KODE: K-1
JUDUL PERCOBAAN
DI SUSUN OLEH:
1|P a ge
2. Gambarkan set-up eskperimen dalam peralatan yang akan anda lakukan dan
berilah keterangan gambar dari set-up anda (20 poin)
Keterangan :
2|P a ge
melalui proses konduksi, konveksi dan radiasi.
3. Pembakar Spirtus, berfungsi sebagai media untuk memantik nyala api.
4. Selang penghubung batang logam, berfungsi sebagai media yang
diguanakan untuk meneruskan uap air pada batang logam.
5. Batang Logam Uji, berfungsi sebagai media yang digunakan
untuk diukur pertambahan panjangnya.
6. Termometer, berfungsi sebagai media untuk mengukur suhu
awal, kenaikan suhu, serta perubahan suhu yang terjadi pada
saat percobaan berlangsung.
7. Roda Kecil, berfungsi sebagai media pergeseran dalam sebuah
percobaan. Dalam roda kecil, ini diukur juga diamternya agar dapat
ditemukan sebuah jari-jari.
8. Jarum Penunjuk, berfungsi sebagai media yang dapat menunjukkan angka
pada skala ukur.
9. Skala, berfungsi untuk menunjukkan simpangan dimana, sesuai arah jarum
jam.
10. Wadah Air Tumpah, berfungsi sebagai media yang mewadahi air saat
air tersebut tumpah melalui pipa berongga.
11. Batang Penyangga
12. Batang Penyangga
13. Batang Logam Uji
3|P a ge
3. Berdasarkan persamaan-persamaan yang ada dalam buku petunjuk, jabarkan
perumusan persamaan yang akan anda gunakan untuk mendapatkan hasil-hasil
yang akan and acari dalam eksperimen (40 poin).
Namun, karena perubahan panjang (L) sangat kecil, maka digunakan alat
muchenbroke dimana
Persamaan tersebut adalah :
r×s
∆𝐿 = ×𝑠 ...(3.8)
R
𝑟
×𝑆
𝑅
𝛼 = Lo×∆T ...(3.10)
𝑟 ×𝑠
𝛼 = R × Lo×∆T ...(3.11)
4|P a ge
Turunan terhadap s
𝑑𝛼 𝑟
= ...(3.13)
𝑑𝑠 R × Lo×∆T
Turunan terhadap R
𝑑𝛼 𝑟 ×𝑠
= (R)² × Lo×∆T ...(3.14)
𝑑𝑅
Turunan terhadap Lo
𝑑𝛼 𝑟 ×𝑠
= R ×(Lo)²×∆T ...(3.15)
𝑑𝐿𝑜
Turunan terhadap ∆T
𝑑𝛼 𝑟 ×𝑠
= R ×Lo×(∆T)² ...(3.16)
𝑑∆𝑇
Sehingga :
𝑑𝛼 𝑑𝛼 𝑑𝛼 𝑑𝛼 𝑑𝛼
∆𝛼 = √( 𝑑𝑟 × ∆𝑟)² + ( 𝑑𝑟 × ∆𝑠)² + (𝑑𝑅 × ∆𝑅)² + (𝑑𝐿𝑜 × ∆𝐿𝑜)² = (𝑑∆𝑇 × ∆𝑇)²...(3.17)
Keterangan:
Lt = panjang akhir benda (m)
r = jari-jari (m)
5|P a ge
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil-hasil percobaan anda tambah/kurangi
kolom yang saudara anggap perlu (30 poin).
6|P a ge
5. Gambarkan grafik sesuai dengan data diatas pada kertas grafik yang tersedia, ingat
pemilihan sumbu yang benar akan sangat mempengaruhi grafik linier yang anda buat (40
poin).
0.008
0.007
Perubahan Panjang (m)
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
305 310 315 320 325 330
Suhu (K)
Gambar 5.1 Grafik Hubungan Antara Suhu dengan Perubahan Panjang yang Terjadi
pada Percobaan Koefisien Muai Panjang
Berdasarkan grafik diatas, dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan panjang batang
logam uji yang diikuti dengan peningkatan suhu. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya
proses konduksi yang terjadi dibatang logam uji dengan dialirkan panas sepanjang benda
tersebut, dimana menyebabkan suhu pada batang logam meningkat dan terjadi pemuaian
(memanjang).
7|P a ge
6. Berdasarkan grafik linier tersebut, hitunglah besaran - besaran yang akan anda
cari dan nyatakan hasil perhitungan anda dengan satuan yang benar. Bila hal ini
tidak mungkin dianalisis dengan grafik hitunglah besaran - besaran yang ingin anda
tentukan (nilai : 60 poin). Ingat satuan dan besaran harus sesuai penulisannya
6.1. Perhitungan 1
T = 325 K ∆T = 22 K
s = 0,007 m Lo = 0,81 m
R= 0,17 m r = 0,01115 m
𝑟 ×𝑠
𝛼 = R × Lo×∆T
0,01115 ×0,007
𝛼 = 0,17 × 0,81 × 22 = 2,57642 × 10−5
Turunan terhadap r
𝑠
R × Lo×∆T
0,007
= 0,0023
0,17 × 0,81×22
Turunan terhadap s
𝑟
R × Lo×∆T
0,01115
= 0,0036
0,17 × 0,81× 22
Turunan terhadap R
𝑟 ×𝑠
− (R)² × Lo×∆T
0,01115 × 0,007
− (0,17) 2 = −0,0001
× 0,81 ×22
Turunan terhadap Lo
𝑟 ×𝑠
− R ×(Lo)²×∆T
0,01115×0,007
− 0,17 ×(0,81)²×22 = −3,18076 × 10−5
8|P a ge
Turunan terhadap ∆T
𝑟 ×𝑠
− R ×Lo×(∆T)²
0,01115 ×0,007
− 0,17 ×0,81×(22)² = −1,1711 × 10−6
= (0,0044)
6.2 Perhitungan 2
T = 322 K ∆T = 19 K
s = 0,05 m Lo = 0,81 m
R= 0,17 m r = 0,01115 m
𝑟 ×𝑠
𝛼 = R × Lo×∆T
0,01115 ×0,005
𝛼 = 0,17 × 0,81 × 19 = 2,13087 × 10−5
Turunan terhadap r
𝑠
R × Lo×∆T
0,005
0,17 × 0,81×19
= 0,0019
Turunan terhadap s
𝑟
R × Lo×∆T
0,01115
= 0,0042
0,17 × 0,81× 19
Turunan terhadap R
9|P a ge
𝑟 ×𝑠
− (R)² × Lo×∆T
0,01115 × 0,005
− (0,17) 2 × 0,81 ×19 = −0,0001
Turunan terhadap Lo
𝑟 ×𝑠
−
R ×(Lo)²×∆T
0,01115×0,005
− 0,17 ×(0,81)²×19 = −2,63071 × 10−5
Turunan terhadap ∆T
𝑟 ×𝑠
− R ×Lo×(∆T)²
0,01115 ×0,005
− = −1,12151 × 10−6
0,17 ×0,81×(19)²
= (0,0046)
No. r s R 𝐿0 ∆T
3. 0,0015 0,0057 -0,0001 -2,14215 × -1,2393 × 10−6
10−5
4. 0,0016 0,0089 -0,0001 -2,22149 × -1,99934 × 10−6
10−5
5. 0,0010 0,0115 -6,80446 × -1,4281 × -1,65251 × 10−6
10−5 10−5
10 | P a g e
Tabel 6.2 Hasil 𝛼 ± ∆𝛼 Data Ke-3,4, dan 5
11 | P a g e
PEMBAHASAN
Pada hari Jumat, 29 Oktober 2021 telah dilakukan percobaan K-1 dengan judul
Koefisien Muai Panjang. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan
koefisien muai panjang suatu batang logam. Dimana batang logam tersebut dipanaskan
sengan menggunakan rangkaian alat yang bernama Mussechbroke. Dengan lima variasi
perubahan suhu. Dalam percobaan di butuhkan alat pendukung atau bisa disebut alat dan
bahan berupa meteran yang berfungsi sebagai pengukur panjang logam, termometer
berfungsi sebagai pengukur suhu, jangka sorong sebgai pengukur diameter roda kecil,
kompor yang digunakan sebagai pemanas ketel, batang logam merupakan bahan yang
diuji untuk diujur panjangnya, roda kecil untuk menggeser jarum, dan skala untuk
menunjukkan hasil pertambahan panjang batang logam. Cara kerja dari percobaan
koefisien muai panjang dimulai dengan mengukur suhu dari logam dengan termometer,
mengukur diameter roda kecil untuk menentukan jari-jari dengan jangka sorong,
kemudian memanaskan ketel. Memanaskan kompor hingga suhunya naik, dan dilanjut
mengukur pertambahan panjang dengan melihat skala tkecil yang ada dibawah jarum
penunjuk skala. Setelah termometer menunjukkan suhu pada derajat tertentu, kemudian
kompor dimatikan dan dilihat pertambahan panjangnya. Dilakukan pengulangan dengan
variasi suhu yang berbeda.
Proses fisis yang ada dalam bercobaan koefisien muai panjang diawali dengan
kompor mulai dinyalakan dan ketel yang ditempatkan diatas kompor memanas, terjadi
perpindahan kalor secara induksi dari api menuju ketel. Kemudian kalor akan berpindah
secara konveksi. Dimana kalor akan merambat pada bagian permukaan ketel sehingga
menyebabkan air mulai bergerak naik turun. Selanjutnya terjadi proses penguapan air
yang sedang dipanaskan sehingga menghasilkan uap air. Uap air tersebut kemudian
menyebar di permukaan batang logam hingga logam mengalami pemuaian. Semakin
besar pertambahan suhu, maka pemuaian yang terjadi juga semakin besar sehingga batang
semakin panjang. Ketika suhu mengalami penurunan dan kembali ke suhu awal, maka
panjang batang logam pun akan Kembali ke ukuran semula.
Pada percobaan ini didapatkan hasil pada seluruh data, koefisien muai panjangnya
beserta ralat rambatnya adalah sebagai berikut :
12 | P a g e
1. Data 1 : 2,57642 × 10−5 ± 0,0044
2. Data 2 : 2,13087 × 10−5 ± 0,0046
3. Data 3 : 1,73514 × 10−5 ± 0,0058
4. Data 4 : 1,7994 × 10−5 ± 0,0090
5. Data 5 : 1,15676 10−5 ± 0,0115
Dengan hasil diperoleh dari percobaan koefisien muai panjang yaitu besar rata-
rata koefisien dari semua data adalah :
1,87972 × 10−5
dimana sudah hampir sama dengan koefisien muai panjang logam pada umumnya.
13 | P a g e
KESIMPULAN
Pada percobaan koefisien muai panjang dapat ditentukan nilai koefisien dari
batang logam adalah :
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu koefisien
muai panjang benda, dan juga besar perubahan suhu pada waktu pemanasan. Koefisien
muai panjang benda juga dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan. Koefisien muai
panjang suatu benda adalah perbandingan antara pertambahan panjang terhadap panjang
awal benda per satuan kenaikan suhu. Jika suatu benda padat dipanaskan maka benda
tersebut akan memuai ke segala arah, dengan kata lain ukuran panjang bertambahnya
ukuran panjang suatu benda karena benda menerima kalor.
14 | P a g e
K-1
NIM : 24040121120034
Kelompok : 5 (Lima)
Jurusan : Fisika S1
Waktu : 15.10-15.50
Data Percobaan
𝐿0 = 81 𝑐𝑚
𝑇0 = 30℃
𝑑 = 2,23 𝑐𝑚
𝑟 = 1,115 𝑐𝑚
𝑅 = 17 𝑐𝑚
15 | P a g e
Semarang, 29 Oktober 2021
Asisten, Praktikan,
16 | P a g e
PERCOBAAN K-1
I. Tujuan Percobaan
2.1 Suhu
2.2 Kalor
17 | P a g e
Jika panas mengalir ke suatu benda, suhu benda naik (dengan
asumsi tidak ada penambahan fasa). Tapi banyak kenaikan suhu itu
tergantung. Pada awal abad-18, para peneliti telah mengakui bahwa
jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah suhu bahan tertentu
sebanding dengan massa bahan yang ada dan perubahan suhu.
Kesederhanaan yang luar biasa di alam ini dapat dinyatakan dalam
persamaan :
𝑄 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑡 … (2.1)
(Giancoli, 2014)
Gambar 2.1
(Abdullah, 2016)
2.3.1 Konduksi
18 | P a g e
bergerak lebih kencang (memiliki energi kinetik lebih besar). Akibatnya
elektron bermigrasi ke lokasi yang memiliki energi kinetik lebih rendah
(bagian zat yang lebih dingin). Migrasi tersebut menyebabkan tumbukan
elektron yang berenergi tinggi dengan elektron yang berenergi rendah
sehingga elektron yang berenergi rendah menjadi berenergi tinggi yang
direpresentasikan oleh kenaikan suhu. Begitu seterusnya sehingga
electron yang berenergi tinggi tersebar makin jauh dari lokasi pemanasan.
Peristiwa ini merepresentasikan perambatan kalor secara konduksi.
𝑇𝑡 −𝑇𝑙
𝑞 = 𝑘𝐴 ( )𝑑 … (2.2)
𝐿
Keterangan :
19 | P a g e
(Abdullah, 2016)
2.3.2 Konveksi
20 | P a g e
selanjutnya bergerak ke atas. Fluida yang berada di atas dan memiliki suhu
lebih rendah turun mengisi ruang yang ditinggalkan di dasar panci. Begitu
seterusnya sehingga terjadi aliran terus-menerus fluida dari dasar panci ke
atas. Dan pada akhirnya semua bagian fluida menacapai suhu yang sama.
𝑄
= ℎ. 𝐴. ∆𝑡 … (2.3)
𝑡
Keterangan :
(Hakim, 2016)
2.3.3 Radiasi
21 | P a g e
Mengapa panas bisa merambat secara radiasi? Jawabannya adalah
panas tersebut dibawa oleh gelombang elektromagnetik. Setiap benda
memancarkan gelombang elektromagnetik. Energi gelombang yang
dipancarkan makin besar jika suhu benda masing tinggi. Salah satu
komponen gelombang yang dipancarkan tersebut adalah gelombang
inframerah yang membawa sifat panas. Makin tinggi suhu benda maka
makin banyak pula energi gelombang inframerah yang dipancarkan
sehingga makin panas benda tersebut terasa pada jarak tertentu (Abdullah,
2016).
C = λ.v … (2.4)
Keterangan :
c = kecepatan cahaya
ν = frekuensi
(Hakim, 2016)
22 | P a g e
satu dengan lainnya (Rompas, 2015).
Termodinamika adalah ilmu yang menghubungkan panas dengan
mekanika. Dua benda dalam keseimbangan panas jika tidak ada
pertukaran kalor antara dua benda tersebut saat keduanya disentuhkan.
Kondisi ini hanya dapat dicapai jika suhu kedua benda sama. Sebab
perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu. Berkaitan
dengan keseimbangan panas, kita memiliki hukum ke nol
termodinamika. Hukum ini menyatakan :
“Jika benda A berada dalam keseimbangan panas dengan
benda B dan benda B dalam keseimbangan panas dengan benda C,
maka Benda A berada dalam keseimbangan panas dengan benda C“
Gambar 2.2
Wadah A berisi air, wadah B berisi minyak, dan wadah C berisi
gliserin. Misalkan wadah yang berisi air dan minyak disentuhkan dan
tidak diamati adanya perubahan suhu pada keduanya maka air dan
minyak, maka kita katakan berada dalam keseimbangan panas. Setelah
disentuhkan dengan air, misalkan wadah berisi minyak disentuhkan
dengan wadah berisi gliserin, dan juga tidak diamati adanya perubahan
suhu keduanya, maka minyak dan gliserin juga berada dalam
keseimbangan panas. Maka wadah berisi air dan wadah berisi gliserin
tidak mengalami perubahan suhu ketika disentuhkan (Abdullah, 2017).
2.4.2 Hukum I Termodinamika
Bunyi hukum Termodinamika I adalah “Energi tidak dapat
diciptakan ataupun dimusnahkan, melainkan hanya dapat diubah
bentuknya saja” (Agreement dan Material, 2006).
Jika selama gas mengalami suatu proses maka ada beberapa
peristiwa yang dapat terjadi, seperti :
1) Energi dalam yang dimiliki gas berubah.
2) Muncul kerja yang dilakukan oleh gas atau yang dilakukan
23 | P a g e
oleh lingkungan.
3) Ada pertukaran kalor antara gas dan lingkungan. Peristiwa
yang terjadi dalam hukum termodinamika pertama menjelaskan
bahwa terjadi interaksi antara sistem dan lingkungan.
Dalam hukum termodinamika pertama dijelaskan bahwa
perubahan energi dalam dalam sistem yang tertutup, ∆t (℃), akan sama
dengan kalor yang ditambahkan kesistem dikurangi kerja yang
dilakukan oleh sistem dalam bentuk persamaan :
∆𝑡 = 𝑄 − 𝑊 … (2.5)
Keterangan :
Q = kalor total yang di tambahkan kesistem (Joule/ kalori)
W = usaha kerja total yang dilakukan (Joule/ kalori)
Hukum pertama termodinamika adalah sebuah persamaan
kekekalan energi yang menyatakan bahwa satu-satunnya jenis energi
yang berubah dalam sistem adalah energi dalam. Dalam hal ini, tidak ada
perpindahan energi berupa kalor dan usaha yang diberikan pada sistem
bernilai nol, oleh sebab itu energi dalamnnya konstan. Sehingga dapat
disimpulkan pada keadaan ini energi dalam bersifat tetap atau konstan
(Eksperimental dan Stirling: 47-5).
2.4.3 Hukum II Termodinamika
Hukum kedua termodinamika dinyatakan dengan entropi. Pada
hukum pertama, energi dalam digunakan untuk mengenali perubahan
yang diperbolehkan sedangkan pada hukum kedua entropi digunakan
mengenali perubahan spontan di antara perubahan–perubahan yang
diperbolehkan ini. Hukum kedua berbunyi entropi suatu sistem
bertambah selama ada perubahan spontan.
Proses irreversibel (seperti pendinginan hingga mencapai
temperatur yang sama dengan lingkungan dan pemuaian bebas dari gas)
adalah proses spontan, sehingga proses itu disertai dengan kenaikkan
entropi. Proses irreversibel menghasilkan entropi, sedangkan proses
reversibel adalah perubahan yang sangat seimbang, dengan sistem dalam
keseimbangan dengan lingkungannya pada setiap tahap. Proses
24 | P a g e
reversibel tidak menghasilkan entropi, melainkan hanya memindahkan
entropi dari suatu bagian sistem terisolasi ke bagian lainnya.
Semakin tinggi entropi suatu sistem, semakin tidak teratur pula
sistem tersebut, sistem menjadi lebih rumit, kompleks, dan sulit
diprediksi. Untuk mengetahui konsep keteraturan, mula-mula kita perlu
membahas hukum kedua termodinamika yang dikenal sebagai
ketidaksamaan Clausius dan dapat diterapkan pada setiap siklus tanpa
memperhatikan dari benda mana siklus itu mendapatkan energi melalui
perpindahan kalor. Ketidaksamaan Clausius mendasari dua hal yang
digunakan untuk menganalisis sistem tertutup dan volume atur
berdasarkan hukum kedua termodinamika yaitu sifat entropi dan neraca
entropi (Evalina et al, 2019).
a. Jika dua buah benda yang berbeda suhunya kemudian dicampur, maka
benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu
akhirnya akan sama (tetap)
b. Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas
c. Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor
yang diserap bila dipanaskan
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
25 | P a g e
Keterangan :
Energi yang melepas atau menyerap panas dalam proses kimia dan
fisik dapat ditentukan dengan kalorimetri. Kalorimeter adalah alat untuk
mengukur perpindahan energi sebagai panas. Perangkat yang paling
umum untuk mengukur perubahan energi dalam (∆U) adalah kalorimeter
bom adiabatik pada tekanan konstan (Atkins, 2006).
26 | P a g e
larutan terlihat mengalami penurunan, sehingga perubahan suhu pada
larutan dapat diukur (Kotz et al, 2011).
∆𝑙 ∝ 𝑙0 ∆𝑇 … (2.7)
Keterangan :
T = perubahan suhu
T = T – T0 (℃)
Gambar 2.3
(Abdullah, 2016)
27 | P a g e
Koefisien muai panjang adalah adalah konstanta yang sangat kecil
dibandingkan dengan satu, maka kudrat dari konstanta muai panjang
menjadi jauh lebih kecil lagi. Sebagai contoh, jika koefisien muai panjang
memiliki orde 10−5 maka kuadratnya memiliki orde 10−10 .
∆𝑙 = 𝛼𝑙0 ∆𝑇 … (2.8)
𝑙 = 𝑙0 + ∆𝑙 … (2.9)
Gambar 2.4
(Abdullah, 2016)
28 | P a g e
III. Metode Penelitian
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Meter_Ukur)
29 | P a g e
Gambar 3.2 Termometer
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Thermometer)
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong)
(Sumber : popmama.com)
30 | P a g e
Gambar 3.5 Ketel
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Kettle)
(Sumber : Lazada.co.id)
(Sumber : id.bossgoo.com)
(Sumber : indonesian.alibaba.com)
31 | P a g e
Gambar 3.9 Air
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Air)
32 | P a g e
3.3 Skema Alat
Keterangan:
1. Ketel
2. Kompor
3. Pembakar Spirtus
4. Selang
5. Batang Logam Uji
33 | P a g e
6. Termometer
7. Roda Pengukur
8. Jarum Penunjuk
9. Skala
10. Kotak/Wadah
11. Batang Penyangga
12. Batang Penyangga
13. Batang Logam Uji
14. Jangka Sorong
15. Meteran
34 | P a g e
3.4 Diagram Alir
Mulai
Mengulangi
percobaan
dengan suhu
akhir yang
berbeda
Koefisien muai
panjang (𝛼)
Selesai
35 | P a g e
3.5 Diagram Fisis
36 | P a g e
Daftar Pustaka
Abdullah, Mikrajuddin (Ed). 2017. Fisika Dasar I. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Adriyan Warokka dan Silvy Dollorossa Boedi. 2020. Termodinamika Teknik. Manado:
Polimdo Press.
Atkins, P. dan Paula D. J. 2006. Physical Chemistry. 8th Edition. Oxford: Oxford
University Press.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika Prinsip dan Aplikasi. 7th ed. Jakarta: Erlangga.
Hakim, Legisnal. 2016. Analisa Teoritis Laju Aliran Kalor Pada Ketel Uap Pipa Api
Mini Industri Tahu Di Tinjau Dari Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh.
Riau: Universitas Muhammadiyah Riau.
Kotz, J. C. Trechel, P. M., dan Townsend, J. 2011. Chemistry and Chemical reactivity.
8th Edition. USA: Brooks/Cole.
Resky Perdana Yanti, Muh. Said L, dan Ihsan. 2014. STUDI PENENTUAN NILAI
KALORI PADA BUAH DURIAN (Durio zibethinus). Makassar: Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
37 | P a g e
T.D. Rompas Parabelem. 2015. Termodinamika Teknik I. Tondano: Unima Press.
38 | P a g e