Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KODE: K-1

JUDUL PERCOBAAN

KOEFISIEN MUAI PANJANG

DI SUSUN OLEH:

NAMA : MUTIARA ELOK SILVANA


NIM : 24040121120034
JURUSAN/PROGRAM STUDI : FISIKA
KELAS :B NO REGU : V
HARI : JUMAT TANGGAL : 29-10-2021
PRAKTIKUM KE :3 JAM : 15.10-15.50
ASISTEN : SEPTI NILAM SARI

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
1. Tentukan besaran (observabel) fisis apa saja yang dapat anda lakukan amati/ukur
secara langsung terkait dengan besaran yang hendak anda cari dalam percobaan
anda (10 poin)

Tabel 1.1 Besaran Fisis Percobaan Koefisien Muai Panjang


Besaran Lambang Satuan Dimensi
Panjang L m [L]
Suhu T K [𝜃]
Waktu s t [T]

1|P a ge
2. Gambarkan set-up eskperimen dalam peralatan yang akan anda lakukan dan
berilah keterangan gambar dari set-up anda (20 poin)

Gambar 2.1 Set Up Alat Percobaan Koefisien Muai Panjang

Gambar 2.2 Jangka Sorong

Gambar 2.3 Meteran

Keterangan :

1. Ketel, berfungsi sebagai media untuk mewadahi atau menampung


air serta berfungsi untuk menghasilkan uap air.
2. Kompor, berfungsi sebagai media untuk memanaskan air pada ketel

2|P a ge
melalui proses konduksi, konveksi dan radiasi.
3. Pembakar Spirtus, berfungsi sebagai media untuk memantik nyala api.
4. Selang penghubung batang logam, berfungsi sebagai media yang
diguanakan untuk meneruskan uap air pada batang logam.
5. Batang Logam Uji, berfungsi sebagai media yang digunakan
untuk diukur pertambahan panjangnya.
6. Termometer, berfungsi sebagai media untuk mengukur suhu
awal, kenaikan suhu, serta perubahan suhu yang terjadi pada
saat percobaan berlangsung.
7. Roda Kecil, berfungsi sebagai media pergeseran dalam sebuah
percobaan. Dalam roda kecil, ini diukur juga diamternya agar dapat
ditemukan sebuah jari-jari.
8. Jarum Penunjuk, berfungsi sebagai media yang dapat menunjukkan angka
pada skala ukur.
9. Skala, berfungsi untuk menunjukkan simpangan dimana, sesuai arah jarum
jam.
10. Wadah Air Tumpah, berfungsi sebagai media yang mewadahi air saat
air tersebut tumpah melalui pipa berongga.
11. Batang Penyangga
12. Batang Penyangga
13. Batang Logam Uji

14. Batang Penyangga


15. Jangka sorong yang berfungsi mengukur panjang benda dengan ketelitian
0,05 mm
16. Meteran berfungsi untuk mengukur panjang logam.

3|P a ge
3. Berdasarkan persamaan-persamaan yang ada dalam buku petunjuk, jabarkan
perumusan persamaan yang akan anda gunakan untuk mendapatkan hasil-hasil
yang akan and acari dalam eksperimen (40 poin).

Perumusan koefisien muai panjang


 Perubahan panjang sebanding dengan perubahan suhu
3.1. persamaan pemuaian benda padat
𝐿𝑡 = 𝐿𝑜 (1 + 𝛼 × ∆𝑇) ...(3.1)
𝐿𝑡 = 𝐿𝑜 + 𝐿𝑜 × 𝛼 × ∆𝑇 ...(3.2)
𝐿𝑡 − 𝐿𝑜 = 𝐿𝑜 × ∆𝑇 ...(3.3)
∆𝐿 = 𝐿𝑜 × 𝛼 × ∆𝑇 ...(3.4)
Karena terjadi perubahan panjang maka:
∆𝐿 = 𝐿𝑜 × 𝛼 × ∆𝑇 ...(3.5)
∆L
𝛼= ...(3.6)
Lo × ∆T
Lt−Lo
𝛼 = Lo ×(T1−T0) ...(3.7)

Namun, karena perubahan panjang (L) sangat kecil, maka digunakan alat
muchenbroke dimana
Persamaan tersebut adalah :
r×s
∆𝐿 = ×𝑠 ...(3.8)
R

Sehingga, persamaan (3.6) dan (3.8) disubstitusikan


∆L
𝛼 = Lo×∆T ...(3.9)

𝑟
×𝑆
𝑅
𝛼 = Lo×∆T ...(3.10)

𝑟 ×𝑠
𝛼 = R × Lo×∆T ...(3.11)

3.2. Ralat rambat


Turunan terhadap r
𝑑𝛼 𝑆
= ...(3.12)
𝑑𝑟 R × Lo×∆T

4|P a ge
Turunan terhadap s
𝑑𝛼 𝑟
= ...(3.13)
𝑑𝑠 R × Lo×∆T

Turunan terhadap R
𝑑𝛼 𝑟 ×𝑠
= (R)² × Lo×∆T ...(3.14)
𝑑𝑅

Turunan terhadap Lo
𝑑𝛼 𝑟 ×𝑠
= R ×(Lo)²×∆T ...(3.15)
𝑑𝐿𝑜

Turunan terhadap ∆T
𝑑𝛼 𝑟 ×𝑠
= R ×Lo×(∆T)² ...(3.16)
𝑑∆𝑇

Sehingga :
𝑑𝛼 𝑑𝛼 𝑑𝛼 𝑑𝛼 𝑑𝛼
∆𝛼 = √( 𝑑𝑟 × ∆𝑟)² + ( 𝑑𝑟 × ∆𝑠)² + (𝑑𝑅 × ∆𝑅)² + (𝑑𝐿𝑜 × ∆𝐿𝑜)² = (𝑑∆𝑇 × ∆𝑇)²...(3.17)

Keterangan:
Lt = panjang akhir benda (m)

Lo = panjang benda mula-mula (m)

∆T = perubahan suhu (ºC)

To = suhu awal (ºC)

T1 = suhu akhir (ºC)

∆L = perubahan panjang (m)

r = jari-jari (m)

R = panjang jarum (m)

S = skala yang dibutuhkan (m)

α = koefisien muai panjang (/ºC)

5|P a ge
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil-hasil percobaan anda tambah/kurangi
kolom yang saudara anggap perlu (30 poin).

Panjang Awal Logam


Lo = 0,81 m
 Suhu Awal
To = 303 ̊K
 Jari-jari Roda Kecil
r = 0,01115 m
 Panjang Jarum
R = 0,17 m
 Perhitungan Ralat
∆𝑟 = ∆s = ∆R = ∆To = ∆𝐿0 = 5 × 10−5 (skala terkecil)

Tabel 4.1 Hasil Percobaan Koefisien Muai Panjang

No. Penurunan Suhu (K) Perubahan Panjang (m)


1. 325 0,007
2. 322 0,005
3. 317 0,003
4. 312 0,002
5. 310 0,001

6|P a ge
5. Gambarkan grafik sesuai dengan data diatas pada kertas grafik yang tersedia, ingat
pemilihan sumbu yang benar akan sangat mempengaruhi grafik linier yang anda buat (40
poin).

0.008
0.007
Perubahan Panjang (m)

0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
305 310 315 320 325 330
Suhu (K)

Gambar 5.1 Grafik Hubungan Antara Suhu dengan Perubahan Panjang yang Terjadi
pada Percobaan Koefisien Muai Panjang

 Suhu (K) sebagai sumbu x


 Perubahan Panjang (m) sebagai sumbu y

Berdasarkan grafik diatas, dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan panjang batang
logam uji yang diikuti dengan peningkatan suhu. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya
proses konduksi yang terjadi dibatang logam uji dengan dialirkan panas sepanjang benda
tersebut, dimana menyebabkan suhu pada batang logam meningkat dan terjadi pemuaian
(memanjang).

7|P a ge
6. Berdasarkan grafik linier tersebut, hitunglah besaran - besaran yang akan anda
cari dan nyatakan hasil perhitungan anda dengan satuan yang benar. Bila hal ini
tidak mungkin dianalisis dengan grafik hitunglah besaran - besaran yang ingin anda
tentukan (nilai : 60 poin). Ingat satuan dan besaran harus sesuai penulisannya

6.1. Perhitungan 1
T = 325 K ∆T = 22 K
s = 0,007 m Lo = 0,81 m
R= 0,17 m r = 0,01115 m

𝑟 ×𝑠
𝛼 = R × Lo×∆T
0,01115 ×0,007
𝛼 = 0,17 × 0,81 × 22 = 2,57642 × 10−5

Turunan terhadap r
𝑠
R × Lo×∆T
0,007
= 0,0023
0,17 × 0,81×22

Turunan terhadap s
𝑟
R × Lo×∆T
0,01115
= 0,0036
0,17 × 0,81× 22

Turunan terhadap R
𝑟 ×𝑠
− (R)² × Lo×∆T
0,01115 × 0,007
− (0,17) 2 = −0,0001
× 0,81 ×22

Turunan terhadap Lo
𝑟 ×𝑠
− R ×(Lo)²×∆T

0,01115×0,007
− 0,17 ×(0,81)²×22 = −3,18076 × 10−5

8|P a ge
Turunan terhadap ∆T

𝑟 ×𝑠
− R ×Lo×(∆T)²

0,01115 ×0,007
− 0,17 ×0,81×(22)² = −1,1711 × 10−6

(0,0023)² + (0,0036)² + (−0,0001)² +


∆𝛼 = √
(−3,18076 × 10−5 )² + (−1,1711 × 10−6 )²

= (0,0044)

∴ (𝛼 ± 𝛥𝛼) = (2,57642 × 10−5 ± 0,0044)

6.2 Perhitungan 2
T = 322 K ∆T = 19 K
s = 0,05 m Lo = 0,81 m
R= 0,17 m r = 0,01115 m

𝑟 ×𝑠
𝛼 = R × Lo×∆T
0,01115 ×0,005
𝛼 = 0,17 × 0,81 × 19 = 2,13087 × 10−5

Turunan terhadap r
𝑠
R × Lo×∆T
0,005
0,17 × 0,81×19
= 0,0019

Turunan terhadap s
𝑟
R × Lo×∆T
0,01115
= 0,0042
0,17 × 0,81× 19

Turunan terhadap R

9|P a ge
𝑟 ×𝑠
− (R)² × Lo×∆T
0,01115 × 0,005
− (0,17) 2 × 0,81 ×19 = −0,0001

Turunan terhadap Lo
𝑟 ×𝑠

R ×(Lo)²×∆T

0,01115×0,005
− 0,17 ×(0,81)²×19 = −2,63071 × 10−5

Turunan terhadap ∆T

𝑟 ×𝑠
− R ×Lo×(∆T)²

0,01115 ×0,005
− = −1,12151 × 10−6
0,17 ×0,81×(19)²

(0,0019)² + (0,0042)² + (−0,0001)² +


∆𝛼 = √
(−2,63071 × 10−5 )² + (−1,12151 × 10−6 )²

= (0,0046)

∴ (𝛼 ± 𝛥𝛼) = (2,13087 × 10−5 ± 0,0046)

Tabel 6.1 Hasil Perhitungan Data Ke-3,4, dan 5

No. r s R 𝐿0 ∆T
3. 0,0015 0,0057 -0,0001 -2,14215 × -1,2393 × 10−6
10−5
4. 0,0016 0,0089 -0,0001 -2,22149 × -1,99934 × 10−6
10−5
5. 0,0010 0,0115 -6,80446 × -1,4281 × -1,65251 × 10−6
10−5 10−5

10 | P a g e
Tabel 6.2 Hasil 𝛼 ± ∆𝛼 Data Ke-3,4, dan 5

DATA 3 DATA4 DATA 5


𝛼 ± ∆𝛼 (1,73514 × 10−5 ± (1,7994 × 10−5 ± 0,0090) (1,15676 10−5 ±
0,0058) 0,0115)

11 | P a g e
PEMBAHASAN

Pada hari Jumat, 29 Oktober 2021 telah dilakukan percobaan K-1 dengan judul
Koefisien Muai Panjang. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan
koefisien muai panjang suatu batang logam. Dimana batang logam tersebut dipanaskan
sengan menggunakan rangkaian alat yang bernama Mussechbroke. Dengan lima variasi
perubahan suhu. Dalam percobaan di butuhkan alat pendukung atau bisa disebut alat dan
bahan berupa meteran yang berfungsi sebagai pengukur panjang logam, termometer
berfungsi sebagai pengukur suhu, jangka sorong sebgai pengukur diameter roda kecil,
kompor yang digunakan sebagai pemanas ketel, batang logam merupakan bahan yang
diuji untuk diujur panjangnya, roda kecil untuk menggeser jarum, dan skala untuk
menunjukkan hasil pertambahan panjang batang logam. Cara kerja dari percobaan
koefisien muai panjang dimulai dengan mengukur suhu dari logam dengan termometer,
mengukur diameter roda kecil untuk menentukan jari-jari dengan jangka sorong,
kemudian memanaskan ketel. Memanaskan kompor hingga suhunya naik, dan dilanjut
mengukur pertambahan panjang dengan melihat skala tkecil yang ada dibawah jarum
penunjuk skala. Setelah termometer menunjukkan suhu pada derajat tertentu, kemudian
kompor dimatikan dan dilihat pertambahan panjangnya. Dilakukan pengulangan dengan
variasi suhu yang berbeda.

Proses fisis yang ada dalam bercobaan koefisien muai panjang diawali dengan
kompor mulai dinyalakan dan ketel yang ditempatkan diatas kompor memanas, terjadi
perpindahan kalor secara induksi dari api menuju ketel. Kemudian kalor akan berpindah
secara konveksi. Dimana kalor akan merambat pada bagian permukaan ketel sehingga
menyebabkan air mulai bergerak naik turun. Selanjutnya terjadi proses penguapan air
yang sedang dipanaskan sehingga menghasilkan uap air. Uap air tersebut kemudian
menyebar di permukaan batang logam hingga logam mengalami pemuaian. Semakin
besar pertambahan suhu, maka pemuaian yang terjadi juga semakin besar sehingga batang
semakin panjang. Ketika suhu mengalami penurunan dan kembali ke suhu awal, maka
panjang batang logam pun akan Kembali ke ukuran semula.

Pada percobaan ini didapatkan hasil pada seluruh data, koefisien muai panjangnya
beserta ralat rambatnya adalah sebagai berikut :

12 | P a g e
1. Data 1 : 2,57642 × 10−5 ± 0,0044
2. Data 2 : 2,13087 × 10−5 ± 0,0046
3. Data 3 : 1,73514 × 10−5 ± 0,0058
4. Data 4 : 1,7994 × 10−5 ± 0,0090
5. Data 5 : 1,15676 10−5 ± 0,0115

Dengan hasil diperoleh dari percobaan koefisien muai panjang yaitu besar rata-
rata koefisien dari semua data adalah :

1,87972 × 10−5

dimana sudah hampir sama dengan koefisien muai panjang logam pada umumnya.

13 | P a g e
KESIMPULAN

Pada percobaan koefisien muai panjang dapat ditentukan nilai koefisien dari
batang logam adalah :

𝛼 1 ± 𝑑𝑎1 = 2,57642 × 10−5 ± 0,0044

𝛼 ² ± 𝑑𝑎² = 2,13087 × 10−5 ± 0,0046

𝛼 ₃ ± 𝑑𝑎³ = 1,73514 × 10−5 ± 0,0058

𝛼 ⁴ ± 𝑑𝑎⁴ = 1,7994 × 10−5 ± 0,0090

𝛼 ⁵ ± 𝑑𝑎⁵ = 1,15676 10−5 ± 0,0115

Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu koefisien
muai panjang benda, dan juga besar perubahan suhu pada waktu pemanasan. Koefisien
muai panjang benda juga dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan. Koefisien muai
panjang suatu benda adalah perbandingan antara pertambahan panjang terhadap panjang
awal benda per satuan kenaikan suhu. Jika suatu benda padat dipanaskan maka benda
tersebut akan memuai ke segala arah, dengan kata lain ukuran panjang bertambahnya
ukuran panjang suatu benda karena benda menerima kalor.

14 | P a g e
K-1

Koefisien Muai Panjang

Nama : Mutiara Elok Silvana

NIM : 24040121120034
Kelompok : 5 (Lima)

Jurusan : Fisika S1

Hari/Tanggal : Jumat/29 Oktober 2021

Waktu : 15.10-15.50

Data Percobaan

𝐿0 = 81 𝑐𝑚

𝑇0 = 30℃

𝑑 = 2,23 𝑐𝑚

𝑟 = 1,115 𝑐𝑚

𝑅 = 17 𝑐𝑚

Tabel 1 Hasil Percobaan Koefisien Muai Panjang

No. Penurunan Suhu (℃) Perubahan Panjang (mm)


1. 52 7
2. 49 5
3. 44 3
4. 39 2
5. 37 1

15 | P a g e
Semarang, 29 Oktober 2021

Asisten, Praktikan,

Septi Nilam Sari Mutiara Elok Silvana

NIM 2404011920031 NIM 24040121120034

16 | P a g e
PERCOBAAN K-1

KOEFISIEN MUAI PANJANG

I. Tujuan Percobaan

1.1 Menentukan koefisien muai panjang logam

II. Dasar Teori

2.1 Suhu

Suhu adalah besaran fisika yang sangat penting dalam kehidupan


kita maupun dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Suhu adalah besaran
fisika yang hanya dapat dirasakan. Tubuh kita dapat merasakan suhu
dalam bentuk rasa panas atau dingin. Ketika menyentuh es, otak
memberikan informasi rasa dingin. Ketika berada di terik matahari, otak
memberikan informasi rasa panas. Tampak di sini bahwa suhu adalah
ukuran derajat panas suatu benda. Pada suhu lebih tinggi atom-atom atau
molekul-molekul penyusun benda bergetar lebih kencang. Akibatnya,
energi yang dimiliki partikel menjadi lebih tinggi. Ketika kita menyentuh
benda tersebut maka akan terjadi perpindahan energi dari partikel benda
ke tangan kita. Akibatnya tangan merasakan lebih panas (Abdullah, 2016).

2.2 Kalor

Kalor (atau panas) sebenarnya adalah energi kinetik (mikroskopis)


partikel-partikel penyusun suatu benda. Gerak partikel-partikel penyusun
benda tadi tidak tampak secara makroskopis, gerakannya sangat acak dan
inilah yang tampak atau teramati sebagai panas. Sebagai bentuk energi
kinetik, tentunya kalor dapat berpindah. Perpindahan kalor ini terjadi
dengan cara perpindahan energi kinetik partikel-partikel penyusun benda
ke partikel lain (yang mungkin merupakan partikel penyusun benda lain)
(Satriawan, 2012).

17 | P a g e
Jika panas mengalir ke suatu benda, suhu benda naik (dengan
asumsi tidak ada penambahan fasa). Tapi banyak kenaikan suhu itu
tergantung. Pada awal abad-18, para peneliti telah mengakui bahwa
jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah suhu bahan tertentu
sebanding dengan massa bahan yang ada dan perubahan suhu.
Kesederhanaan yang luar biasa di alam ini dapat dinyatakan dalam
persamaan :

𝑄 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑡 … (2.1)

(Giancoli, 2014)

2.3 Perpindahan Kalor

Sebagai bentuk energi kinetik, tentunya kalor dapat berpindah.


Perpindahan kalor ini terjadi dengan cara perpindahan energi kinetik
partikel-partikel penyusun benda ke partikel lain (yang mungkin
merupakan partikel penyusun benda lain) (Satriawan, 2012).

Gambar 2.1

(Abdullah, 2016)

2.3.1 Konduksi

Konduksi adalah perpindahan kalor dari satu tempat ke tempat lain


melalui benda. Tetapi selama kalor berpindah tidak ada bagian benda
maupun atom atau molekul penyusun benda yang ikut berpindah. Ketika
ujung zat dipanaskan maka elektron-elektron pada bagian tersebut

18 | P a g e
bergerak lebih kencang (memiliki energi kinetik lebih besar). Akibatnya
elektron bermigrasi ke lokasi yang memiliki energi kinetik lebih rendah
(bagian zat yang lebih dingin). Migrasi tersebut menyebabkan tumbukan
elektron yang berenergi tinggi dengan elektron yang berenergi rendah
sehingga elektron yang berenergi rendah menjadi berenergi tinggi yang
direpresentasikan oleh kenaikan suhu. Begitu seterusnya sehingga
electron yang berenergi tinggi tersebar makin jauh dari lokasi pemanasan.
Peristiwa ini merepresentasikan perambatan kalor secara konduksi.

Penyebab lain peristiwa konduksi adalah getaran atom zat padat di


sekitar posisi setimbangnya. Ketika atom-atom di lokasi pemanasan
bergetar lebih kencang maka atom-atom yang bertetangga ikut bergetar
lebih kencang dari sebelumnya. Getaran kencang atom tetangga ini diikuti
oleh tetangga yang lebih jauh. Begitu seterusnya sehingga terjadi
perpindahan getaran atom. Pada akhirnya semua atom dalam zat bergetar
lebh kencang. Ini merepresentasikan fenomena perambatan kalor. Karena
tidak ada atom yang berpindah (hanya getaran yang lebh kencang saja
yang berpindah) maka ini pun merupakan peristiwa konduksi.

Laju kalor konduksi dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑇𝑡 −𝑇𝑙
𝑞 = 𝑘𝐴 ( )𝑑 … (2.2)
𝐿

Keterangan :

q = kalor yang dirambatkan per detik (J/s)

Tt = suhu satu ujung benda (suhu tinggi)

Tr = adalah suhu ujung benda yang lain (suhu rendah)

L = panjang benda (m)

A = luas penampang benda (𝑚2 )

k = konduktivitas panas (J/m s °𝐶)

19 | P a g e
(Abdullah, 2016)

2.3.2 Konveksi

Pada cara ini kalor merambat karena perpindahan molekul atau


atom penyusun benda. Ketika satu bagian benda menerima kalor maka
atom-atom penyusunnya bergerak lebih cepat. Akibatnya, atom-atom
tersebut terdorong (berpindah) ke lokasi di mana atom-atom masih
bergetar lambat. Perpindahan atom yang telah bergerak cepat membawa
energi kalor. Dengan demikian terjadi perpindahan kalor dari lokasi yang
bersuhu tinggi ke lokasi yang bersuhu rendah.

Konveksi hanya terjadi di dalam benda yang memiliki atom atau


molekul yang dapat bergerak bebas. Benda seperti ini adalah fluida yang
terdiri dari zat cair dan gas. Jadi, konveksi terjadi dalam zat cair atau gas.
Ketika air di dalam panci dipanaskan maka bagian air yang menerima
panas adalah bagian yang bersentuhan dengan panci, khususnya bagian
dasar panci. Namun, lama-lama seluruh bagian air menjadi panas karena
adanya aliran molekul air dari bawah ke atas. Aliran tersebut mendesak air
yang dingin yang berada di atas untuk turun sehingga mengalami
pemanasan.

Ketika dipanaskan, fluida yang dipanaskan akan memuai. Karena


massa tidak berubah maka massa jenis fluida mengecil. Akibatnya fluida
tersebut akan bergerak ke atas. Benda yang massa jenis lebih kecil akan
berada di lapisan atas dan yang massa jenis besar akan berada di lapisan
bawah. Jika air dan minyak dicampur maka minyak pada akhirnya berada
di lapisan atas karena massa jenisnya lebih kecil daripada air.

Fluida yang berada di atas dan bersuhu lebih rendah (memiliki


massa jenis lebih besar) akan bergerak turun mengisi tempat kosong yang
ditinggalkan fluida panas. Akibatnya terjadi pergantian posisi fluida. Yang
panas di atas dan yang dingin di bawah. Fluida dingin yang baru sampai
di bawah mengalami pemanasan sehingga massa jenisnya mengecil dan

20 | P a g e
selanjutnya bergerak ke atas. Fluida yang berada di atas dan memiliki suhu
lebih rendah turun mengisi ruang yang ditinggalkan di dasar panci. Begitu
seterusnya sehingga terjadi aliran terus-menerus fluida dari dasar panci ke
atas. Dan pada akhirnya semua bagian fluida menacapai suhu yang sama.

Fenomena konveksi berperan sangat penting dalam kehidupan


manusia. Aliran udara atau angin adalah peristiwa konveksi. Udara di
tempat yang bersuhu tinggi mengalami penurunan massa jenis akibat
pemuaian volum sehingga mengalir ke atas. Tempat kosong yang
ditinggalkan akan diisi oleh udara dingin yang memiliki massa lebih kecil
dari atas samping yang memiliki massa jenis lebih besar sehingga terjadi
angin arah mendatar (Abdullah, 2016).

Laju kalor konveksi dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑄
= ℎ. 𝐴. ∆𝑡 … (2.3)
𝑡

Keterangan :

Q/t = Laju perpindahan panas konveksi (J/s)

h = Koefisiesn perpindahan panas konveksi ( 𝑊/𝑚2 .℃)

A = Luas permukaan kena panas (𝑚2 )

∆T = Perbedaan suhu (temperatur dinding Tw – temperature fluida T∞,


℃)

(Hakim, 2016)

2.3.3 Radiasi

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui medium. Ruang


antara matahari dan bumi kebanyakan hampa. Tetapi panas matahari dapat
mencapai bumi. Ini salah satu bukti bahwa kalor dapat merambat tanpa
perlu medium.

21 | P a g e
Mengapa panas bisa merambat secara radiasi? Jawabannya adalah
panas tersebut dibawa oleh gelombang elektromagnetik. Setiap benda
memancarkan gelombang elektromagnetik. Energi gelombang yang
dipancarkan makin besar jika suhu benda masing tinggi. Salah satu
komponen gelombang yang dipancarkan tersebut adalah gelombang
inframerah yang membawa sifat panas. Makin tinggi suhu benda maka
makin banyak pula energi gelombang inframerah yang dipancarkan
sehingga makin panas benda tersebut terasa pada jarak tertentu (Abdullah,
2016).

Radiasi thermal → radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh


suatu benda karena suhunya. Radiasi selalu merambat dengan kecepatan
cahaya, 3 x 1010 cm/s. Kecepatan ini sama dengan hasil perkalian panjang
gelombang dengan frekuensi radiasi :

C = λ.v … (2.4)

Keterangan :

c = kecepatan cahaya

λ = Panjang gelombang ( = 10−8 cm)

ν = frekuensi

(Hakim, 2016)

2.4 Hukum Termodinamika


Termodinamika adalah satu cabang dari fisika dinamika, yang
mempelajari tentang perilaku gerakan energi dan materi, termasuk panas
atau kalor (heat, therm) sebagai tenaga atau energi, dan juga mencakup
dinamika fluida (fluid flow), seperti gas, udara, air, dan benda bergerak
di dalamnya, materi maupun energi (Warokka dan Boedi, 2020).
2.4.1 Hukum Ke-0 Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan
setimbang dengan sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang

22 | P a g e
satu dengan lainnya (Rompas, 2015).
Termodinamika adalah ilmu yang menghubungkan panas dengan
mekanika. Dua benda dalam keseimbangan panas jika tidak ada
pertukaran kalor antara dua benda tersebut saat keduanya disentuhkan.
Kondisi ini hanya dapat dicapai jika suhu kedua benda sama. Sebab
perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu. Berkaitan
dengan keseimbangan panas, kita memiliki hukum ke nol
termodinamika. Hukum ini menyatakan :
“Jika benda A berada dalam keseimbangan panas dengan
benda B dan benda B dalam keseimbangan panas dengan benda C,
maka Benda A berada dalam keseimbangan panas dengan benda C“

Gambar 2.2
Wadah A berisi air, wadah B berisi minyak, dan wadah C berisi
gliserin. Misalkan wadah yang berisi air dan minyak disentuhkan dan
tidak diamati adanya perubahan suhu pada keduanya maka air dan
minyak, maka kita katakan berada dalam keseimbangan panas. Setelah
disentuhkan dengan air, misalkan wadah berisi minyak disentuhkan
dengan wadah berisi gliserin, dan juga tidak diamati adanya perubahan
suhu keduanya, maka minyak dan gliserin juga berada dalam
keseimbangan panas. Maka wadah berisi air dan wadah berisi gliserin
tidak mengalami perubahan suhu ketika disentuhkan (Abdullah, 2017).
2.4.2 Hukum I Termodinamika
Bunyi hukum Termodinamika I adalah “Energi tidak dapat
diciptakan ataupun dimusnahkan, melainkan hanya dapat diubah
bentuknya saja” (Agreement dan Material, 2006).
Jika selama gas mengalami suatu proses maka ada beberapa
peristiwa yang dapat terjadi, seperti :
1) Energi dalam yang dimiliki gas berubah.
2) Muncul kerja yang dilakukan oleh gas atau yang dilakukan

23 | P a g e
oleh lingkungan.
3) Ada pertukaran kalor antara gas dan lingkungan. Peristiwa
yang terjadi dalam hukum termodinamika pertama menjelaskan
bahwa terjadi interaksi antara sistem dan lingkungan.
Dalam hukum termodinamika pertama dijelaskan bahwa
perubahan energi dalam dalam sistem yang tertutup, ∆t (℃), akan sama
dengan kalor yang ditambahkan kesistem dikurangi kerja yang
dilakukan oleh sistem dalam bentuk persamaan :
∆𝑡 = 𝑄 − 𝑊 … (2.5)
Keterangan :
Q = kalor total yang di tambahkan kesistem (Joule/ kalori)
W = usaha kerja total yang dilakukan (Joule/ kalori)
Hukum pertama termodinamika adalah sebuah persamaan
kekekalan energi yang menyatakan bahwa satu-satunnya jenis energi
yang berubah dalam sistem adalah energi dalam. Dalam hal ini, tidak ada
perpindahan energi berupa kalor dan usaha yang diberikan pada sistem
bernilai nol, oleh sebab itu energi dalamnnya konstan. Sehingga dapat
disimpulkan pada keadaan ini energi dalam bersifat tetap atau konstan
(Eksperimental dan Stirling: 47-5).
2.4.3 Hukum II Termodinamika
Hukum kedua termodinamika dinyatakan dengan entropi. Pada
hukum pertama, energi dalam digunakan untuk mengenali perubahan
yang diperbolehkan sedangkan pada hukum kedua entropi digunakan
mengenali perubahan spontan di antara perubahan–perubahan yang
diperbolehkan ini. Hukum kedua berbunyi entropi suatu sistem
bertambah selama ada perubahan spontan.
Proses irreversibel (seperti pendinginan hingga mencapai
temperatur yang sama dengan lingkungan dan pemuaian bebas dari gas)
adalah proses spontan, sehingga proses itu disertai dengan kenaikkan
entropi. Proses irreversibel menghasilkan entropi, sedangkan proses
reversibel adalah perubahan yang sangat seimbang, dengan sistem dalam
keseimbangan dengan lingkungannya pada setiap tahap. Proses

24 | P a g e
reversibel tidak menghasilkan entropi, melainkan hanya memindahkan
entropi dari suatu bagian sistem terisolasi ke bagian lainnya.
Semakin tinggi entropi suatu sistem, semakin tidak teratur pula
sistem tersebut, sistem menjadi lebih rumit, kompleks, dan sulit
diprediksi. Untuk mengetahui konsep keteraturan, mula-mula kita perlu
membahas hukum kedua termodinamika yang dikenal sebagai
ketidaksamaan Clausius dan dapat diterapkan pada setiap siklus tanpa
memperhatikan dari benda mana siklus itu mendapatkan energi melalui
perpindahan kalor. Ketidaksamaan Clausius mendasari dua hal yang
digunakan untuk menganalisis sistem tertutup dan volume atur
berdasarkan hukum kedua termodinamika yaitu sifat entropi dan neraca
entropi (Evalina et al, 2019).

2.5 Asas Black dan Kalorimeter

Asas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang


dikemukakan oleh Joseph Black. Asas ini menjabarkan sebagai berikut :

a. Jika dua buah benda yang berbeda suhunya kemudian dicampur, maka
benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu
akhirnya akan sama (tetap)

b. Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas

c. Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor
yang diserap bila dipanaskan

Kesimpulan dalam percobaan asas Black yaitu jumlah kalor yang


dilepaskan sama dengan jumlah kalor yang diterima, atau dapat
dirumuskan sebagai berikut :

𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

(𝑚1 × 𝑐1 )(𝑇1 × 𝑇𝑎 ) = (𝑚2 × 𝑐2 )(𝑇𝑎 × 𝑇2 ) … (2.6)

25 | P a g e
Keterangan :

m1 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi (gr)

c1 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi


(J/gr℃)

T1 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi


(℃)

Ta = Temperatur akhir pencampuran kedua benda (℃)

m2 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah (gr)

c2 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah


(J/gr℃)

T2 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah


(℃)

(Yanti et al, 2014)

Energi yang melepas atau menyerap panas dalam proses kimia dan
fisik dapat ditentukan dengan kalorimetri. Kalorimeter adalah alat untuk
mengukur perpindahan energi sebagai panas. Perangkat yang paling
umum untuk mengukur perubahan energi dalam (∆U) adalah kalorimeter
bom adiabatik pada tekanan konstan (Atkins, 2006).

Sedangkan kalorimeter tekanan konstan dapat digunakan untuk


mengukur jumlah transfer energi panas pada kondisi tekanan konstan,
yaitu perubahan entalpi pada reaksi kimia. Kalorimeter tekanan konstan
yang sering digunakan dalam laboratorium kimia pada umumnya adalah
kalorimeter gelas. Jika reaksinya adalah eksotermis, ia melepaskan energi
sebagai panas dalam larutan dan suhu larutan menjadi naik. Jika reaksinya
adalah endotermik, energi diserap sebagai panas dari larutan dan suhu

26 | P a g e
larutan terlihat mengalami penurunan, sehingga perubahan suhu pada
larutan dapat diukur (Kotz et al, 2011).

2.6 Pemuaian Panjang

Jika benda mengalami kenaikan suhu maka panjang benda


bertambah. Pengukuran yang dilakukan secara teliti pada sejumlah benda
padat menunjukkan bahwa perubahan panjang sebanding dengan panjang
mula-mula dikali perubahan suhu. Jika dinyatakan dalam rumus
matematika maka pengamatan tersebut dapat ditulis dalam rumus :

∆𝑙 ∝ 𝑙0 ∆𝑇 … (2.7)

Keterangan :

l = perubahan panjang (m)

𝑙0 = panjang mula-mula (m)

T = perubahan suhu

T = T – T0 (℃)

𝑇0 = suhu awal (℃)

T = suhu akhir (℃)

Gambar 2.3

(Abdullah, 2016)

2.7 Koefisien Muai Panjang

27 | P a g e
Koefisien muai panjang adalah adalah konstanta yang sangat kecil
dibandingkan dengan satu, maka kudrat dari konstanta muai panjang
menjadi jauh lebih kecil lagi. Sebagai contoh, jika koefisien muai panjang
memiliki orde 10−5 maka kuadratnya memiliki orde 10−10 .

Persamaan pemuaian panjang :

∆𝑙 = 𝛼𝑙0 ∆𝑇 … (2.8)

dengan  disebut koefisien muai panjang (℃−1 ), maka panjang akibat


perubahan suhu adalah :

𝑙 = 𝑙0 + ∆𝑙 … (2.9)

Berikut ini tabel koefisien muai panjang :

Gambar 2.4

(Abdullah, 2016)

28 | P a g e
III. Metode Penelitian

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
3.1.1.1 Meteran, berfungsi untuk mengukur panjang alat.
3.1.1.2 Termometer, berfungsi untuk mengukur suhu.
3.1.1.3 Jangka Sorong, berfungsi mengukur panjang benda dengan
ketelitian 0,05 mm.
3.1.1.4 Kompor Listrik, berfungsi memanaskan air melalui proses
konduksi, konveksi, dan evaporasi.
3.1.1.5 Ketel, berfungsi untuk menampung air dan menghantarkan
panas dari kompor ke air.
3.1.1.6 Jarum Penunjuk, berfungsi untuk mengetahui besar simpangan
pada skala.
3.1.1.7 Skala, berfungsi sebagai alat yang menunjukkan simpangan
sesuai dengan arah jarum akibat peningkatan suhu.
3.1.1.8 Roda Pengukur, berfungsi sebagai alat yang disambungkan ke
jarum penunjuk.
3.1.2 Bahan
3.1.2.1 Batang Logam, berfungsi sebagai bahan percobaan pemuaian
panjang.
3.1.2.2 Air, berfungsi sebagai cairan yang dipanaskan di ketel.

3.2 Gambar Alat dan Bahan

Gambar 3.1 Meteran

(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Meter_Ukur)

29 | P a g e
Gambar 3.2 Termometer

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Thermometer)

Gambar 3.3 Jangka Sorong

(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong)

Gambar 3.4 Kompor Listrik

(Sumber : popmama.com)

30 | P a g e
Gambar 3.5 Ketel

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Kettle)

Gambar 3.6 Jarum Penunjuk dan Skala

(Sumber : Lazada.co.id)

Gambar 3.7 Roda Pengukur

(Sumber : id.bossgoo.com)

Gambar 3.8 Batang Logam

(Sumber : indonesian.alibaba.com)

31 | P a g e
Gambar 3.9 Air

(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Air)

32 | P a g e
3.3 Skema Alat

Gambar 3.10 Set Up Alat Percobaan Koefisien Muai Panjang

Gambar 3.11 Jangka Sorong

Gambar 3.12 Meteran

Keterangan:

1. Ketel
2. Kompor
3. Pembakar Spirtus
4. Selang
5. Batang Logam Uji

33 | P a g e
6. Termometer
7. Roda Pengukur
8. Jarum Penunjuk
9. Skala
10. Kotak/Wadah
11. Batang Penyangga
12. Batang Penyangga
13. Batang Logam Uji
14. Jangka Sorong
15. Meteran

34 | P a g e
3.4 Diagram Alir

Mulai

Panjang (𝑚) dan suhu (K)

Mengukur panjang batang 𝐿 𝑇 dengan mistar ukur, suhu batang logam 𝑇


dengan termometer, diameter roda kecil d dengan jangka sorong untuk
menentukan jari-jari r

Meningkatkan suhu kompor hingga suhunya 𝑇1 sehingga uap air dapat


mengalir ke dalam batang logam dan dilanjut dengan mengukur pertambahan
panjang batang logam 𝛥𝐿 dengan melihat skala kecil yang ada di bawah jarum
penunjuk skala.

Mematikan kompor listrik saat termometer menunjuk suhu 𝑇1 dan melihat


pertambahan panjang batang logam.

Mengulangi
percobaan
dengan suhu
akhir yang
berbeda

Koefisien muai
panjang (𝛼)

Selesai

Gambar 3.13 Diagram Alir Percobaan Koefisien Muai Panjang

35 | P a g e
3.5 Diagram Fisis

Saat kompor mulai dinyalakan dan ketel yang ditempatkan


diatas kompor memanas, terjadi perpindahan kalor secara
induksi3.1
dari api menuju ketel.

Kemudian kalor akan berpindah secara konveksi. Dimana kalor


akan merambat pada bagian permukaan ketel sehingga
menyebabkan air mulai bergerak naik turun.

Selanjutnya terjadi proses penguapan air yang sedang


dipanaskan sehingga menghasilkan uap air. Uap air tersebut
kemudian menyebar di permukaan batang logam hingga logam
mengalami pemuaian.

Semakin besar pertambahan suhu, maka pemuaian yang terjadi


juga semakin besar sehingga batang semakin panjang. Ketika
suhu mengalami penurunan dan kembali ke suhu awal, maka
panjang batang logam pun akan Kembali ke ukuran semula.

Gambar 3.14 Diagram Fisis Percobaan Koefisien Muai Panjang

36 | P a g e
Daftar Pustaka

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Diktat Fisika Dasar I. Bandung: Institut Teknologi


Bandung.

Abdullah, Mikrajuddin (Ed). 2017. Fisika Dasar I. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Adriyan Warokka dan Silvy Dollorossa Boedi. 2020. Termodinamika Teknik. Manado:
Polimdo Press.

Atkins, P. dan Paula D. J. 2006. Physical Chemistry. 8th Edition. Oxford: Oxford
University Press.

Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika Prinsip dan Aplikasi. 7th ed. Jakarta: Erlangga.

Hakim, Legisnal. 2016. Analisa Teoritis Laju Aliran Kalor Pada Ketel Uap Pipa Api
Mini Industri Tahu Di Tinjau Dari Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh.
Riau: Universitas Muhammadiyah Riau.

K. Eksperimental And M. Stirling. Kaji Eksperimental Mesin Stirling Tipe Β


Menggunakan Variasi Bahan Bakar Biomassa. Vol. 5, Pp. 47–5. (Diakses pada
25 Oktober 2021).

Kotz, J. C. Trechel, P. M., dan Townsend, J. 2011. Chemistry and Chemical reactivity.
8th Edition. USA: Brooks/Cole.

L. Agreement And W. Material. 2006. Stirling Engine Assessment. Vol. 3, No. 3.

Noorly Evalina, M Khairil Riza, Arfis A, Rimbawaty. 2019. PEMANFAATKAN BAHAN


BAKAR SAMPAH PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN PEMBANGKIT
LISTRIK HOT AIR STIRLING ENGINE. Medan: Universitas Muhammadiyah
Sumatra Utara.

Resky Perdana Yanti, Muh. Said L, dan Ihsan. 2014. STUDI PENENTUAN NILAI
KALORI PADA BUAH DURIAN (Durio zibethinus). Makassar: Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.

Satriawan, Mirza. 2012. Fisika Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

37 | P a g e
T.D. Rompas Parabelem. 2015. Termodinamika Teknik I. Tondano: Unima Press.

38 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai