Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN 7

ANALISIS KUANTITATIF BERDASARKAN WARNA


LARUTAN : KOLORIMETRI
I. Tujuan Percobaan
I.1. Mampu membandingkan konsentrasi larutan berdasarkan kepekatan
warnanya
I.2. Mampu menentukan konsentrasi larutan Fe(SCN)2+
I.3. Mampu menentukan tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan Fe(SCN)2+
II. Tinjauan Pustaka
II.1. Kolorimetri
Kolorimetri adalah salah satu metode analisa kimia berdasarkan
perbandingan tingkatan warna suatu larutan dengan warna larutan
standarnya. Dalam metode ini pengukuran zat dan warnanya dilakukan
dengan mengarahkan sinar melewati pelarutnya. Alat pengamatan dengan
menggunakan mata disebut kolorimeter.
(Underwood, 1998)
II.2. Kolorimetri Visual
Dalam kolorimetri, pengulangan atau duplikasi warna terjadi pada dua
larutan yang memiliki zat-zat warna yang sama di kolom dengan
penampang yang memiliki diameter sama dan tegak lurus terhadap arah
sinar. Sinar yang biasa digunakan adalah sinar putih. Kondisi keasaman
transmisi diantara larutan yang dianalisis dengan larutan standar yang telah
disiapkan akan diperoleh melalui pengamatan visual.
(Khopkar,1990)
II.3. Metode Kolorimetri Deret Standar
Metode ini menggunakan tabung yang sama dan memiliki bagian dasar
yang datar serta tidak berwarna atau biasa disebut dengan Tabung Nessler.
Tabung ini digunakan untuk menampung suatu larutan yang memiliki warna
dalam volume tertentu. Warna-warna dari larutan ini nantinya akan
dibandingkan dengan warna dari larutan standar yang telah dibuat
sebelumnya menggunakan komponen yang sama dengan larutan yang
dianalisis tetapi konsentrasinya sudah diketahui terlebih dahulu. Pengukuran
Nessler bekerja berdasarkan prinsip perbandingan warna.
(Khopkar,1990)
II.4. Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia adalah keadaan saat laju reaksi maju dan laju
reaksi balik memiliki nilai yang sama besar serta seiring berjalannya waktu
konsentrasi produk dan reaktan yang dihasilkan tidak lagi mengalami
perubahan. Reaksi kesetimbangan kimia meliputi zat-zat berbeda bagi
reaktan dan produknya.
(Chang,2005)
II.5. Pengenceran
Dalam kimia analitik seringkali dilakukan teknik pengenceran. Teknik
pengenceran ini adalah suatu prosedur atau metode yang berfungsi untuk
menyiapkan suatu larutan dengan konsentrasi yang telah disesuaikan.
(Chang,2005)
III. Metodologi
III.1. Cara Kerja
1. Reaksi Pendahuluan
Siapkan larutan KSCN 0,002 M sebanyak 10 ml menggunakan gelas
kimia, dan masukkan larutan Fe(NO3)3 0,2 M sebanyak 2 ml kedalamnya.
Kemudian pindahkan larutan ke empat tabung reaksi berbeda yang
sebelumnya sudah diberi label. Larutan pada tabung reaksi satu
digunakan sebagai larutan pembanding. Kemudian tambahkan 1 tetes
KSCN pekat pada tabung reaksi dua, 3 tetes Fe(NO 3)3 0,2 M pada tabung
reaksi tiga, dan satu butir Na2HPO4 pada tabung reaksi 4. Setelah itu catat
peristiwa yang terjadi pada semua tabung.
2. Penentuan Konsentrasi Kompleks Fe(SCN)2+
Siapkan labu ukur berukuran 10 ml sebanyak 7 buah, kemudian isi
setiap labu ukur dengan larutan Fe(NO3)3 sebanyak 5 ml. Setelah itu
masukkan larutan KSCN 0,002 M ke dalam labu ukur satu sampai enam
dengan volume sebanyak 0 ml; 1 ml; 2 ml; 3 ml; 4 ml; 5 ml secara
berturut-turut. Lalu masukkan larutan X yang didapat dari asisten ke
dalam labu ukur tujuh. Setelah itu gojog campuran larutan pada semua
labu ukur, lalu encerkan larutan menggunakan akuades hingga mencapai
garis batas labu ukur, dan setelahnya gojog kembali larutan tersebut.
Kemudian pindahkan larutan secara berurut ke dalam tabung reaksi yang
berbeda-beda. Setelah itu ukur tingkatan warna yang dihasilkan oleh
larutan pada setiap tabung dengan kolorimeter, kemudian catat warna
yang dihasilkan pada semua tabung, lalu bandingkan warna larutan pada
tabung tujuh dengan tabung lainnya, dan tentukan larutan pada tabung
mana yang memiliki tingkatan warna paling mendekati warna yang
dihasilkan larutan X. Setelah itu berikan penjelasan mengenai pengaruh
dari penambahan larutan KSCN terhadap tingkatan warna yang
dihasilkan.
IV. Pembahasan dan Hasil
IV.1. Reaksi Pendahuluan
Reaksi pendahuluan adalah suatu analisa tahapan awal sebelum
dilakukannya analisa kuantitaif lebih lanjut yang berfungsi untuk
menentukan arah analisa selanjutnya. Percobaan ini bertujuan untuk
membandingkan konsentrasi larutan berdasarkan kepekatan warna. Prinsip
yang digunakan pada percobaan ini adalah Kesetimbangan Kimia, dan
metode yang digunakan adalah Metode deret standar. Percobaan ini diawali
dengan memasukkan larutan KSCN 0,002 M ke gelas kimia, dan
menambahkan larutan Fe(NO3)3 0,2 M kedalamnya. Setelah itu
memindahkan campuran larutan ke 4 tabung reaksi yang sudah diberi label
nomor 1 sampai 4. Pemberian label dilakukan untuk mempermudah
pencatatan hasil percobaan.
Tabung reaksi 1 hanya berisi campuran larutan KSCN 0,002 M dan
Fe(NO3)3 0,2 M. Larutan pada tabung ini digunakan sebagai larutan
pembanding karena percobaan ini menggunakan metode deret standar yang
dilakukan dengan membandingkan warna dari larutan yang dianalisis
dengan warna dari larutan standar yang memiliki volume sama, tetapi
konsentrasinya sudah diketahui. Tabung ini menghasilkan larutan berwarna
merah pekat yang disebabkan oleh adanya ion Fe(SCN)2+ yang terbentuk
dari pencampuran KSCN dan Fe(NO3)3. Persamaan reaksi yang dihasilkan
pada tabung ini adalah
3KSCN(aq)+Fe(NO3)3(aq) → 3KNO3(aq) + Fe(SCN)2+(aq) + 2SCN-(aq)
(Fatih, 2008)
Pada tabung reaksi 2 dilakukan penambahan KSCN pekat untuk melihat
pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan. Tabung ini menghasilkan
larutan berwarna merah pekat kehitaman, hal ini disebabkan karena pada
tabung ini juga terbentuk ion Fe(SCN) 2+ seperti pada tabung 1, tetapi karena
konsentrasi KSCN yang ditambahkan lebih besar dibanding pada tabung
1,maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan sebab beberapa ion Fe 3+
akan bereaksi dengan ion SCN-, sehingga warna merah yang dihasilkan pada
larutan akan semakin pekat. Oleh karena itu larutan yang dihasilkan akan
berwarna merah pekat kehitaman.
Pada tabung reaksi 3 dilakukan penambahan Fe(NO 3)3 untuk melihat
pengaruh volume terhadap kesetimbangan. Tabung ini menghasilkan larutan
berwarna merah pekat dan hampir sama dengan larutan pembanding yang
ada pada tabung 1, karena pada tabung ini juga terbentuk ion Fe(SCN) 2+.
Perbedaan tabung ini dengan tabung 1 hanyalah jumlah volume Fe(NO 3)3
yang ditambahkan pada larutan, sehingga warna larutan yang dihasilkan
pada tabung ini tidak akan berbeda jauh dengan warna larutan pada tabung
1.
Pada tabung reaksi 4 dilakukan penambahan sebutir Na 2HPO4, untuk
meminimalkan reaksi pengompleksan. Tabung reaksi ini menghasilkan
larutan berwarna kuning dan juga endapan berwarna putih yang merupakan
endapan Na. Dalam kesetimbangan kimia nilai Kc sama dengan Qc,dan
penyebab terbentuknya endapan Na adalah Qc yang dihasilkan pada tabung
reaksi ini lebih besar dibandingkan Ksp nya. Persamaan reaksi yang
dihasilkan pada tabung ini adalah
Fe(NO3)3(aq) + 3KSCN(aq) + Na2HPO4(aq) → 3KNO3(aq) + Fe(SCN)2+(aq) +
2SCN-(aq) + HPO4(aq) + 2Na(s)
(Fatih, 2008)
IV.2. Penentuan Konsentrasi Kompleks Fe(SCN)2+
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan konsentrasi larutan
berdasarkan kepekatan warna yang dihasilkan. Prinsip yang digunakan pada
percobaan ini adalah kolorimetri visual dengan kepekatan warna, dan
metode yang digunakan adalah pengenceran. Percobaan ini diawali dengan
menyiapkan labu ukur sebanyak 7 buah yang digunakan sebagai tempat
untuk mencampur dan mengencerkan larutan yang akan di analisis.
Kemudian, tambahkan larutan Fe(NO3)3 pada setiap labu ukur. Setelah itu
dilakukan penambahan larutan KSCN pada labu ukur 1 sampai 6 dengan
jumlah volume yang berbeda-beda, dan menambahkan larutan x pada labu
ukur 7. Setelah menambahkan larutan baru pada setiap labu, dilakukan
penggojogan agar tumbukan antar partikel semakin cepat sehingga reaksi
terjadi dengan cepat. Kemudian dilakukan pengenceran larutan
menggunakan akuades hingga mencapai batas labu ukur, agar konsentrasi
larutan menjadi berkurang. Setelah itu gojog kembali larutan yang sudah
diencerkan agar larutan homogen atau tercampur rata. Kemudian pindahkan
larutan ke 7 tabung reaksi berbeda, dan dilakukan pengukuran intesitas
warna yang terjadi pada 7 larutan tersebut untuk mengetahui warna apa
yang dihasilkan pada setiap larutan.
Tabung Reaksi I menghasilkan larutan berwarna kuning, karena volume
KSCN yang ditambahkan adalah 0 ml atau bisa dikatakan labu 1 tidak
mengalami penambahan larutan KSCN, sehingga pada larutan Fe(NO 3)3
didominasi larutan Fe3+ yang menyebabkan larutan Fe(NO3)3 berwarna
kuning. Persamaan reaksi yang terjadi pada tabung reaksi I adalah
Fe(NO3)3(aq) → Fe3+(aq) + 3NO3-(aq)
(Chang,2005)
Tabung reaksi II – VI ditambahkan dengan volume KSCN yang berbeda
dan semakin besar di setip tabungnya. Perbedaan volume dari KSCN yang
ditambahkan pada tabung II – VI memengaruhi warna dan kekentalan dari
larutan yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan setiap tabung menghasilkan ion
Fe(SCN)2+ dengan konsentrasi yang berbeda-beda tergantung jumlah
volume KSCN yang ditambahkan. Dari percobaan yang sudah dilakukan
diketahui bahwa semakin besar volume KSCN yang ditambahkan akan
menyebabkan warna larutan yang dihasilkan pada tabung reaksi II-VI
semakin pekat, dan larutan yang dihasilkan akan semakin kental sebab
semakin sedikit aquadest yang dapat ditambahkan pada saat pengenceran.
Hal yang didapatkan pada percobaan di tabung reaksi II – VI adalah, pada
tabung II dihasilkan larutan berwarna orange, tabung III menghasilkan
larutan berwarna merah, tabung IV menghasilkan larutan berwarna merah
serta lebih kental dibanding larutan pada tabung III, tabung V menghasilkan
larutan berwarna merah serta lebih kental dibanding larutan pada tabung IV,
dan tabung VI menghasilkan larutan berwarna merah pekat kehitaman dan
jauh lebih kental dibanding larutan yang dihasilkan pada tabung II – V.
Konsentrasi Fe(SCN)2+ yang dihasilkan pada tabung V adalah 27 ×10−5 M,
sedangkan ketetapan kesetimbangan (Kc) Fe(SCN)2+ yang dihasilkan tabung
V adalah 4,04 ×10−19. Persamaan reaksi yang terjadi pada tabung II – VI
adalah
Fe(NO3)3(aq) + 3KSCN(aq) → 3KNO3(aq) + Fe(SCN)2+(aq) + 2SCN-(aq)
(Fatih, 2008)
Tabung reaksi VII menghasilkan larutan berwarna merah tua sedikit
kehitaman. Kondisi ini hampir sama dengan kondisi pada tabung VI,
sehingga dapat diketahui bahwa larutan X yang ditambahkan pada tabung
ini merupakan larutan KSCN yang memiliki jumlah volume sama dengan
tabung VI.
Dari percobaan ini diketahui bahwa intesitas warna yang dihasilkan
bergantung dengan volume KSCN yang ditambahkan pada larutan. Semakin
besar volume KSCN yang ditambahkan menyebabkan warna pada larutan
semakin pekat dan larutan semakin kental, karena konsentrasi ion
Fe(SCN)2+ yang dihasilkan semakin besar, sehingga arah dari tetapan
kesetimbangannya akan bergeser dari kiri ke kanan. Hal tersebut akan
menyababkan intesitas warna yang dihasilkan akan semakin pekat dan
larutannya menjadi semakin kental. Hal ini sesuai dengan hubungan antara
kolorimetri dan tetapan kesetimbangan, yaitu semakin pekat dan kental
suatu larutan maka konsentrasinya semakin besar. Oleh karena itu perlu
dihitung tetapan kesetimbangan, karena tetapan kesetimbangan ini akan
membantu untuk menentukan atau membantu mengetahui arah dari
kesetimbangan larutan tersebut.
V. Penutup
V.1.Kesimpulan
1. Semakin pekat warna larutan yang dihasilkan maka konsentrasi yang
dihasilkan semakin besar.
2. Konsentrasi larutan FeSCN2+ pada tabung reaksi V adalah 27 ×10−5 M
3. Tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan Fe(SCN)2+ yang didapat
pada tabung reaksi V adalah 4,04 ×10−19
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar Edisi 3 Jilid 2.Jakarta : Erlangga.
Fatih, Ahmad.2008.Kamus Kimia.Jakarta : Panji Pustaka.
Khopkar,S.M.,terjemahan oleh Saptorahardjo, A.1990.Konsep Dasar Kimia
Analitik.Jakarta : Erlangga.
Underwood, A.L. dan R.A. Day,Jr.,terjemahan oleh Sopyan, Dr. Ir. Iis.1998.
Analisis Kimia Kuantitatif.Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN

1. Menentukan konsentrasi Fe3+ dalam Fe(NO3)3


 Diketahui : V Fe(NO3)3 = 5 ml  Ditanyakan : M2 Fe3+ ?
M Fe(NO3)3 = 0,2 M
V total = 10 ml

Jawab
 M Fe(NO3)3× V Fe(NO3)3 ¿ M Fe3+ × Vtotal
 Fe(NO3)3 → Fe3+ + 3NO3-
0,2× 5
M Fe3+ ¿ =0,1 M 1 mmol 1 mmol
10
 n Fe3+ ¿ M × V n Fe 3+¿
 n Fe(NO3)3 ¿ M × V  M2 Fe3+ ¿ ¿
¿ 0,1 ×10 V total
¿ 0,2 ×5
1
¿ 1 mmol ¿ 1 mmol ¿ =0,1 M
3+
2. Menentukan konsentrasi Fe dalam Fe(SCN) 2+ 10

 Diketahui : V KSCN ¿ 4 ml
V Fe(NO3)3¿ 5 ml M KSCN ¿ 0,002 M
Jawab
M Fe(NO3)3 ¿ 0,2 M n KSCN ¿ + M×V
Fe(NO )3()] ? + 3KSCN
33+ → 3KNO 3() Fe(SCN)2+() + 2SCN-()
 nDitanyakan ; [Fe
Fe(NO3)3 ¿ M × V ¿ 0,002 ×4=0,008 ml
Awal 1 mmol 0,008 mmol - - -
¿ 0,2 ×5=1mmol V total = 10 ml
Bereaksi 0,0027 0,008 0,008 0,0027 0,0054
Setimbang 0,9973 - 0,0027 0,0027 0,0027

Fe(SCN)2+ → Fe3+ + SCN-


0,0027 mmol 0,0027 mmol
3+¿
n Fe 0,0027 mmol
 [Fe3+] ¿
−5
= =0,00027=27 ×10 M ¿
V total 10 ml
3. Menentukan konsentrasi ion Fe(SCN)2+
Fe (SCN )2+¿ 0,0027 mmol
 [Fe(SCN) ] ¿ n
2+
= =27 × 10−5 M ¿
V total 10 ml
4. Menentukan ketetapan kesetimbangan Fe(SCN)2+
 Kc¿ ¿ ¿
3
¿ ( 8 ×10−4 ) × ( 27× 10−5 ) ׿ ¿
(2,916 ×10 ¿¿−7)
¿ ( 5,12 ×10−10 ) ×(27 ×10¿¿−5) × ¿¿
(9973 ×10¿ ¿−5)=4,04 × 10−19 ¿

Anda mungkin juga menyukai