Anda di halaman 1dari 17

GETARAN HARMONIK SEDERHANA

Gerak harmonik (osilator harmonik) adalah gerak osilasi yang terjadi akibat
penyimpangan suatu sistem, baik itu sistem yang dalam keadaan kesetimbangan statis maupun
dinamis (Astono, 2004: 12). Disini osilator harmonik akan dibedakan menjadi tiga yaitu gerak
osilasi atau getaran harmonik sederhana untuk keadaan bebas, osilasi teredam (getaran
harmonik teredam), dan osilasi dengan gaya pemicu (getaran teredam dengan gaya paksaan).

A. Getaran Harmonik Sederhana untuk Keadaan Bebas


Ilustrasi sederhana yang dapat menggambarkan getaran harmonik sederhana untuk
keadaan bebas adalah sebuah massa m yang dikaitkan dengan sebuah pegas yang memiliki
konstanta k, dengan menganggap bahwa pengaruh antara lantai dan roda-roda benda sangat
kecil sekali sehingga dapat diabaikan (benda dapat begerak atau berosilasi secara bebas
tanpa hambatan), seperti yang ditunjukkan gambar berikut.

Gambar 1. Sebuah sistem getaran harmonik pegas


Kemudian apabila benda tersebut ditarik atau ditekan sejauh x dari keadaan bebas maka
pegas akan melakukan gaya pemulih sebesar:
() = ..........(1)
Energi potensial yang dihasilkan pegas akibat penyimpangan tersebut adalah:
1
() = 2 2 ..........(2)

Dengan menganggap bahwa sistem tidak dipengaruhi oleh gaya-gaya lain (bergerak secara
2
bebas) maka sesuai dengan Hukum II Newton, yaitu () = , maka persamaan gerak
2

benda tersebut adalah


2
=
2
2
2 + = 0.........(3)

atau
2
+ 2 = 0
2

Getaran Harmonik Sederhana 1


Dalam hal ini merupakan suatu konstanta yang disebut sebagai frekuensi sudut alamiah

sistem yang besarnya = .

Gerakan benda adalah sebuah getaran sinusuidal sederhana di sekitar titik


kesetimbangan. Dalam semua kasus fisika akan muncul gaya gesekan yang bekerja yang
sering sangat kecil. Sebuah pendekatan yang sangat tepat yaitu bila gesekan kecil maka
gaya gesekan dapat dianggap bergantung pada kecepatan (Yasa, 2000). Dalam pembahasan
selanjutnya dibatasi hanya pada macam gaya gesekan yang bergantung linier pada
kecepatan sesuai dengan persamaan 4.
= .........(4)
Dengan menambahkan pengaruh gaya gesekan pada sistem gerak pegas di atas
maka persamaan 3 akan menjadi:
2
2 + =

2
2 + =

2
2 + + = 0.........(5)

Persamaan 5 menggambarkan bentuk persamaan sebuah getaran harmonik


teredam. Gerakannya paling tidak untuk peredaman kecil mengandung sebuah getaran
sinusuidal yang amplitudonya berkurang secara gradual (perlahan).
Apabila sistem getaran masih dikenakan gaya luar sebesar F(t) sehingga
selanjutnya sistem akan melakukan gerakan getaran teredam dengan gaya paksaan, maka
persamaan geraknya akan menjadi:
2
2 + + = ().........(6)

Apabila gaya F(t) adalah sebuah gaya yang berubah secara sinusuida maka
persamaan 6 mengarah pada peristiwa resonansi, di mana amplitudo getaran menjadi sangat
besar bila frekuensi dari gaya luar yang bekerja sama dengan frekuensi dari getaran dalam
keadaan bebas tak teredam (Yasa, 2000).
Persamaan 3, 5 dan 6 adalah merupakan contoh persamaan diferensial linier orde
kedua. Orde dari persamaan diferensial ditunjukkan oleh orde turunan tertinggi yang ada
pada persamaan diferensial tersebut. Bentuk umum dari persamaan diferensial orde ke-n
dinyatakan dengan:

Getaran Harmonik Sederhana 2


1
() + 1 () + .............+ 1 () + () = ()........(7)
1

Apabila b(t) = 0 persamaan 7 disebut homogen, sebaliknya jika b(t) 0 disebut


inhomogen. Persamaan linier mengandung pengertian bahwa semua koefisien persamaan
merupakan konstanta. Untuk selanjutnya akan dibahas penyelesaian dari persamaan 3 dan
kemudian dikembangkan untuk memperoleh metode umum dalam menyelesaikan bentuk
persamaan diferensial orde kedua.

= sin( + ) , = .........(8)

Penyelesaian ini bergantung pada dua konstanta tertentu yaitu A dan , dikatakan
tertentu karena tidak menjadi masalah berapa nilai yang diberikan persamaan 8 akan tetap
cocok dengan persamaan 3. Tetapi dalam kasus fisika kedua konstanta tersebut tidak dapat
dikatakan tertentu tetapi bergantung pada keadaan awal.
Dapat ditunjukkan bahwa penyelesaian umum dari setiap persamaan diferensial
orde kedua bergantung pada dua konstanta tertentu. Dengan pernyataan ini secara umum
penyelesaian dari setiap persamaan differensian orde kedua dapat dituliskan menjadi:
= (; 1 , 2 )........(9)
Dengan demikian untuk setiap harga dari C1 dan C2 atau untuk setiap harga dalam
sebuah interval x(t; C1,C2) akan cocok dengan persamaan.
Selanjutnya dapat dibentuk dua teorema untuk persamaan diferensial homogen orde
kedua :
1. Jika x = x1(t) adalah penyelesaian dari sebuah persamaan diferensial linier
homogen dan C adalah sembarang konstanta maka x = C.x1(t) juga merupakan
sebuah penyelesaiannya.
2. Jika x = x1(t) dan x = x2(t) adalah dua buah penyelesaian dari sebuah
persamaan differensial linier homogen, maka x = x1(t) + x2(t) juga merupakan
sebuah penyelesaiannya.
Teorema tersebut hanya untuk kasus persamaan orde kedua, karena persamaan mekanik
umumnya dari jenis ini adalah:
d 2x
a2 t a1 t a0 t x 0
dx
2
dt dt
Asumsikan x x1 t , maka:

d 2 Cx1 d Cx1 d 2 x1 dx
a 2 t 2
a1 t a 0 t Cx1 C 2
a t 2
a1 t 1 a 0 t x1 0
dt dt dt dt

Getaran Harmonik Sederhana 3


Karena x Cx1 t juga memenuhi persamaan diatas, jika x1 t dan x2 t keduanya
memenuhi persamaan tersebut, maka:

d 2 x1 x 2 d x1 x 2 d 2 x1 dx
a 2 t 2
a1 t a0 t x1 x 2 2
a t 2
a1 t 1 a 0 t x1
dt dt dt dt
d 2x dx
a 2 t 2 2 a1 t 2 a 0 t x 2 0
dt dt
Karena x x1 t x2 t juga memenuhi persamaan diatas. Selanjutnya teorema 1
dan 2 akan menjamin bahwa = 1 1 () + 2 2 () juga merupakan sebuah bentuk
penyelesaiannya. Karena penyelesaiannya mengandung dua konstanta tertentu maka
bentuk penyelesaian
= 1 1 () + 2 2 ()..........(10)
Persamaan 10 merupakan bentuk umum penyelesaian persamaan diferensial linier
homogen orde kedua.
Persyaratan bahwa x1(t) dan x2(t) tidak saling bergantung mengandung arti bahwa
salah satunya tidak merupakan kelipatan dari yang lainnya. Jika x1(t) merupakan kelipatan
konstan dari x2(t) maka persamaan 10 hanya akan mengandung satu konstanta tertentu.
Persamaan 10 disebut sebuah kombinasi linier dari x1 dan x2.
Dalam kasus persamaan 3 dan persamaan 5 di mana koefisiennya adalah konstan,
maka sebuah penyelesaian dalam bentuk = selalu ada. Untuk membuktikannya
anggaplah m, b dan k adalah konstan, dan substitusikan persamaan berikut:
2
= , = , = 2 , .........(11)
2

Sehingga,
d 2x
a2 t a1 t a0 t x 0
dx
2
dt dt

a2 p 2e pt a1 pe pt a0 e pt 0
a 2
p 2 a1 p a0 e pt 0

e pt dikeluarkan, maka akan diperoleh persamaan aljabar derajat kedua terhadap p.


persamaan tersebut secara umum akan memiliki dua akar penyelesaian. Kedua akar
penyelesaiannya bisa berbeda atau bisa juga sama. Sesuai dengan teorema 1 maka dapat
ditunjukkan bahwa:
= ..........(13)
juga sesuai dengan persamaan 3 atau persamaan 5 yang akan ditentukan penyelesaiannya.

Getaran Harmonik Sederhana 4


Untuk lebih jelasnya tinjaulah kasus untuk menyelesaikan persamaan 3. Bila
persamaan 11 dimasukkan ke persamaan 3 diperoleh:
d 2x
m kx 0
dt 2
m p 2e pt ke pt 0

m p 2e pt ke pt
2 + = 0 ..........(14)
persamaan ini menghasilkan penyelesaian:
mp2 k 0

mp2 k
k
p2
m

= = .........(15)


Dengan = . Persamaan 5 menghasilkan penyelesaian umum:

= 1 0 + 2 0 ..........(16)
untuk menginterpretasikan persamaan 6 ingatlah bahwa:

= + ........(17)
Apabila x sebagai penyelesaian persamaan diferensial dinyatakan sebagai bilangan
kompleks, maka konstanta C1 dan C2 juga harus dinyatakan dalam bentuk kompleks, agar
persamaan 6 menjadi sebuah penyelesaian umum. Semua penyelesaian persamaan
diferensial sebagai pernyataan fisi haruslah dalam bentuk riil, karena semua peristiwa alam
yang dijelaskan dalam bentuk matematika adalah suatu peristiwa riil, sehingga C1 dan C2
haruslah dipilih sedemikian sehingga x kembali menjadi sebuah bilangan riil. Jumlah dua
buah bilangan kompleks hasilnya riil jika salah satunya merupakan kompleks konjugatenya
dari bilangan yang lainnya. Dengan kondisi tersebut maka persamaan 6 akan menghasilkan
sebuah penyelesaian riil jika:
1 = = + .........(18)
2 = = ..........(19)
kemudian dari persamaan 18 dan 19 diperoleh : 1 + 2 = 2 dan 1 2 = 2, juga dari
persamaan 16 diketahui bahwa 0 adalah kompleks konjugate dari 0 , dengan
demikian persamaan 16 dapat dinyatakan menjadi;

Getaran Harmonik Sederhana 5


= 0 + 0 ..........(20)
Persamaan 20 dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan 17, 18 dan 19,
untuk itu pembaca diharapkan mencobanya. Penyelesaian secara aljabar yang lebih
sederhana dapat diperoleh dengan representasi polar untuk bilangan kompleks di atas yaitu:
= + = ..........(21)
= = .........(22)
1
di mana = (2 + 2 ) 2 dan = 1 (). Dengan menggunakan representasi polar

untuk C maka persamaan 20 menjadi:


1 1
= (0 +) + (0 +) ........(23)
2 2

= cos(0 + ).........(24)
1
dalam hal ini diambil r = 2 A . Persamaan 24 merupakan bentuk riil dari penyelesaian
umum persamaan 16.

B. Getaran Harmonik Teredam


Pembahasan mengenai peristiwa getaran harmonik teredam dapat menininjau
kembali kasus getaran pada pegas di atas di mana pada sistem gerak pegas selain bekerja
gaya pemulih oleh pegas sebesar = , masih bekerja gaya gesekan yang bergantung
linier terhadap kecepatannya yang besarnya dapat dinyatakan dengan = . Dengan
demikian persamaan geraknya dapat dinyatakan sesuai dengan persamaan 5, yang dalam
notasi sederhananya dituliskan:
+ + = 0 ..........(25)
dengan menerapkan metode penyelesaian persamaan diferensial orde kedua diperoleh:
2 + + = 0 ..........(26)
persamaan 26 merupakan persamaan aljabar biasa, yang penyelesaiannya untuk p adalah:
1
2 2
= 2 [(2) ] ...........(27)

terhadap harga-harga dari p yang diperoleh dari persamaan 27 maka dalam fenomena fisis
dapat dibedakan menjadi tiga kasus fisika yaitu:
2
a. Kasus untuk > (2)


Untuk memperoleh penyelesaiannya misalkan: = , = 2, dan 1 =
1
( 2 2 ) 2, dengan disebut koefisien peredaman dan ( 2 ) merupakan frekuensi

Getaran Harmonik Sederhana 6


alami dari getaran tak teredamnya. Dari kasus ini sekarang diperoleh dua penyelesaian
untuk p yaitu:
= 1 .........(28)
Dengan demikian penyelesaian umum dari persamaan 25 adalah:
= 1 +1 + 2 1 ..........(29)
1 1
Dengan mengambil 1 = 2 dan 1 = 2 diperoleh bentuk:

= +1 cos(1 + ).......(30)

persamaan 30 menyatakan sebuah getaran dengan frekuensi ( 21 ) dan amplitudo

yang berkurang secara eksponensial terhadap waktu t.


Tetapan A dan bergantung pada keadaan awal. Frekuensi getaran adalah lebih
kecil dibandingkan dengan getaran tak teredamnya.
Energi getaran adalah jumlah dari energi kinetik dan energi potensial getaran yaitu:
1 1
= 2 2 + 2 2 ..........(31)

Energi getaran adalah tidak tetap, gaya gesekan -b x sangat berpengaruh terhadap energi
getaran. Dalam kasus faktor peredamnya kecil, dapat dimbil 1
selanjutnya diabaikan terhadap . Dengan pendekatan tersebut diperoleh
pendekatan harga energi getaran adalah:
1
= 2 2 2 = 2 ........(32)

Berdasarkan persamaan 32 dapat ditunjukkan bahwa energi getaran berkurang secara


eksponensial terhadap t. Faktor berkurangnya energi secara eksponensial adalah dua
kali dibandingkan dengan faktor berkurangnya amplitudo getaran.

b. Kasus untuk < 2

Dalam kasus ini dua penyelesaian dari p adalah:


1
= 1 = ( 2 2 ) 2

1
= 2 = + ( 2 2 ) 2 .........(33)
maka bentuk penyelesaian umumnya adalah:
= 1 1 + 2 2 ..........(34)
Kedua suku penyelesaian berkurang secara eksponensial terhadap waktu t.
Salah satu sukunya lajunya lebih cepat dari yang lainnya. Konstanta C1 dan C2 dapat
dipilih sedemikian sehingga memenuhi keadaan awal. Lebih lanjut kepada pembaca
disarankan untuk mencoba menentukan kedua konstanta persamaan 34 untuk dua kasus

Getaran Harmonik Sederhana 7


penting yaitu: 0, = 0 dan = 0, 0 serta melukiskan kedua kurva x(t)
tersebut.

c. Kasus = 2

Berdasarkan persamaan 27 maka hanya diperoleh sebuah penyelesaian untuk p yaitu:


= sehingga penyelesaian untuk x adalah:
= .........(35)
berdasarkan teorema penyelesaian persamaan diferensial orde dua maka bentuk lain
dari persamaan 35 adalah:
= .........(36)
untuk membuktikannya yaitu dengan menentukan:
= .........(37)
= 2 + 2 .........(38)

Dengan menyatakan = 2 dan = serta mensubstitusi persamaan 36 sampai

38 ke persamaan 25 maka diperoleh bentuk persamaan:


+ 2 + 2 = ( 2 2 ) ..........(39)
persamaan ini akan menjadi nol untuk = , sehingga bentuk penyelesaian umum
dari persamaan 25 adalah:
= (1 + 2 ) ...........(40)
Jika harga dan dibuat tetap sedangkan variabel yang lainnya diberika berubah
secara bebas maka dari persamaan 33 diperoleh keadaan untuk yaitu:
1 > c > 2..........(41)
dimana adalah harga untuk = . Oleh karenanya persamaan 40 berkurang secara
eksponensial dengan laju diantara laju perubahan kedua suku dari persamaan 34.
Selanjutnya dari persamaan 40 untuk harga dan o tertentu x akan jatuh menuju nol
untuk waktu yang cukup panjang dan penyelesaiannya yang dinyatakan dengan
persamaan 36 adalah merupakan perkecualian dari persamaan 34 untuk C2 = 0. Kasus
getaran teredam dengan = disebut keadaan peredaman kritis (critical damping),
jika < maka getaran disebut dalam keadaan over teredam dalam keadaan demikian
perilaku peredaman sangat cepat dan tidak dapat kembali dengan cepat ke posisi x = 0
seperti pada peredaman kritis. Jika > sistem getaran disebut berada di bawah
peredaman, posisi x bergetas dan sangat cepat ke posisi x = 0. Perlu dicatat bahwa
dalam keadaan peredaman kritis 1 = 0 maka periode getaran menjadi tak berhingga.

Getaran Harmonik Sederhana 8


C. Getaran Harmonik dengan Gaya Pemicu
Pembahasan mengenai getaran harmonik dengan gaya pemicu (dipaksakan) juga
telah dibahas sebelumnya, dimana suatu sistem yang sedang berosilasi (melakukan getaran
harmonik) selain dipengaruhi oleh gaya gesek juga dikenakan gaya luar sebesar F = F(t).
Berbeda dengan osilator sederhana yang gerakannya bebas yang akan selamanya bergetar,
tetapi kenyataanya setiap sistem mempunyai redaman sehingga sistem akan berhenti
berosilasi. Oleh karena itu untuk mempertahankan getaran sistem maka diperlukan energi
berasal dari sumber luar harus diberikan pada sistem yang besarnya sama dengan energi
disipasi yang ditimbulkan oleh medium peredamnya, getaran ini dinamakan getaran
teredam dengan gaya pemicu atau gaya paksaan.
Jika pada sistem getaran dikenai gaya gerak Fd , maka gaya netto yang bekerja
pada sistem tersebut, yaitu:
Fnet Fs Ff Fd

Dalam hal ini:


Fs kx
Dan
F f bx

Berdasarkan hukum II Newton, maka:


Fnet m x

Persamaan diatas tidak dapat diselesaikan jika tidak tahu bentuk gaya Fd yang digunakan.
Oleh karena itu, pada bagian ini dibatasi pada getaran linier dan diasumsikan gaya
geraknya mempunyai bentuk sinusoida, yaitu:
Fd F0 cos(t 0 )
Sehingga persamaan Fnst dinyatakan menjadi:
Fnet Fs Ff Fd

m x kx b x F0 cos(t 0 )

m x b x kx F0 cos(t 0 )

d 2x dx
m 2
b kx F0 cos(t 0 )
dt dt
Persamaan tersebut sesuai dengan persamaan 6 yang ditulis secara lebih sederhana yaitu:

Getaran Harmonik Sederhana 9


+ + = () ..........(42)
persamaan ini menyatakan sebuah bentuk persamaan diferensial orde dua tidak homogen.
Untuk menyelesaikan persamaan 42 maka diikuti teorema berikut:
Teorema 3: Jika xi(t) adalah sebuah penyelesaian dari sebuah persamaan
diferensial orde dua tidak homogen dan xh(t) adalah sebuah penyelesaian
homogennya dari persamaan diferensial orde dua bersangkutan, maka x(t) = xi(t)
+ xh(t) adalah juga merupakan sebuah penyelesaian dari persamaan diferensial
tidak homogen tersebut.
Berdasarkan teorema 3 di atas diperoleh kesimpulan bahwa bila bentuk penyelesaian
homogennya dari persamaan diferensial orde dua telah diperoleh (untuk lebih sederhananya
hanya diperlukan untuk mencari bentuk penyelesaian tidak homogennya).
Untuk lebih memahami tentang fenomena yang memenuhi aturan di atas tinjaulah sebuah
sistem getaran yang masih dikenakan sebuah gaya luar berbentuk:
= cos( + )..........(43)
Gaya luar yang dinyatakan dalam persamaan 43 merupakan sebuah gaya yang sifatnya
berosilasi dengan amplitudo Fo dan frekuensi . Dengan demikian persamaan gerak dari
sistem yang bersangkutan adalah:
+ + = cos( + ) ..........(44)
Persamaan 44 tentu akan memiliki banyak penyelesaian, walaupun ada banyak
penyelesaian yang memenuhi persamaan 44 namun dari pertimbangan fisi hanya akan
diperlukan satu bentuk penyelesaian yang diharapkan, yaitu sebuah getaran tetap (a steady
ossilation) dari koordinat perpindahan x yang frekuensinya sama dengan frekuensi getaran
gaya luar yang dikenakan. Penyelesaian tersebut dinyatakan dengan:
= cos( + ).........(45)
Amplitudo As dan fase s harus ditentukan dengan menyubstitusikan persamaan 45 ke

persamaan 44 dan 0 0 . Didapatkan

d2 d
m 2 ( As cos(t s )) b ( As cos(t s )) k ( As cos(t s )) F0 cos(t 0)
dt dt
d2 d
m 2
( As cos(t s )) b ( As cos(t s )) k ( As cos(t s )) F0 cos(t )
dt dt
Bentuk aljabar yang akan dihadapi akan menjadi lebih sederhana bila bentuk persamaan
gaya luar dinyatakan dalam bentuk real dari fungsi kompleksnya.
() = ( )..........(46)

Getaran Harmonik Sederhana 10


= ..........(47)
Dengan demikian bila sebuah penyelesaian dari persamaan:
+ + = ..........(48)
Secara matematika sekarang variabel c adalah bilangan kompleks, tapi ini tidak diperlukan
lebih lanjut sebab jika penyelesaian persamaan di atas ditemukan dapat di peroleh bahwa
bagian riil adalah memenuhi persamaan di atas. Dan hanya bagian riil yang menyatakan
arti fisi dari persamaan 48. Dengan demikian penyelesaian persamaan 48 diperoleh dengan
memisahkan persamaan ke dalam bagian real dan bagian imaginer, maka bagian real dari
x(t) akan sesuai dengan persamaan 44. Misalkan penyelesaiannya adalah:
= ..........(49)
di mana amplitudo xo dan beda fase adalah tetap yang akan dicari.
Maka
dx
x
dt
d
x ( x0 e it )
dt
=
Dan
dx
x
dt
d
x (i x0 eit )
dt
x i 2 2 x0 eit

= 2
Dengan memasukkan ke persamaan 48 diperoleh :
d 2x dx
m 2
b kx F0 e it
dt dt
m ( 2 x0 eit ) b (i x0 eit ) k ( x0 eit ) F0 e it

m ( 2 x0 ) b (i x0 ) k ( x0 ) F0

b k F
( 2 x0 ) (i x0 ) ( x0 ) 0
m m m
b k
2 dan 0
2
dimana
m m

Getaran Harmonik Sederhana 11




= 2 2
..........(50)
+2

dalam bagian riil dari persamaan 50 dapat diperoleh:



( )
= 1 ............(51)
[( 2 2 )2 +42 2 ] 2

dan
2
tg = 2 2
..........(52)

oleh karena itu penyelesaian dari persamaan 48 adalah:



( )
= = 2 2 +2 .........(53)

dalam bagian amplitudo riil dari persamaan 52 dapat dinyatakan:



( )
= 1 .........(54)
[( 2 2 )2 +42 2 ] 2

Persamaan di atas menyatakan hasil hubungan antara amplitudo dan fase dari osilator
harmonik teredam di bawah pengaruh gaya pemicu yang sinusuidal. Amplitudo xo
mencapai maksimum pada frekuensi tertentu r yang disebut dengan frekuensi resonansi,
sehingga penyebut dari persamaan 53 disebut resonansi denominator. untuk memperoleh
r maka persamaan 51 diturunkan terhadap sama dengan nol. Sehingga diperoleh :
= ( 2 2 2 )1/2..........(55)
dalam kasus peredaman yang kecil maka frekuensi hanya berbeda sedikit saja dengan o.
Akan tetapi untuk kasus ekstrem di mana peredaman sangat kuat maka tidak akan terjadi
resonansi.
Adapun solusi untuk kecepatannya, yaitu:
x i x0 e it

iF0 e it
x
m 0 2 2 2i

Cara paling sederhana untuk menuliskan persamaan tersebut adalah dengan menyatakan
semua persamaan tersebut dalam factor polar kompleks, seperti:
c a ib re i
Jadi:
i e i 2

Sehingga:

Getaran Harmonik Sederhana 12



0 2 2 2i 0 2 2 4 2 2 2

12
exp i tan 1 2

2
0 2
maka persamaannya menjadi:
F0
ei (t 0 )
4
x 12
2 2
m 0
2 2 2

Dimana:


2 1 0
2 2
tan tan 1

2 0 2 2 2

0 2 2
sin
0
2
2
2 4 2 2
12

2
cos
0
2
2
2 4 2 2
12

Sehingga:
x Re ( x )
F0
cos(t 0 )

x
m 2 2 2 4 2 2 1 2
0
Dan
x Re ( x) Re ( x i)
F0 1
sin (t 0 )

x
m 2 2 2 4 2 2 1 2
0
Solusi tertentu untuk persamaan sebelumnya yang tidak mengandung konstanta yang
sembarang. Dengan teorema 3 dan persamaan x Ae t cos(1t ) , maka solusi
umumnya, yaitu:
F0 m

x Ae t cos (1t ) sin (t 0 )
2 12
2 4 2 2
2
0

Getaran Harmonik Sederhana 13


D. SUPERPOSISI GERAK HARMONIK SEDERHANA

Gambar 2. Simulasi Superposisi pada Gerak Osilasi Sederhana


Nilai simpangan x1 menyatakan simpangan benda m1 dari posisi setimbangnya.
Sedangkan simpangan x2 menyatakan simpangan benda m2 dari posisi setimbangnya. Misalkan
persamaan gerak osilasi diatas dinyatakan dengan:
1 () = 1 cos( + 1 ) (56)
2 () = 2 cos( + 2 ) (57)
Simpangan total benda m terhadap kerangka diam adalah : = 1 + 2 . Superposisi
dari dua gerak harmonik adalah penjumlahan simpangan dari dua gerak superposisi tersebut
untuk setiap waktu yang sama. Dalam sistem benda pada gambar diatas terdapat dua benda
masing-masing bermassa 1 dan 2 yang terhubung dengan dua buah pegas yang mempunyai
konstanta pegas 1 dan 2 . Untuk benda 1 mengalami gerak harmonik hanya oleh pegas 1 .
Sedangkan benda 2 mengalami perubahan simpangan oleh 2 dan perubahan simpangan
terhadap kerangka diam yang disebabkan gerak harmonik benda 1 .
Persamaan gerak yang dialami 2 dari kerangka diam adalah jumlah dari persamaan gerak
benda 1 dan 2 .
() = 1 () + 2 ()
() = 1 cos( + 1 ) + 2 cos( + 2 ) (58)
Untuk kasus dimana persamaan gerak osilasi kedua benda memiliki fase awal yang berbeda
maka persamaan geraknya akan menjadi sebagai berikut.
() = 1 cos( + 1 ) + 2 cos( + 2 ) = cos( + ) (59)
Menurut Sutrisno (1997) untuk dapat mengetahui harga A dan , maka haruslah digunakan
persamaan gerak tak bergantung waktu. Hal ini dapat diketemukan pada kondisi = 0 dan

= 2 .

Ketika = 0

Getaran Harmonik Sederhana 14


1 cos(1 ) + 2 cos(2 ) = cos( ) (60)

Ketika = 2

1 sin(1 ) + 2 sin(2 ) = sin( ) (61)


Jika persm. 60 dan 61 dikuadratkan maka akan menjadi sebagai berikut.
(1 )2 cos2 (1 ) + (2 )2 cos 2 (2 ) = 2 cos 2 ( ) (62)
(1 )2 sin2 (1 ) + (2 )2 sin2 (2 ) = 2 2 ( ) (63)
+
2 = (1 )2 + (2 )2 + 21 2 cos(1 2 ) (64)

Dengan nilai didapatkan dari


sin( )+ sin( )
tan( ) = 1 cos(1 )+2 cos(2 ) (65)
1 1 2 2

Superposisi Gerak Harmonik dengan Fasor


Berdasarkan persamaan 64 dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan amplitudo Superposisi
kedua persamaan gerak osilasi (A) dan fasa awal Superposisi kedua persamaan gerak ( )
dapat digunakan metode penjumlahan vektor.

Gambar 3. Penjumlahan Vektor pada Superposisi Dua Persamaan Posisi Gerak Osilasi
Sederhana
Penggambaran metode penjulahan vektor ini sesuai secara fisis dan matematis dari fenomena
superposisi dua persamaan posisi gerak osilasi sederhana.

Superposisi Gerak Harmonik dengan Frekuensi Berbeda

Getaran Harmonik Sederhana 15


Enurut Sutrisno (1997), untuk dapat enyelesaikan permsalahan ini, maka diabil asumsi bahwa
fasa awal kedua persaaan gerak harus sama
1 () = 1 cos( + 1 ) (66)
2 () = 2 cos( + 2 ) (67)

Dengan 1 = 2 , Maka
1 () = 1 cos() (68)
2 () = 2 cos() (69)
Untuk dapat enyelesaikan ini, aka gunakan cara fasor

Gambar 4. Metoda Fasor untuk Superposisi dengan Frekuensi yang Berbeda


Dengan metoda ini akan diteukan persaaan sebagai berikut.

2 = (1 )2 + (2 )2 + 21 2 cos(1 2 ) (70)

Dengan nilai didapatkan dari


sin( )+ sin( )
tan( ) = 1 cos(1 )+2 cos(2 ) (71)
1 1 2 2

Getaran Harmonik Sederhana 16


Getaran Harmonik Sederhana 17

Anda mungkin juga menyukai