Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KODE: M-7

Aliran Air dalam Pipa Kapiler

DISUSUN OLEH:

NAMA : Mutiara Elok Silvana

NIM : 24040121120034

JURUSAN / PROGRAM STUDY : Fisika

KELAS :B NO REGU :V

HARI : Jumat TANGGAL : 19-11-2021

PRAKTIKUM KE :6 JAM : 16.45– 17.20 WIB

ASISTEN : Wisnu Prayoga Ferdiansyah

LABORATORIUM FISIKA DASAR

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

1. Tentukan besaran (observable) fisis apa saja yang anda amati/ukur secara
langsung terkait dengan besaran yang hendak anda cari dalam percobaan anda
(10 poin).

Tabel 1.1 Besaran Fisis Percobaan Aliran Air Dalam Pipa Kapiler
No Besaran Lambang Satuan Dimensi
1. Panjang l Meter (m) [L]
2. Waktu t Sekon (s) [T]
2. Gambarkan set-up eksperimen dalam peralatan yang akan anda lakukan dan
berilah keterangan gambar dari set-up eksperimen anda (20 poin).

Gambar 2.1 Set Up Alat Percobaan Aliran Air pada Pipa Kapiler

Keterangan:
1. Buret
2. Kran
3. Kapiler Vertikal
4. Mistar
5. Kapiler Horizontal
6. Gelas Ukur
7. Stopwatch
8. Jangka Sorong
3. Berdasarkan persamaan besaran yang ada di dalam buku petunjuk praktikum,
jabarkan perumusan persamaan yang akan anda gunakan untuk mendapatkan
hasil-hasil yang akan anda cari dalam eksperimen anda (40 poin).

3.1 Rumus Tetapan Peluruhan


t
h=h0 e (3.1)
lnh=ln h 0 (−λt )
h
−λ t=ln
h0
−λ t=lnh – ln h0
λ t=−( lnh – lnh 0 )
−lnh+ ln h0
λ= (3.2)
t
3.2 Rumus Waktu Paruh
1 1
t =h= h0 (3.3)
2 2
1
ln h 0−ln h=t
2
h0 1
ln =t
h 2
h0 1
ln =λ t
1 2
h0
2
1
ln 2=t
2
1 ln 2
t =
2 ❑
1 0,693
t =
2 ❑
(3.4)
3.3 Turunan Parsial

∂λ
=
ln h 0−ln h

t
=

t (
ln h0 ln h

t )
=
1
∂ h0 ∂ h0 ∂ h0 h0 t
∂λ
=
lnh 0−ln h

t
=

t(
ln h0 ln h

t
=
)
−1
∂h ∂h ∂h ht
∂ λ ∂(ln h 0−ln h)/ t ∂(ln h0 −ln h)/ t
= = =−t ² ¿
∂t ∂t ∂t

3.4 Ralat Rambat

√( ❑ h 2+ ❑ h 2+ ❑ t 2
¿
h0 0) ( ) ( )
h t

3.5 Ralat Bobot



∑ ∆❑ 2
¿
1
∑ ∆❑ 2

√ √
1 1
∆=
1 = 1 1 1 1 1 1 1
∑ ∆❑ 2 + + + + + +
∆ λ ₁² ∆ λ ₂² ∆ λ ₃² ∆ λ ₄² ∆ λ ₅² ∆ λ ₆² ∆ λ ₇²
Keterangan:
1
t = waktu paruh (s)
2
t = waktu (s)
 = tetapan peluruhan
h = ketinggian akhir (m)
h0 = ketinggian awal (m)
h0 = ralat h0 (0,0005)
h = ralat h (0,0005)
t = ralat waktu (0,05)
 = ralat rambat
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil-hasil percobaan anda
tambah/kurangi kolom yang anda anggap perlu (30 poin).

Tabel 4.1 Data Pengamatan Pipa Kapiler Pertama


Pipa Kapiler Pertama
∆ h vertikal
Waktu (s) ∆ h horizontal (m) h 0 (m) l (m)
(m)
5 0,041 0,032
10 0,085 0,076
15 0,13 0,11
20 0,17 0,149 0,746 0,05725
25 0,212 0,186
30 0,251 0,22
35 0,286 0,25

Tabel 4.2 Data Pengamatan Pipa Kapiler Kedua


Pipa Kapiler Kedua
∆ h vertikal
Waktu (s) ∆ h horizontal (m) h 0 (m) l (m)
(m)
5 0,04 0,034 0,722 0,073325
10 0,092 0,078
15 0,14 0,112
20 0,185 0,163
25 0,226 0,199
30 0,266 0,237
35 0,303 0,275

Tabel 4.3 Data Pengamatan Pipa Kapiler Ketiga


Pipa Kapiler Ketiga
∆ h vertikal
Waktu (s) ∆ h horizontal (m) h 0 (m) l (m)
(m)
5 0,045 0,042
10 0,098 0,09
15 0,15 0,138
20 0,196 0,182 0,696 0,04815
25 0,243 0,225
30 0,283 0,263
35 0,325 0,3
5. Gambarkan grafik sesuai dengan data di atas pada kertas grafik yang tersedia
(gunakan milimeter blok). Ingat, pemilihan sumbu yang benar akan sangat
memengaruhi grafik linier yang anda buat (40 poin).

5.1 Pipa Kapiler Pertama


5.1.1 Posisi Vertikal

Pipa Kapiler Pertama Vertikal


0.6

0.5

0.4
-In(h/h0)

0.3

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (s)

Gambar 5.1 Grafik Pipa Kapiler Pertama Vertikal

Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler pertama vertikal


di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan waktu (s)
sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan. Dimana
dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya semakin
besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula perubahan
ketinggian air pada pipa.
5.1.2 Posisi Horizontal

Pipa Kapiler Pertama Horizontal


0.45
0.4
0.35
0.3
-In(h/h0)

0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (s)

Gambar 5.2 Grafik Pipa Kapiler Pertama Horizontal

Analisa : Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler pertama


horizontal di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan
waktu (s) sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan.
Dimana dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya
semakin besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula
perubahan ketinggian air pada pipa.
5.2 Pipa Kapiler Kedua
5.2.1 Posisi Vertikal
Pipa Kapiler Kedua Vertikal
0.6

0.5

0.4

-In(h/h0) 0.3

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (s)

Gambar 5.3 Grafik Pipa Kapiler Kedua Vertikal

Analisa : Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler kedua


vertikal di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan
waktu (s) sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan.
Dimana dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya
semakin besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula
perubahan ketinggian air pada pipa.
5.2.2 Posisi Horizontal
Pipa Kapiler Kedua Horinzontal
0.6

0.5

0.4

-In(h/h0) 0.3

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (s)

Gambar 5.4 Grafik Pipa Kapiler Kedua Horizontal

Analisa : Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler kedua


horizontal di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan
waktu (s) sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan.
Dimana dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya
semakin besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula
perubahan ketinggian air pada pipa.
5.3 Pipa Kapiler Ketiga
5.3.1 Posisi Vertikal
Pipa Kapiler Ketiga Vertikal
0.7

0.6

0.5

0.4
-In(h/h0)
0.3

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (s)

Gambar 5.5 Grafik Pipa Kapiler Ketiga Vertikal

Analisa : Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler ketiga


vertikal di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan
waktu (s) sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan.
Dimana dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya
semakin besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula
perubahan ketinggian air pada pipa.
5.3.2 Posisi Horizontal
Pipa Kapiler Ketiga Horizontal
0.6

0.5

0.4
-In(h/h0)
0.3

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (s)

Gambar 5.6 Grafik Pipa Kapiler Ketiga Horizontal

Analisa : Analisa : dari grafik analisis percobaan pipa kapiler ketiga


horizontal di atas menunjukkan hubungan antara -In(h/h0) dengan
waktu (s) sehingga menghasilkan grafik dengan kenaikkan konstan.
Dimana dari grafik di atas kurva cenderung naik ke atas yang artinya
semakin besar waktu yang digunakan maka semakin besar pula
perubahan ketinggian air pada pipa.
6. Hitunglah besaran-besaran yang ingin anda tentuka (60 poin). Ingat satuan dan
besaran harus sesuai penulisannya.

6.1 Pada Pipa Kapiler 1


h=h0 −Δh
6.1.1 Pada Keadaan Vertikal
Untuk t=5 s
t=5 s
h=0,746−0,0 41
h=0 , 705 m
 Tetapan Peluruhan
−ln 0 , 705+ ln 0,746
λ=
MERGEFIELD t 5
λ=0,0 11306
1
 Waktu Paruh t
2
1 ln2
t =
2 0,0113056
1
t =61,310 29 s
2
 Turunan parsial

∂λ 1 1
= = =0,2 68097
∂ h0 h0 t 0,7 4 6.5
∂ λ −1 −1
= = =−0 , 2836 9
∂ h ht 0 ,705 . 5
∂ λ I n h0 −I nh ¿ ( 0,7 46 )−¿(0 ,705)
= 2
= 2
=0,002261
∂t t 5

 Ralat Rambat

Δ λ MERGEFIELD No 1= √ ( 0,268097 ∙ 0,0005 ) + (−0,2836 9 ∙ 0,0005 ) + ( 0,0 02261∙ 0,0


2 2

Δ λ MERGEFIELD No1=0,000225544

λ MERGEFIELD No 1 ± Δ λ=0,011306 ± 0,0 0 0 226


Tabel 6.1 Data Pipa Kapiler Pertama Vertikal
Waktu 1 ∂λ ∂λ ∂λ
h λ t Δλ
(s) 2 ∂ h0 ∂h ∂t

-
5 0.705 0.011306 61.31029 0.268097 0.002261 0.000226
0.28369
-
10 0.661 0.012097 57.29826 0.134048 0.00121 0.000118
0.15129
-
15 0.616 0.012765 54.29957 0.089366 0.000851 8.21E-05
0.10823
-
20 0.576 0.012931 53.60395 0.067024 0.000647 6.37E-05
0.08681
-
25 0.534 0.013373 51.8311 0.053619 0.000535 5.33E-05
0.07491
-
30 0.495 0.013672 50.69733 0.044683 0.000456 4.64E-05
0.06734
-
35 0.46 0.013814 50.17621 0.0383 0.000395 4.15E-05
0.06211
6.1.2 Pada Keadaan Horizontal
Untuk t=5 s
t=5 s
h=0,746−0,0 32
h=0,7 14 m
 Tetapan Peluruhan
−ln 0,7 14 + ln0,746
λ=
MERGEFIELD t 5
λ=0,0 08769
1
 Waktu Paruh t
2
1 ln 2
t =
2 0,0 08769
1
t =79,04944 s
2
 Turunan parsial

∂λ 1 1
= = =0,268097
∂ h0 h0 t 0,746.5
∂ λ −1 −1
= = =−0,28 011
∂ h ht 0,7 14 .5
∂ λ I n h0 −I nh ¿ ( 0,746 )−¿(0,7 14)
= = =0,00 1754
∂t t
2
5
2

 Ralat Rambat

Δ λ MERGEFIELD No1= √( 0,26 8097 ∙ 0,0005 ) + (−0,28 011 ∙0,0005 ) + ( 0,00 1754 ∙ 0,0
2 2
Δ λ MERGEFIELD No1=0,000213

λ MERGEFIELD No 1 ± Δ λ=0,0 08769 ± 0,000213

Tabel 6.2 Data Pipa Kapiler Pertama Horizontal


Waktu 1 ∂λ ∂λ ∂λ
h λ t Δλ
(s) 2 ∂ h0 ∂h ∂t

0.26809
5 0.714 0.008769 79.04944 -0.28011 0.001754 0.000213
7
0.13404
10 0.67 0.010745 64.51008 -0.14925 0.001074 0.000114
8
0.08936
15 0.636 0.010635 65.17521 -0.10482 0.000709 7.75E-05
6
0.06702
20 0.597 0.01114 62.2191 -0.08375 0.000557 6.04E-05
4
0.05361
25 0.56 0.011472 60.42314 -0.07143 0.000459 5.02E-05
9
0.04468
30 0.526 0.011647 59.51049 -0.06337 0.000388 4.34E-05
3
35 0.496 0.011661 59.43935 0.0383 -0.0576 0.000333 3.84E-05
6.2 Pada Pipa Kapiler 2
h=h0 −Δh
6.2.1 Pada Keadaan Vertikal
Untuk t=5 s
t=5 s
h=0,7 22−0 ,04
h=0 , 682m
 Tetapan Peluruhan
−ln 0 , 682+ ln 0,7 22
λ=
MERGEFIELD t 5
λ=0,01 1399
1
 Waktu Paruh t
2
1 ln 2
t =
2 0,011399
1
t =6 0,80721 s
2
 Turunan parsial
∂λ 1 1
= = =0,277008
∂ h0 h0 t 0,7 22.5
∂ λ −1 −1
= = =−0,2 9326
∂ h ht 0 ,682 .5
∂ λ I n h0 −I nh ¿ ( 0,7 22 )−¿(0 , 682)
= = =0,0022 8
∂t t2 52

 Ralat Rambat

Δ λ MERGEFIELD No1= √( 0,2 77008 ∙0,0005 ) + (−0 , 29326 ∙ 0,0005 ) + ( 0,00228 ∙ 0,0
2 2

Δ λ MERGEFIELD No1=0,000232

λ MERGEFIELD No 1 ± Δ λ=0,0113 99 ± 0,000232

Tabel 6.3 Data Pipa Kapiler Kedua Vertikal


Waktu 1 ∂λ ∂λ ∂λ
h λ t Δλ
(s) 2 ∂ h0 ∂h ∂t

0.27700
5 0.682 0.011399 60.80721 -0.29326 0.00228 0.000232
8
0.13850
10 0.63 0.013631 50.85254 -0.15873 0.001363 0.000125
4
0.09233
15 0.582 0.01437 48.23466 -0.11455 0.000958 8.78E-05
6
0.06925
20 0.537 0.014801 46.82999 -0.09311 0.00074 6.88E-05
2
0.05540
25 0.496 0.015018 46.15452 -0.08065 0.000601 5.74E-05
2
0.04616
30 0.456 0.015318 45.25126 -0.0731 0.000511 5.02E-05
8
35 0.419 0.015547 44.58323 0.03957 -0.06819 0.000444 4.52E-05
3

6.2.2 Pada Keadaan Horizontal


Untuk t=5 s
t=5 s
h=0,7 22−0,03 4
h=0 , 688 m
 Tetapan Peluruhan
−ln 0 , 688+ ln 0,7 22
λ=
MERGEFIELD t 5
λ=0,00 9647
1
 Waktu Paruh t
2
1 ln2
t =
2 0,00 9647
1
t =7 1,84912 s
2
 Turunan parsial

∂λ 1 1
= = =0,277008
∂ h0 h0 t 0,7 22.5
∂ λ −1 −1
= = =−0 , 2907
∂ h ht 0 ,688 . 5
∂ λ I n h0 −I nh ¿ ( 0,7 22 )−¿(0 , 688)
= = =0,00 1929
∂t t
2
5
2

 Ralat Rambat

Δ λ MERGEFIELD No1= √( 0,2 77008 ∙0,0005 ) + (−0,2 907 ∙ 0,0005 ) + ( 0,001 929∙ 0,05
2 2

Δ λ MERGEFIELD No1=0,000223

λ MERGEFIELD No 1 ± Δ λ=0,0 09647 ± 0,000 223

Tabel 6.4 Data Pipa Kapiler Kedua Horizontal


Waktu 1 ∂λ ∂λ ∂λ
h λ t Δλ
(s) 2 ∂ h0 ∂h ∂t

0.27700
5 0.688 0.009647 71.84912 -0.2907 0.001929 0.000223
8
0.13850
10 0.644 0.011433 60.62879 -0.15528 0.001143 0.000119
4
15 0.61 0.011238 61.68027 0.09233 -0.10929 0.000749 8.08E-05
6
0.06925
20 0.559 0.012794 54.17844 -0.08945 0.00064 6.5E-05
2
0.05540
25 0.523 0.012898 53.74173 -0.07648 0.000516 5.38E-05
2
0.04616
30 0.485 0.013263 52.26353 -0.06873 0.000442 4.69E-05
8
0.03957
35 0.447 0.013699 50.59822 -0.06392 0.000391 4.24E-05
3

6.3 Pada Pipa Kapiler 3


h=h0 −Δh
6.3.1 Pada Keadaan Vertikal
Untuk t=5 s
t=5 s
h=0 , 696−0,04 5
h=0 , 651m
 Tetapan Peluruhan
−ln 0,6 51+ ln 0 ,696
λ=
MERGEFIELD t 5
λ=0,01 3368
1
 Waktu Paruh t
2
1 ln 2
t =
2 0,013368
1
t =51,85121 s
2
 Turunan parsial

∂λ 1 1
= = =0,2 87356
∂ h0 h0 t 0 , 696 .5
∂ λ −1 −1
= = =−0 , 30722
∂ h ht 0 ,651 .5
∂ λ I n h0 −I nh ¿ ( 0 , 696 )−¿ (0 , 651)
= = =0,00 2674
∂t t2 52

 Ralat Rambat

Δ λ MERGEFIELD No1= √ ( 0,2 87356 ∙ 0,0005 ) + (−0 ,30722 ∙ 0,0005 ) + ( 0,002674 ∙ 0,


2 2

Δ λ MERGEFIELD No1=0,000249

λ MERGEFIELD No 1 ± Δ λ=0,01 3368 ±0,000 249


Tabel 6.5 Data Pipa Kapiler Ketiga Vertikal
Waktu 1 ∂λ ∂λ ∂λ
h λ t Δλ
(s) 2 ∂ h0 ∂h ∂t

0.28735
5 0.651 0.013368 51.85121 -0.30722 0.002674 0.000249
6
0.14367
10 0.598 0.015176 45.67423 -0.16722 0.001518 0.000134
8
0.09578
15 0.546 0.016182 42.83434 -0.1221 0.001079 9.45E-05
5
0.07183
20 0.5 0.016537 41.91473 -0.1 0.000827 7.42E-05
9
0.05747
25 0.453 0.017178 40.35016 -0.0883 0.000687 6.29E-05
1
0.04789
30 0.413 0.017397 39.84352 -0.08071 0.00058 5.52E-05
3
0.04105
35 0.371 0.017976 38.56035 -0.07701 0.000514 5.06E-05
1
6.3.2 Pada Keadaan Horizontal
Untuk t=5 s
t=5 s
h=0 , 696−0,0 42
h=0,6 54 m
 Tetapan Peluruhan
−ln 0,6 54 + ln0 , 696
λ=
MERGEFIELD t 5
λ=0,0 12448
1
 Waktu Paruh t
2
1 ln 2
t =
2 0,0012448
1
t =55,68135 s
2
 Turunan parsial

∂λ 1 1
= = =0,2 87356
∂ h0 h0 t 0 , 696 .5
∂ λ −1 −1
= = =−0 ,30581
∂ h ht 0 ,654 .5
∂ λ I n h0 −I nh ¿ ( 0 , 696 )−¿ (0 , 654)
= 2
= 2
=0,00 249
∂t t 5

 Ralat Rambat

Δ λ MERGEFIELD No1= √( 0,2 87356 ∙ 0,0005 ) + (−0 ,30581 ∙ 0,0005 ) + ( 0,00249 ∙ 0,0
2 2

Δ λ MERGEFIELD No1=0,000244
λ MERGEFIELD No 1 ± Δ λ=0,0 12448 ± 0,0002 44

Tabel 6.6 Data Pipa Kapiler Ketiga Horizontal


Waktu 1 ∂λ ∂λ ∂λ
h λ t Δλ
(s) 2 ∂ h0 ∂h ∂t

0.28735
5 0.654 0.012448 55.68135 -0.30581 0.00249 0.000244
6
0.14367
10 0.606 0.013847 50.05769 -0.16502 0.001385 0.000129
8
0.09578
15 0.558 0.014733 47.04817 -0.11947 0.000982 9.1E-05
5
0.07183
20 0.514 0.015156 45.73321 -0.09728 0.000758 7.14E-05
9
0.05747
25 0.471 0.01562 44.37658 -0.08493 0.000625 6E-05
1
0.04789
30 0.433 0.01582 43.81351 -0.07698 0.000527 5.24E-05
3
0.04105
35 0.396 0.016112 43.01938 -0.07215 0.00046 4.75E-05
1
6.4 Ralat Bobot
6.4.1 Pipa Kapiler Pertama Vertikal
λ1 λ3 λ2 λ4 λ5 λ6 λ7
2
2
+
+ 2
+ 2
+ 2
+ 2
+ 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ4 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2 + 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
λ=¿0,0134068


1
Δ λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
−5
Δ λ=2,3043 ×10
λ ± Δ λ=0,01 34068 ±2,3043 ×10−5

6.4.2 Pipa Kapiler Pertama Horizontal


λ1 λ2 λ3 λ4 λ5 λ6 λ7
2
+ 2
+ 2
+ 2
+ 2
+ 2
+ 2
Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ7
1 2 3 4 5 6
λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2 + 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
λ=¿0,0114138


1
Δ λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
−5
Δ λ=2 , 15892× 10
−5
λ ± Δ λ=0,01 14138 ±2 , 15892× 10

6.4.3 Pipa Kapiler Kedua Vertikal


λ1 λ2 λ3 λ4 λ5 λ6 λ7
+ + + + + +
Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ27
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2 + 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
λ=¿0,0150751


1
Δ λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
−5
Δ λ=2 , 48963 ×10
λ ± Δ λ=0,01 50751± 2 , 48963 ×10−5

6.4.4 Pipa Kapiler Kedua Horizontal


λ1 λ3 λ2λ4 λ5 λ6 λ7
+
+ + + + +
Δ λ1 Δ λ22 Δ λ23 Δ λ24 Δ λ25 Δ λ26 Δ λ27
2
λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2 + 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
λ=¿0,0129872


1
Δ λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
−5
Δ λ=2,3 332 ×10
−5
λ ± Δ λ=0,01 29872± 2,3 332× 10

6.4.5 Pipa Kapiler Ketiga Vertikal


λ1 λ3 λ2 λ4 λ5 λ6 λ7
2
2
+
+ 2
+ 2
+ 2
+ 2
+ 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ4 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2 + 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
λ=¿0,0177482


1
Δ λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
−5
Δ λ=2 , 78098 ×10
−5
λ ± Δ λ=0,01 77482± 2 ,78098 × 10

6.4.6 Pipa Ketiga Horizontal


λ1 λ2 λ3 λ4 λ5 λ6 λ7
+ + + + + +
Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ Δ λ27
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2 + 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
λ=¿0,0155747


1
Δ λ=
1 1 1 1 1 1 1
2
+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2
Δ λ1 Δ λ2 Δ λ3 Δ λ3 Δ λ5 Δ λ6 Δ λ7
−5
Δ λ=2 , 60026 ×10
−5
λ ± Δ λ=0,01 55747 ±2 , 60026 ×10
PEMBAHASAN

Telah dilaksanakan praktikum dengan kode M-7 yang berjudul Aliran Air dalam
Pipa Kapiler pada tanggal 19 November 2021. Praktikum ini memiliki tujuan untuk
menentukan waktu paruh pemerosotan eksponensial aliran air pada pipa kapiler.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat dan bahan seperti buret, gelas
ukur, pipa kapiler horizontal dan vertikal, meteran, stopwatch, dan air. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan tiga pipa kapiler. Dengan cara kerja sebagai berikut:
mengisi buret dengan air dan ukur h 0 yaitu tinggi permukaan air dari ujung pipa kapiler,
mengukur tinggi permukaan air setiap waktu pengaliran 10 detik, melakukan hal
tersebut untuk pipa kapiler berbagai ukuran panjang dengan diameter penampang sama
dan juga untuk pipa kapiler berbagai ukuran diameter penampang dengan panjang sama.
Semua percobaan dilakukan dengan posisi pipa kapiler vertikal dan horizontal.
Proses fisis yang terjadi pada pecobaan ini adalah pada saat air dimasukkan ke
dalam buret maka akan mengakibatkan air bersifat fluida dinamis. Air yang dimasukkan
ke dalam buret akan mengalir ke bawah. Ini disebabkan karena adanya gaya gravitasi
tidak ada air yang dituang maka air bersifat fluida statis dan terjadi persamaan
kontinuitas fluida statis laju pada kedua ujung konstan terhadap waktu serta kerapatan
massa. Oleh karena itu, ketika aliran air dihidupkan, alirannya akan bersifat steady dan
laju nya bernilai konstan.Pada saat keran dihidupkan menyebabkan terjadinya
persamaan kontinuitas dan berlaku hukum Bernoulli yang mana jumlah energi terdapat
pada buret sama dengan energi pada pipa kapiler.
Pada percobaan ini diperoleh hasil ralat bobot yang diperoleh pada
percobaan pertama diperoleh jika vertikal λ ± Δλ=0,0134068 ± 2,3043× 10−5 ; jika
horizontal λ ± Δλ=0,0114138 ± 2,15892× 10−5; percobaan kedua diperoleh hasil vertikal
−5
sebesar λ ± Δλ=0,0150751 ± 2,48963× 10 ; horizontal sebesar
−5
λ ± Δλ=0,0129872 ± 2,3332×10 ; hasil perhitungan pada percobaan 3 pada vertikal
−5
sebesar λ ± Δλ=0,0177482 ± 2,78098× 10 ; pada horizontal sebesar
λ ± Δλ=0,0155747 ± 2,60026 ×10−5.
Faktor-faktor yang memengaruhi pada percobaan ini yaitu adanya gravitasi yang
membedakan waktu paruh pada pipa horizontal dan pipa vertikal. Selain itu, panjang
dari pipa kapiler juga memengaruhi besarnya hasil waktu paruh.
KESIMPULAN

Praktikum dengan kode M-7 yang berjudul “Aliran Air Dalam Pipa Kapiler”
bertujuan untuk menentukan waktu paruh eksponensial aliran air pada pipa kapiler.
Dalam praktikum ini dapat diambil kesimpulan dari hasil perhitungan pada percobaan,
yaitu :
1. Nilai ralat bobot pada pipa pertama vertikal adalah sebesar
−5
λ ± Δλ=0,0134068 ± 2,3043× 10 .
2. Nilai ralat bobot pada pipa pertama horizontal adalah sebesar
λ ± Δλ=0,0114138 ± 2,15892× 10−5 .
3. Nilai ralat bobot pada pipa kedua vertikal adalah sebesar
−5
λ ± Δλ=0,0150751 ± 2,48963× 10 .
4. Nilai ralat bobot pada pipa kedua horizontal adalah sebesar
λ ± Δλ=0,0129872 ± 2,3332×10−5 .
5. Nilai ralat bobot pada pipa ketiga vertikal adalah sebesar
−5
λ ± Δλ=0,0177482 ± 2,78098× 10 .
6. Nilai ralat bobot pada pipa ketiga horizontal adalah sebesar
−5
λ ± Δλ=0,0155747 ± 2,60026 ×10 .
Faktor-faktor yang memengaruhi pada percobaan ini yaitu adanya gravitasi yang
membedakan waktu paruh pada pipa horizontal dan pipa vertikal. Selain itu, panjang
dari pipa kapiler juga memengaruhi besarnya hasil waktu paruh.

M-7
Aliran Air dalam Pipa Kapiler

Nama : Mutiara Elok Silvana


NIM : 24040121120034
Kelompok :5
Jurusan : Fisika S1
Hari/Tanggal : Jumat/19 November 2021
Waktu : 16.45-17.20
Data Percobaan
Tabel 1.1 Data Pengamatan Pipa Kapiler Pertama
Pipa Kapiler Pertama
∆ h vertikal
Waktu (s) ∆ h horizontal (m) h 0 (m) l (m)
(m)
5 0,041 0,032 0,746 0,05725
10 0,085 0,076
15 0,13 0,11
20 0,17 0,149
25 0,212 0,186
30 0,251 0,22
35 0,286 0,25

Tabel 1.2 Data Pengamatan Pipa Kapiler Kedua


Pipa Kapiler Kedua
∆ h vertikal
Waktu (s) ∆ h horizontal (m) h 0 (m) l (m)
(m)
5 0,04 0,034
10 0,092 0,078
15 0,14 0,112
20 0,185 0,163 0,722 0,073325
25 0,226 0,199
30 0,266 0,237
35 0,303 0,275

Tabel 1.3 Data Pengamatan Pipa Kapiler Ketiga


Pipa Kapiler Ketiga
∆ h vertikal
Waktu (s) ∆ h horizontal (m) h 0 (m) l (m)
(m)
5 0,045 0,042
10 0,098 0,09
15 0,15 0,138
20 0,196 0,182 0,696 0,04815
25 0,243 0,225
30 0,283 0,263
35 0,325 0,3

Semarang, 19 November 2021


Asisten, Praktikan,

Wisnu Prayoga Ferdiansyah Mutiara Elok Silvana


NIM 24040119140130 NIM 24040121120034

Percobaan M-7

Aliran Air pada Pipa Kapiler

I. Tujuan Percobaan

1.1 Menentukan waktu paroh pemerosotan eksponensial aliran air pada


pipa kapiler

II. Dasar Teori

2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang dapat mengalir, fluida merupakan
kebalikan dari zat padat. Fluida menyesuaikan diri dengan bentuk wadah
apapun di mana ditempatkannya. Fluida bersifat demikian karena tidak
dapat menahan gaya yang bersinggungan dengan permukaannya
(Halliday, 2010).

Sebuah gaya yang bekerja pada sebuah permukaan fluida akan


selalu tegak lurus pada permukaan tersebut. Karena fluida yang diam
tidak dapat menahan komponen gaya yang sejajar dengan
permukaannya. Komponen gaya yang sejajar dengan permukaan fluida
akan menyebabkan fluida tadi bergerak mengalir. Karena itu kita dapat
mendefinisikan suatu besaran yang terkait dengan gaya normal
permukaan dan elemen luasan permukaan suatu fluida (Satriawan, 2012).

2.2 Macam-Macam Fluida

Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam


kehidupan sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya,
terapung atau tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang
melaluinya dan kapal laut mengapung diatasnya. Demikian juga kapal
selam dapat mengapung atau melayang didalamnya. Air yang diminum
dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap
saat meskipun sering tidak kita sadari.

Secara umum fluida dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu fluida
statis dan fluida dinamis (Sochib dan Hidayatulloh, 2018).

2.2.1 Fluida Statis

Fluida statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak


bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak
terdapat perbedaan kecepatan antar partikel fluida tersebut atau
bisa dikatakan bahwa partikelpartikel fluida tersebut bergerak
dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser.
Contoh fenomena fluida statis dapat dibagi menjadi statis
sederhana dan tidak sederhana. Contoh fluida yang diam secara
sederhana adalah air di bak yang tidak dikenai gaya (Sochib dan
Hidayatulloh, 2018).

2.2.2 Fluida Dinamis

Fluida dinamis adalah fluida (dapat berupa zat cair atau


gas) yang bergerak. Untuk memudahkan dalam mempelajarinya,
fluida disini dianggap steady (mempunyai kecepatan yang
konstan terhadap waktu), tak termampatkan (tidak mengalami
perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami
putaran-putaran) (Sochib dan Hidayatulloh, 2018).

2.3 Tekanan

Sebuah gaya yang bekerja pada sebuah permukaan fluida akan


selalu tegak lurus pada permukaan tersebut. Karena fluida yang diam
tidak dapat menahan komponen gaya yang sejajar dengan
permukaannya. Komponen gaya yang sejajar dengan permukaan fluida
akan menyebabkan fluida tadi bergerak mengalir. Karena itu kita dapat
mendefinisikan suatu besaran yang terkait dengan gaya normal
permukaan dan elemen luasan permukaan suatu fluida.

Kita tinjau suatu fluida, dan kita ambil suatu bagian volume dari
fluida itu dengan bentuk sembarang, dan kita beri nama S. Secara umum
akan terdapat gaya dari luar S pada permukaannya oleh materi di luar S.
Sesuai prinsip hukum Newton ketiga, mestinya akan ada gaya dari S
yang, sesuai pembahasan di atas, mengarah tegak lurus pada permukaan
S. Gaya tadi diasumsikan sebanding dengan elemen luas permukaan d ⃗S ,
dan konstanta kesebandingannya didefinisikan sebagai tekanan.


F = p d ⃗S …
(2.1)
Jadi arah ⃗
F adalah tegak lurus permukaan, searah dengan arah d ⃗S
, dan tekanan p adalah besaran skalar. Satuan SI dari tekanan adalah
pascal (Pa), dan 1 Pa = 1 N /m2 (Satriawan, 2012).

2.4 Tekanan Hidrostatik


Sifat menarik yang dimiliki zat cair statis adalah adanya
tekanan yang dilakukan pada benda yang dicelupkan ke dalam zat cair
tersebut. Tekanan tersebut muncul karena benda menahan berat zat cair
di atasnya. Makin dalam posisi benda maka makin tebal zat cair di atas
benda tersebut yang harus ditahan sehingga makin besar tekanan yang
dirasakan benda. Tekan jenis ini dinamakan tekanan hidrostatis
(tekanan oleh zat cair yang diam).
Sebuah pelat dengan luas S ditempatkan horisontal ke dalam zat
cair. Pelat tersebut berada pada kedalaman h dari permukaan zat cair.
Pelat tersebut menahan beban zat cair di atasnya (Gambar 2.1). Volum
zat cair di atas pelat adalah V = hS. Jika  adalah massa jenis zat cair
maka massa zat cair yang berada di atas pelat adalah m = V = hS.
Dengan demikian, berat zat cair yang ditahan pelat adalah W = mg =
hSg. Tekanan zat cair yang dialami pelat menjadi :
W
P= … (2.2)
S
P= ρgh … (2.3)
dengan
P = tekanan oleh zat cair (Pa)
 = massa jenis zat cair (kg /m2)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s 2)
h = kedalaman posisi benda diukur dari permukaan zat cair (m).
Gambar 2.1
Tekanan hidrostatis yang tertuang dalam persamaan (2.2) adalah
tekanan yang semata-mata dihasilkan oleh zat cair yang diam
(Abdullah, 2016).

2.5 Kapilaritas

Peristiwa kapilaritas disebabkan adanya gaya adhesi dan gaya


kohesi yang menentukan tegangan permukaan zat cair. Tegangan
permukaan akan mempengaruhi besar kenaikan atau penurunan zat cair
pada pipa kapiler. Tegangan permukaan bekerja sepanjang keliling pipa
kapiler yang menarik zat cair dengan gaya. Dinding akan mengadakan
reaksi sebagai balasan atas aksi dan menarik zat cair ke atas dengan gaya
yang sama besar. Pada keadaan setimbang, komponen vertikal gaya tarik
dinding sebanding dengan berat air yang naik. Permukaan air dan
permukaan air raksa yang mengalami kenaikan atau penurunan juga
merupakan akibat tegangan permukaan (Pauliza, 2008).

Rumus kapilaritas adalah:

2. τ cos ∅
γ= … (2.4)
ρ. g . r

dengan keterangan bahwa γ merupakan perbedaan tinggi zat cair di


dalam dan di luar pipa kapiler (m), τ adalah tegangan permukaan (N/m),
g merupakan percepatan gravitasi (m/s2), ∅ merupakan sudut kontak (° ),r
adalah jari-jari penampang pipa kapiler (m), dan ρ merupakan massa
jenis zat cair (kg/m3) (Giancoli, 2007).
Kejadian sehari-hari banyak yang memanfaatkan prinsip
kapilaritas. Peristiwa naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor
adalah peristiwa kapilaritas. Pengisapan air dan unsur hara oleh
tumbuhan melalui jaringan kapiler merupakan peristiwa kapilaritas. Hal
lainnya yaitu pengisapan air oleh kertas atau kain juga merupakan
peristiwa kapilaritas (Steenis, 2008).

2.6 Viskositas

Viskositas merupakan ukuran resistensi zat cair untuk mengalir.


Makin besar resistensi suatu zat cair untuk mengalir makin besar pula
viskositasnya. Daya tuang suatu sediaan cair dipengaruhi oleh viskositas
suatu sediaan. Penentuan viskositas dapat menggunakan Viskometer
ostwald (Martin, 1993).
Fluida diletakkan di antara dua pelat sejajar. Satu pelat
digerakkan dengan kecepatan konstan v arah sejajar ke dua pelat.
Permukaan fluida yang bersentuhan dengan pelat yang diap tetap diam
sedangkan yang bersentuhan dengan pelat yang bergerak ikut bergerak
dengan kecepatan v juga. Akibatnya terbentuk gradien kecepatan.
Lapisan fluida yang lebih dekat dengan pelat bergerak memiliki
kecepatan yang lebih besar. Untuk mempertahankan kecepatan tersebut,
diperlukan adanya gaya F yang memenuhi
V
F= ղA …
l
(2.5)
dengan A luas penampang pelat, l jarak pisah dua pelat, F gaya yang
diperlukan untuk mempertahankan pelat tetap bergerak relatif dengan
kecepatan v,  konstanta yang disebut koefisien viskositas fluida.
Satuan viskositas adalah N s/ m2 (SI). Jika dinyatakan dalam
satuan CGS, satuan viskositas adalah dyne s/cm 2. Satuan ini disebut juga
poise (P). Umumnya koefisien viskositas dinyatakan dalam cP
(centipoises = 0,001 P) (Abdullah, 2016).

2.7 Jenis-Jenis Aliran Fluida


2.7.1. Aliran Laminar
Jika alirannya tenang, sehingga lapisan-lapisan fluida
yang berdekatan saling mengalir dengan lancar, aliran tersebut
disebut aliran streamline atau laminar. Pada aliran laminar, setiap
partikel fluidamengikuti suatu lintasan halus yang disebut
streamline, dan lintasan - lintasan ini tidak saling bersilangan.

Gambar 2.2 Aliran Laminar


(Giancolli, 2016)
2.7.2. Aliran Turbulen
Aliran turbulen dicirikan oleh pusaran tidak menentu,
kecil, yang disebut arus pusaran air. Pusaran ini menyerap banyak
energi, dan meskipun sejumlah tertentu gesekan internal yang
disebut viskositas ada bahkan selama terjadinya aliran laminar,
itu jauh lebih besar ketika terjadi aliran turbulen. Beberapa tetes
kecil tinta atau pewarna makanan yang diteteskan ke dalam
cairan yang bergerak dapat dengan cepat yang mengungkapkan
apakah alirannya lancar atau turbulen.

Gambar 2.3 Aliran Turbulen


(Giancolli, 2016)
2.7.3. Aliran Transisi
Aliran Transisi adalah di mana kondisi partikel fluida
berada pada peralihan dari kondisi seragam menuju kondisi
acak, pada kondisi nyatanya kondisi seperti ini sangat sulit
terjadi.
Gambar 2.4 Aliran Transisi
(Simanjuntak et al, 2017)

2.8 Gravitasi

Berdasarkan dari pengamatan Newton tentang gaya yang menarik


apel jatuh ke bumi, Newton menyimpulkan bahwa tidak hanya bumi
yang dapat menarik apel maupun bulan, tetapi juga setiap benda di alam
semesta menarik setiap benda lainnya; kecenderungan benda untuk
bergerak ke arah satu sama lain disebut gravitasi.

Newton mengusulkan hukum gaya yang disebut Hukum Gravitasi


Newton yang besarnya :

m1 m2
F=G …
r2
(2.6)

dengan :

m1 dan m2 = massa partikel

r = jarak keduanya

G = konstanta gravitasi

Konstanta gravitasi yang sekarang kita kenal sebagai

2
−11 m
G=6,67× 10 N∙ 2 … (2.7)
kg

atau

G=6,67× 10−11 m3 /kg ∙ s2 … (2.8)


(Halliday et al., 2010)
III. Metode Penelitian

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Gelas Ukur 100 ml

Berfungsi sebagai wadah dan tempat menampung air sebelum


dituangkan ke dalam buret

3.1.1 Pipa Kapiler

Berfungsi sebagai variable dalam percobaan atau variasi ukuran


dan posisi

3.1.2 Jangka Sorong

Berfungsi untuk mengukur diameter pipa kapiler

3.1.3 Buret

Berfungsi untuk menampung air sebelum dialirkan ke dalam pipa


kapiler

3.1.4 Mistar

Berfungsi untuk mengukur tinggi volume air

3.1.5 Stopwatch

Berfungsi untuk mengukur waktu

3.1.6 Kran

Berfungsi untuk mengontrol aliran air

3.2 Gambar Alat dan Bahan


Gambar 3.1 Gelas Ukur 100 ml

(Sumber : lazada.co.id)

Gambar 3.2 Pipa Kapiler

(Sumber : shopee.co.id)

Gambar 3.3 Jangka Sorong

(Sumber : shopee.co.id)
Gambar 3.4 Buret

(Sumber : tokopedia.com)

Gambar 3.5 Mistar

(Sumber : shopee.co.id)
Gambar 3.6 Stopwatch

(Sumber : ubuy.co.id)

Gambar 3.7 Kran

(Sumber : shopee.co.id)

3.3 Skema Alat

Gambar 3.8 Set Up Alat Percobaan Aliran Air pada Pipa Kapiler

Keterangan:
1. Buret
2. Kran
3. Kapiler Vertikal
4. Mistar
5. Kapiler Horizontal
6. Gelas Ukur
7. Stopwatch
8. Jangka Sorong
3.4 Diagram Alir

Mulai

Volume () dan Tinggi (m)

Pengisian air kedalam buret dan gelas ukur


sampai permukaan dari ujung pipa (

Mengukur tinggi permukaan air


setiap 5-10 detik setiap air
mengalir

Menghitung waktu peluruhan


selama 10 sekon

Ya

Variasi berbagai
ukuran panjang dan
diameter penampang
(pipa kapiler)

Tidak

Tinggi (m) dan waktu


(s)

Selesai

Gambar 3.9 Diagram Alir Percobaan Aliran Air pada Pipa Kapiler

3.5 Diagram Fisis


Pada saat air dimasukkan kedalam buret maka akan
mengakibatkan 3.1air bersifat fluida dinamis

Air yang dimasukkan kedalam buret akan mengalir kebawah


ini disebabkan karena adanya gaya gravitasi

Ketika tidak ada air yang dituang maka air bersifat fluida
statis dan terjadi persamaan kontinuitas dan laju pada kedua
ujung konstan terhadap waktu serta kerapatan massa. Oleh
karena itu, ketika aliran air dihidupkan, alirannya akan
bersifat steady dan lajunya bernilai konstan.

Pada saat keran dihidupkan menyebabkan terjadinya


persamaan kontinuitas dan berlaku hukum Bernoulli yang
mana jumlah energi terdapat pada burets ama dengan energi
pada pipa kapiler

Gambar 3.10 Diagram Fisis Percobaan Aliran Air pada Pipa


Kapiler

Daftar Pustaka
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Diktat Fisika Dasar I. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.

Douglas C., Giancoli. 2007. Fisika Jilid 1 Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Giancoli, D. C. 2016. Physics Principles with Application, Global Edition. England:


Halliday, Resnick, dan Walker. 2010. Fisika Dasar Jilid 1, Edisi 7. Terjemahan Tim
Pengajar Fisika ITB. Jakarta: Penerbit Erlangga.
M. Sochib dan Adi Rozi Hidayatulloh. 2018. PERANCANGAN INSTALASI POMPA
AIR DARI MATA AIR DANAU NGIPIK KE TANDON PENAMPUNG
PERUMAHAN KAPASITAS 900 L/JAM. Gresik: Universitas Gresik.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika, edisi II, Jilid 3. Jakarta: UI Press.
Pauliza O. 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan. Bandung: Grafindo.
Pearson Education Limited.
Satriawan, Mirza. 2012. Fisika Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Simanjuntak, H. F., Manik, P., & Santosa, A. W. 2017. Analisa Pengaruh Panjang,
Letak dan Geometri Lunas Bilga Terhadap Arah dan Kecepatan
Aliran (Wake) Pada Kapal Ikan Tradisioal (Studi Kasus Kapal
Tipe Kragan). JURNAL TEKNIK PERKAPALAN, 5(1), 346.

Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai