KODE: L – 3
JUDUL PERCOBAAN
DI SUSUN OLEH:
Keterangan:
V
R=
I
P=( I . R). I
P=I 2 . R
V 2
P= ( )
R
.R
V2
P=
R
Keterangan:
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)
R = Hambatan (Ω)
P = Daya (Watt)
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil - hasil percobaan anda
tambah/kurangi kolom yang saudara anngap perlu (nilai : 30 poin).
160
140
120
100
80
I (A)
60
40
20
0
0.04 0.07 0.09 0.11 0.11 0.14 0.14
Vtrafo (V)
Dari grafik di atas terlihat bahwa nilai arus meningkat seiring dengan
kenaikan nilai tegangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa percobaan memenuhi
hukum Ohm dimana arus listrik yang mengalir pada rangkaian berbanding lurus
dengan tegangan. Kenaikan arus dan tegangan juga dipengaruhi karena proses
step up yang terjadi pada transformator.
160
140
120
100
80
I (A)
60
40
20
0
0.05 0.08 0.1 0.11 0.13 0.13 0.14
Vtrafo (V)
120
100
80
I (A)
60
40
20
0
0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.19 0.21
Vtrafo (V)
Dari grafik di atas terlihat bahwa nilai arus meningkat seiring dengan
kenaikan nilai tegangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa percobaan memenuhi
hukum Ohm dimana arus listrik yang mengalir pada rangkaian berbanding lurus
dengan tegangan. Kenaikan arus dan tegangan juga dipengaruhi karena proses
step down yang terjadi pada transformator.
160
140
120
100
80
I (A)
60
40
20
0
0.09 0.11 0.13 0.15 0.17 0.19 0.21
Vtrafo (V)
1000
800
600
R (𝞨)
400
200
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Vtrafo (V)
1000
800
600
R(𝞨)
400
200
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Vtrafo (V)
600
500
400
R (𝞨)
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Vtrafo (V)
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Vtrafo (V)
160
140
120
100
Vtrafo (V)
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25
P (watt)
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
P (Watt)
120
100
80
Vtrafo (V)
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30
P (Watt)
Dari grafik tersebut, terlihat bahwa terjadi penurunan nilai daya seiring
dengan berkurangnya nilai tegangan karena prose step down yang terjadi pada
transformator. Dapat disimpulkan bahwa besar tegangan sebanding dengan
daya, jadi semakin kecil tegangan yang diberikan, maka daya yang diahasilkan
akan semakin kecil pula nilainya.
160
140
120
100
V trafo (V)
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35
P (Watt)
Telah dilakukan praktikum Fisika Dasar 2 secara daring dengan kode L-3
berjudul “Watak Lampu Pijar”. Praktikum ini bertujuan yang pertama untuk
memahami hukum Ohm dalam lampu pijar dan membuat interpretasi bagan
grafik, yang kedua membuat interpretasi grafik hubungan antar tegangan vs
arus yang mengalir, tegangan terpasang vs hambatan dalam, dan tegangan
terpasang vs daya yang diserap.
Prose fisis pada percobaan ini dimulai ketika lampu pijar dihubungkan
ke sumber kemudian arus mengalir ke dalam filamen tersebut dan
menimbulkan pergerakan elektron dari kutub negatif sumber tegangan ke kutub
positif secara kontinyu yang mengakibatkna adanya tumbukan antar atom.
Cahaya lampu yang tampak diperoleh ketika keadaan normal maka elektron
akan melepaskan energi berupa foton yang telah mencapai gelombang cahaya.
Penggunaan trafo pada lampu untuk mengendalikan tegangan dan kuat arus
listrik yang mengalir yang diatur berdasarkan jumlah lilitan pada trafo.
Pada Percobaan L-3 dengan judul ‘Watak Lampu Pijar” yang bertujuan
memahami hukum Ohm dalam lampu pijar dan membuat interpretasi bagan
listrik, membuat interpretasi grafik hubungan antar tegangan terpasang vs arus
yang megalir, tegangan terpasang vs hambatan dalam dan tegangan terpasang
vs daya yang diserap, diperoleh kesimpulan:
1. Hukum ohm dapat dinyatakan dengan “bahwa besar arus listrik yang
mengalir pada hambatan selalu berbanding lurus dengan besarnya
tegangan”.
2. Pada interpretasi bagan listrik terjadi kesalahan, pada bagan 1 kesalahan
terjadi pada amperemeter sedangakan pada bagan 2 terjadi pada voltmeter.
3. Hubungan interpretasi grafik secara keseluruhan menunjukkan hubungan
yang berbanding lurus semua tanpa terkecuali.
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L-3
WATAK LAMPU PIJAR
Data Pengamatan
Tabel 1 Data Pengamatan Bagan I Lampu I
No Vtrafo (V) V(voltmeter) I (mA)
1. 20 0 40
2. 40 10 70
3. 60 25 85
4. 80 45 105
5. 100 95 110
6. 120 120 135
7. 140 140 140
Asisten Praktikan
24040116140078
Nama : Elisabet Turnip 24040120120010
NIM : 24040120120010
PERCOBAAN
L-3
I. Tujuan Percobaan
1.1 Memahami hukum Ohm dalam lapu pijar dan membuat
interpretasi bagan listrik
1.2 Membuat interpretasi grafik hubungan antar tegangan terpasang
vs arus yang megalir, tegangan terpasang vs hambatan dalam
dan tegangan terpasang vs daya yang diserap
II. Dasar teori
2.1 Hukum Ohm
George Simon Ohm (1787-1854) merupakan ilmuwan
yang pertama kali menjelaskanhubungan kuat arus dengan beda
potensial ujung-ujung hambatan. Jika ada beda potensial
antaradua titik dan dihubungkan melalui penghantar maka akan
timbul arus listrik. (Handayani, 2009).
Ohm menyatakan bahwa setiap beda potensial ujung-
ujung resistor R dinaikkan maka arusyang mengalir juga akan
naik. Bila beda potensial diperbesar dua kali lipat, ternyata kuat
arus juga menjadi dua kali lipat semula. Dari sifat tersebut dapat
ditentukan bahwa beda potensial listrik sebanding dengan
kuatarus yang melewatinya. Hubungan ini dapat dirumuskan
sebagi berikut:
V ∞I (2.1)
Besarnya aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung
pada tegangan, tetapi juga padahambatan yang diberikan kawat
terhadap aliran elektron. Elektron-elektron diperlambat
karenaadanya interaksi dengan atom-atom kawat. Semakin
tinggi hambatan ini, makin kecil arus untuksuatu tegangan V.
Kita kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus
berbanding terbalikdengan hambatan. (Suardana, 2007).
Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan pada
terminal-terminal material penghantar berbanding lurus terhadap
arus yang mengalir melalui material ini, serta matematis hal ini
dirumuskan:
V =I . R (2.2)
Dimana konstanta proporsionalitas atau membandingkan
R disebut sebagai resistensi, satuan untuk resistensi adalah Ohm
(Ω). I merupakan kuat arus dengan satuan Ampere (A). V
merupakan tegangan dengan satuan Volt (Durbin,2005).
2.1 Tegangan
Tegangan pada sepasang terminal merupakan ukuran
ukuran untuk kerja yang diperlukan untuk memindahkan muatan
melalui elemen. Satuan tegangan adalah volt dan 1 volt = 1 Joule
per Coulomb, disimbolkan dengan V,tegangan dapat muncul
diantara sepasang terminal listrik dengan atau tanpa adanya arus
listrik yang mengalir sekalipun (Grancai, 2001).
Q
Muatan yang mengalir per detik adalah I, maka
t
P=I .V (2.5)
2.5 Voltmeter
Untuk mengukur tegangan/beda potensial diantara kedua
ujung penghantar digunakan alat yang bernama voltmeter.
Penyusunan voltmeter harus secara paralel dengan sumber listrik
atau komponen listrik yang diukur beda potensialnya. Pada
voltmeter terdapat dua kutub yaitu kutub positif dan kutub
negatif sehingga kutub-kutub ini harus dihubungkan serasi
bersesuaian dengan kutub-kutub pada rangkaian. Efek
pemasangan voltmeter terhadap rangkaian disebut juga Nodding
effect. Efek ini dapat diartikan sebagai pengaruh pemasangan
voltmeter yang akan mengubah besaran voltase yang akan
diukur karena voltmeter juga terukur sebagai beban, sehingga
resistensi voltmeter harus jauh lebih tinggi atau lebih besar dari
beban yang diukur oleh kita (Zemansky, 1976).
2.6 Ampermeter
Amperemeter sering juga disebut ammeter. Amperemeter
pada rangkaian perlu diletakkan seri terhadap kuat arus yang
ingin diukur. Hal ini disebabkan arus tidak akan berubah bila
melalui rangkaian seri dan akan terbagi bila melalui rangkaian
paralel. Walaupun arus pada rangkaian seri tidak berubah, akan
tetapi peletakkan amperemeter pada suatu rangkaian tersebut
akan memengaruhi pengukuran. Hal ini dikarenakan
amperemeter memiliki tahanan internal sehingga akan menaikan
besaran tahanan total pada rangkaian tersebut dan mengubah
besar arus yang hanya mengalir ketahanan pada rangkaian awal
(Arkundara, 2007).
2.7 Tranformator
Transformator atau trafo adalah peralatan listrik yang
berfungsi untuk mengubah dan memindahkan energi listrik dari
suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lain melalui suatu
gandengan magnet, dengan frekuensi yang sama dan bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Sebuah
transformator sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 kumparan
yaitu primer dan sekunder. Jika kumparan primer dihubungkan
dengan sumber tegangan AC Maka arus AC akan mengalir pada
kumparan tersebut dan membuka fluks magnetik di sekeliling
kumparan.
Gaya gerak listrik yang terjadi dirumuskan:
d∅
e=−N (2.6)
dt
d∅
merupakan jumlah lilitan, dan merupakan perubahan fluks
dt
magnet dengan satuan Webber / S (Budiharto, 2005).
2.8 Resistor
Berdasarkan hukum ohm, 1 ohm itu digunakan untuk
menyatakan hambatan dalam suau rangkaian yang dilewati kuat
arus listrik 1 Ampere dengan beda potensial sebesar 1 Volt.
Sehingga kita dapat menyatakan hambatan sebagai perbandingan
antara beda potensial dengan kuat arus listriknya. Semakin besar
beda potensialnya maka semakin besar pula kuat arus yang
dihasilkan, dan hambatan tidak ditentukan oleh besar atau
kecilnya beda potensial dan arus listriknya melainkan ditentukan
oleh panjang dan luas penampangnya (Hayt, 1991).
2.9 Rangkaian listrik
2.9.1 Rangkaian seri
Rangkaian seri juga disebut rangkaian berderet.
Suatu rangkaian dikatakan sebagai rangkaian seri
apabila terdapat dua atau lebih resistor yang
dihubungkan dari ujung ke ujung. Selain resistor, alat-
alat yang dirangkai tersebut dapat berupa bohlam,
elemen pemanas, atau alat penghambat lainnya. Muatan
listrik yang melalui R1 juga akan melalui R2 dan R3
maka dengan demikian, suatu arus sebesar I akan
melewati setiap resistor dengan sama besar. Jika V
menyatakan tegangan terhadap ketiga resistor, maka V
sama dengan tegangan sumber (baterai). V1, V2, dan
V3 adalah beda potensial pada masing-masing resistor
R1, R2, dan R3. Karena resistor-resistor tersebut
dihubungkan secara seri, kekekalan energi menyatakan
bahwa tegangan total V sama dengan jumlah semua
tegangan dari masing-masing resistor
V = V1 + V2 + V3 = I.R1 + I.R2 + I.R3 (2.7)
1 1 1 1
= + + (2.10)
R P R1 R2 R3
Keterangan:
Mulai
R, Rv, I, V
Ya
Variasi yang dilakukan
memutar varian turun
Tidak
Daya
Selesai
Mulai
R, Rv, I, V
Ya
Variasi yang dilakukan
memutar varian turun
Tidak
Daya
Selesai
Handayani, Sri, Ari Damari. 2009. Fisika Untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta:
Depdiknas
Tipler, P.A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik, Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga