Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KODE: M-7

Aliran Air dalam Pipa Kapiler

DISUSUN OLEH:

NAMA : Mutiara Elok Silvana

NIM : 24040121120034

JURUSAN / PROGRAM STUDY : Fisika

KELAS :B NO REGU :V

HARI : Jumat TANGGAL : 19-11-2021

PRAKTIKUM KE :6 JAM : 16.45– 17.20 WIB

ASISTEN : Wisnu Prayoga Ferdiansyah

LABORATORIUM FISIKA DASAR

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
1. Tentukan besaran (observable) fisis apa saja yang anda amati/ukur secara
langsung terkait dengan besaran yang hendak anda cari dalam percobaan anda (10
poin).

Tabel 1.1 Besaran Fisis Percobaan Aliran Air Dalam Pipa Kapiler
No Besaran Lambang Satuan Dimensi
1. Panjang 𝑙 Meter (m) [L]
2. Waktu t Sekon (s) [T]
2. Gambarkan set-up eksperimen dalam peralatan yang akan anda lakukan dan
berilah keterangan gambar dari set-up eksperimen anda (20 poin).

Gambar 2.1 Set Up Alat Percobaan Aliran Air pada Pipa Kapiler

Keterangan:
1. Buret
2. Kran
3. Kapiler Vertikal
4. Mistar
5. Kapiler Horizontal
6. Gelas Ukur
7. Stopwatch
8. Jangka Sorong
3. Berdasarkan persamaan besaran yang ada di dalam buku petunjuk praktikum,
jabarkan perumusan persamaan yang akan anda gunakan untuk mendapatkan
hasil-hasil yang akan anda cari dalam eksperimen anda (40 poin).

3.1 Rumus Tetapan Peluruhan


h = ℎ0 𝑒  𝑡 (3.1)
𝑙𝑛ℎ = 𝑙𝑛ℎ0 (−𝜆𝑡)

−𝜆𝑡 = 𝑙𝑛 ℎ0

−𝜆𝑡 = 𝑙𝑛ℎ– 𝑙𝑛ℎ0


𝜆𝑡 = −(𝑙𝑛ℎ– 𝑙𝑛ℎ0 )
−𝑙𝑛ℎ+𝑙𝑛ℎ0
𝜆 = (3.2)
𝑡

3.2 Rumus Waktu Paruh


1 1
t 2 = ℎ = 2 ℎ0 (3.3)
1
𝑙𝑛 ℎ0 − 𝑙𝑛 ℎ = 𝑡 2
ℎ0 1
𝑙𝑛 = 𝑡 2

ℎ0 1
𝑙𝑛 1 = 𝜆 𝑡2

2 0

1
𝑙𝑛 2 = 𝑡 2
1 𝑙𝑛 2
𝑡2 = 
1 0,693
𝑡2 = (3.4)

3.3 Turunan Parsial


𝑙𝑛 ℎ0 −𝑙𝑛 ℎ ln ℎ0 ln ℎ
𝜕𝜆 𝜕 𝜕( − ) 1
𝑡 𝑡 𝑡
= = =ℎ
𝜕ℎ0 𝜕 ℎ0 𝜕 ℎ0 0𝑡

𝑙𝑛 ℎ0 −𝑙𝑛 ℎ ln ℎ0 ln ℎ
𝜕𝜆 𝜕 𝜕( − ) 1
𝑡 𝑡 𝑡
= = = − ℎ𝑡
𝜕ℎ 𝜕ℎ 𝜕ℎ
𝜕𝜆 𝜕 (ln ℎ0 −ln ℎ)/𝑡 𝜕 (ln ℎ0 −ln ℎ)/𝑡 − ln ℎ0 −ln ℎ
= = = −𝑡²(𝑙𝑛ℎ₀ − ln ℎ) =
𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝑡2
3.4 Ralat Rambat
 2  2  2
 = √(ℎ ℎ0 ) + (ℎ ℎ) + (𝑡 𝑡)
0

3.5 Ralat Bobot



∑ 2
= ∆
1
∑ 2
∆

1 1
∆ = √ 1 =√ 1 1 1 1 1 1 1
∑ 2 + + + + + +
∆ ∆𝜆₁² ∆𝜆₂² ∆𝜆₃² ∆𝜆₄² ∆𝜆₅² ∆𝜆₆² ∆𝜆₇²

Keterangan:
1
𝑡 2 = waktu paruh (s)

t = waktu (s)
 = tetapan peluruhan
h = ketinggian akhir (m)
h0 = ketinggian awal (m)
h0 = ralat h0 (0,0005)
h = ralat h (0,0005)
t = ralat waktu (0,05)
 = ralat rambat
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil-hasil percobaan anda
tambah/kurangi kolom yang anda anggap perlu (30 poin).

Tabel 4.1 Data Pengamatan Pipa Kapiler Pertama


Pipa Kapiler Pertama
Waktu (s) ∆ℎ vertikal (m) ∆ℎ horizontal (m) ℎ0 (m) l (m)
5 0,041 0,032
10 0,085 0,076
15 0,13 0,11
20 0,17 0,149 0,746 0,05725
25 0,212 0,186
30 0,251 0,22
35 0,286 0,25

Tabel 4.2 Data Pengamatan Pipa Kapiler Kedua


Pipa Kapiler Kedua
Waktu (s) ∆ℎ vertikal (m) ∆ℎ horizontal (m) ℎ0 (m) l (m)
5 0,04 0,034
10 0,092 0,078
15 0,14 0,112
20 0,185 0,163 0,722 0,073325
25 0,226 0,199
30 0,266 0,237
35 0,303 0,275
Tabel 4.3 Data Pengamatan Pipa Kapiler Ketiga
Pipa Kapiler Ketiga
Waktu (s) ∆ℎ vertikal (m) ∆ℎ horizontal (m) ℎ0 (m) l (m)
5 0,045 0,042
10 0,098 0,09
15 0,15 0,138
20 0,196 0,182 0,696 0,04815
25 0,243 0,225
30 0,283 0,263
35 0,325 0,3
5. Gambarkan grafik sesuai dengan data di atas pada kertas grafik yang tersedia
(gunakan milimeter blok). Ingat, pemilihan sumbu yang benar akan sangat
memengaruhi grafik linier yang anda buat (40 poin).

5.1 Pipa Kapiler Pertama


5.1.1 Posisi Vertikal

Pipa Kapiler Pertama Vertikal


0.6

0.5

0.4
-In(h/h0)

0.3

0.2

0.1

0
0 10 20 30 40
Waktu (s)

Gambar 5.1 Grafik Pipa Kapiler Pertama Vertikal

Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler pertama vertikal


di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan waktu (s)
sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan. Dimana dari
grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya semakin besar
waktu yang digunakan maka semakin besar pula perubahan ketinggian
air pada pipa.
5.1.2 Posisi Horizontal
Pipa Kapiler Pertama Horizontal
0.45
0.4
0.35
0.3

-In(h/h0) 0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40
Waktu (s)

Gambar 5.2 Grafik Pipa Kapiler Pertama Horizontal

Analisa : Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler pertama


horizontal di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan
waktu (s) sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan.
Dimana dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya
semakin besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula
perubahan ketinggian air pada pipa.
5.2 Pipa Kapiler Kedua
5.2.1 Posisi Vertikal
Pipa Kapiler Kedua Vertikal
0.6

0.5

0.4

-In(h/h0)
0.3

0.2

0.1

0
0 10 20 30 40
Waktu (s)

Gambar 5.3 Grafik Pipa Kapiler Kedua Vertikal

Analisa : Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler kedua


vertikal di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan waktu
(s) sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan. Dimana
dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya semakin
besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula perubahan
ketinggian air pada pipa.
5.2.2 Posisi Horizontal
Pipa Kapiler Kedua Horinzontal
0.6

0.5

0.4

-In(h/h0)
0.3

0.2

0.1

0
0 10 20 30 40
Waktu (s)

Gambar 5.4 Grafik Pipa Kapiler Kedua Horizontal

Analisa : Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler kedua


horizontal di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan
waktu (s) sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan.
Dimana dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya
semakin besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula
perubahan ketinggian air pada pipa.
5.3 Pipa Kapiler Ketiga
5.3.1 Posisi Vertikal
Pipa Kapiler Ketiga Vertikal
0.7

0.6

0.5

-In(h/h0) 0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 10 20 30 40
Waktu (s)

Gambar 5.5 Grafik Pipa Kapiler Ketiga Vertikal

Analisa : Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler ketiga


vertikal di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan waktu
(s) sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan. Dimana
dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya semakin
besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula perubahan
ketinggian air pada pipa.
5.3.2 Posisi Horizontal
Pipa Kapiler Ketiga Horizontal
0.6

0.5

0.4
-In(h/h0)
0.3

0.2

0.1

0
0 10 20 30 40
Waktu (s)

Gambar 5.6 Grafik Pipa Kapiler Ketiga Horizontal

Analisa : Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler ketiga


horizontal di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan
waktu (s) sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan.
Dimana dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya
semakin besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula
perubahan ketinggian air pada pipa.
6. Hitunglah besaran-besaran yang ingin anda tentuka (60 poin). Ingat satuan dan
besaran harus sesuai penulisannya.

6.1 Pada Pipa Kapiler 1


ℎ = ℎ0 − Δℎ
6.1.1 Pada Keadaan Vertikal
Untuk 𝑡 = 5𝑠
𝑡 = 5𝑠
ℎ = 0,746 − 0,041
ℎ = 0,705 𝑚
 Tetapan Peluruhan
− ln 0,705 + ln 0,746
𝜆=
5
𝜆 = 0,011306
1
 Waktu Paruh 𝑡 2
1 ln 2
𝑡 =
2 0,0113056
1
𝑡 = 61,31029 𝑠
2
 Turunan parsial

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,268097
𝜕ℎ0 ℎ0 𝑡 0,746.5
𝜕𝜆 1 1
= − =− = −0,28369
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,705 . 5
𝜕𝜆 I𝑛ℎ0 −I𝑛ℎ In(0,746)−In(0,705)
= = = 0,002261
𝜕𝑡 𝑡2 52

 Ralat Rambat

Δ𝜆1 = √(0,268097 ∙ 0,0005)2 + (−0,28369 ∙ 0,0005)2 + (0,002261 ∙ 0,05)2


Δ𝜆1 = 0,000225544

𝜆1 ± Δ𝜆 = 0,011306 ± 0,000226
Tabel 6.1 Data Pipa Kapiler Pertama Vertikal
Waktu 1 𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
h 𝜆 𝑡 Δ𝜆
(s) 2 𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡
5 0.705 0.011306 61.31029 0.268097 -0.28369 0.002261 0.000226
10 0.661 0.012097 57.29826 0.134048 -0.15129 0.00121 0.000118
15 0.616 0.012765 54.29957 0.089366 -0.10823 0.000851 8.21E-05
20 0.576 0.012931 53.60395 0.067024 -0.08681 0.000647 6.37E-05
25 0.534 0.013373 51.8311 0.053619 -0.07491 0.000535 5.33E-05
30 0.495 0.013672 50.69733 0.044683 -0.06734 0.000456 4.64E-05
35 0.46 0.013814 50.17621 0.0383 -0.06211 0.000395 4.15E-05
6.1.2 Pada Keadaan Horizontal
Untuk 𝑡 = 5𝑠
𝑡 = 5𝑠
ℎ = 0,746 − 0,032
ℎ = 0,714 𝑚
 Tetapan Peluruhan
− ln 0,714 + ln 0,746
𝜆=
5
𝜆 = 0,008769
1
 Waktu Paruh 𝑡 2
1 ln 2
𝑡 =
2 0,008769
1
𝑡 = 79,04944 𝑠
2
 Turunan parsial

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,268097
𝜕ℎ0 ℎ0 𝑡 0,746.5
𝜕𝜆 1 1
= − =− = −0,28011
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,714 . 5
𝜕𝜆 I𝑛ℎ0 −I𝑛ℎ In(0,746)−In(0,714)
= = = 0,001754
𝜕𝑡 𝑡2 52

 Ralat Rambat

Δ𝜆1 = √(0,268097 ∙ 0,0005)2 + (−0,28011 ∙ 0,0005)2 + (0,001754 ∙ 0,05)2


Δ𝜆1 = 0,000213

𝜆1 ± Δ𝜆 = 0,008769 ± 0,000213
Tabel 6.2 Data Pipa Kapiler Pertama Horizontal
Waktu 1 𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
h 𝜆 𝑡 Δ𝜆
(s) 2 𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡
5 0.714 0.008769 79.04944 0.268097 -0.28011 0.001754 0.000213
10 0.67 0.010745 64.51008 0.134048 -0.14925 0.001074 0.000114
15 0.636 0.010635 65.17521 0.089366 -0.10482 0.000709 7.75E-05
20 0.597 0.01114 62.2191 0.067024 -0.08375 0.000557 6.04E-05
25 0.56 0.011472 60.42314 0.053619 -0.07143 0.000459 5.02E-05
30 0.526 0.011647 59.51049 0.044683 -0.06337 0.000388 4.34E-05
35 0.496 0.011661 59.43935 0.0383 -0.0576 0.000333 3.84E-05
6.2 Pada Pipa Kapiler 2
ℎ = ℎ0 − Δℎ
6.2.1 Pada Keadaan Vertikal
Untuk 𝑡 = 5𝑠
𝑡 = 5𝑠
ℎ = 0,722 − 0,04
ℎ = 0,682 𝑚
 Tetapan Peluruhan
− ln 0,682 + ln 0,722
𝜆=
5
𝜆 = 0,011399
1
 Waktu Paruh 𝑡 2
1 ln 2
𝑡 =
2 0,011399
1
𝑡 = 60,80721 𝑠
2
 Turunan parsial

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,277008
𝜕ℎ0 ℎ0 𝑡 0,722.5
𝜕𝜆 1 1
= − =− = −0,29326
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,682 . 5
𝜕𝜆 I𝑛ℎ0 −I𝑛ℎ In(0,722)−In(0,682)
= = = 0,00228
𝜕𝑡 𝑡2 52

 Ralat Rambat

Δ𝜆1 = √(0,277008 ∙ 0,0005)2 + (−0,29326 ∙ 0,0005)2 + (0,00228 ∙ 0,05)2


Δ𝜆1 = 0,000232

𝜆1 ± Δ𝜆 = 0,011399 ± 0,000232
Tabel 6.3 Data Pipa Kapiler Kedua Vertikal
Waktu 1 𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
h 𝜆 𝑡 Δ𝜆
(s) 2 𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡
5 0.682 0.011399 60.80721 0.277008 -0.29326 0.00228 0.000232
10 0.63 0.013631 50.85254 0.138504 -0.15873 0.001363 0.000125
15 0.582 0.01437 48.23466 0.092336 -0.11455 0.000958 8.78E-05
20 0.537 0.014801 46.82999 0.069252 -0.09311 0.00074 6.88E-05
25 0.496 0.015018 46.15452 0.055402 -0.08065 0.000601 5.74E-05
30 0.456 0.015318 45.25126 0.046168 -0.0731 0.000511 5.02E-05
35 0.419 0.015547 44.58323 0.039573 -0.06819 0.000444 4.52E-05
6.2.2 Pada Keadaan Horizontal
Untuk 𝑡 = 5𝑠
𝑡 = 5𝑠
ℎ = 0,722 − 0,034
ℎ = 0,688 𝑚
 Tetapan Peluruhan
− ln 0,688 + ln 0,722
𝜆=
5
𝜆 = 0,009647
1
 Waktu Paruh 𝑡 2
1 ln 2
𝑡 =
2 0,009647
1
𝑡 = 71,84912 𝑠
2
 Turunan parsial

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,277008
𝜕ℎ0 ℎ0 𝑡 0,722.5
𝜕𝜆 1 1
= − =− = −0,2907
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,688 . 5
𝜕𝜆 I𝑛ℎ0 −I𝑛ℎ In(0,722)−In(0,688)
= = = 0,001929
𝜕𝑡 𝑡2 52

 Ralat Rambat

Δ𝜆1 = √(0,277008 ∙ 0,0005)2 + (−0,2907 ∙ 0,0005)2 + (0,001929 ∙ 0,05)2


Δ𝜆1 = 0,000223

𝜆1 ± Δ𝜆 = 0,009647 ± 0,000223
Tabel 6.4 Data Pipa Kapiler Kedua Horizontal
Waktu 1 𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
h 𝜆 𝑡 Δ𝜆
(s) 2 𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡
5 0.688 0.009647 71.84912 0.277008 -0.2907 0.001929 0.000223
10 0.644 0.011433 60.62879 0.138504 -0.15528 0.001143 0.000119
15 0.61 0.011238 61.68027 0.092336 -0.10929 0.000749 8.08E-05
20 0.559 0.012794 54.17844 0.069252 -0.08945 0.00064 6.5E-05
25 0.523 0.012898 53.74173 0.055402 -0.07648 0.000516 5.38E-05
30 0.485 0.013263 52.26353 0.046168 -0.06873 0.000442 4.69E-05
35 0.447 0.013699 50.59822 0.039573 -0.06392 0.000391 4.24E-05
6.3 Pada Pipa Kapiler 3
ℎ = ℎ0 − Δℎ
6.3.1 Pada Keadaan Vertikal
Untuk 𝑡 = 5𝑠
𝑡 = 5𝑠
ℎ = 0,696 − 0,045
ℎ = 0,651 𝑚
 Tetapan Peluruhan
− ln 0,651 + ln 0,696
𝜆=
5
𝜆 = 0,013368
1
 Waktu Paruh 𝑡 2
1 ln 2
𝑡 =
2 0,013368
1
𝑡 = 51,85121 𝑠
2
 Turunan parsial

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,287356
𝜕ℎ0 ℎ0 𝑡 0,696.5
𝜕𝜆 1 1
= − =− = −0,30722
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,651 . 5
𝜕𝜆 I𝑛ℎ0 −I𝑛ℎ In(0,696)−In(0,651)
= = = 0,002674
𝜕𝑡 𝑡2 52

 Ralat Rambat

Δ𝜆1 = √(0,287356 ∙ 0,0005)2 + (−0,30722 ∙ 0,0005)2 + (0,002674 ∙ 0,05)2


Δ𝜆1 = 0,000249

𝜆1 ± Δ𝜆 = 0,013368 ± 0,000249
Tabel 6.5 Data Pipa Kapiler Ketiga Vertikal
Waktu 1 𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
h 𝜆 𝑡 Δ𝜆
(s) 2 𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡
5 0.651 0.013368 51.85121 0.287356 -0.30722 0.002674 0.000249
10 0.598 0.015176 45.67423 0.143678 -0.16722 0.001518 0.000134
15 0.546 0.016182 42.83434 0.095785 -0.1221 0.001079 9.45E-05
20 0.5 0.016537 41.91473 0.071839 -0.1 0.000827 7.42E-05
25 0.453 0.017178 40.35016 0.057471 -0.0883 0.000687 6.29E-05
30 0.413 0.017397 39.84352 0.047893 -0.08071 0.00058 5.52E-05
35 0.371 0.017976 38.56035 0.041051 -0.07701 0.000514 5.06E-05
6.3.2 Pada Keadaan Horizontal
Untuk 𝑡 = 5𝑠
𝑡 = 5𝑠
ℎ = 0,696 − 0,042
ℎ = 0,654 𝑚
 Tetapan Peluruhan
− ln 0,654 + ln 0,696
𝜆=
5
𝜆 = 0,012448
1
 Waktu Paruh 𝑡 2
1 ln 2
𝑡 =
2 0,0012448
1
𝑡 = 55,68135 𝑠
2
 Turunan parsial

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,287356
𝜕ℎ0 ℎ0 𝑡 0,696.5
𝜕𝜆 1 1
= − =− = −0,30581
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,654 . 5
𝜕𝜆 I𝑛ℎ0 −I𝑛ℎ In(0,696)−In(0,654)
= = = 0,00249
𝜕𝑡 𝑡2 52

 Ralat Rambat

Δ𝜆1 = √(0,287356 ∙ 0,0005)2 + (−0,30581 ∙ 0,0005)2 + (0,00249 ∙ 0,05)2


Δ𝜆1 = 0,000244

𝜆1 ± Δ𝜆 = 0,012448 ± 0,000244
Tabel 6.6 Data Pipa Kapiler Ketiga Horizontal
Waktu 1 𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
h 𝜆 𝑡 Δ𝜆
(s) 2 𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡
5 0.654 0.012448 55.68135 0.287356 -0.30581 0.00249 0.000244
10 0.606 0.013847 50.05769 0.143678 -0.16502 0.001385 0.000129
15 0.558 0.014733 47.04817 0.095785 -0.11947 0.000982 9.1E-05
20 0.514 0.015156 45.73321 0.071839 -0.09728 0.000758 7.14E-05
25 0.471 0.01562 44.37658 0.057471 -0.08493 0.000625 6E-05
30 0.433 0.01582 43.81351 0.047893 -0.07698 0.000527 5.24E-05
35 0.396 0.016112 43.01938 0.041051 -0.07215 0.00046 4.75E-05
6.4 Ralat Bobot
6.4.1 Pipa Kapiler Pertama Vertikal
𝜆1 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
+ 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
Δ𝜆21 Δ𝜆22 Δ𝜆23 Δ𝜆24 Δ𝜆25 Δ𝜆26 Δ𝜆27
𝜆=
1 1 1 1 1 1 1
2+ 2 + 2 + 2+ 2+ 2+
Δ𝜆1 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆3 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27
𝜆 =0,0134068

1
Δ𝜆 =
√ 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
Δ𝜆21 Δ𝜆22 Δ𝜆23 Δ𝜆23 Δ𝜆25 Δ𝜆26 Δ𝜆27

Δ𝜆 = 2,3043 × 10−5
𝜆 ± Δ𝜆 = 0,0134068 ± 2,3043 × 10−5

6.4.2 Pipa Kapiler Pertama Horizontal


𝜆1 𝜆2 𝜆3 𝜆4 𝜆5 𝜆6 𝜆7
2+ 2 + 2 + 2+ 2+ 2+
Δ𝜆1 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆4 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27
𝜆=
1 1 1 1 1 1 1
2+ 2 + 2 + 2+ 2+ 2+
Δ𝜆1 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆3 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27
𝜆 =0,0114138

1
Δ𝜆 =
√ 1 1 1 1 1 1 1
2+ 2+ 2 + 2 + 2+ 2+
Δ𝜆1 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆3 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27

Δ𝜆 = 2,15892 × 10−5
𝜆 ± Δ𝜆 = 0,0114138 ± 2,15892 × 10−5

6.4.3 Pipa Kapiler Kedua Vertikal


𝜆1 𝜆2 𝜆3 𝜆4 𝜆5 𝜆6 𝜆7
2+ 2 + 2 + 2+ 2+ 2+
Δ𝜆 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆4 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27
𝜆= 1
1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
Δ𝜆21 Δ𝜆22 Δ𝜆23 Δ𝜆23 Δ𝜆25 Δ𝜆26 Δ𝜆27
𝜆 =0,0150751

1
Δ𝜆 =
√ 1 1 1 1 1 1 1
2+ 2+ 2 + 2 + 2+ 2+
Δ𝜆1 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆3 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27
Δ𝜆 = 2,48963 × 10−5
𝜆 ± Δ𝜆 = 0,0150751 ± 2,48963 × 10−5

6.4.4 Pipa Kapiler Kedua Horizontal


𝜆1 𝜆2 𝜆3 𝜆4 𝜆5 𝜆6 𝜆7
2+ 2 + 2 + 2+ 2+ 2+
Δ𝜆 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆4 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27
𝜆= 1
1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
Δ𝜆21 Δ𝜆22 Δ𝜆23 Δ𝜆23 Δ𝜆25 Δ𝜆26 Δ𝜆27
𝜆 =0,0129872

1
Δ𝜆 =
√ 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
Δ𝜆21 Δ𝜆22 Δ𝜆23 Δ𝜆23 Δ𝜆25 Δ𝜆26 Δ𝜆27

Δ𝜆 = 2,3332 × 10−5
𝜆 ± Δ𝜆 = 0,0129872 ± 2,3332 × 10−5

6.4.5 Pipa Kapiler Ketiga Vertikal


𝜆1 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
+ 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
Δ𝜆21 Δ𝜆22 Δ𝜆23 Δ𝜆24 Δ𝜆25 Δ𝜆26 Δ𝜆27
𝜆=
1 1 1 1 1 1 1
2+ 2 + 2 + 2+ 2+ 2+
Δ𝜆1 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆3 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27
𝜆 =0,0177482

1
Δ𝜆 =
√ 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
Δ𝜆21 Δ𝜆22 Δ𝜆23 Δ𝜆23 Δ𝜆25 Δ𝜆26 Δ𝜆27

Δ𝜆 = 2,78098 × 10−5
𝜆 ± Δ𝜆 = 0,0177482 ± 2,78098 × 10−5

6.4.6 Pipa Ketiga Horizontal


𝜆1 𝜆2 𝜆3 𝜆4 𝜆5 𝜆6 𝜆7
2+ 2 + 2 + 2+ 2+ 2+
Δ𝜆 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆4 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27
𝜆= 1
1 1 1 1 1 1 1
2+ 2 + 2 + 2+ 2+ 2+
Δ𝜆1 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆3 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27
𝜆 =0,0155747
1
Δ𝜆 =
√ 1 1 1 1 1 1 1
2+ 2+ 2 + 2 + 2+ 2+
Δ𝜆1 Δ𝜆2 Δ𝜆3 Δ𝜆3 Δ𝜆5 Δ𝜆6 Δ𝜆27

Δ𝜆 = 2,60026 × 10−5
𝜆 ± Δ𝜆 = 0,0155747 ± 2,60026 × 10−5
PEMBAHASAN

Telah dilaksanakan praktikum dengan kode M-7 yang berjudul Aliran Air dalam
Pipa Kapiler pada tanggal 19 November 2021. Praktikum ini memiliki tujuan untuk
menentukan waktu paruh pemerosotan eksponensial aliran air pada pipa kapiler.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat dan bahan seperti buret, gelas
ukur, pipa kapiler horizontal dan vertikal, meteran, stopwatch, dan air. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan tiga pipa kapiler. Dengan cara kerja sebagai berikut:
mengisi buret dengan air dan ukur ℎ0 yaitu tinggi permukaan air dari ujung pipa kapiler,
mengukur tinggi permukaan air setiap waktu pengaliran 10 detik, melakukan hal tersebut
untuk pipa kapiler berbagai ukuran panjang dengan diameter penampang sama dan juga
untuk pipa kapiler berbagai ukuran diameter penampang dengan panjang sama. Semua
percobaan dilakukan dengan posisi pipa kapiler vertikal dan horizontal.
Proses fisis yang terjadi pada pecobaan ini adalah pada saat air dimasukkan ke
dalam buret maka akan mengakibatkan air bersifat fluida dinamis. Air yang dimasukkan
ke dalam buret akan mengalir ke bawah. Ini disebabkan karena adanya gaya gravitasi
tidak ada air yang dituang maka air bersifat fluida statis dan terjadi persamaan kontinuitas
fluida statis laju pada kedua ujung konstan terhadap waktu serta kerapatan massa. Oleh
karena itu, ketika aliran air dihidupkan, alirannya akan bersifat steady dan laju nya
bernilai konstan.Pada saat keran dihidupkan menyebabkan terjadinya persamaan
kontinuitas dan berlaku hukum Bernoulli yang mana jumlah energi terdapat pada buret
sama dengan energi pada pipa kapiler.
Pada percobaan ini diperoleh hasil ralat bobot yang diperoleh pada
percobaan pertama diperoleh jika vertikal λ ± Δλ = 0,0134068 ± 2,3043 × 10−5 ; jika
horizontal λ ± Δλ = 0,0114138 ± 2,15892 × 10−5 ; percobaan kedua diperoleh hasil
vertikal sebesar λ ± Δλ = 0,0150751 ± 2,48963 × 10−5 ; horizontal sebesar λ ± Δλ =
0,0129872 ± 2,3332 × 10−5 ; hasil perhitungan pada percobaan 3 pada vertikal sebesar
λ ± Δλ = 0,0177482 ± 2,78098 × 10−5 ; pada horizontal sebesar λ ± Δλ =
0,0155747 ± 2,60026 × 10−5 .
Faktor-faktor yang memengaruhi pada percobaan ini yaitu adanya gravitasi yang
membedakan waktu paruh pada pipa horizontal dan pipa vertikal. Selain itu, panjang dari
pipa kapiler juga memengaruhi besarnya hasil waktu paruh.
KESIMPULAN

Praktikum dengan kode M-7 yang berjudul “Aliran Air Dalam Pipa Kapiler”
bertujuan untuk menentukan waktu paruh eksponensial aliran air pada pipa kapiler.
Dalam praktikum ini dapat diambil kesimpulan dari hasil perhitungan pada percobaan,
yaitu :
1. Nilai ralat bobot pada pipa pertama vertikal adalah sebesar λ ± Δλ =
0,0134068 ± 2,3043 × 10−5 .
2. Nilai ralat bobot pada pipa pertama horizontal adalah sebesar λ ± Δλ =
0,0114138 ± 2,15892 × 10−5 .
3. Nilai ralat bobot pada pipa kedua vertikal adalah sebesar λ ± Δλ = 0,0150751 ±
2,48963 × 10−5 .
4. Nilai ralat bobot pada pipa kedua horizontal adalah sebesar λ ± Δλ =
0,0129872 ± 2,3332 × 10−5 .
5. Nilai ralat bobot pada pipa ketiga vertikal adalah sebesar λ ± Δλ = 0,0177482 ±
2,78098 × 10−5 .
6. Nilai ralat bobot pada pipa ketiga horizontal adalah sebesar λ ± Δλ =
0,0155747 ± 2,60026 × 10−5 .
Faktor-faktor yang memengaruhi pada percobaan ini yaitu adanya gravitasi yang
membedakan waktu paruh pada pipa horizontal dan pipa vertikal. Selain itu, panjang
dari pipa kapiler juga memengaruhi besarnya hasil waktu paruh.
M-7
Aliran Air dalam Pipa Kapiler

Nama : Mutiara Elok Silvana


NIM : 24040121120034
Kelompok :5
Jurusan : Fisika S1
Hari/Tanggal : Jumat/19 November 2021
Waktu : 16.45-17.20
Data Percobaan
Tabel 1.1 Data Pengamatan Pipa Kapiler Pertama
Pipa Kapiler Pertama
Waktu (s) ∆ℎ vertikal (m) ∆ℎ horizontal (m) ℎ0 (m) l (m)
5 0,041 0,032
10 0,085 0,076
15 0,13 0,11
20 0,17 0,149 0,746 0,05725
25 0,212 0,186
30 0,251 0,22
35 0,286 0,25

Tabel 1.2 Data Pengamatan Pipa Kapiler Kedua


Pipa Kapiler Kedua
Waktu (s) ∆ℎ vertikal (m) ∆ℎ horizontal (m) ℎ0 (m) l (m)
5 0,04 0,034
10 0,092 0,078
15 0,14 0,112
20 0,185 0,163 0,722 0,073325
25 0,226 0,199
30 0,266 0,237
35 0,303 0,275
Tabel 1.3 Data Pengamatan Pipa Kapiler Ketiga
Pipa Kapiler Ketiga
Waktu (s) ∆ℎ vertikal (m) ∆ℎ horizontal (m) ℎ0 (m) l (m)
5 0,045 0,042
10 0,098 0,09
15 0,15 0,138
20 0,196 0,182 0,696 0,04815
25 0,243 0,225
30 0,283 0,263
35 0,325 0,3

Semarang, 19 November 2021


Asisten, Praktikan,

Wisnu Prayoga Ferdiansyah Mutiara Elok Silvana


NIM 24040119140130 NIM 24040121120034
Percobaan M-7

Aliran Air pada Pipa Kapiler

I. Tujuan Percobaan

1.1 Menentukan waktu paroh pemerosotan eksponensial aliran air pada


pipa kapiler

II. Dasar Teori

2.1 Fluida

Fluida adalah zat yang dapat mengalir, fluida merupakan kebalikan


dari zat padat. Fluida menyesuaikan diri dengan bentuk wadah apapun di
mana ditempatkannya. Fluida bersifat demikian karena tidak dapat
menahan gaya yang bersinggungan dengan permukaannya (Halliday,
2010).

Sebuah gaya yang bekerja pada sebuah permukaan fluida akan


selalu tegak lurus pada permukaan tersebut. Karena fluida yang diam tidak
dapat menahan komponen gaya yang sejajar dengan permukaannya.
Komponen gaya yang sejajar dengan permukaan fluida akan
menyebabkan fluida tadi bergerak mengalir. Karena itu kita dapat
mendefinisikan suatu besaran yang terkait dengan gaya normal permukaan
dan elemen luasan permukaan suatu fluida (Satriawan, 2012).

2.2 Macam-Macam Fluida

Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan


sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung
atau tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya
dan kapal laut mengapung diatasnya. Demikian juga kapal selam dapat
mengapung atau melayang didalamnya. Air yang diminum dan udara yang
dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun
sering tidak kita sadari.

Secara umum fluida dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu fluida
statis dan fluida dinamis (Sochib dan Hidayatulloh, 2018).

2.2.1 Fluida Statis

Fluida statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak


bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak
terdapat perbedaan kecepatan antar partikel fluida tersebut atau
bisa dikatakan bahwa partikelpartikel fluida tersebut bergerak
dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser.
Contoh fenomena fluida statis dapat dibagi menjadi statis
sederhana dan tidak sederhana. Contoh fluida yang diam secara
sederhana adalah air di bak yang tidak dikenai gaya (Sochib dan
Hidayatulloh, 2018).

2.2.2 Fluida Dinamis

Fluida dinamis adalah fluida (dapat berupa zat cair atau


gas) yang bergerak. Untuk memudahkan dalam mempelajarinya,
fluida disini dianggap steady (mempunyai kecepatan yang konstan
terhadap waktu), tak termampatkan (tidak mengalami perubahan
volume), tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami putaran-
putaran) (Sochib dan Hidayatulloh, 2018).

2.3 Tekanan

Sebuah gaya yang bekerja pada sebuah permukaan fluida akan


selalu tegak lurus pada permukaan tersebut. Karena fluida yang diam tidak
dapat menahan komponen gaya yang sejajar dengan permukaannya.
Komponen gaya yang sejajar dengan permukaan fluida akan
menyebabkan fluida tadi bergerak mengalir. Karena itu kita dapat
mendefinisikan suatu besaran yang terkait dengan gaya normal permukaan
dan elemen luasan permukaan suatu fluida.

Kita tinjau suatu fluida, dan kita ambil suatu bagian volume dari
fluida itu dengan bentuk sembarang, dan kita beri nama S. Secara umum
akan terdapat gaya dari luar S pada permukaannya oleh materi di luar S.
Sesuai prinsip hukum Newton ketiga, mestinya akan ada gaya dari S yang,
sesuai pembahasan di atas, mengarah tegak lurus pada permukaan S. Gaya
tadi diasumsikan sebanding dengan elemen luas permukaan d𝑆⃗, dan
konstanta kesebandingannya didefinisikan sebagai tekanan.

𝐹⃗ = 𝑝d𝑆⃗ … (2.1)

Jadi arah 𝐹⃗ adalah tegak lurus permukaan, searah dengan arah d𝑆⃗,
dan tekanan p adalah besaran skalar. Satuan SI dari tekanan adalah pascal
(Pa), dan 1 Pa = 1𝑁/𝑚2 (Satriawan, 2012).

2.4 Tekanan Hidrostatik


Sifat menarik yang dimiliki zat cair statis adalah adanya tekanan
yang dilakukan pada benda yang dicelupkan ke dalam zat cair tersebut.
Tekanan tersebut muncul karena benda menahan berat zat cair di
atasnya. Makin dalam posisi benda maka makin tebal zat cair di atas
benda tersebut yang harus ditahan sehingga makin besar tekanan yang
dirasakan benda. Tekan jenis ini dinamakan tekanan hidrostatis (tekanan
oleh zat cair yang diam).
Sebuah pelat dengan luas S ditempatkan horisontal ke dalam zat
cair. Pelat tersebut berada pada kedalaman h dari permukaan zat cair.
Pelat tersebut menahan beban zat cair di atasnya (Gambar 2.1). Volum
zat cair di atas pelat adalah V = hS. Jika  adalah massa jenis zat cair
maka massa zat cair yang berada di atas pelat adalah m = V = hS.
Dengan demikian, berat zat cair yang ditahan pelat adalah W = mg =
hSg. Tekanan zat cair yang dialami pelat menjadi :
𝑊
𝑃= 𝑆
… (2.2)
𝑃 = 𝜌𝑔ℎ … (2.3)
dengan
P = tekanan oleh zat cair (Pa)
 = massa jenis zat cair (𝑘𝑔/𝑚2 )
g = percepatan gravitasi bumi (𝑚/𝑠 2 )
h = kedalaman posisi benda diukur dari permukaan zat cair (m).

Gambar 2.1
Tekanan hidrostatis yang tertuang dalam persamaan (2.2) adalah
tekanan yang semata-mata dihasilkan oleh zat cair yang diam (Abdullah,
2016).

2.5 Kapilaritas

Peristiwa kapilaritas disebabkan adanya gaya adhesi dan gaya


kohesi yang menentukan tegangan permukaan zat cair. Tegangan
permukaan akan mempengaruhi besar kenaikan atau penurunan zat cair
pada pipa kapiler. Tegangan permukaan bekerja sepanjang keliling pipa
kapiler yang menarik zat cair dengan gaya. Dinding akan mengadakan
reaksi sebagai balasan atas aksi dan menarik zat cair ke atas dengan gaya
yang sama besar. Pada keadaan setimbang, komponen vertikal gaya tarik
dinding sebanding dengan berat air yang naik. Permukaan air dan
permukaan air raksa yang mengalami kenaikan atau penurunan juga
merupakan akibat tegangan permukaan (Pauliza, 2008).

Rumus kapilaritas adalah:

2.𝜏 cos ∅
𝛾= … (2.4)
𝜌.𝑔.𝑟
dengan keterangan bahwa 𝛾 merupakan perbedaan tinggi zat cair di dalam
dan di luar pipa kapiler (m), τ adalah tegangan permukaan (N/m), g
merupakan percepatan gravitasi (m/s2), ∅ merupakan sudut kontak (°),r
adalah jari-jari penampang pipa kapiler (m), dan 𝜌 merupakan massa jenis
zat cair (kg/m3) (Giancoli, 2007).

Kejadian sehari-hari banyak yang memanfaatkan prinsip


kapilaritas. Peristiwa naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor adalah
peristiwa kapilaritas. Pengisapan air dan unsur hara oleh tumbuhan
melalui jaringan kapiler merupakan peristiwa kapilaritas. Hal lainnya
yaitu pengisapan air oleh kertas atau kain juga merupakan peristiwa
kapilaritas (Steenis, 2008).

2.6 Viskositas

Viskositas merupakan ukuran resistensi zat cair untuk mengalir.


Makin besar resistensi suatu zat cair untuk mengalir makin besar pula
viskositasnya. Daya tuang suatu sediaan cair dipengaruhi oleh viskositas
suatu sediaan. Penentuan viskositas dapat menggunakan Viskometer
ostwald (Martin, 1993).
Fluida diletakkan di antara dua pelat sejajar. Satu pelat digerakkan
dengan kecepatan konstan v arah sejajar ke dua pelat. Permukaan fluida
yang bersentuhan dengan pelat yang diap tetap diam sedangkan yang
bersentuhan dengan pelat yang bergerak ikut bergerak dengan kecepatan
v juga. Akibatnya terbentuk gradien kecepatan. Lapisan fluida yang lebih
dekat dengan pelat bergerak memiliki kecepatan yang lebih besar. Untuk
mempertahankan kecepatan tersebut, diperlukan adanya gaya F yang
memenuhi
𝑉
𝐹 = ղ𝐴 𝑙 … (2.5)

dengan A luas penampang pelat, l jarak pisah dua pelat, F gaya yang
diperlukan untuk mempertahankan pelat tetap bergerak relatif dengan
kecepatan v,  konstanta yang disebut koefisien viskositas fluida.
Satuan viskositas adalah N 𝑠/𝑚2 (SI). Jika dinyatakan dalam
satuan CGS, satuan viskositas adalah dyne 𝑠/𝑐𝑚2 . Satuan ini disebut juga
poise (P). Umumnya koefisien viskositas dinyatakan dalam cP
(centipoises = 0,001 P) (Abdullah, 2016).

2.7 Jenis-Jenis Aliran Fluida

2.7.1. Aliran Laminar


Jika alirannya tenang, sehingga lapisan-lapisan fluida yang
berdekatan saling mengalir dengan lancar, aliran tersebut disebut
aliran streamline atau laminar. Pada aliran laminar, setiap partikel
fluidamengikuti suatu lintasan halus yang disebut streamline, dan
lintasan - lintasan ini tidak saling bersilangan.

Gambar 2.2 Aliran Laminar


(Giancolli, 2016)
2.7.2. Aliran Turbulen
Aliran turbulen dicirikan oleh pusaran tidak menentu,
kecil, yang disebut arus pusaran air. Pusaran ini menyerap banyak
energi, dan meskipun sejumlah tertentu gesekan internal yang
disebut viskositas ada bahkan selama terjadinya aliran laminar, itu
jauh lebih besar ketika terjadi aliran turbulen. Beberapa tetes kecil
tinta atau pewarna makanan yang diteteskan ke dalam cairan yang
bergerak dapat dengan cepat yang mengungkapkan apakah
alirannya lancar atau turbulen.

Gambar 2.3 Aliran Turbulen


(Giancolli, 2016)
2.7.3. Aliran Transisi
Aliran Transisi adalah di mana kondisi partikel fluida
berada pada peralihan dari kondisi seragam menuju kondisi acak,
pada kondisi nyatanya kondisi seperti ini sangat sulit terjadi.

Gambar 2.4 Aliran Transisi


(Simanjuntak et al, 2017)

2.8 Gravitasi

Berdasarkan dari pengamatan Newton tentang gaya yang menarik


apel jatuh ke bumi, Newton menyimpulkan bahwa tidak hanya bumi yang
dapat menarik apel maupun bulan, tetapi juga setiap benda di alam semesta
menarik setiap benda lainnya; kecenderungan benda untuk bergerak ke
arah satu sama lain disebut gravitasi.

Newton mengusulkan hukum gaya yang disebut Hukum Gravitasi


Newton yang besarnya :

𝑚1 𝑚2
𝐹=𝐺 … (2.6)
𝑟2

dengan :

m1 dan m2 = massa partikel

r = jarak keduanya

G = konstanta gravitasi

Konstanta gravitasi yang sekarang kita kenal sebagai

𝑚2
𝐺 = 6,67 × 10−11 𝑁 ∙ 𝑘𝑔2 … (2.7)

𝑎𝑡𝑎𝑢

𝐺 = 6,67 × 10−11 𝑚3 /𝑘𝑔 ∙ 𝑠 2 … (2.8)


(Halliday et al., 2010)
III. Metode Penelitian

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Gelas Ukur 100 ml

Berfungsi sebagai wadah dan tempat menampung air sebelum


dituangkan ke dalam buret

3.1.2 Pipa Kapiler

Berfungsi sebagai variable dalam percobaan atau variasi ukuran


dan posisi

3.1.3 Jangka Sorong

Berfungsi untuk mengukur diameter pipa kapiler

3.1.4 Buret

Berfungsi untuk menampung air sebelum dialirkan ke dalam pipa


kapiler

3.1.5 Mistar

Berfungsi untuk mengukur tinggi volume air

3.1.6 Stopwatch

Berfungsi untuk mengukur waktu

3.1.7 Kran

Berfungsi untuk mengontrol aliran air

3.2 Gambar Alat dan Bahan


Gambar 3.1 Gelas Ukur 100 ml

(Sumber : lazada.co.id)

Gambar 3.2 Pipa Kapiler

(Sumber : shopee.co.id)

Gambar 3.3 Jangka Sorong

(Sumber : shopee.co.id)
Gambar 3.4 Buret

(Sumber : tokopedia.com)

Gambar 3.5 Mistar

(Sumber : shopee.co.id)
Gambar 3.6 Stopwatch

(Sumber : ubuy.co.id)

Gambar 3.7 Kran

(Sumber : shopee.co.id)

3.3 Skema Alat

Gambar 3.8 Set Up Alat Percobaan Aliran Air pada Pipa Kapiler

Keterangan:
1. Buret
2. Kran
3. Kapiler Vertikal
4. Mistar
5. Kapiler Horizontal
6. Gelas Ukur
7. Stopwatch
8. Jangka Sorong
3.4 Diagram Alir

Mulai

Volume (𝑚2 ) dan Tinggi (m)

Pengisian air kedalam buret dan gelas ukur


sampai permukaan dari ujung pipa (ℎ0 )

Mengukur tinggi permukaan


air setiap 5-10 detik setiap air
mengalir

Menghitung waktu peluruhan


selama 10 sekon

Ya

Variasi berbagai
ukuran panjang dan
diameter penampang
(pipa kapiler)

Tidak

Tinggi (m) dan


waktu (s)

Selesai

Gambar 3.9 Diagram Alir Percobaan Aliran Air pada Pipa Kapiler
3.5 Diagram Fisis

Pada saat air dimasukkan kedalam buret maka akan


mengakibatkan 3.1air bersifat fluida dinamis

Air yang dimasukkan kedalam buret akan mengalir


kebawah ini disebabkan karena adanya gaya gravitasi

Ketika tidak ada air yang dituang maka air bersifat fluida
statis dan terjadi persamaan kontinuitas dan laju pada kedua
ujung konstan terhadap waktu serta kerapatan massa. Oleh
karena itu, ketika aliran air dihidupkan, alirannya akan
bersifat steady dan lajunya bernilai konstan.

Pada saat keran dihidupkan menyebabkan terjadinya


persamaan kontinuitas dan berlaku hukum Bernoulli yang
mana jumlah energi terdapat pada burets ama dengan energi
pada pipa kapiler

Gambar 3.10 Diagram Fisis Percobaan Aliran Air pada Pipa


Kapiler
Daftar Pustaka

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Diktat Fisika Dasar I. Bandung: Institut Teknologi


Bandung.

Douglas C., Giancoli. 2007. Fisika Jilid 1 Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Giancoli, D. C. 2016. Physics Principles with Application, Global Edition. England:


Halliday, Resnick, dan Walker. 2010. Fisika Dasar Jilid 1, Edisi 7. Terjemahan Tim
Pengajar Fisika ITB. Jakarta: Penerbit Erlangga.
M. Sochib dan Adi Rozi Hidayatulloh. 2018. PERANCANGAN INSTALASI POMPA AIR
DARI MATA AIR DANAU NGIPIK KE TANDON PENAMPUNG PERUMAHAN
KAPASITAS 900 L/JAM. Gresik: Universitas Gresik.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika, edisi II, Jilid 3. Jakarta: UI Press.
Pauliza O. 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan. Bandung: Grafindo.
Pearson Education Limited.
Satriawan, Mirza. 2012. Fisika Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Simanjuntak, H. F., Manik, P., & Santosa, A. W. 2017. Analisa Pengaruh Panjang,
Letak dan Geometri Lunas Bilga Terhadap Arah dan Kecepatan
Aliran (Wake) Pada Kapal Ikan Tradisioal (Studi Kasus Kapal
Tipe Kragan). JURNAL TEKNIK PERKAPALAN, 5(1), 346.

Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai