Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KODE: L – 3

JUDUL PERCOBAAN

WATAK LAMPU PIJAR

DI SUSUN OLEH:

NAMA : ELISABET TURNIP


NIM : 24040120120010
JURUSAN / PROGRAM STUDY : S-1 FISIKA
KELAS :B NO REGU : III
HARI : SENIN TANGGAL : 26 APRIL 2021
PRAKTIKUM KE : VI JAM : 07.30 – 09.00
ASISTEN : CAMUS DEGANIPUTRA

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
1. Tentukan besaran (observabel) fisis apa saja yang dapat anda amati /ukur
secara langsung terkait dengan besaran yang hendak anda cari dalam percobaan
anda (10 poin).

Tabel 1.1 Besaran Fisis Percobaan Watak Lampu Pijar

No. Besaran Simbol Satuan Dimensi Alat Ukur

1. Kuat arus I Ampere (A) [θ] Amperemeter


2. Daya P Watt [M][L]2 [T]−3 Wattmeter
3. Tegangan V Volt (V) [M][L]2 [T]−3 [I]−1 Voltmeter
4. Hambatan R Ohm (Ω) [M][L]2 [T]−3 [I]−2 Ohmmeter
2. Gambarkan set-up eksperimen dalam peralatan yang akan anda lakukan
dan berilah keterangan gambar dari set-up eksperimen anda (20 poin) .

Gambar 2.1 Set Up Alat Percobaan Watak Lampu Pijar

Keterangan:

1. Transformator berfungsi unruk menaikkan dan menurunkan tegangan


listrik.
2. Kabel utama berfungsi sebagai penghubung transformator dengan
sumber listrik.
3. Kabel konektor tranformator berfungsi untuk menyalurkan arus listrik
dari tranformator menuju rangkaian percobaan.
4. Kutub kommponen berfungsi sebagai penghubung antara komponen
satu dengan komponen lainnya.
5. Ampermeter berfungsi untuk mengukur arus litrik yang mengalir dalam
rangkaian percobaan.
6. Lampu pijar berfungsi sebagai objek yang diamati dalam percobaan.
7. Voltmeter berfungsi untuk mengukur tegangan bolak-balik pada beban
sumber tegangan listrik.
8. Variac berfungsi sebagai tempat merangkai alat.
9. Kabel konektor berfungsi sebagai penghubung lampu dengan voltmeter
maupun lampu dengan ampermeter
3. Berdasarkan persamaan persamaan yang ada dalam buku petunjuk
praktikum, jabarkan perumusan persamaan yang akan anda gunakan untuk
mendapatkan hasil hasil yang akan anda cari dalam eksperimen (nilai: 40 poin).
3.1 Rumus Hukum Ohm
V =I . R

V
R=
I

3.2 Menentukan Nilai Daya


P=V . I

3.3 Hubungan Daya dengan Hukum Ohm


P=V . I

P=( I . R). I

P=I 2 . R

V 2
P= ( )
R
.R

V2
P=
R

Keterangan:

V = Tegangan (V)

I = Arus (A)

R = Hambatan (Ω)

P = Daya (Watt)
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil - hasil percobaan anda
tambah/kurangi kolom yang saudara anngap perlu (nilai : 30 poin).

Tabel 4.1 Data Pengamatan Bagan I Lampu I


No Vtrafo (V) V(voltmeter) I (A)
1. 20 0 0,04
2. 40 10 0,07
3. 60 25 0,085
4. 80 45 0,105
5. 100 95 0,11
6. 120 120 0,135
7. 140 140 0,14

Tabel 4.2 Data Pengamatan Bagan II Lampu I


No Vtrafo(V) V(voltmeter) I (A)
1. 20 0 0,05
2. 40 5 0,08
3. 60 20 0,1
4. 80 50 0,11
5. 100 90 0,125
6. 120 120 0,125
7. 140 140 0,135
Tabel 4.3 Data Pengamatan Bagan I Lampu II
No Vtrafo (V) V(voltmeter) I (A)
1. 20 0 0,08
2. 40 10 0,095
3. 60 30 0,115
4. 80 40 0,14
5. 100 90 0,16
6. 120 110 0,185
7. 140 130 0,205

Tabel 4 Data Pengamatan Bagan II Lampu II


No Vtrafo(V) V(voltmeter) I (A)
1. 20 0 0,09
2. 40 10 0,11
3. 60 20 0,13
4. 80 40 0,15
5. 100 100 0,17
6. 120 120 0,19
7. 140 140 0,205
5. Gambarkan grafik sesuai dengan data diatas pada kertas grafik yang
tersedia (gunakan millimeter blok)Ingat, pemilihan sumbu yang benar akan
sangat mempengaruhi grafik linier yang anda buat.. (nilai: 40 poin).

5.1 Grafik Hubungan Tegangan (Trafo) dan Arus / V vs I

160
140
120
100
80
I (A)

60
40
20
0
0.04 0.07 0.09 0.11 0.11 0.14 0.14
Vtrafo (V)

Gambar 5.1 V vs I Bagan 1 Lampu 1

Dari grafik di atas terlihat bahwa nilai arus meningkat seiring dengan
kenaikan nilai tegangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa percobaan memenuhi
hukum Ohm dimana arus listrik yang mengalir pada rangkaian berbanding lurus
dengan tegangan. Kenaikan arus dan tegangan juga dipengaruhi karena proses
step up yang terjadi pada transformator.
160

140

120

100

80
I (A)

60

40

20

0
0.05 0.08 0.1 0.11 0.13 0.13 0.14
Vtrafo (V)

Gambar 5.2 V vs I Bagan 2 Lampu 1

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai arus meningkat seiring


dengan kenaikan nilai tegangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa percobaan
memenuhi hukum Ohm dimana arus listrik yang mengalir pada rangkaian
berbanding lurus dengan tegangan. Kenaikan arus dan tegangan juga
dipengaruhi karena proses step up yang terjadi pada transformator.
140

120

100

80
I (A)

60

40

20

0
0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.19 0.21
Vtrafo (V)

Gambar 5.3 V vs I Bagan 1 Lampu 2

Dari grafik di atas terlihat bahwa nilai arus meningkat seiring dengan
kenaikan nilai tegangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa percobaan memenuhi
hukum Ohm dimana arus listrik yang mengalir pada rangkaian berbanding lurus
dengan tegangan. Kenaikan arus dan tegangan juga dipengaruhi karena proses
step down yang terjadi pada transformator.
160

140

120

100

80
I (A)

60

40

20

0
0.09 0.11 0.13 0.15 0.17 0.19 0.21
Vtrafo (V)

Gambar 5.4 V vs I Bagan 2 Lampu 2

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai arus meningkat seiring


dengan kenaikan nilai tegangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa percobaan
memenuhi hukum Ohm dimana arus listrik yang mengalir pada rangkaian
berbanding lurus dengan tegangan. Kenaikan arus dan tegangan juga
dipengaruhi karena proses step down yang terjadi pada transformator.
5.2 Grafik Hubungan Tegangan (Trafo) dan Hambatan / V vs R
1200

1000

800

600
R (𝞨)

400

200

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Vtrafo (V)

Gambar 5.5 V vs R Bagan 1 Lampu 1

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa nilai hambatan


cenderung meningkat dengan meningkatnya nilai tegangan. Kenaikan terjadi
karena proses step up pada transformator. Jadi, dapat disimpulkan bahwa grafik
tersebut sudah memenuhi kaidah hukum Ohm, dimana besar hambatan
sebanding dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan arus.
1200

1000

800

600
R(𝞨)

400

200

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Vtrafo (V)

Gambar 5.6 V vs R Bagan 2 Lampu 1

Dari grafik di atas, terlihat bahwa nilai hambatan cenderung meningkat


dengan meningkatnya nilai tegangan. Kenaikan terjadi karena proses step up
pada transformator. Jadi, dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut sudah
memenuhi kaidah hukum Ohm, dimana besar hambatan sebanding dengan
tegangan dan berbanding terbalik dengan arus.
700

600

500

400
R (𝞨)

300

200

100

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Vtrafo (V)

Gambar 5.7 V vs R Bagan 1 Lampu 2

Dari grafik di atas, terlihat bahwa nilai hambatan menurun seiring


berkurangnya nilai tegangan karena terjadi proses step down pada
transformator yang dihubungkan. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan sudah
memenuhi hukum Ohm dimana nilai hambatan selalu berbanding lurus dengan
tegangan yang diberikan.
800
700
600
500
400
R (𝞨)

300
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Vtrafo (V)

Gambar 5.8 V vs R Bagan 2 Lampu 2

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa nilai hambatan menurun


seiring berkurangnya nilai tegangan karena terjadi proses step down pada
transformator yang dihubungkan. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan sudah
memenuhi hukum Ohm dimana nilai hambatan selalu berbanding lurus dengan
tegangan yang diberikan
5.3 Grafik Hubungan Daya dan Tegangan (Trafo) / P vs V

160
140
120
100
Vtrafo (V)

80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25
P (watt)

Gambar 5.9 P vs V Bagan 1 Lampu 1

Berdasarkan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa daya yang


dihasilkan meningkat seiring dengan kenaikan tegangan yang diberikan,
dimana dalam hal ini terjadi proses step up pada transformator . Hal ini
menunjukkan bahwa tegangan listrik sebanding lurus dengan daya. Sehingga
semakin besar tegangan yang diberikan, maka daya yang dihasilkan semakin
besar.
160
140
120
100
Vtrafo (V)

80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
P (Watt)

Gambar 5.10 P vs V Bagan 2 Lampu 1

Berdasarkan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa daya yang


dihasilkan meningkat seiring dengan kenaikan tegangan yang diberikan,
dimana dalam hal ini terjadi proses step up pada transformator . Hal ini
menunjukkan bahwa tegangan listrik sebanding lurus dengan daya. Sehingga
semakin besar tegangan yang diberikan, maka daya yang dihasilkan semakin
besar.
140

120

100

80
Vtrafo (V)

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30
P (Watt)

Gambar 5.11 P vs V Bagan 1 Lampu 1

Dari grafik tersebut, terlihat bahwa terjadi penurunan nilai daya seiring
dengan berkurangnya nilai tegangan karena prose step down yang terjadi pada
transformator. Dapat disimpulkan bahwa besar tegangan sebanding dengan
daya, jadi semakin kecil tegangan yang diberikan, maka daya yang diahasilkan
akan semakin kecil pula nilainya.
160
140
120
100
V trafo (V)

80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35
P (Watt)

Gambar 5.12 P vs V Bagan 2 Lampu 2

Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa terjadi penurunan nilai daya


seiring dengan berkurangnya nilai tegangan karena prose step down yang
terjadi pada transformator. Dapat disimpulkan bahwa besar tegangan sebanding
dengan daya, jadi semakin kecil tegangan yang diberikan, maka daya yang
diahasilkan akan semakin kecil pula nilainya.
6. Berdasarkan grafik linier tersebut, hitunglah besaran - besaran yang akan
anda cari dan nyatakan hasil perhitungan anda dengan satuan yang benar. Bila
hal ini tidak mungkin dianalisis dengan grafik hitunglah besaran - besaran yang
ingin anda tentukan (nilai : 60 poin). Ingat satuan dan besaran harus sesuai
penulisannya

6.1 Perhitungan Hambatan dan Daya Bagan I Lampu I

6.1.1 Trafo 40 Volt


V 10
V =10 V I =0,07 A R= = =142,85 Ω P=V × I =10 × 0,07=0,7 Watt
I 0,07

6.1.2 Trafo 60 Volt


V 25
V =25V I =0,085 A R= = =294,11 Ω P=V × I =25× 0,085=2,125 Watt
I 0,085

6.2 Perhitungan Hambatan dan Daya Bagan II Lampu I

6.2.1 Trafo 40 Volt


V 5
V =5 V I =0,08 A R= = =62,5 Ω P=V × I =5 × 0,08=0,4 Watt
I 0,08

6.2.2 Trafo 60 Volt


V 20
V =20V I =0,1 A R= = =200 Ω P=V × I =20× 0,1=2 Watt
I 0,1

6.3 Perhitungan Hambatan dan Daya Bagan I Lampu II

6.3.1 Trafo 40 Volt


V 10
V =10 V I =0,095 A R= = =105,26 Ω P=V × I =10 × 0,095=0,95 Watt
I 0,095

6.3.2 Trafo 60 Volt


V 30
V =30V I =0,115 A R= = =260,86 Ω P=V × I =30× 0,115=3,45Watt
I 0,115

6.4 Perhitungan Hambatan dan Daya Bagan II Lampu II


6.4.1 Trafo 40 Volt
V 10
V =10 V I =0,11 A R= = =90,90 Ω P=V × I =10 × 0,11=1,1 Watt
I 0,11

6.4.2 Trafo 60 Volt


V 20
V =20V I =0,13 A R= = =153,84 Ω P=V × I =20× 0,13=2,6 Watt
I 0,13

6.5 Tabel Hasil Perhitungan Hambatan dan Daya


Tabel 6.5.1 Hasil Perhitungan Hambatan dan Daya Bagan I Lampu I
Vtrafo V(voltmeter P
No (V) ) I (A) R (Ω) (Watt)
1. 20 0 0,04 0 0
2. 40 10 0,07 142,85 0,7
3. 60 25 0,085 294,11 2,125
4. 80 45 0,105 428,57 4,725
5. 100 95 0,11 863,63 10,45
6. 120 120 0,135 888,88 16,2
7. 140 140 0,14 1000 19,6

Tabel 6.5.2 Hasil Perhitungan Hambatan dan Daya Bagan II Lampu I


P
No Vtrafo(V) V(voltmeter) I (A) R (Ω) (Watt)
1. 20 0 0,05 0 0
2. 40 5 0,08 62,5 0,4
3. 60 20 0,1 200 2
4. 80 50 0,11 454,54 5,5
5. 100 90 0,125 720 11,25
6. 120 120 0,125 960 15
7. 140 140 0,135 1037,03 18,9

Tabel 6.5.3 Hasil Perhitungan Hambatan dan Daya Bagan I Lampu II


Vtrafo P
No (V) V(voltmeter) I (A) R (Ω) (Watt)
1. 20 0 0,08 0 0
2. 40 10 0,095 105,26 0,95
3. 60 30 0,115 260,86 3,45
4. 80 40 0,14 285,71 5,6
5. 100 90 0,16 562,5 14,4
6. 120 110 0,185 594,59 20,35
7. 140 130 0,205 634,14 26,65

Tabel 6.5.4 Hasil Perhitungan Hambatan dan Daya Bagan II Lampu II


P
No Vtrafo(V) V(voltmeter) I (A) R (Ω) (Watt)
1. 20 0 0,09 0 0
2. 40 10 0,11 90,90 1,1
3. 60 20 0,13 153,84 2,6
4. 80 40 0,15 266,66 6
5. 100 100 0,17 588,23 17
6. 120 120 0,19 631,57 22,8
7. 140 140 0,205 682,92 28,7
PEMBAHASAN

Telah dilakukan praktikum Fisika Dasar 2 secara daring dengan kode L-3
berjudul “Watak Lampu Pijar”. Praktikum ini bertujuan yang pertama untuk
memahami hukum Ohm dalam lampu pijar dan membuat interpretasi bagan
grafik, yang kedua membuat interpretasi grafik hubungan antar tegangan vs
arus yang mengalir, tegangan terpasang vs hambatan dalam, dan tegangan
terpasang vs daya yang diserap.

Prose fisis pada percobaan ini dimulai ketika lampu pijar dihubungkan
ke sumber kemudian arus mengalir ke dalam filamen tersebut dan
menimbulkan pergerakan elektron dari kutub negatif sumber tegangan ke kutub
positif secara kontinyu yang mengakibatkna adanya tumbukan antar atom.
Cahaya lampu yang tampak diperoleh ketika keadaan normal maka elektron
akan melepaskan energi berupa foton yang telah mencapai gelombang cahaya.
Penggunaan trafo pada lampu untuk mengendalikan tegangan dan kuat arus
listrik yang mengalir yang diatur berdasarkan jumlah lilitan pada trafo.

Dalam percobaan tersebut menggunakan dua bagan dengan variasi step


up dan step down, sehingga diperoleh hambatan dan daya sebagai berikut.
Untuk bagan 1 lampu 1 diperoleh hambatan sebesar 0 Ω, 142,85 Ω, 294,11 Ω,
428,57 Ω, 863,63 Ω, 888,88 Ω, dan 1000 Ω serta diperoleh daya sebesar 0
Watt, 0,7 Watt, 2,125 Watt, 4,725 Watt, 10,45 Watt, 16,2 Watt, dan 19,6 Watt.
Untuk bagan 2 lampu 1 diperoleh hambatan sebesar 0 Ω, 62,5 Ω, 200 Ω, 454,54
Ω, 720 Ω, 960 Ω, 1037,03 Ω serta diperoleh daya sebesar 0 Watt, 0,4 Watt, 2
Watt, 5,5 Watt, 11,25 Watt, 15 Watt, dan 18.9 Watt. Untuk bagan 1 lampu 2
diperoleh hambatan sebesar 0 Ω , 105,26 Ω , 260,86 Ω , 285,71 Ω ,

562,5 Ω , 594,59 Ω , dan 634,14 Ω serta diperoleh daya sebesar 0 Watt,


0,95 Watt, 3,45 Watt, 5,6 Watt, 14,4 Watt, 20,35 Watt, dan 26,65 Watt. Dan
untuk bagan 2 lampu 2 diperoleh hambatan sebesar 0 Ω , 90,90 Ω , 153,84
Ω , 266,66 Ω , 588,23 Ω , 631,57 Ω , dan 682,92 Ω serta diperoleh
daya sebesar 0 Watt, 1,1 Watt, 2,6 Watt, 6 Watt, 17 Watt, 22,8 Watt, dan 28,7
Watt. Berdasarkan grafik, didapatkan hasil berupa hubungan tegangan dan arus
yang sebanding, hubungan tegangan dan hambatan yang sebanding, hubungan
daya dan tegangan yang sebanding, hubungan daya dan arus yang sebanding,
hubungan daya dan hambatan yang sebanding, dan hubungan arus dan
hambatan yang sebanding pula.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut terjadi beberapa error seperti


kenaikan hubungan arus dan hambatan yang tidak konstan, seharusnya dalam
hal ini besar arus berbanding terbalik dengan hambatan, tetapi nyatanya malah
sebanding dengan hambatan, faktor ini dikarenkan ketidak telitian dalam
pengukuran saat membaca alat ukur dan saat perhitungan.
KESIMPULAN

Pada Percobaan L-3 dengan judul ‘Watak Lampu Pijar” yang bertujuan
memahami hukum Ohm dalam lampu pijar dan membuat interpretasi bagan
listrik, membuat interpretasi grafik hubungan antar tegangan terpasang vs arus
yang megalir, tegangan terpasang vs hambatan dalam dan tegangan terpasang
vs daya yang diserap, diperoleh kesimpulan:

1. Hukum ohm dapat dinyatakan dengan “bahwa besar arus listrik yang
mengalir pada hambatan selalu berbanding lurus dengan besarnya
tegangan”.
2. Pada interpretasi bagan listrik terjadi kesalahan, pada bagan 1 kesalahan
terjadi pada amperemeter sedangakan pada bagan 2 terjadi pada voltmeter.
3. Hubungan interpretasi grafik secara keseluruhan menunjukkan hubungan
yang berbanding lurus semua tanpa terkecuali.
LAPORAN SEMENTARA

PERCOBAAN L-3
WATAK LAMPU PIJAR

Nama/NIM : Elisabet Turnip/24040120120010


Jurusan : Fisika
Kelompok : III
Hari/Tanggal : Senin,26 April 2021
Waktu : 07.30 -09.00

Data Pengamatan
Tabel 1 Data Pengamatan Bagan I Lampu I
No Vtrafo (V) V(voltmeter) I (mA)
1. 20 0 40
2. 40 10 70
3. 60 25 85
4. 80 45 105
5. 100 95 110
6. 120 120 135
7. 140 140 140

Tabel 2 Data Pengamatan Bagan II Lampu I


No Vtrafo(V) V(voltmeter) I (mA)
1. 20 0 50
2. 40 5 80
3. 60 20 100
4. 80 50 110
5. 100 90 125
6. 120 120 125
7. 140 140 135

Tabel 3 Data Pengamatan Bagan I Lampu II


No Vtrafo (V) V(voltmeter) I (mA)
1. 20 0 80
2. 40 10 95
3. 60 30 115
4. 80 40 140
5. 100 90 160
6. 120 110 185
7. 140 130 205

Tabel 4 Data Pengamatan Bagan II Lampu II


No Vtrafo(V) V(voltmeter) I (mA)
1. 20 0 90
2. 40 10 110
3. 60 20 130
4. 80 40 150
5. 100 100 170
6. 120 120 190
7. 140 140 205
Medan, 26 April 2021

Asisten Praktikan

Camus Deganiputra Elisabet Turnip

24040116140078
Nama : Elisabet Turnip 24040120120010

NIM : 24040120120010

PERCOBAAN

L-3

WATAK LAMPU PIJAR

I. Tujuan Percobaan
1.1 Memahami hukum Ohm dalam lapu pijar dan membuat
interpretasi bagan listrik
1.2 Membuat interpretasi grafik hubungan antar tegangan terpasang
vs arus yang megalir, tegangan terpasang vs hambatan dalam
dan tegangan terpasang vs daya yang diserap
II. Dasar teori
2.1 Hukum Ohm
George Simon Ohm (1787-1854) merupakan ilmuwan
yang pertama kali menjelaskanhubungan kuat arus dengan beda
potensial ujung-ujung hambatan. Jika ada beda potensial
antaradua titik dan dihubungkan melalui penghantar maka akan
timbul arus listrik. (Handayani, 2009).
Ohm menyatakan bahwa setiap beda potensial ujung-
ujung resistor R dinaikkan maka arusyang mengalir juga akan
naik. Bila beda potensial diperbesar dua kali lipat, ternyata kuat
arus juga menjadi dua kali lipat semula. Dari sifat tersebut dapat
ditentukan bahwa beda potensial listrik sebanding dengan
kuatarus yang melewatinya. Hubungan ini dapat dirumuskan
sebagi berikut:

V ∞I (2.1)
Besarnya aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung
pada tegangan, tetapi juga padahambatan yang diberikan kawat
terhadap aliran elektron. Elektron-elektron diperlambat
karenaadanya interaksi dengan atom-atom kawat. Semakin
tinggi hambatan ini, makin kecil arus untuksuatu tegangan V.
Kita kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus
berbanding terbalikdengan hambatan. (Suardana, 2007).
Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan pada
terminal-terminal material penghantar berbanding lurus terhadap
arus yang mengalir melalui material ini, serta matematis hal ini
dirumuskan:
V =I . R (2.2)
Dimana konstanta proporsionalitas atau membandingkan
R disebut sebagai resistensi, satuan untuk resistensi adalah Ohm
(Ω). I merupakan kuat arus dengan satuan Ampere (A). V
merupakan tegangan dengan satuan Volt (Durbin,2005).

2.1 Tegangan
Tegangan pada sepasang terminal merupakan ukuran
ukuran untuk kerja yang diperlukan untuk memindahkan muatan
melalui elemen. Satuan tegangan adalah volt dan 1 volt = 1 Joule
per Coulomb, disimbolkan dengan V,tegangan dapat muncul
diantara sepasang terminal listrik dengan atau tanpa adanya arus
listrik yang mengalir sekalipun (Grancai, 2001).

2.2 Arus Listrik


Aliran muatan listrik didefinisikan sebagai arus listrik.
Arus listrik mengukur berapa banyak muatan listrik yang
mengalir per satuan waktu. Jika dalam selang waktu t jumlah
muatan listrik yang mengalir adalah Q, maka besarnya arus
listrik didefinisikan sebagai:
Q
I= (2.3)
t
Satuan muatan listrik adalah coulomb dan disingkat C
dan satuan arus listrik adalah ampere, yang disingkat A. Dengan
demikian 1 ampere = 1 colulomb per detik (Abdullah, 2017).
2.3 Daya Listrik
Energi listrik diubah menjadi energy panas atau cahaya pada
alat-alat listrik dan terjadi banyak tumbukan antara elekton yang
bergerak pada kawat. Untuk mencari daya yang diubah oleh
peralatan listrik mengingatkan bahwa energi bahwa energi yang
diubah bila muatan Q bergerak melintasi beda potensial sebesar
V adalah QV, maka daya P adalah dengan persamaan
QV
P=
t
(2.4)

Q
Muatan yang mengalir per detik adalah I, maka
t

P=I .V (2.5)

Dimana P adalah daya, I adalah kuat arus, dan V adalah beda


potensial (Freedman, 2004).

2.4 Lampu Pijar


Lampu pijar adalah penemuan yang revolusioner dimasanya,
sangat berbeda dalam metodelogi pembuatan cahaya buatan,
memiliki karakteristik yang menarik karena banyak
memanfaatkan penemuan penemuan baru terhadap sifat-sifat
listrik saat itu (Arief, 2010).

2.5 Voltmeter
Untuk mengukur tegangan/beda potensial diantara kedua
ujung penghantar digunakan alat yang bernama voltmeter.
Penyusunan voltmeter harus secara paralel dengan sumber listrik
atau komponen listrik yang diukur beda potensialnya. Pada
voltmeter terdapat dua kutub yaitu kutub positif dan kutub
negatif sehingga kutub-kutub ini harus dihubungkan serasi
bersesuaian dengan kutub-kutub pada rangkaian. Efek
pemasangan voltmeter terhadap rangkaian disebut juga Nodding
effect. Efek ini dapat diartikan sebagai pengaruh pemasangan
voltmeter yang akan mengubah besaran voltase yang akan
diukur karena voltmeter juga terukur sebagai beban, sehingga
resistensi voltmeter harus jauh lebih tinggi atau lebih besar dari
beban yang diukur oleh kita (Zemansky, 1976).

2.6 Ampermeter
Amperemeter sering juga disebut ammeter. Amperemeter
pada rangkaian perlu diletakkan seri terhadap kuat arus yang
ingin diukur. Hal ini disebabkan arus tidak akan berubah bila
melalui rangkaian seri dan akan terbagi bila melalui rangkaian
paralel. Walaupun arus pada rangkaian seri tidak berubah, akan
tetapi peletakkan amperemeter pada suatu rangkaian tersebut
akan memengaruhi pengukuran. Hal ini dikarenakan
amperemeter memiliki tahanan internal sehingga akan menaikan
besaran tahanan total pada rangkaian tersebut dan mengubah
besar arus yang hanya mengalir ketahanan pada rangkaian awal
(Arkundara, 2007).
2.7 Tranformator
Transformator atau trafo adalah peralatan listrik yang
berfungsi untuk mengubah dan memindahkan energi listrik dari
suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lain melalui suatu
gandengan magnet, dengan frekuensi yang sama dan bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Sebuah
transformator sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 kumparan
yaitu primer dan sekunder. Jika kumparan primer dihubungkan
dengan sumber tegangan AC Maka arus AC akan mengalir pada
kumparan tersebut dan membuka fluks magnetik di sekeliling
kumparan.
Gaya gerak listrik yang terjadi dirumuskan:
d∅
e=−N (2.6)
dt

Dimana e merupakan gaya gerak listrik dengan satuan volt, N

d∅
merupakan jumlah lilitan, dan merupakan perubahan fluks
dt
magnet dengan satuan Webber / S (Budiharto, 2005).

2.7.1 Transformator step up


Adalah transformator yang memiliki
lilitan sekunder lebih banyak daripada lilitan
primer, sehingga berfungsi sebagai penaik
tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada
pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan generator menjadi
tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi
jarak jauh (Kadir, 1998).

2.7.2 Transformator step down


Memiliki lilitan sekunder lebih sedikit
daripada lilitan primer, sehingga berfungsi
sebagai penurun tegangan. Transformator jenis
ini sangat mudah ditemui, terutama dalam
adaptor AC-DC (Kadir, 1998).

2.8 Resistor
Berdasarkan hukum ohm, 1 ohm itu digunakan untuk
menyatakan hambatan dalam suau rangkaian yang dilewati kuat
arus listrik 1 Ampere dengan beda potensial sebesar 1 Volt.
Sehingga kita dapat menyatakan hambatan sebagai perbandingan
antara beda potensial dengan kuat arus listriknya. Semakin besar
beda potensialnya maka semakin besar pula kuat arus yang
dihasilkan, dan hambatan tidak ditentukan oleh besar atau
kecilnya beda potensial dan arus listriknya melainkan ditentukan
oleh panjang dan luas penampangnya (Hayt, 1991).
2.9 Rangkaian listrik
2.9.1 Rangkaian seri
Rangkaian seri juga disebut rangkaian berderet.
Suatu rangkaian dikatakan sebagai rangkaian seri
apabila terdapat dua atau lebih resistor yang
dihubungkan dari ujung ke ujung. Selain resistor, alat-
alat yang dirangkai tersebut dapat berupa bohlam,
elemen pemanas, atau alat penghambat lainnya. Muatan
listrik yang melalui R1 juga akan melalui R2 dan R3
maka dengan demikian, suatu arus sebesar I akan
melewati setiap resistor dengan sama besar. Jika V
menyatakan tegangan terhadap ketiga resistor, maka V
sama dengan tegangan sumber (baterai). V1, V2, dan
V3 adalah beda potensial pada masing-masing resistor
R1, R2, dan R3. Karena resistor-resistor tersebut
dihubungkan secara seri, kekekalan energi menyatakan
bahwa tegangan total V sama dengan jumlah semua
tegangan dari masing-masing resistor
V = V1 + V2 + V3 = I.R1 + I.R2 + I.R3 (2.7)

Hambatan total pengganti susunan seri dirumuskan


sebagai:
Rs = R1 + R2 + R3 (2.8)
Dari persamaan tersebut, menunjukkan bahwa besar
hambatan total pengganti pada rangkaian seri sama
dengan jumlah hambatan pada tiap resistor (Sumarsono,
2009).
2.9.2 Rangkaian parallel
Rangkaian paralel juga disebut rangkaian berjajar.
Pada rangkaian paralel resistor, arus dari sumber terbagi
menjadi cabang-cabang yang terpisah. Jika kita
memutuskan hubungan dengan satu alat, maka arus yang
mengalir pada komponen lain yaitu R2 dan R3 tidak
terputus. Pada rangkaian parallel, arus total yang berasal
dari sumber (baterai) terbagi menjadi tiga cabang. Arus
yang keluar dimisalkan I1, I2, dan I3 berturut-turut sebagai
arus yang melalui resistor R1, R2, dan R3. Oleh karena
muatan kekal, arus yang masuk ke dalam titik cabang
harus sama dengan arus yang keluar dari titik cabang,
sehingga diperoleh
I = I 1 + I2 + I 3 (2.9)
Sedangkan hambatan pengganti pada rangkaian paralel
dirumuskan sebagai

1 1 1 1
= + + (2.10)
R P R1 R2 R3

Berdasarkan persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa


arus yang melalui setiap resistor berbeda, namun
pengukuran tegangan pada setiap resistor sama
(Sumarsono, 2009).
III. Metodelogi percobaan
3.1 Alat dan bahan
- Voltmeter AC, berfungsi untuk mrngukur tegangan bolak-
balik pada beban di sumber tegangan.
- Miliamperemeter, berfungsi untuk mengukur kuat arus listrik
yang kecil dan dinyatakan dalam miliamperemeter.
- Variac, berfungsi sebagai trafo untuk mengendalikan daya
penguat dengan menaikkan atau menurunkan tegangan.
- Lampu pijar, berfungsi sebagai sumber cahaya yang akan
diamati.
- Kabel Konektor, berfungsi untuk menghubungkan satu
rangkaian ke rangkaian lain.
- Saklar, berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan
jaringan listrik.

3.2 Gambar alat

Gambar 3.1 Voltmeter Gambar 3.2 Milliamperemeter

Gambar 3.3 Variac Gambar 3.4 Lampu Pijar

Gambar 3.5 Kabel konektor Gambar 3.6 Saklar


3.3 Skema alat

Gambar 3.6 Set Up Alat Percobaan Watak Lampu Pijar

Keterangan:

1. Transformator berfungsi unruk menaikkan dan menurunkan tegangan


listrik.
2. Kabel utama berfungsi sebagai penghubung transformator dengan
sumber listrik.
3. Kabel konektor tranformator berfungsi untuk menyalurkan arus listrik
dari tranformator menuju rangkaian percobaan.
4. Kutub kommponen berfungsi sebagai penghubung antara komponen
satu dengan komponen lainnya.
5. Ampermeter berfungsi untuk mengukur arus litrik yang mengalir dalam
rangkaian percobaan.
6. Lampu pijar berfungsi sebagai objek yang diamati dalam percobaan.
7. Voltmeter berfungsi untuk mengukur tegangan bolak-balik pada beban
sumber tegangan listrik.
8. Variac berfungsi sebagai tempat merangkai alat.
9. Kabel konektor berfungsi sebagai penghubung lampu dengan voltmeter
maupun lampu dengan ampermeter.
3.4 Diagram alir
3.4.1 Bagan I

Mulai

R, Rv, I, V

Merangkai bagan satu dan menghidupkan


tranformator

Mencatat tegangan transformator, tegangan


volmeter dan arus pada setiap perubahan
tegangan

Ya
Variasi yang dilakukan
memutar varian turun

Tidak

Daya

Selesai

Gambar 3.7 Diagram Alir Bagan I


3.4.2 Diagram Alir Bagan II

Mulai

R, Rv, I, V

Merangkai bagan dua dan menghidupkan


tranformator

Mencatat tegangan transformator, tegangan


volmeter dan arus pada setiap perubahan
tegangan

Ya
Variasi yang dilakukan
memutar varian turun

Tidak

Daya

Selesai

Gambar 3.7 Diagram Alir Bagan II


3.5 Diagram fisis

Prose fisis pada percobaan ini dimulai ketika lampu


pijar dihubungkan ke sumber kemudian arus mengalir
ke dalam filamen tersebut dan menimbulkan
pergerakan elektron dari kutub negatif sumber
tegangan ke kutub positif secara kontinyu yang
mengakibatkna adanya tumbukan antar atom.

Cahaya lampu yang tampak diperoleh ketika keadaan


normal maka elektron akan melepaskan energi berupa
foton yang telah mencapai gelombang cahaya.

Penggunaan trafo pada lampu untuk mengendalikan


tegangan dan kuat arus listrik yang mengalir yang
diatur berdasarkan jumlah lilitan pada trafo.

Gambar 3.8 Diagram Fisis Percobaan Watak Lampu Pijar


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2017. Fisika Dasar II. Bandung: ITB

Arkundara. 2007. Fisika Dasar. Jember: Universitas Jember

Budiharto. 2005. Panduan Lengkap Belajar Mikrokontroler Perancangan dan


Aplikasinya. Jakarta: Gramedia
Durbin, dkk. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta: Erlangga

Freedman. 2004. Fisika Universitas Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Grancai. 2001. Fisika Jilid 2 Edisi Ke-5. Jakarta: Erlangga

Kadir, Abdul. 1998. Transmisi Tenaga Listrik. Jakarta: Universitas Indonesia

Handayani, Sri, Ari Damari. 2009. Fisika Untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta:
Depdiknas

Hayt, W. 1991. Rangkaian Listrik Edisi Keenam Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Suardana, I Kade. (2007). Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran Fisika


Berbasis

Tipler, P.A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik, Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga

Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Dasar Universitas. Jakarta: Teguh Karya.

Ir.Surrakhman,dkk. 2015. Fisika Dasar II: Panduan Praktikum untuk Prodi


Elektronika Instrumentasi. Yogyakarta: STTN-BATAN.

Wara, Arief. 2010. Fisika: Lampu Pijar.


Zemansky. 1962. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai