Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisika adalah ilmu yang mengkaji gejala alam secara keseluruhan baik yang
bersifat makroskopis maupun yang bersifat mikroskopis. Fisika merupakan dasar
berbagai pengembangan ilmu dan teknologi. Salah satu cabang ilmu fisika adalah
fisika inti. Fisika inti merupakan cabang ilmu fisika yang mengkaji tentang atom
dan fenomena di dalamnya, salah satunya tentang radioaktivitas. Rachmawati
(2017) menyatakan bahwa radioaktivitas adalah suatu fenomena dimana suatu
bahan/unsur mempunyai kemampuan untuk memancarkan radiasi dikarenakan
kondisi inti yang tidak stabil. Inti atom yang mampu memancarkan radiasi disebut
radionuklida. Materi/bahan/zat yang mengandung radionuklida disebut zat
radioaktif. Peristiwa radioaktivitas pertamakali ditemukan oleh ahli fisika Prancis
bernama Henry Becquerel (1852-1908).
Radiasi dari zat radioaktif dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok
yang berbeda berdasarkan sifat radiasi yaitu (1) daya tembus, (2) kemampuan
mengionisasi, dan (3) kelakuan atau sifatnya dibawah pengaruh medan magnet atau
medan listrik. Berdasarkan sifat-sifat radiasi tersebut, maka jenis radiasi yang
maksud adalah: partikel alpha (), partikel betha (β), sinar gamma (  )
(Rachmawati, 2017).
Sinar gamma adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang terpancar dari
inti atom dengan energi yang sangat tinggi yang tidak memiliki massa maupun
muatan (Mostavan, 1999). Rachmawati (2017) menyatakan bahwa sinar gamma
memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (1) memiliki daya tembus yang paling tinggi,
(2) memiliki kemampuan mengionisasi yang sangat kecil, (3) tidak dibelokkan
dalam medan magnet maupun medan listrik, (4) memiliki energi yang paling besar
karena memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya, (5) merupakan
gelombang elektromagnetik dengan opanjang gelombang antara 1,7 × 10−10 𝑐𝑚
dan 4,1 × 10−8 𝑐𝑚. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, sinar gamma banyak
digunakan dalam berbagai kegiatan, seperti; pengobatan kanker melalui radiasi,
pelacakan aliran fluida, pencarian sumber-sumber alam, sterilisasi peralatan medis,

1
dan pemetaan geodesi. Semua kegiatan ini memanfaatkan sifat dari sinar gamma
yang memiliki energi sangat tinggi dan daya jangkauan lebih jauh. Karena daya
tembusnya yang begitu tinggi, sinar gamma mampu menembus berbagai
jenis bahan, termasuk jaringan tubuh manusia. Namun, konsekuensinya adalah
sangat sulit untuk mengembangkan sejenis perisai untuk melindungi tubuh dari
radiasi tersebut karena radiasi sinar gamma yang lebih besar dari 65 KeV, cukup
kuat untuk menembus kulit manusia sehingga cukup berbahaya. Dampak dari sinar
gamma bagi kesehatan manusia sebagai berikut: (1) dapat menyebabkan kanker,
misalnya kanker kulit dan tulang, (2) rusaknya jaringan sel tubuh, dan (3) mutasi
genetik sehingga mempengaruhi generasi yang akan lahir.
Pencegahan akan bahaya sinar gamma bagi kesehatan sangat diperlukan
untuk dilakukan. Salah satu cara mencegah radiasi sinar gamma agar tidak
membahayakan adalah penggunaan absorber sebagai upaya memperkecil radiasi
sinar gamma yang berbahaya. Namun pengamatan akan gejala absorpsi ini sangat
sulit untuk dilakukan karena sinar gamma tidak termasuk gelombang tampak, selain
itu bahaya juga sangat tinggi jika tidak menggunakan SOP keamanan yang baik.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu pemodelan yang dapat
merepresentasikan kejadian absorpsi sinar gamma secara kasat mata tanpa
mengurangi esensi konsep absorpsi sinar gamma tersebut. Tanpa adanya
pemodelan ini dikhawatirkan pembahasan mengenai absorpsi sinar gamma hanya
dilakukan secara textbook, sehingga pemahaman yang diperoleh pebelajar kurang.
Hal ini dapat diatasi dengan membuat simulasi elektronik. Melalui simulasi ini
pembelajar dapat melihat proses absorpsi sinar gamma dan diharapkan memiliki
pemahaman yang optimal untuk membangun konsep yang kuat, khususnya materi
absorpsi sinar gamma.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, adapun rumusan
masalah dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana fenomena absorpsi sinar gamma?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi sinar gamma?

2
3. Bagaimana intensitas hasil absorpsi sinar gamma yang dihasilkan pada beberapa
bahan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, adapun tujuan
penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan fenomena absorpsi sinar gamma.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi sinar gamma.
3. Menentukan intensitas hasil absorpsi sinar gamma yang dihasilkan pada
beberapa bahan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan laporan ini dari sudut
pandang penulis dan pembaca secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1.4.1 Bagi penulis
Manfaat bagi penulis dengan adanya pembuatan laporan ini yaitu
memberikan pengalaman bagi penulis seperti pengalaman pemanfaatan teknologi
untuk membuat simulasi absorpsi sinar gamma, pengalaman dalam memanfaatkan
berbagai sumber informasi untuk membuat laporan serta pengalaman membuat
karya ilmiah berupa laporan proyek sesuai dengan kaidah yang ditetapkan.
1.4.2 Bagi pembaca
Manfaat penulisan laporan ini bagi pembaca diantaranya dapat
meningkatkan pemahaman pembaca mengenai konsep dari absorpsi sinar gamma
karena dilengkapi dengan visualisasi melalui simulasi, dan meningkatkan
pemahaman pembaca mengenai hubungan antara intensitas sinar gamma dan tebal
bahan penyerap yang digunakan.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Sinar Gamma


Sinar gamma ( 00𝛾) adalah sebuah bentuk energi radiasi elektromagnetik
yang dihasilkan melalui proses peluruhan γ oleh suatu inti radioaktif (Rachmawati,
2017). Peluruhan gamma adalah suatu proses peluruhan unsur radioaktif dengan
memancarkan sinar gamma. Sinar gamma (γ) merupakan sebuah bentuk energi dari
radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir.
Peluruhan 𝛾 terjadi pada inti yang dalam keadaan tereksitasi, yaitu energi ikat inti
lebih besar dari energi elektrostatik antar proton dalam inti.

Gambar 1. Peluruhan 𝛾
Pemancaran sinar gamma seperti yang tampak pada Gambar 1 merupakan
gelombang elektromagnetik dengan daya tembus yang sangat tinggi. Peluruhan
gamma terjadi jika suatu inti berada dalam keadaan tidak stabil (tereksitasi)
sehingga inti akan meluruh menuju kondisi yang stabil (keseimbangan) atau energi
dasarnya (ground state energy).

Gambar 2. Proses perubahan inti atom yang tidak stabil


menjadi inti atom yang lebih stabil.

4
𝐴
Pada proses tersebut suatu inti yang tidak stabil 𝑍𝑋 dengan energi 𝐸𝑖 meluruh
dengan memancarkan sinar gamma membentuk inti stabil 𝐴𝑍𝑌 dengan energi setelah
peluruhan 𝐸𝑓 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Pada keadaan ini, inti berada
pada tingkat energi dasar. Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel lain
selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi seperti yang tampak pada
Gambar 3.

Gambar 3. Keadaan inti saat tereksitasi dan ionisasi


Energi yang tersedia untuk peluruhan selanjutnya menjadi lebih rendah atau
dapat mencapai energi pada keadaan dasar yang tidak cukup untuk menyebabkan
pemancaran partikel lain, atau peluruhan dengan pemancaran partikel. Hal ini
menyebabkan terjadinya transisi dari keadaan energi yang lebih tinggi Ei menuju
keadaan energi yang lebih rendah Ef yang dapat dituliskan sebagai berikut.
∆𝐸 = 𝐸𝑖 − 𝐸𝑓 (1)

Spektrum sinar gamma pada sebuah inti menunjukkan garis-garis tajam. Hal ini
berarti bahwa inti memiliki tingkat energi yang diskrit. Energi sinar gamma yang
dipancarkan, diberikan oleh persamaan:
(2)
ℎ𝑣 = ∆𝐸 = 𝐸𝑖 − 𝐸𝑓
Jika Ef sesuai dengan keadaan dasar, selanjutnya tidak ada emisi foton yang
mungkin terjadi pada keadaan ini. Sebaliknya inti akan memancarkan satu atau
lebih foton sebelum menuju keadaan dasar, seperti yang tampak pada Gambar 4.

5
Gambar 4. Pancaran sinar gamma
Tidak seperti peluruhan alpha dan betta, peluruhan sinar gamma tidak
menyebabkan perubahan dalam nomor atom atau nomor massa pada inti. Sinar
gamma adalah gelombang elektromagnetik dengan daya tembus yang tinggi. Sinar
gamma tidak menyebabkan ionisasi yang berlebihan, tidak didefleksikan oleh
medan listrik maupun medan magnet.
Ainurrofik et al (2017) menyatakan bahwa sinar gamma adalah radiasi
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang sangat pendek
(dalam orde Angstrom) yang dipancarkan oleh inti atom yang tidak stabil yang
bersifat radioaktif. Setelah inti atom memancarkan partikel 𝛼, 𝛽¯(elektron), 𝛽 +
(positron), atau setelah peristiwa tangkapan elektron, inti yang masih dalam
keadaan tereksitasi tersebut akan turun ke keadaan dasarnya dengan memancarkan
radiasi gamma (Ardisasmita, 2002). Sinar gamma (𝛾) tidak memiliki massa
maupun muatan. Sinar gamma ikut terpancar ketika sebuah inti memancarkan
partikel alfa dan partikel beta. Peluruhan sinar gamma tidak menyebabkan
perubahan nomor atom maupun massa atom. Rachmawati (2017) menyatakan
bahwa sinar gamma ( 00𝛾) memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Memiliki daya tembus yang paling tinggi, yaitu seratus kali lebih tinggi dari daya
tembus partikel beta.
2. Memiliki kemampuan mengionisasi yang sangat kecil, bahkan hampir dapat
dikatakan tidak mampu mengionisasi.
3. Tidak dibelokkan dalam medan magnet maupun medan listrik karena sinar
gamma tidak bermuatan.
4. Memiliki energi yang paling besar karena memiliki kecepatan yang sama dengan
kecepatan cahaya.

6
5. Merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 1.7
x 10-10 cm dan 4.1 x 10-8 cm.
Pancaran sinar gamma ini tidak menyebabkan ionisasi dan tidak
dibelokkan oleh medan listrik maupun medan magnet seperti yang tampak pada
Gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh medan elektromagnetik terhadap sumber radiasi


Sinar gamma (𝛾) juga memiliki daya tembus paling besar seperti Gambar 6.

Gambar 6. Daya tembus radiasi

2.2 Absorpsi Sinar Gamma


Peristiwa absorpsi merupakan satu bentuk kehilangan energi sumber
radiasi bila mengenai medium. Daya tembus radiasi gamma sangat tinggi bahkan
tidak dapat diserap secara keseluruhan. Penyerapan ditunjukkan oleh Gambar 7.

7
Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang membawa energi dalam
bentuk paket-paket yang disebut foton. Intensitas sinar 𝛾 yang melalui suatu bahan
mengikuti kaidah eksponensial absorpsi, karena perubahan intensitas sebanding
terhadap intensitas mula-mula dan ketebalan bahan.

Gambar 7. Peristiwa absorpsi

Ketika seberkas foton dengan intensitas I melalui bahan secara tegak lurus
dengan ketebalan maka besarnya ∆I harus bergantung pada intensitas radiasi serta
ketebalan penyerap, yaitu untuk perubahan kecil dalam ketebalan absorber.
−𝑑𝐼 ∝ 𝐼. 𝑑𝑥 (3)

Tanda minus menunjukkan bahwa intensitas berkurang karena penyerap,


persamaan tersebut dapat ditulis menjadi kesetaraan sebagai berikut:
−𝑑𝐼 = 𝜇𝐼. 𝑑𝑥 (4)

dimana 𝜇 merupakan sebuah konstanta kesebandingan yang juga disebut sebagai


koefisien absorpsi. Bagi ruas kanan dengan 𝐼 sehingga diperoleh persamaan:

𝑑𝐼 (5)
− = 𝜇. 𝑑𝑥
𝐼

Persamaan ini menggambarkan situasi untuk setiap perubahan kecil dalam


ketebalan penyerap 𝑑𝑥. Untuk mengetahui apa yang terjadi pada untuk penyerap
dengan ketebalan penuh, cukup menambahkan apa yang terjadi di setiap ketebalan
kecil. Ketebalan dari 𝑥 = 0 ke setiap ketebalan 𝑥 lainnya, intensitas radiasi akan
menurun dari 𝐼0 ke 𝐼𝑥 sehingga:

𝐼𝑥 𝑥
𝑑𝐼 (6)
−∫ = 𝜇 ∫ 𝑑𝑥
𝐼0 𝐼 0

8
dimana

𝐼𝑥
𝑙𝑛 ( ) = −𝜇𝑥
𝐼0

𝐼𝑥
= 𝑒 (−𝜇𝑥)
𝐼0

sehingga,

𝐼𝑥 = 𝐼0 𝑒 (−𝜇𝑥) (7)

Persamaan ini menunjukkan bahwa intensitas radiasi akan menurun secara


eksponensial dengan ketebalan absorber dengan laju penurunan yang dikendalikan
oleh koefisien absorpsi, yang ditunjukkan dengan grafik seperti pada Gambar 7.
Grafik memplot intensitas terhadap ketebalan 𝑥. Berdasarkan grafik terlihat bahwa
intensitas menurun dari 𝐼0 , pada x = 0, secara cepat pada awalnya dan kemudian
lebih lambat dengan cara eksponensial klasik.

