Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KODE: M - 15

JUDUL PERCOBAAN

BANDUL FISIS

DI SUSUN OLEH:

NAMA : HERWIYANA AZALEA PUTRI


NIM : 24040120130095
JURUSAN / PROGRAM STUDY : Fisika
KELAS :A NO REGU : 11
HARI : Sabtu TANGGAL : 21 November 2020
PRAKTIKUM KE :8 JAM : 15.00 – 16.00
ASISTEN : Ihsan Fadilah

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
1. Tentukan besaran (observabel) fisis apa saja yang dapat anda amati /ukur secara langsung terkait
dengan besaran yang hendak anda cari dalam percobaan anda (10 poin).

Tabel 1.1 Besaran Pokok Kalor Lebur

No Besaran Satuan Lambang Dimensi


1. Panjang m 𝑙 [𝐿]
2. Waktu s t [T]

Halaman | 1
2. Gambarkan set-up eksperimen dalam peralatan yang akan anda lakukan dan berilah keterangan
gambar dari set-up eksperimen anda (20 poin) .

Gambar 2.1 Set-Up Alat Percobaan Bandul Fisis


Keterangan:
1. Batang berlubang segai bahan yang digunakan untuk diukur periodenya.
2. Meteran berfungsi untuk mengukur panjang dari batang berongga.
3. Stopwatch berfung untuk mengukur/ menghitung waktu pada batang berongga dalam melakukan
osilasi.
4. Statif Penyangga berfungsi sebagai alat untuk menggantungkan batang berongga.

Halaman | 2
3. Berdasarkan persamaan persamaan yang ada dalam buku petunjuk praktikum, jabarkan perumusan
persamaan yang akan anda gunakan untuk mendapatkan hasil hasil yang akan anda cari dalam eksperimen
(nilai : 40 poin).
3.1 Rumus Percepatan Gravitasi

Ʃτ = Iα (3.1)
𝑑²𝜃
Ʃτ = I (3.2)
𝑑𝑡²
𝑑²𝜃
Ʃτ = ml² (3.3)
𝑑𝑡²

Ʃτ = −𝑚 𝑔 𝑙 𝑠𝑖𝑛 θ , θ » maka
Ʃτ = −𝑚 𝑔 𝑙 θ (3.4)

Membandingkan persamaan (3.3) dengan (3.4)

𝑑²𝜃
−𝑚𝑔𝑙𝜃 = 𝑚𝑙² (3.5)
𝑑𝑡²
𝑑²𝜃 𝑔
+ .θ=0 (3.6)
𝑑𝑡² 𝑙
𝑔 2𝜋
ω² = ; ω = (3.7)
𝑙 𝑇

𝑔 2𝜋
= (3.8)
𝑙 𝑇

𝑔 4𝜋²
= (3.9)
𝑙 𝑇²
4𝜋²
g= l (3.10)
𝑇²

3.2 Turunan Parsial


4𝜋2 𝑙
𝑑𝑔 𝑑( 2 ) 4𝜋²
𝑇
= =
𝑑𝑙 𝑑𝑙 𝑇²
𝑑𝑔 𝑑(4𝜋2 𝑙𝑇ˉ²) ;8𝜋²𝑙
= =
𝑑𝑇 𝑑𝑇 𝑇³

3.3 Ralat Pengamatan

Ʃ(𝑇;𝑇 )²
ΔT =
𝑛(𝑛;1)

Halaman | 3
3.4 Ralat Perambatan

𝑑𝑔 2 𝑑𝑔
Δg = Δl +( ΔT)²
𝑑𝑙 𝑑𝑇

3.5 Ralat Bobot


𝑔₁ 𝑔₂ 𝑔₃ 𝑔₄ 𝑔₅ 𝑔₆ 𝑔₇
: : : : : :
Δ𝑔₁2 Δ𝑔₂² Δ𝑔₃² Δ𝑔₄² Δ𝑔₅² Δ𝑔₆² Δ𝑔₇²
g= 1 1 1 1 1 1 1
: : : : : :
Δ𝑔₁2 Δ𝑔₂² Δ𝑔₃² Δ𝑔₄² Δ𝑔₅² Δ𝑔₆² Δ𝑔₇²

1
Δg = 1 1 1 1 1 1 1
: : : : : :
Δ𝑔₁2 Δ𝑔₂² Δ𝑔₃² Δ𝑔₄² Δ𝑔₅² Δ𝑔₆² Δ𝑔₇²

Keterangan:
τ = Momen Gaya (Nm)
I = Momen Inersia (kg.m2)
α = Percepatan Sudut (rad/s2)
m = Massa (kg)
l = Panjang (m)
t = Waktu (s)
ω = Kecepatan Sudut (rad/s)
T = Periode (s)
G = Percepatan gravitasi (m/s2)

Halaman | 4
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil - hasil percobaan anda tambah/kurangi kolom yang saudara
anngap perlu (nilai : 30 poin).

5. Gambarkan grafik sesuai dengan data diatas pada kertas grafik yang tersedia (gunakan millimeter
Tabelyang
blok)Ingat, pemilihan sumbu 4.1 Data
benarPengamatan
akan sangatPercobaan M – 15
mempengaruhi Bandul
grafik Fisis
linier yang anda buat.. (nilai: 40
poin). 15 Osilasi 20 Osilasi
Panjang
Nomor
Batang (m) t1(s) t2 (s) t3 (s) t1(s) t2 (s) t3 (s)

1 0,7 19.87 19.95 20.08 27.09 26.88 26.96


2 0,65 19.68 19.7 19.82 26.89 26.73 26.63
3 0,6 19.37 19.54 19.36 26.32 26.57 26.31
4 0,55 19.39 19.43 19.35 26.05 26.16 26.13
5 0,5 21.3 21.28 21.2 28.27 28.05 28.29
6 0,45 24.48 24.38 24.52 32.98 33.16 33.08
7 0,4 40,05 39.84 39.99 53.28 53.3 53.15

Halaman | 5
5. Gambarkan grafik sesuai dengan data diatas pada kertas grafik yang tersedia (gunakan millimeter
blok)Ingat, pemilihan sumbu yang benar akan sangat mempengaruhi grafik linier yang anda buat.. (nilai: 40
poin).

5.1 Grafik Analisis pada Osilasi 15

Gambar 5.1 Grafik Hubungan Antara T² dan l Batang Berongga pada Bandul Fisis Osilasi 15

Pada grafik tersebut memperlihatkan hubungan antara T² dan l pada batang berlubang. Grafik
memperlihatkan bahwa semakin pendek panjang batang berlubang maka waktu yang diperlukan untuk
osilasi semakin banyak. Dan semakin pendek panjang batang berlubang nilai periode yang didapat semakin
tinggi. Sehingga pada grafik tersebut memperlihatkan grafik menurun.

5.2 Grafik Analisis pada Osilasi 20

Gambar 5.2 Grafik Hubungan Antara T²dan l Batang Berongga pada Bandul Fisis Osilasi 20

Pada grafik tersebut memperlihatkan hubungan antara T² dan l pada batang berlubang. Grafik
memperlihatkan bahwa semakin pendek panjang batang berlubang maka waktu yang diperlukan untuk
osilasi semakin banyak. Dan semakin pendek panjang batang berlubang nilai periode yang didapat semakin
tinggi. Sehingga pada grafik tersebut memperlihatkan grafik menurun.
Halaman | 6
6. Berdasarkan grafik linier tersebut, hitunglah besaran - besaran yang akan anda cari dan nyatakan hasil
perhitungan anda dengan satuan yang benar. Bila hal ini tidak mungkin dianalisis dengan grafik hitunglah
besaran - besaran yang ingin anda tentukan (nilai : 60 poin). Ingat satuan dan besaran harus sesuai
penulisannya
6.1 Perhitungan Percepatan Gravitasi pada 15 Osilasi

Tabel 6.1 Data Perhitungan Gravitasi pada 15 Osilasi, Panjang Batang 0,7 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


19,87 1,32 -0,01 0,0001
19,95 1,33 0 0
20,08 1,34 0,01 0,0001
𝑇 = 1,33 𝑇 2 = 177 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,0002

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,0002


∆𝑇 = = = 0,00577 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,33 ± 0,00577 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2
𝑙= 0,7 = 15,606 𝑚 𝑠 2
𝑇 (1,33)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,7) 2
= 0,05 + 0,00577
1,332 1,333
= 1,122

𝑔 ± ∆𝑔 = (15,606 ± 1,122) 𝑚 𝑠 2

Tabel 6.2 Data Perhitungan Gravitasi pada 15 Osilasi, Panjang Batang 0,65 m.

6.2 𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


19,68 1,312 -0,003 0,000009
19,7 1,313 -0,002 0,0010004
19,82 1,321 0,006 0,000036
2
𝑇 = 1,315 𝑇 = 1,73 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000049

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000049


∆𝑇 = = = 0,00285 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,315 ± 0,00285 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2 𝑙= 0,65 = 14,824 𝑚 𝑠 2
𝑇 (1,315)²

Halaman | 7
2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,65) 2
= 0,05 + 0,00289
1,3152 1,3153
= 1,142

𝑔 ± ∆𝑔 = (14,824 ± 1,142) 𝑚 𝑠 2

Tabel 6.3 Data Perhitungan Gravitasi pada 15 Osilasi, Panjang Batang 0,6 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


19,37 1,291 -0,003 0,000009
19,54 1,302 0,008 0,000064
19,36 1,290 -0,004 0,000016
𝑇 = 1,294 𝑇 2 = 1,674 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000089

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000089


∆𝑇 = = = 0,00385 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,294 ± 0,00385 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2
𝑙= 0,6 = 14,131 𝑚 𝑠 2
𝑇 (1,294)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,6) 2
= 0,05 + 0,00385
1,2942 1,2943
= 1,177

𝑔 ± ∆𝑔 = (14,131 ± 1,177) 𝑚 𝑠 2

Tabel 6.4 Data Perhitungan Gravitasi pada 15 Osilasi, Panjang Batang 0,55 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


19,39 1,293 0 0
19,43 1,295 0,002 0,000004
19,35 1,29 0,003 0,000009
2
𝑇 = 1,293 𝑇 = 1,67 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000013

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000013


∆𝑇 = = = 0,00147 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,293 ± 0,00147 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2
𝑙= 0,55 = 12,974 𝑚 𝑠 2
𝑇 (1,293)²

Halaman | 8
2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,55) 2
= 0,05 + 0,00147
1,2932 1,2933
= 1,179

𝑔 ± ∆𝑔 = (12,974 ± 1,179) 𝑚 𝑠 2

Tabel 6.5 Data Perhitungan Gravitasi pada 15 Osilasi, Panjang Batang 0,5 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


21,3 1,42 0,003 0,000009
21,28 1,418 0,001 0,000001
21,2 1,413 -0,004 0,000016
2
𝑇 = 1,417 𝑇 = 2,022 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000026

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000026


∆𝑇 = = = 0,00208 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,417 ± 0,00208 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2
𝑙= 0,5 = 9,820 𝑚 𝑠 2
𝑇 (1,417)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,5) 2
= 0,05 + 0,00208
1,4172 1,4173
= 0,982

𝑔 ± ∆𝑔 = (9,820 ± 0,982) 𝑚 𝑠 2

Tabel 6.6 Data Perhitungan Gravitasi pada 15 Osilasi, Panjang Batang 0,45 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


24,48 1,632 0,002 0,000004
24,38 1,625 -0,005 0,000025
24,52 1,634 0,004 0,000016
2
𝑇 = 1,630 𝑇 = 2,656 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000045

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000045


∆𝑇 = = = 0,00273 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,630 ± 0,00273 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 𝑙 = 0,45 = 6,679 𝑚 𝑠 2
𝑇2 (1,630)²

Halaman | 9
2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,45) 2
= 0,05 + 0,00273
1,6302 1,6303
= 0,742

𝑔 ± ∆𝑔 = (6,679 ± 0,742) 𝑚 𝑠 2

Tabel 6.7 Data Perhitungan Gravitasi pada 15 Osilasi, Panjang Batang 0,4 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


40,05 2,67 0,006 0,000036
39,84 2.656 -0,008 0,000064
39,99 2,666 0,002 0,000004
2
𝑇 = 2,664 𝑇 = 7,096 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000104

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000104


∆𝑇 = = = 0,00416 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 2,664 ± 0,00416 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2
𝑙= 0,4 = 2,222 𝑚 𝑠 2
𝑇 (2,664)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,4) 2
= 0,05 + 0,00416
2,6642 2,6643
= 0,277

𝑔 ± ∆𝑔 = (2,222 ± 0,277) 𝑚 𝑠 2

Ralat Pembobotan Osilasi 15


𝑔₁ 𝑔₂ 𝑔₃ 𝑔₄ 𝑔₅ 𝑔₆ 𝑔₇
+ + + + + +
Δ𝑔₁2 Δ𝑔₂² Δ𝑔₃² Δ𝑔₄² Δ𝑔₅² Δ𝑔₆² Δ𝑔₇²
𝑔=
1 1 1 1 1 1 1
₁2 + + + + + +
Δ𝑔 Δ𝑔₂² Δ𝑔₃² Δ𝑔₄² Δ𝑔₅² Δ𝑔₆² Δ𝑔₇²
15,606 14,824 14,131 12,974 9,82 6,679 2,222
2 + 2 + 2 + 1,179 + 2 + 2 +
1,122 1,142 1,177 0,982 0,742 0,2772
=
1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
1,1222 1,1422 1,1772 1,1792 0,9822 0,7422 0,2772
= 5,01 𝑚 𝑠 2

1
Δ𝑔 =
1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
Δ𝑔₁2 Δ𝑔₂² Δ𝑔₃² Δ𝑔₄² Δ𝑔₅² Δ𝑔₆² Δ𝑔₇²

Δ𝑔 = 0,052 𝑚 𝑠 2

Halaman | 10
6.2 Perhitungan Percepatan Gravitasi pada 20 Osilasi
Tabel 6.8 Data Perhitungan Gravitasi pada 20 Osilasi, Panjang Batang 0,7 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


27,09 1,354 0,006 0,000036
26,88 1,344 -0,004 0,000016
26.96 1,348 0 0
2 2
𝑇 = 1,348 𝑇 = 1,817 Σ[𝑇 − 𝑇] = 0,000052

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000052


∆𝑇 = = = 0,00294 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,348 ± 0,00294 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2
𝑙= 0,7 = 15,192 𝑚 𝑠 2
𝑇 (1,348)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,7) 2
= 0,05 + 0,00294
1,3482 1,3483
= 1,087

𝑔 ± 𝑔 = (15,192 ± 1,087) 𝑚 𝑠 2

Tabel 6.9 Data Perhitungan Gravitasi pada 20 Osilasi, Panjang Batang 0,65 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


26,89 1,344 -0,003 0,000009
26,73 1,336 -0,001 0,000001
26,63 1,331 -0,006 0,000036
2
𝑇 = 1,337 𝑇 = 1,787 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000046

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000046


∆𝑇 = = = 0,00276 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,337 ± 0,00276 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2 𝑙= 0,65 = 14,340 𝑚 𝑠 2
𝑇 (1,337)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,65) 2
= 0,05 + 0,00276
1,3372 1,3373
= 1,104

𝑔 ± 𝑔 = (14,340 ± 1,104) 𝑚 𝑠 2

Halaman | 11
Tabel 6.10 Data Perhitungan Gravitasi pada 20 Osilasi, Panjang Batang 0,6 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


26,32 1,316 -0,003 0,000009
26,57 1,328 0,009 0,000081
26,31 1,315 -0,004 0,000016
2
𝑇 = 1,319 𝑇 = 1,739 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000106

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000106


∆𝑇 = = = 0,00420 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,319 ± 0,00420 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2
𝑙= 0,6 = 13,601 𝑚 𝑠 2
𝑇 (1,319)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,6) 2
= 0,05 + 0,00420
1,3192 1,3193
= 1,136

𝑔 ± Δ𝑔 = (13,601 ± 1,136) 𝑚 𝑠 2

Tabel 6.11 Data Perhitungan Gravitasi pada 20 Osilasi, Panjang Batang 0,55 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


26,05 1,302 -0,003 0,000009
26,16 1,308 0,003 0,000009
26,13 1,306 0,001 0,000001
2
𝑇 = 1,305 𝑇 = 1,703 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000019

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000019


∆𝑇 = = = 0,00177 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,305 ± 0,00177 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2 𝑙= 0,55 = 12,736 𝑚 𝑠 2
𝑇 (1,305)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,55) 2
= 0,05 + 0,00177
1,3052 1,3053
= 1,158

𝑔 ± Δ𝑔 = (12,736 ± 1,158) 𝑚 𝑠 2

Halaman | 12
Tabel 6.12 Data Perhitungan Gravitasi pada 20 Osilasi, Panjang Batang 0,5 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


28,27 1,413 -0,006 0,000036
28,05 1,402 -0,007 0,000049
28,29 1,414 -0,005 0,000025
2
𝑇 = 1,409 𝑇 = 1,985 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000110

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000110


∆𝑇 = = = 0,00428 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,409 ± 0,00428 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2
𝑙= 0,5 = 9,932 𝑚 𝑠 2
𝑇 (1,409)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,5) 2
= 0,05 + 0,00428
1,4092 1,4093
= 0,994

𝑔 ± Δ𝑔 = (9,932 ± 0,994) 𝑚 𝑠 2

Tabel 6.13 Data Perhitungan Gravitasi pada 20 Osilasi, Panjang Batang 0,45 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


32,98 1,649 -0,004 0,000016
33,16 1,658 0,005 0,000025
33,08 1,654 0,001 0,000001
2
𝑇 = 1,653 𝑇 = 2,732 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000042

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000042


∆𝑇 = = = 0,00264 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 1,653 ± 0,00264 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 𝑙 = 0,45 = 6,495 𝑚 𝑠 2
𝑇2 (1,653)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,45) 2
= 0,05 + 0,00264
1,6532 1,6533
= 0,721

𝑔 ± Δ𝑔 = (6,495 ± 0,721) 𝑚 𝑠 2

Halaman | 13
Tabel 6.14 Data Perhitungan Gravitasi pada 20 Osilasi, Panjang Batang 0,4 m.

𝑡(𝑠) 𝑇(𝑠) [𝑇 − 𝑇] [𝑇 − 𝑇]2


53,28 2,664 0,002 0,000004
53,3 2,665 0,003 0,000009
53,15 2,657 0,005 0,000025
2
𝑇 = 2,662 𝑇 = 7,086 Σ[𝑇 − 𝑇]2 = 0,000038

Σ(𝑇 − 𝑇)2 0,000038


∆𝑇 = = = 0,00251 𝑠
𝑛(𝑛 − 1) 6
T = 2,662 ± 0,00251 s

4𝜋 2 4(3,14)²
𝑔= 2
𝑙= 0,4 = 2,226 𝑚 𝑠 2
𝑇 (2,662)²

2 2 2 2
𝑑𝑔 𝑑𝑔 4𝜋 2 −8𝜋 2 𝑙
Δ𝑔 = Δ𝑙 + Δ𝑇 = Δ𝑙 + Δ𝑇
𝑑𝑙 𝑑𝑇 𝑇2 𝑇3
4(3,14)2 2 ;8(3,14)2 (0,4) 2
= 0,05 + 0,00251
2,6622 2,6623
= 0,278

𝑔 ± Δ𝑔 = (2,226 ± 0,278) 𝑚 𝑠 2

Ralat Pembobotan Osilasi 20


𝑔₁ 𝑔₂ 𝑔₃ 𝑔₄ 𝑔₅ 𝑔₆ 𝑔₇
+ + + + + +
Δ𝑔₁2 Δ𝑔₂² Δ𝑔₃² Δ𝑔₄² Δ𝑔₅² Δ𝑔₆² Δ𝑔₇²
𝑔=
1 1 1 1 1 1 1
₁2 + + + + + +
Δ𝑔 Δ𝑔₂² Δ𝑔₃² Δ𝑔₄² Δ𝑔₅² Δ𝑔₆² Δ𝑔₇²

15,192 14,340 13,601 12,736 9,932 6,679 2,226


+ + + + + +
1,0872 1,1042 1,1362 1,158 0,9822 0,7212 0,2782
=
1 1 1 1 1 1 1
2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 +
1,087 1,104 1,136 1,158 0,982 0,721 0,2782

= 15,37 𝑚 𝑠 2

1
Δ𝑔 =
1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
Δ𝑔₁2 Δ𝑔₂² Δ𝑔₃² Δ𝑔₄² Δ𝑔₅² Δ𝑔₆² Δ𝑔₇²

Δ𝑔 = 19,06 𝑚 𝑠 2

Halaman | 14
Tabel 6.15 Hasil Perhitungan Percobaan M-15 Bandul Fisis Osilasi 15

No Panjang Besi T = (T̅± ΔT) s g Δg g= (g̅ ± Δg)m/s2


Berlubang (m)
1 0,7 (1,33 ± 0,00577) s 15,606 1,122 (15,606 ± 1,122) m/s2
2 0,65 (1,315 ± 0,00285) s 14,824 1,142 (14,824 ± 1,142) m/s2
3 0,6 (1,294 ± 0,00385) s 14,131 1,177 (14,131 ± 1,177) m/s2
4 0,55 (1,293 ± 0,00147) s 12,974 1,179 (12,974 ± 1,179) m/s2
5 0,5 (1,417 ± 0,00208) s 9,820 0,982 (9,820 ± 0,982) m/s2
6 0,45 (1,630 ± 0,00273) s 6,679 0,742 (6,679 ± 0,742) m/s2
7 0,4 (2,664 ± 0,00416) s 2,222 0,277 (2,222 ± 0,279) m/s2

Tabel 6.16 Hasil Perhitungan Percobaan M-15 Bandul Fisis Osilasi 20

No Panjang Besi T = (T̅± ΔT) s g Δg g= (g̅ ± Δg)m/s2


Berlubang (m)

1 0,7 (1,348 ± 0,00294) s 15,192 1,087 (15,192 ± 1,087) m/s2


2 0,65 (1,337 ± 0,00276) s 14,340 1,104 (14,340 ± 1,104) m/s2
3 0,6 (1,319 ± 0,00420) s 13,601 1,136 (13,601 ± 1,136) m/s2
4 0,55 (1,305 ± 0,00177) s 12,736 1,158 (12,736 ± 1,158) m/s2
5 0,5 (1,409 ± 0,00428) s 9,932 0,994 (9,932 ± 0,994) m/s2
6 0,45 (1,653 ± 0,00264) s 6,495 0,721 (6,495 ± 0,721) m/s2
7 0,4 (2,662 ± 0,00251) s 2,226 0,278 (2,226 ± 0,278) m/s2

Halaman | 15
PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan M-15 dengan judul “Bandul Fisis” yang bertujuan untuk menentukan
percepatan gravitasi sebuah benda menggunakan bandul fisis. Pada percobaan ini bahan yang diuji dengan
menggunakan batang berlubang/ berongga dalam menentukan waktu osilasinya. Alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah statif penyangga, meteran, dan stopwatch.
Pada percobaan bandul fisis ini cara kerjanya diawali dengan mengukur panjang batang berongga yang
telah terpasang pada statif penyangga. Pengukuran batang berongga dilakukan dengan menggunakan meteran
sampai ujung batang berongga. Dilanjutkan dengan mengayunkan batang berongga dengan susut yang terkecil.
Saat batang berongga sudah mengayun, catat waktu yang dibutuhkan batang berongga untuk berosilasi sebanyak
15 dan 20 kali. Hitung waktu osilasi pada setiap lubang di batang tersebut hingga menghasilkan 7 kali percobaan.
Proses fisis yang terjadi dalam percobaan bandul fisis diawali dengan batang berongga yang digantung pada statif
penyangga dalam keadaan diam karena dalam keadaan yang setimbang. Keadaan setimbang batang berongga
karena tidak ada gaya yang bekerja pada batang sesuai dengan Hukum I Newton . Saat batang logam berlubang
diberi simpangan sejauh y dan terbentuk sudut θ, maka gaya berat batang logam berlubang berubah, saat
dilepaskan terjadi gerak harmonic sederhana atau bisa dikatakann sebagai osilasi, yaitu batang berbolak-balik
pada titik kesetimbangannya. Saat awal berosilasi, batang berlubang memiliki energy kinetic = 0 dan energy yang
ada hanyalah energy potensial maksimum. Kemudian batang berlubang akan berhenti dikarenakan adanya gaya
pemulih berupa F = mg sin 𝜃 sesuai dengan Hukum II Newton dan gaya gravitasi sehingga benda kembali ke
titik setimbang.
Dari hasil percobaan didapat hasil perhitungan nilai periode pada osilasi 15 yaitu pada batang berlubang
0,7 m didapat hasil (1,33 ± 0,00577) s, pada batang berlubang 0,65 m didapat hasil (1,315 ± 0,00285) s, pada
batang berlubang 0,6 m didapat hasil (1,294 ± 0,00385) s, pada batang berlubang 0,55 m didapat hasil (1,293 ±
0,00147) s, pada batang berlubang 0,5 m didapat hasil (1,417 ± 0,00208) s, pada batang berlubang 0,45 m didapat
hasil (1,630 ± 0,00273) s, pada batang berlubang 0,4 m didapat hasil (2,664 ± 0,00416)s. Dan nilai periode pada
osilasi 20 yaitu pada batang berlubang 0,7 m didapat hasil (1,348 ± 0,00294) s, pada batang berlubang 0,65 m
didapat hasil (1,337 ± 0,00276) s, pada batang berlubang 0,6 m didapat hasil (1,319 ± 0,00420) s, pada batang
berlubang 0,55 m didapat hasil (1,305 ± 0,00177) s, pada batang berlubang 0,5 m didapat hasil (1,409 ± 0,00428)
s, pada batang berlubang 0,45 m didapat hasil (1,653 ± 0,00264) s, pada batang berlubang 0,4 m didapat hasil
(2,662 ± 0,00251) s. Selain itu dari hasil percobaan didapat hasil perhitungan nilai gravitasi yaitu pada osilasi 15
adalah pada batang berlubang 0,7 m didapat hasil (15,606 ± 1,122) m/s2, pada batang berlubang 0,65 m didapat
hasil (14,824 ± 1,142) m/s2, pada batang berlubang 0,6 m didapat hasil (14,131 ± 1,177) m/s2, pada batang
berlubang 0,55 m didapat hasil (12,974 ± 1,179) m/s2, pada batang berlubang 0,5 m didapat hasil (9,820 ± 0,982)
m/s2, pada batang berlubang 0,45 m didapat hasil (6,679 ± 0,742) m/s2, pada batang berlubang 0,4 m didapat hasil
(2,222 ± 0,273) m/s2. Dan nilai gravitasi pada osilasi 20 yaitu pada batang berlubang 0,7 m didapat hasil (15,192
± 1,087) m/s2, pada batang berlubang 0,65 m didapat hasil (14,340 ± 1,104) m/s2, pada batang berlubang 0,6 m
didapat hasil (13,601 ± 1,136) m/s2, pada batang berlubang 0,55 m didapat hasil (12,736 ± 1,158) m/s2

Halaman | 16
pada batang berlubang 0,5 m didapat hasil (9,932 ± 0,994) m/s2, pada batang berlubang 0,45 m didapat hasil
(6,495 ± 0,721) m/s2, pada batang berlubang 0,4 m didapat hasil (2,226 ± 0,278) m/s2.
Pada percobaan ini menggunakan grafik analisis hubungan antara T2 dan l batang berlubang.
Grafik analisis pada pratikum ini menunjukan penurunan grafik. Dimana grafik memperlihatkan bahwa semakin
pendek panjang batang berlubang maka waktu yang diperlukan untuk osilasi semakin banyak. Dan semakin
pendek panjang batang berlubang nilai periode yang didapat semakin tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi
percobaan ini adalah sudut dan simpangan yang digunakan berbeda-beda serta tidak ada ketentuan nya secara
tepat dan pasti. Serta momen inersia juga yang ikut berpengaruh dalam waktu benda untuk menempuh 15 dan 20
osilasi. Panjang batang berlubang yang berbeda-beda juga akan membuat nilai pada hasil perhitungan tidak sama
karena semakin dekat titik usat massa, maka osilasi yang dapat terjadi akan lebih cepat seimbang atau lebih cepat
berhenti.

Halaman | 17
KESIMPULAN
Pada percobaan dengan kode percobaan M-15 yang berjudul “Bandul Fisis yang bertujuan untuk
menentukan percepatan gravitasi dengan menggunakan bandul fisis didapat hasil akhir pada oasilasi 15 yaitu g =
(5,01 ± 0,052) m/s2 dan pada osilasi 20 yaitu g = (15,37 ± 19,06) m/s2. Dengan demikian hasil kedua gravitasi
tersebut berbeda karena adanya perbedaan osilasi yang dilakukan. Dari perolehan data tersebut berbeda dengan
percepatan yang ada pada literatur yaitu sebesar 9,8 m/s2. Karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya
yaitu perbedaan antara simpangan sudut yang diberikan pada batang tersebut dan panjang batang berlubang.

Halaman | 18
LAPORAN SEMENTARA

PERCOBAAN M -15

BANDUL FISIS

Nama : Herwiyana Azalea Putri Anggota Kelompok :


1. Hammam Alfarisy / 24040120130096
NIM : 24040120130095
2. Erna Muti’rosianas / 24040120130101
Kelompok : 11 3. Syehan Husain Salsabila / 24040120130105
4. Ahmad Jauhari / 24040120130106
Hari/Tanggal : Sabtu/ 21 November 2020 5. Eduardo Raja / 24040120130111

Waktu : 15.00 – 16.00

Data Percobaan

Panjang 15 Osilasi 20 Osilasi


Nomor Batang
t1(s) t2 (s) t3 (s) t1(s) t2 (s) t3 (s)
(cm)
1 70 19.87 19.95 20.08 27.09 26.88 26.96
2 65 19.68 19.7 19.82 26.89 26.73 26.63
3 60 19.37 19.54 19.36 26.32 26.57 26.31
4 55 19.39 19.43 19.35 26.05 26.16 26.13
5 50 21.3 21.28 21.2 28.27 28.05 28.29
6 45 24.48 24.38 24.52 32.98 33.16 33.08
7 40 40,05 39.84 39.99 53.28 53.3 53.15

Semarang, 21 November 2020

Asistensi Praktikan

Ihsan Fadilah Herwiyana Azalea Putri


(24040117120023) (24040120130095)
PERCOBAAN M - 15

BANDUL FISIS

1. Tujuan

1.1. Menentukan kecepatan gravitasi dengan menggunakan bandul fisis

2. Dasar Teori

2.1 Bandul Fisis

Bandul Fisis merupakan sistem menentukan benda tegar yang


digantung dari suatu titik yang bukan merupakan pusat massanya akan
berosilasi ketika disimpangkan dari posisi kesetimbangannya. Bila ditinjau
sebuah bangun datar yang digantung pada sebuah titik berjarak D dari pusat
massanya dan disimpangkan dari kesetimbangan sebesar sudut f seperti
ditunjukkan dalam gambar dibawah ini

Gambar 1.1 Ilustrasi elemen gaya yang bekerja pada bandul fisis
Torsi terhadap titik gantung bernilai mgD sin f dan cenderung mengurangi θ.
Percepatan sudut a dihubungkan dengan torsi oleh

t=Ia=I (2.1)
dengan I adalah momen inersia disekitar titik gantung dengan satuan kg m 2 , f
adalah besar sudut. Dengan mensubsitusikan - MgD sin f untuk torsi total,
diperoleh

- mgD sin f =I (2.2)

sin f (2.3)

Untuk bandul sederhana I=mL2 dan D=L. Gerak mendekati gerak harmonik
sederhana bila simpangan sudutnya kecil sehingga berlaku aproksimasi sin f
≈f. dalam kasus ini diperoleh

f= -w2f (2.4)

Dengan w2 = mgD/l. periode adalah

T= = 2p √ (2.5)

(Tipler, 1998).
2.2 Gerak Harmonis Sederhana

Gerak harmonik sederhana suatu getaran dimana resultan gaya yang


bekerja pada titik sembarang selalu mengarah ke titik kesetimbangan dan besar
resultan gaya sebanding dengan jarak titik sembarang ke titik keseimbangan
tersebut. (Young dan Roger, 2002).
Kecepatan partikel yang bergerak dengan gerak harmonik sederhana,
yaitu

v(t) = = [xm cos(ωt + Ø)] (2.6)

v(t) = - ωxmsin(ωt + Ø) (2.7)


Dengan mengetahui kecepatan pada gerak harmonik sederhana, kita
dapat menemukan rumus untuk percepatan partikel yang berosilasi dengan
mendiferensiasi sekali lagi

a(t) = = [- ωxmsin(ωt + Ø)] (2.8)

a(t) = - ω2xmcos(ωt + Ø) (2.9)


a(t) = -ω2x(t) (2.10)
Setelah mengetahui bagaimana percepatan partikel bervariasi
dengan waktu, kita dapat menggunakan hokum II Newton untuk mempelajari
gaya apa yang harus bekerja pada partikel untuk memberikan percepatan. Jika
kita menggabungkan hokum II Newton,maka
F = ma = -(mω2)x (2.11)
Dengan v(t) adalah kecepatan terhadap waktu dengan satuan m/s, x adalah jarak
dengan satuan m, t adalah waktu dengan satuan s, a adalah percepatan dengan
satuan m/s2, F adalah gaya dengan satuan N, m adalah massa dengan satuan kg
(Halliday,2010).
2.3 Gravitasi
Gravitasi adalah percepatan yang dialami oleh benda karena beratnya
sendiri. Berat benda adalah gaya tarik bumi pada benda tersebut. Gaya ini
adalah gaya gravitasi yaitu gaya tarik menarik antara dua massa. Karena bumi
tidak berbentuk bola maka besarnya g tidaklah sama untuk setiap tempat di
permukaan bumi (Tipler, 1998).
Gravitasi adalah kecenderungan benda untuk bergerak ke arah satu
sama lain. Issac Newton menyimpulkan bahwa tidak hanya bumi dan bulan
yang dapat menarik apel, tetapi juga seluruh benda di alam semesta menarik
benda lainnya. Kesimpulan ini membuktikan bahwa gaya tarik bumi yang
umum terhadap benda yang terikat dengan bumi begitu besar sehingga
melebihi gaya tarik yang dimiliki benda benda yang terikat bumi untuk
menarik satu sama lain. Newton mengusulkan hukum gaya yang kita sebut
dengan Hukum Gravitasi Newton yaitu setiap partikel menarik partikel lain
dengan gaya gravitasi yang besarnya
F=G (2.12)

Dengan F adalah gaya dengan satuan N, m1 dan m2 adalah massa


partikel dengan satuan m, r adalah jarak antara keduanya dengan satuan m, G
adalah konstanta gravitasi dengan nilai
G = 6,67 × 10-11Nm2/kg2
G = 6,67 × 10-11m3/kg.s2 (Halliday,2010).
2.4 Osilasi

Setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang sama disebut
gerak periodik. Jika suatu partikel dalam gerak periodic bergerak bolak-balik
melalui lintasan yang sama, maka geraknya disebut gerak osilasi atau viberasi
(getaran). Osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangan
stabilnya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak tersebut
bersifat periodic, yaitu berulang-ulang (Giancoli, 2001).
Gerak Osilasi merupakan gerakan yang berulang dari suatu benda,
dimana setelah menempuh selang waktu tertentu benda tersebut akan kembali
ke posisi kesetimbangannya (Serwey dan Jaweet, 2004). Posisi kesetimbangan
suatu benda adalah posisi dimana benda tersebut dalam keadaan diam yaitu
total gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah nol. Jika benda dijauhkan
dari posisi kesetimbangannya dan dilepaskan , maka akan timbul suatu gaya
atau torsi untuk menarik benda tersebut kembali ke posisi setimbangnya
(Young dan Freedman, 2002).
Osilasi bandul fisis terjadi apabila suatu sistem mengalami gerak
osilasi dan gerakperiodik. Gerak osilasi merupakan gerak yang terjadi pada
lintasan yang sama, sehinggagerak dari sistem bandul atau pendulum dapat
dinyatakan nilai periode ayunan untuk sistem bandul atau pendulum fisis yang
dimana masa tali dianggap tidak bermassa.Sedangkan, gerak periodik adalah
gerak berulang pada waktu yang sama (Halliday, 1989).
(2.13)

Dimana adalah simpangan benda dari posisi setimbang, adalah


gaya yang menarik kembali benda ke posisi setimbang, dan adalah sebuah
konstanta. (Mikrajuddin, 2016).

2.5 Momen Inersia

Momen inersia adalah ukuran resistansi atau kelembaman sebuah


benda terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Momen inersia ini bergantung
pada distribusi massa benda relative terhadap sumbu rotasi benda. Momen
inersia adalah sifat benda (dan sumbu rotasi), seperti massa m yang
merupakan sifat benda yang mengukur kelembamannya terhadap perubahan
dalam gerak translasi (Tipler, 2001).
Momen inersia dapat dimiliki oleh setiap benda, manusia pun
memiliki momen inersia tertentu. Besarnya momen inersia bergantung pada
berbagai bentuk benda, pusat rotasi, jari-jari rotasi dan massa benda. Pada
penentuan momen inersia bentuk tertentu seperti bola silinder pejal, plat
segiempat atau bentuk yang lain cenderung lebih mudah daripada momen
inersia benda yang memiliki bentuk tidak sempurna atau tidak beraturan.
Bentuk yang tidak beraturan ini tidak bisa dihitung jari-jarinya sehingga
terdapat istilah jari-jari girasi. Benda tegar dengan bentuk senbarang
digantungkan pada suatu poros yang tetap di O, jika diberi simpangan kecil
kemudian dilepas, akan berayun dengan periode ayunan T sebesar:

T = 2π (2.14)
dengan I adalah momen kelembaman atau momen inersia, massa benda, g
percepatan gravitasi bumi, dan l jarak dari sumbu putar ke pusat massa.Untuk
benda yang diputar tidak pada pusat massa terdapat teorema hubungan sumbu
sejajar sebagai berikut :
I = Ipm + ml2 (2.15)
dengan I adalah momen inersia pada sumbu tersebut, Ipm adalah momen
inersia terhadap sumbu putar melalui pusat massa dan l adalah jarak kedua
sumbu putar (Giancolli, 1989).
Jika benda tegar terdiri atas sedikit partikel. Kita dapat menghitung
inersia rotasinya terhadap sumbu yang diberikan dengan persamaan:
I = ∑miri² (2.16)
Artinya, kita dapat menentuka perkalian mr² untuk masing-masing
partikel dan kemudian mejumlahkan perkalian tersebut. (Ingatlah bahwa r
adalah jarak tegak lurus partikel dari sumbu rotasi yang diberikan). Jika benda
tegar terdiri atas banayk partikelyang berdekatan (kontinu, seperti frisbee),
menggunakan persamaan (3) akan memerlukan komputer.
Oleh karena itu, kita mengganti penjumlahan dalam persamaan tadi
dengan integral dan membatasi inersia rotasi benda sebagai :

I = ʃr²dm (inersia rotasi, benda kontinu) (2.17)(Halliday,2010)


2.6 Gaya Pemulih
Gaya pemulih gaya pemulih adalah gaya yang besarnya sebanding
dengan simpangan dan berlawanan arah dengan arah simpangan gaya pemulih
yang menyebabkan benda bergerak harmonik sederhana pada pegas yang
tertekan gaya pemulih.
F = -k. Δx (2.18)
Dimana F adalah gaya pemulih (n), k konstanta pegas (n/m) dan ∆x
pertambahan panjang (m) (Halliday, 1987).
2.7 Frekuensi
Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran berulang dalam persilisihan
dengan satuan detik dengan satuan Hz. Frekuensi merupakan jumlah
gerakan bolak-baik pada benda yang berosilasi yang terjadi setiap satuan
waktu . Frekuensi berbeda dengan frekuensi sudut yang merupakan jumlah
radian setiap satuan detik. Frekuensi adalah ukuran jumlah terjadinya sebuah
peristiwa dalam satuan waktu. Frekuensi merupakan besaran penting dalam
gerak osilasi. Dengan persamaan berikut:
= (2.19)

Dimana adalah frekuensi dan 𝑇 adalah periode (Giancoli, 2001).


2.8 Periode
Gerak benda yang terjadi secara berulang dan dalam waktu yang sama
disebut dengerak periodik. Karena gerak initerjadi secara teratur, maka gerak
ini juga disebut juga dengan gerak harmonik periode (𝑇). suatu gerak harmonik
adalah waktu yang dibutuhkan untuk suatu luasan lengkap dan geraknya, yaitu
satu getaran penuh atau satu putaran sehingga dapat ditulis dengan persamaan
berikut:
𝑇= (2.20)

Dengan 𝑇 adalah periode, adalah waktu dan adalah jumlah getaran


(Giancoli, 2001).
2.9 Hukum Newton
2.9.1 Hukum I Newton

“ Jika resultan gaya (jumlah seluruh gaya) pada sebuah


benda nol, maka kecepatan benda tidak berubah (tetap)” (Ishaq,
2007).
Hukum Newton pada dasarnya menyatakan bahwa setelah
benda secara alami cenderung memertahankan keadaannya, kecuali ada
gaya yang mengganggu keadaan ini. Artinya jika benda mula-mula
diam, maka ia akan tetap diam. Tapi jika semula benda bergerak dengan
kecepatan tetap v , maka akan tetap bergerak dengan kecepatan (v) juga
dalam bahasa matematis, dituliskan sebagai berikut :

∑F = 0 (2.21)
2.9.2 Hukum II Newton
“Jika resultan gaya pada suatu benda tidak nol, maka benda
akan mengalami perubahan kecepatan.” (Ishaq, 2007).
Makna dari Hukum II newton ini adalah jika ada gaya yang
tidak berimbang terjadi pada sebuah benda, maka benda yang semula
diam akan bergerak dengan kecepatan tertentu, atau jika benda semula
bergerak dapat menjadi diam (kecepatan nol). Bertambah kecepatannya
atau melambat karena dipengaruhi gaya luar tadi. Dalam bahasa
matematika hal ini diungkapkan dalam rumus Hukum Newton yang
amat terkenal yaitu :
∑F = m.a (2.22)

dimana a adalah percepatan, m adalah massa, dan ∑F merupakan gaya


total. Simbol ∑ (sigma) berarti “jumlah dari”; F adalah gaya,
sehingga ∑F berarti jumlah vektor dari semua gaya yang bekerja pada
benda benda tersebut, yang didefiisikan sebagai gaya total (Giancoli,
2001).
2.9.3 Hukum III Newton
“ Setiap gaya (gaya aksi) yang mengenai sebuah benda
kedua, maka kedua benda tersebut akan menghasilkan gaya (gaya
reaksi) yang sama besar dan berlawanan arah pada benda pertama.”
(Ishaq, 2007).
Sifat pasangan gaya aksi reaksi adalah besar dari kedua gaya
adalah sama. Arah gaya aksi dengan reaksi berlawanan dan kedua gaya
terletak dalam satu garis lurus. Dalam ungkapan matematis hukum aksi
– reaksi ini adalah :

∑F aksi = – ∑F reaksi (2.23)

Suatu benda dikatakan bergerak apabila terjadi perubahan posisi


benda terhadap sebuah titik acuan, salah satu gerak lurus yang bekerja
pada benda adalah gerak lurus berubah beraturan (GLBB) yaitu gerak
dengan lintasan berupa garis lurus, dan kecepatannya selalu berubah
secara beraturan setiap waktu (Ishaq, 2007).
3. Metode Penelitian
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Statif Penyangga
Statif penyangga berfungsi sebagai alat untuk menggantungkan batang
berlubang.
3.1.2 Meteran
Meteran berfungsi untuk mengukur panjang dari batang berlubang.
3.1.3 Stopwatch
Stopwatch berfungsi untuk menghitung waktu yang diperlukan batang
berlubang dalam melakukan osilasi.
3.1.4 Batang Berongga
Batang berongga sebagai bahan yang digunakan dalam praktikum untuk
diukur periodenya.
3.2 Gambar Alat dan Bahan
3.2.1 Statif Pengangga

Gambar 3.1 Statif Penyangga


3.2.2 Mistar/ Meteran

Gambar 3.2 Meteran

3.2.3 Stopwatch

Gambar 3.3 Stopwatch

3.2.4 Batang Berlubang

Gambar 3.4 Batang Berlubang


3.3 Skema Alat

Gambar 3.5 Skema Alat Percobaan Bandul Fisis

Keterangan :

1. Batang Berongga sebagai bahan yang digunakan dalam praktikum untuk


diukur periodenya
2. Meteran berfungsi untu mengukur panjang batang berongga.
3. Stopwatch berfungsi untuk menghitung waktu yang diperlukan batang
berlubang dalam melakukan osilasi.
4. Statif Penyangga berfungsi sebagai alat untuk menggantungkan batang
berongga.
3.4 Diagram Alir

Mulai

Panjang (m)

Mengukur panjang dari ujung batang berlubang sampai ujung


statif

Ayunkan batang berlubang secara perlahan

Mengukur waktu dengan stopwatch 15 atau 20 osilasi yang sudah


ditentukan

Iya
Mengulangi percobaan
dengan variasi panjang
yang berbeda

Tidak

Waktu saat osilasi dan nilai gravitasi

Selesai

Gambar 3.6 Diagram Alir Percobaan Bandul Fisis


3.5 Diagram Fisis

batang berongga yang digantung pada statif penyangga dalam


keadaan diam karena dalam keadaan yang setimbang. Keadaan
setimbang batang berongga karena tidak ada gaya yang bekerja pada
batang sesuai dengan Hukum I Newton

Saat batang logam berongga diayunkan dan diberi simpangan sejauh y


dan terbentuk sudut θ, maka gaya berat batang logam berongga
berubah,sehingga terjadi gerak harmonik sederhana atau osilasi .

Saat awal berosilasi, batang berlongga memiliki energi kinetik = 0


dan energy yang ada hanyalah energy potensial maksimum.

Kemudian batang berongga akan berhenti dikarenakan adanya gaya


pemulih sesuai dengan hukum 2 Newton dan gaya gravitasi sehingga
benda kembali ke titik setimbang.

Gambar 3.7 Diagram Fisis Percobaan M-15 Bandul Fisis.


4. Daftar Pustaka
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Institut Teknologi Bandung.

Giancoli, Douglas C. 1989. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Giancoli, Douglas. 2001. FISIKA edisi kelima Jilid 1, Jakarta : Erlangga.

Halliday dan Resnick. 1987. Fisika Jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Halliday dan Resnick. 1989. Fisika Jilid I (Terjemahan). Jakarta : Penerbit


Erlangga.

Halliday, David Robert Resnick. 2010. Fisika Dasar Jilid 7. Jakarta : Erlangga.

Ishaq, Mohammad. 2007. Fisika Dasar Edisi 2. Yoguakarta: Graha Ilmu.

Tipler, P. A., 1998, Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (Terjemahan). Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Tipler, P. A., 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Young, Hugh D and Roger Freedman. 2007. University Physics with Modern
Physics 12th Edition. Boston : Addison-Wesley.
Young, Hugh dan Roger A. Friedman. 2002. Fisika Universitas Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai