Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

MODUL
GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sektor industri di Indonesia merupakan sektor vital bagi pendapatan negara.Berbagai
kegiatan produksi di industri tidak bisa lepas dari penggunaan mesin-mesin dan
struktur-struktur penunjang.Mesin-mesin dan struktur-struktur yang digunakan
membutuhkan perawatan agar dapat dipergunakan semaksimal mungkin.Salah satu
jenis kegiatan perawatan yang dilakukan di industri adalah perawatan prediktif.Saat
sekarang ini, salah satu jenis perawatan prediktif yang terus dikembangkan adalah
perawatan prediktif berbasis sinyal getaran yang diperoleh dengan melakukan
pengukuran getaran.
Salah satu aspek dalam pengukuran getaran adalah mengukur tingkat getaran suatu
mesin yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan suatu standar yang berlaku untuk
mesin tersebut.Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah amplitudo getaran yang
terjadi masih dalam batas yang diizinkan ataukah sudah melampaui batas yang
diizinkan oleh standar yang ada.Salah satu standar yang digunakan adalah seperti yang
terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1ISO 2372 – Pedoman ISO untuklevel getaran mesin.


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

Seringkali alat permesinan di lapangan perlu diketahui frekuensi pribadi dan modus
getarnya.Frekuensi pribadi berguna untuk menentukan daerah operasi alat permesinan
agar tidak tidak terjadi kondisi resonansi sehingga getarannya tidak besar.Sedangkan
modus getar bermanfaat untuk menggambarkan pola getar alat permesinan sehingga
dapat diketahui titik nodal atau titik getar maksimum.
Untuk mengetahui frekuensi pribadi dapat dilakukan pengujian Getaran dan Fungsi
Respon Frekuensi (FRF) sistem. Pada setiap frekuensi pribadi tersebut, dapat
digambarkan modus getarnya melalui pengujian secara eksperimental. Selain melalui
kaji ekperimental, analisis frekuensi pribadi dan modus getarnya dapat pula dilakukan
melalui kaji teoritik di komputer dengan menggunakan perangkat lunak yang banyak
tersedia di pasaran.
Pada praktikum ini dilakukan pengujian getaran bebas dan paksa pada sebuah model
sistem getaran satu derajat kebebasan (Sistem 1-DK).Pengujian ini merupakan bentuk
pengujian fenomena dasar untuk memahami getaran suatu sistem.

1.2. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Menentukan karakteristik dinamik dari sistem getaran berupa rasio redaman dan
frekuensi pribadi sistem.
2. Menjelaskan fenomena getaran bebas teredam dan feonomena getaran paksa
berdasarkan karakteristik dinamik dari sistem getaran.
3. Melakukan analisis terhadap sistem getaran bebas dan sistem getaran paksa.

2. TEORI DASAR

2.1 Definisi Getaran


Getaran adalahgerak relatif dari posisi referensi berupaosilasi yang berlangsung sekali
atau berulang-ulang dalam suatu interval waktu tertentu (gerak periodik).Interval
waktu pada definisi getaran ini disebut dengan periode getaran, T . Grafik atau profil
getaran dapat berupa gerak harmonik maupun gerak non-harmonik.Getaran dapat
dinyatakan dengan fungsi perpindahan, fungsi kecepatan, ataupun fungsi percepatan
getaran.

2.1.1 Gerak Harmonik


Gerak harmonik merupakan gerak periodik atau profil getaran yang paling
sederhana.Sebuah gerak harmonik untukmengilustrasikangetaran yang dinyatakan
dengan fungsi perpindahansearah sumbu-y terhadap waktu, y ( t ) , dengan amplitudo, A ,
dapat dipresentasikan seperti Gambar 2.1.
Fungsi perpindahan, y ( t ) , diekspresikan dengan
y ( t ) =A sin ( ωt +φ0 ) (2.1)
dimana ω adalah frekuensi sirkuler (rad/s) dan φ 0adalah sudut fase (rad).
Turunan pertama dari y ( t ) merupakan kecepatan getaran yang dapat diekspresikan
dengan ẏ ( t ) .
d
dt
[ y ( t ) ]= ẏ ( t ) =ωA cos ( ωt +φ 0 ) (2.2)

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 2


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

 
 
          

 
  0

Gambar 2.1Profil getaran yang diilustrasikan dengan gerak harmonik, y ( t ) .


Apabila pada awal getaran diplot atau pada saat t=0 diketahui perpindahan
awalsebesar y 0 dan kecepatan getaran awal sebesar v 0, maka pada saat t=0
y ( 0 )= A sin ( ω ∙0+ φ0 ) =A sin ( φ0 ) = y 0
y0
sin ( φ 0 )=
A (2.3)

φ 0=sin
−1 y 0
A ( )
dan
ẏ ( 0 )=ωA cos ( ω ∙ 0+φ0 ) =ωA cos ( φ 0 )=v 0
v0
cos ( φ0 ) =
ωA (2.4)
v
φ 0=cos−1 0
ωA ( )
Dengan demikian, definisi sudut faseφ 0 dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.2.

 
 
Gambar 2.2Definisi sudut faseφ 0.
Sehingga amplitudo, A , dengan y 0 dan v 0 yang diketahui adalah

√ ( )
2
v0
A= y 0 +
2
(2.5)
ω
Turunan kedua dari y ( t ) merupakan percepatan getaran yang dapat diekspresikan
dengan ÿ ( t ) .

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 3


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

( ) [ y ( t ) ]= ÿ (t )=−ω A sin ( ωt+ φ )=−ω y ( t )


2
d 2 2
0 (2.6)
dt
Hubungan percepatan, ÿ ( t ) , dengan perpindahan, y ( t ) , pada Persamaan (2.6) dapat
disusun kembali menjadi
ÿ ( t ) +ω 2 y ( t )=0 (2.7)

2.1.2 Gerak Non-Harmonik


Gerak non-harmonik merupakan gerak periodik yang dibentuk oleh beberapa gerak
harmonik, dimana setiap gerak harmonik yang membentuknya memiliki ampitudo,
frekuensi, maupun sudut fase tertentu. Sebagai contoh, sebuah gerak non-harmonik
untukmengilustrasikan getaran yang dinyatakan dengan fungsi perpindahan searah
sumbu-x terhadap waktu, x ( t ), yang dibentuk oleh tiga buah gerak harmonik
diperlihatkan oleh Gambar 2.3.
6
x 1(t) : A1=1

4 x 2(t) : A2=2
perpindahan, x(t)

x 3(t) : A3=4
2
x(t)

-2

-4

-6
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
t
x 1(t) : A1=1 , f1=9 Hz ,  1= /2 π
x 1 ( t ) dengan A 1=1 , f 1=9 Hz , dan φ 0 =
x 2(t) : A2=2 , f2=3 Hz ,  2= /4
1
2
π
x 2 ( t:) A
x 3(t)
dengan
=4 , f
A
=12=2
Hz
, f1=3
, = 
Hz , dan φ 0 =
/8
3 3 3
2
4
x(t) π
x 3 ( t ) dengan A 3=4 , f 3 =1 Hz , dan φ 0 = 3
8
Gerak non-harmonik, x ( t )=x 1 ( t ) + x 2 ( t ) + x 3 ( t )
Gambar 2.3 Profil getaran yang diilustrasikan dengan gerak non-harmonik, x ( t ).
Gerak non-harmonik, x ( t ), secara umum dapat diekspresikan dengan
x ( t )= A 0+ A 1 sin ( 2 π f 1 t+ φ0 ) + A2 sin ( 2 π f 2 t +φ 0 )
1 2
1.5 2 2.5 3 3.5 4 (2.8)
+ A3 sin ( 2 π f 3 t + φ0 ) +…
t 3

Harga Amplitudo ( A1, A2, A3 , …), harga frekuensi ( f 1, f 2, f 3, …), dan harga sudut fase (φ 0 , 1

φ 0 , φ 0 , …) dapat diketahuidengan metode Transformasi Fourier apabila data x ( t )


2 3

diperoleh. Perlu dicatat, bahwa data x ( t ) ini diperoleh melalui pengukuran dengan
menggunakan tranduser dan instrumen penganalisis getaran.

2.2 Jenis Getaran

Secara umum getaran dibagi atas 2 (dua) jenis yaitu:

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 4


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

1. Getaran Bebas
Getaran bebas merupakan getaran yang terjadi apabila sistem berosilasi akibat gaya
yang ada di dalam sistem itu sendiri (inherit) bekerja tanpa adanya gaya dari luar
sistem. Getaran bebas dapat diamati dengan memberikan kondisi awal pada sistem (
y 0 dan/atau v 0). Sistem yang bergetar bebas akan berosilasi pada satu atau lebih
frekuensi naturalnya. Semua sistem yang memiliki massa dan kekakuan dapat
mengalami getaran bebas.
2. Getaran Paksa
Getaran paksa merupakan getaran yang terjadi apabila sistem berosilasi akibat
stimulus berupa gaya eksitasi dari luar sistem. Bila gaya eksitasimerupakan gaya
harmonik yang berosilasi dengan suatu frekuensi tertentu, maka sistem akan
bergetar pula pada frekuensi tersebut. Akan tetapi, jika frekuensi gaya eksitasi sama
dengan salah satu frekuensi natural sistem, maka akan terjadi getaran yang besar
pada sistem dan keadaan ini sangat tak diinginkan karena dapat menyebabkan
kerusakan ataupun kegagalan pada sistem.

Sebuah sistem dapat bergetar dengan sejumlah pola getaran tertentu (modus
getar).Jumlah modus getar ini bergantung kepada jumlah derajat kebebasan sistem.
Suatu sistem getaran dapat diidealisasikan dengan satu, dua, atau sejumlah N derajat
kebebasan.

2.3 Getaran Bebas


Suatu sistem getaran bebas yang diidealisasikan sebagai sistem satu derajat kebebasan
(Sistem 1-DK) dapat dimodelkan dengan sistem yang terdiri dari sebuah massa, m,
sebuah kekakuan, k , dan sebuah redaman, c , sebagaimana yang diperlihatkan oleh
Gambar 2.4(a). Diagram benda bebas dari model Sistem 1-DK ini ditunjukkan oleh
Gambar 2.4(b). Sebuah koordinat y sebagai keluaran sistem menggambarkan posisi
massa, m, relatif terhadap posisi referensi dalam domain waktu, t .

   
   

   
 
 
(a) (b)
Gambar 2.4 Sistem getaran bebas satu derajat kebebasan.
(a). Model sistem
(b). Diagram benda bebas sistem.
Persamaan gerak dari getaran bebas Sistem 1-DK pada Gambar 2.4 adalah
m ÿ ( t ) +c ẏ ( t )+ k y ( t )=0 (2.9)
dengan membagi Persamaan (2.9) dengan m, diperoleh

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 5


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

c k
ÿ ( t ) + ẏ ( t ) + y (t )=0 (2.10)
m m

2.3.1 Getaran Bebas Tak Teredam


Untuk kasus getaran bebas tak teredam, maka harga redaman, c , pada Persamaan (2.10)
adalah nol (sistem tanpa redaman), sehingga diperoleh persamaan getaran bebas tak
teredam dalam bentuk
k
ÿ ( t ) + y ( t )=0 (2.11)
m

Dengan menyamakan posisi setiap komponen Persamaan (2.11) dengan komponen


Persamaan (2.7),didapatkan
¿

ω=
2 k
m
→ω=
k
m
=ωn
√ (2.12)

Frekuensi sirkuler, ω, pada Persamaan (2.12) disebut dengan frekuensi pribadi sistem,
ω n. Sehingga, persamaan getaran bebas tak teredam untuk Sistem 1-DK adalah
y ( t ) =A sin ( ωn t + φ0 ) (2.13)

2.3.1 Getaran Bebas Teredam


Untuk menyelesaian Persamaan (2.10), suatu fungsi eksponensial, y ( t ) =A e st , dapat
digunakan, sehingga diperoleh
2 st c st k st
s Ae + sA e + A e =0
m m
(2.14)
( c2
s + s+
m m
k
A e st =0 )
Persamaan kharateristik pada Persamaan (2.14) adalah
2 c k
s+ s + =0 (2.15)
m m

Akar dari Persamaan (2.15) adalah

√( )
2
s1 −c c k
= ± − (2.16)
s2 2 m 2m m

Dengan demikian, solusi umum untuk Persamaan (2.10) merupakan superposisi dari
dua buah solusi yang memungkinkan, yaitu
s1 t s2 t
y ( t ) =A 1 e + A 2 e (2.17)

Sistem dengan Redaman Kritis


Pada sistem yang berosilasi dengan redaman kritis, c cr , komponen Persamaan (2.16)
yang bertanda akar sama dengan nol, sehingga

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 6


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

(√( ) ) ( )
c 2 k
2m
− =0 →
m
c 2 k
2m
− =0 → c=2 √ km=c cr
m
(2.18)

atau

c cr =2 m
√ k
m
=2m ωn (2.19)

Rasio redaman, ζ , didefinisikan dengan


c
ζ= (2.20)
c cr

sehingga,
c c
ζ= → =ζ ω n (2.21)
2m ωn 2m

Dengan demikian, akar persamaan kharakteristik pada Persamaaan (2.16) untuk sistem
dengan redaman kritis adalah
s1=s 2=s=−ζ ωn (2.22)

Persamaan getaran bebas teredam untuk Sistem 1-DK dengan redaman kritis
diekspresikan dalam bentuk solusi umum untuk kasus dua akar riil kembar.
−ζ ωn t −ζ ω n t
y ( t ) =A 1 e + A2t e (2.23)

Sistem dengan Reredam Lebih


Pada sistem yang berosilasi dengan redaman lebih, komponen Persamaan (2.16) yang
bertanda akar sama lebih besar dari nol, sehingga

(√( ) )
2
c k
2m m
2 2

− =( ( ζ ω n) −ω n )=ωn ( √ ζ −1 ) =ω 0> 0
2
(2.24)

Dengan kata lain, pada sistem dengan redaman lebih, koefisien peredam, c , atau
redamannya lebih besar dari redaman kritis.
c >c cr (2.25)

Dengan demikian, akar persamaan kharakteristik pada Persamaaan (2.16) untuk sistem
dengan redaman lebih adalah
s1
=−ζ ωn ± ω0 (2.26)
s2

Persamaan getaran bebas teredam untuk Sistem 1-DK dengan redaman lebih
diekspresikan dalam bentuk solusi umum untuk kasus dua akar riil.
−( ζ ω n+ω 0 ) t − (ζ ωn−ω 0 ) t
y ( t ) =A 1 e + A2 e (2.27)

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 7


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

Sistem dengan RedamanRendah


Pada sistem yang berosilasi dengan redaman rendah, komponen Persamaan (2.16) yang
bertanda akar sama lebih kecil dari nol, sehingga

(√( ) )
2
c k
− <0 (2.28)
2m m

maka,

(√( ) )
2
c k
2m m √
− =( ( ζ ω n) −ω n2 )=ωn ( √ ζ 2−1 ) =i∙ ω n ( √ 1−ζ 2 )
2
(2.29)

di mana i=√−1 adalah unit bilangan imajiner.


Dengan
ω D =ω n ( √1−ζ 2 ) (2.30)

Dengan demikian, akar persamaan kharakteristik pada Persamaaan (2.16) untuk sistem
dengan redaman rendah adalah
s1
=−ζ ωn ±i ω D (2.31)
s2

Persamaan getaran bebas teredam untuk Sistem 1-DK dengan redaman rendah
diekspresikan dalam bentuk solusi umum untuk kasus dua akar imajiner.
y ( t ) =e−ζ ω t [ A 1 ei ω t + A2 e−i ω
n D D t
] (2.32)

2.4 Getaran Paksa


Apabila Sistem 1-DK sebagaimana yang diperlihatkan oleh Gambar 2.4(a) diberi
stimulus berupa gaya eksitasi,u ( t ), maka model getaran paksa dariSistem 1-DK ini dapat
ditunjukkan oleh Gambar 2.5(a) dengan diagram benda bebas seperti Gambar 2.5(b).

   
   

   
 
 

   
(a) (b)
Gambar 2.5 Sistem getaran paksa satu derajat kebebasan.
(a). Model sistem
(b). Diagram benda paks sistem.
Persamaan gerak dari getaran paksa Sistem 1-DK pada Gambar 2.5 adalah

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 8


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

m ÿ ( t ) +c ẏ ( t )+ k y ( t )=u ( t ) (2.33)

2.4.1 Metode Diferensial Terhingga


Solusi Persamaan (2.33) dengan metode diferensial terhingga (Finite Differential
Method) dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Solusi persamaan getaran paksa sistemsatu derajat kebebasan


dengan metode diferensial terhingga (Finite Differential
Method).
Persamaan gerak dari getaran paksa Sistem 1-DK pada Gambar 2.5dengan metode
diferensial terhingga (Finite Differential Method) dapat ditulis dengan

m ( y 1−2 y 0+ y−1
∆t
2 ) (
+c
y 1− y−1
2∆t )
+ k y 0 =u ( t )

( ∆mt + 2 c∆ t )+ y ( k− 2∆tm )+ y ( ∆mt − 2 c∆ t )=u ( t )


y1 2 0 2 −1 2
(2.34)

y=
(
u (t)− y k −
2m
0
∆t ) −y 2 ( ∆t 2∆t )
m
−−1
c
2

1
m c
+
∆t 2∆t
2

dimana:
y 1 = posisi pada saat t 1
y 0 = posisi pada saat t 0
y−1 = posisi pada saat t −1
∆ t = interval waktu ¿ ( t 1−t 0 )=( t 0−t −1 )

2.4.2 Pengukuran Fungsi Respon Frekuensi (FRF)


Sebuah sistem getaran paksa dapat dipresentasikan dalam bentuk sebuah diagram blok
FRI (Fungsi Respon Impuls) seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.7. FRI dinotasikan
dengan h dalam domain waktu t . Gaya eksitasi dan respon getaran sistem masing-
masing dinotasikan dengan u dan y dalam domain waktu t .

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 9


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

Gambar 2.7 Diagram blok FRI.


Pada pengukuran FRF, u ( t ) dan y ( t ) diukur secara bersamaan. Sinyal u ( t ) dan y ( t ) yang
terukur masing-masing ditransformasi menjadi spektrum frekuensi gaya dan spektrum
frekuensi respon getaran. Spektrum frekuensi gaya dan spektrum frekuensi respon
getaran masing-masing dinotasikan dengan U dan Y dalam domain frekuensi f . Metode
yang digunakan untuk mentransformasi u ( t ) menjadi U ( f ) maupun y ( t ) menjadi Y ( f )
adalah metode transformasi Fourier. Perbandingan Y ( f ) terhadap U ( f )merupakan FRF
yang dinotasikan dengan H ( f ) dan diekpresikan dalam bentuk
Y (f )
H (f )= (2.35)
U (f )

Pengukuran FRF ini dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.8.

Gambar 2.8Pengukuran FRF.


FRF dapat dinyatakan dengan magnitudo FRF yang dinotasikan dengan |H ( f )| dan sudut
fasa yang dinotasikan dengan ∠ H ( f ) .Persamaan (2.36) dan (2.37) berikut masing-
masing mengekspresikan |H ( f )| dan ∠ H ( f ) .

|H ( f )|=√ { ℜ [ H ( f ) ]} + { ℑ [ H ( f ) ]}
2 2
(2.36)

ℑ [ H ( f )]
∠ H ( f ) =tan −1 (2.37)
ℜ [ H ( f )]

di mana ℜ [ H ( f ) ] dan ℑ [ H ( f ) ] masing-masing adalah bagian real dan bagian imaginer


dari H ( f ) .

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 10


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

3. METODOLOGI
3.1 Pengujian Getaran Bebas
3.1.1 Skema Pengujian
Skema pengujian getaran bebas diperlihatkan oleh Gambar 3.1.Pengujian ini dilakukan
terhadap objek uji berupa sistemmassadengan batang kantilever.

9 3 4

8 7 6 1

Keterangan:
1. Set-up pengujian 2. Massa 3. Batang kantilever
4. Kertas referensi 5. Garis referensi 6. Kamera
7. Kartu memori 8. Komputer 9. Pengolah data

Gambar 3.1Skema pengujian getaran bebas.

3.1.2 Prosedur Pengujian


Tahapan-tahapan pengujian adalah sebagai berikut:
1. Siapkan set-up pengujian.
2. Timbang massa, m<kg>.
3. Pasang massa, m, pada batang kantilever.
4. Atur panjang batang kantilever pada harga tertentu, L<mm>.
5. Siapkan kertas referensi.
6. Gambarkan posisi referensi batang kantilever berupa garis pada kertas referensi.
7. Siapkan kamera untuk mendokumentasikan getaran sistem massa dengan batang
kantilever.
8. Berikan simpangan awal massa, y 0<mm> dengan menarik massasearah sumbu y
posistif (keatas) dengan menggunakan tangan.
9. Hidupkan kamera dengan mode video.
10. Lepaskan massa.

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 11


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

11. Rekam getaran sistem massa dengan batang kantilever selama waktu tertentu, T r
<s>.
12. Simpan video getaran sistem massa dengan batang kantilever dalam memori
kamera.
13. Pindahkan data video getaran sistem massa dengan batang kantilever dalam
memori kamera ke dalam komputer.
14. Ekstrak filevideo getaran sistem massa dengan batang kantilever dengan
menggunakan perangkat lunak (software) ACDSee Pro 3 sehingga diperoleh N buah
gambar posisi massa dari garis referensi.
15. Hitung interval waktu, ∆ t <s>, dengan
Tr
∆ t= (3.1)
N−1
16. Siapkan sebuah tabel data pada software Microsoft Excel.
Tabel data pada software Microsoft Excel dibuat dua kolom. Kolom pertama adalah
data waktu, t <s>, dan kolom kedua adalah posisi massa dari garis referensi, y ( t )
<mm>. sebagaimana yang diperlihatkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Dataposisi massa dari garis referensi.
Gambar ke-i t <s> y ( t ) <mm>
1 0 …
2 t 2=t 1+ ∆ t …
. . .
. . .
. . .
N-1 t N −1=t N−2 + ∆t …
N t N =t N −1 + ∆ t ≅ T r …
Isi data y ( t ) <mm> hanya pada baris Gambar ke-i yang memuat posisi massa dari
garis referensi berada pada posisi maksimum diatas garis referensi.Harga y ( t )
ditentukan dengan
L
y ( ti ) = y (t ) (3.2)
Lg g i

dimana:
y ( t i ) = posisi massaaktual dari garis referensi pada saatt i<mm>.
L = panjang batang kantilever aktual <mm>.
Lg = panjang batang kantilever pada gambar<mm>.
y g ( t i ) = posisi massapada gambar dari garis referensi pada saatt i<mm>.
Harga Lg dan harga y g ( t i ) diperoleh dari gambar pada prosedur poin 14 dengan cara
mengukur Lg dan y g ( t i ) pada layar monitor komputer dengan menggunakan jangka
sorong.

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 12


MODUL 1 : GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA

3.1.3 Prosedur Pengolahan Data


Tahapan-tahapan pengujian adalah sebagai berikut:

4. REFERENSI

Kreyszig, E., (2006):Advanced Engineering Mathematics 9th Edition, John Wiley & Sons
Inc., New York.
McConnell, K. G. (1995):Vibration Testing: Theory and Practice, John Wiley & Sons Inc.,
New York.
Mobley, R. K. (1999): Vibration Fundamentals (Plant Engineering Maintenance
(Hardback), Butterworth–Heinemann, Boston.
Ogata, K. (1995): Discrete-Time Control Systems, Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Ogata, K. (2002): Modern Control Engineering, Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Yanto, A. and Abidin,Z. (2012):Developtment of Swept-sine Excitation Control Method to
Minimize The FRF Measurement Error, MEV (Mechatronics, Electrical Power, and
Vehicular Technology) Journal,3,57–64.
Yanto, A. and Abidin,Z. (2012): Numerical and Experimental Study of Swept-sine
Excitation Control Method To Increase Accuracy of the FRF
Measurement,Proceeding of SNTTM and Thermofluid IV, Yogyakarta, 2096-2101.

Disusun Oleh: ASMARA YANTO, ST, MT (0018087804) Hal. 13

Anda mungkin juga menyukai