap tabung diisi larutan KSCN dengan volume yang berbeda.
Pada labu ukur reaksi pertama ditambahkan 0 mL KSCN atau tidak
ada penambahan. Pada labu ukur kedua ditambahkan 1 mL KSCN,
labu ukur ketiga ditambahkan 2 mL KSCN, dan begitu seterusnya
terjadi penambahan 1 mL larutan KSCN setiap labu ukur hingga
labu ukur keenam. Sedangkan, pada labu ukur ketujuh
ditambahkan x mL KSCN dimana x disini maksudnya adalah
hanya asisten laboraotium yang tau jumlah volumenya. Kemudian
ditambahkan aquades hingga batas garis pada labu ukur yang
fungsinya adalah untuk proses pengenceran atau penurunan
konsentrasi larutan. Aquades digunakan karena sifatnya yang netral
dan merupakan pelarut universal. Larutan digojog supaya
membentuk larutan yang homogen. Larutan pada labu ukur ketujuh
yang kemudian akan dibandingkan dengan larutan pada labu ukur
lain berdasarkan tingkat kesamaan warnanya sehingga diketahui
berapa volume yang ditambahkan melalui kepekatan warna yang
dihasilkan.
Pada labu ukur pertama, larutan membentuk warna kuning
karena tidak menghasilkan senyawa kompleks akibat KSCN.
Sedangkan pada labu ukur kedua hingga ketujuh, terbentuk larutan
berawarna merah tua karena adanya senyawa kompleks yang
diakibatkan adanya penambahan larutan KSCN.semakin banyak
volume larutan KSCN yang ditambahkan, akan semakin pekat
warna yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan rumus
pengenceran.

VI. PENUTUP
VI.1 KESIMPULAN
VI.1.1 Suatu larutan dapat diketahui konsentrasinya
melalui perbandingan kepekatan larutan dengan
larutan standar yang disudah diketahui
konsentrasinya.
VI.1.2 Pada percobaan ini, dapat ditemukan konsentrasi
Fe3+
dari dalam larutan FeSCN2+ adalah sebesar 28 x
10-5 M
VI.1.3 Pada percobaan ini ,ditemukan bahwa tetapan
kesetimbangan reaksi pembentukan FeSCN2+ adalah
sebesar 3,67 x 10-26
VI.2 SARAN
VI.2.1 Konsentrasi larutan dibuat lebih bervariasi lagi
supaya didapatkan hasil yang akurat
VI.2.2 Alat-alat laboratorium seperti tabung reaksi dan
labu ukur perlu diperbanyak supaya praktikum
menjadi lebih cepat
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbaru.

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa

Aksara: Jakarta.

Chang,Raymond.2004. Chemistry, Mc Graw Hill, Inc ( Petrucci,1985)

Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.

Keenan and Kleinfelter, Wood.1980. Kimia Universitas. Jakarta :

Erlangga

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas


Indonesia: Jakarta.

Petrucci, Ralph H. 1992. General Chemistry. Jakarta : Erlangga

Sumardjo, Damin.2005. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Semarang


Undip Press

LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 8 November 2020

Asisten, Praktikan,

Nimas Ajeng A. Elysia Kartika


NIM: 24030118120009 NIM: 21080120140109

LAMPIRAN
 Perhitungan M2 Fe3+
Diket : V Fe(NO3)3 = 5 mL
M1 Fe(NO3)3 = 0,02 M
V Total = 10 mL
Ditanya : M2 Fe3+ =....?
Jawab : n Fe(NO3)3 = M x V
= 0,02 x 5
= 0,1 mmol = 0,0001 mol

Karena di dalam volume larutan konstan, maka diasumsikan mol ~ M, maka :


Perbandingan koefisien ~ Perbandingan mol ~ perbandingan M

Fe(NO3)3 Fe3+ + 3NO3-


0,1 mmol 0,1 mmol
n
Sehingga M2 Fe3+ =
V
0,0001
= = 0,00001 M
10 mL

 Perhitungan [Fe3+] dan [Fe(SCN)2+]

Diketahui : V Fe(NO3)3 = 5 mL
M Fe(NO3)3 = 0,02 M
n Fe(NO3)3 = 0,1 mmol = 0,0001 mol
V KCSN = 4 mL
M KCSN = 0,002 M
n KCSN = M x V
= 0,002 x 4
= 0,008 mmol = 0,000008 mol
Ditanya : [Fe3+] dan [Fe(SCN)2+] = ....?
Jawab :
Fe(NO3)3 + 3KSCN 3KNO3 + Fe(SCN)2+ + 2SCN-
Awal 0,0001 0,000008 - - -
Bereaksi 0,000026 0,000008 0,000008 0,000026 0,000005
Setimbang 0,000074 - 0,000008 0,000026 0,000005

 Konsentrasi Fe3+ dalam Fe(SCN)2+

Fe(SCN)2+ Fe3+ + SCN-

0,000026 mmol 0,000026 0,000005

n n
Sehingga , [Fe3+] = =
V VolumeFe ( NO 3 ) 3+ volume KSCN
0,000026 mol
= 0,009l = 0,0000028 M = 28 x 10-5 M
n n
[Fe(SCN)2+ = =
V VolumeFe ( NO 3 ) 3+ volume KSCN
0,0000026 mol
= = 0,00028 M = 28 x 10-5 M
0,009l

 Tetapan Kesetimbangan
KC = [ KNO3]3 [ Fe(SCN)2+] [SCN]2
[Fe(NO3)3][KSCN]3

= (8.10-6)3 (28.10-5) (5.10-6)2


(974.10-7)
= 3,67 . 10-26
HASIL TURNITIN

Anda mungkin juga menyukai