Gambar 7. Grafik intensitas terhadap ketebalan 𝑥

Untuk sebuah material yang telah ditentukan, koefisien 𝜇 absorpsi berbeda


untuk foton dengan energi yang berbeda. Tanda negatif pada persamaan (5)
menunjukkan bahwa intensitas berkurang dengan meningkatnya ketebalan bahan
sehingga semakin tebal suatu bahan/medium maka intensitasnya semakin
berkurang. 𝜇 mencerminkan sifat dari suatu bahan.

9
Koefisien absopsi (koefisien serapan) sinar gamma merupakan suatu
konstanta pembanding yang menghubungkan antara besarnya intensitas sumber
radioaktif yang terserap dengan ketebalan bahan penyerap. Ketika sinar gamma
melewati material, sebagian sinar gamma tersebut diserap oleh material. Intensitas
sinar gamma akan berkurang sesuai dengan formula. Koefisien absorbsi bergantung
dari sifat bahan yang digunakan serta energi awal dari sinar gamma (Khairurais,
2008).
Pengaruh dari koefisien absorpsi dapat dilihat pada Gambar 8.
Berdasarkan Gambar 8 ketiga kurva bersifat eksponensial, hanya saja pada
koefisien absorpsi yang berbeda. Pada Gambar 8 ketiga koefisien linier memiliki
nilai rendah, kurva menurun relatif lambat dan ketika koefisien atenuasi linier besar,
kurva menurun sangat cepat.

Gambar 8. Grafik intensitas terhadap ketebalan dengan nilai koefisien


absoprsi yang berbeda

Koefisien absorpsi adalah karakteristik dari bahan penyerap. Beberapa


seperti karbon memiliki nilai kecil dan mudah ditembus oleh sinar gamma. Bahan
lain seperti timbal memiliki koefisien absorpsi yang relatif besar dan peredam
radiasi yang relatif baik.

10
Tabel 1. Koefisien absorpsi (dalam 𝑐𝑚−1 ) untuk berbagai material pada
energi sinar gamma 100, 200 dan 500 keV.

Bahan-bahan yang tercantum dalam Tabel 1 adalah udara, air dan berbagai
elemen dari karbon (Z = 6) hingga timbal (Z = 82) dan koefisien absorpsi diberikan
untuk tiga energi sinar gamma. Koefisien absorpsi meningkat ketika nomor atom
penyerap meningkat. Misalnya meningkat dari nilai yang sangat kecil yaitu
0,000195 𝑐𝑚−1 untuk udara pada 100 keV hingga hampir 60 𝑐𝑚−1 untuk timbal.
Koefisien absorpsi untuk semua material menurun dengan energi sinar-gamma.
Misalnya nilai tembaga menurun dari sekitar 3,8 cm-1 pada 100 keV menjadi 0,73
cm-1 pada 500 keV.

11
BAB III

RANCANGAN SIMULASI

Simulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan


penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan berupa model statistik
atau pemeranan. Untuk dapat menyimulasikan proses terjadinya absorpsi sinar
gamma diperlukan sebuah desain dimana desain dibuat dengan berpedoman pada
kajian teori. Desain dibuat dengan berpedoman pada kajian teori bertujuan agar
simulasi yang dihasilkan dapat menggambarkan proses terjadinya absorpsi sinar
gamma. Langkah awal pembuatan simulasi absorpsi sinar gamma adalah membuat
desain simulasi sinar gamma.
Program aplikasi yang digunakan dalam pembuatan desain absorpsi sinar gamma
yaitu program grafis CorelDRAW X7 (64 Bit) dan program animasi Macromedia
Flash Profesional 8. Program Coreldraw digunakan untuk membuat gambar-
gambar pendukung action pada simulasi yang akan direncanakan.

Gambar 9. Tampilan corel draw graphics suite X7

Gambar 10. Tampilan macromedia flash proffesional 8

12
Ekstensi gambar yang dibuat dengan menggunakan program Coreldraw
adalah “.cdr”. Namun, untuk memudahkan di-import ke dalam program Adobe
Flash, maka gambar tersebut di-eskport dengan ekstensi “.png” agar gambar tidak
memiliki tidak memiliki latar belakang dan dapat menyesuaikan dengan layer
program Adobe Flas.

Gambar 11. Desain simulasi absorpsi sinar gamma


Pada Gambar 11 memperlihatkan hasil desain dengan menggunakan
Coreldraw yang kemudian akan di-import ke program Adobe Flash untuk didesain
lebih lanjut. Pada program Adobe Flash, desain akan ditambahkan beberapa
komponen penting lainnya, seperti sinar gamma, absorber. Tujuan mendesain
dengan menggunakan Adobe Flash adalah untuk memberikan efek dinamis pada
beberapa komponen tersebut berupa gerakan ataupun menjalankan suatu perintah.
Pemberian tombol dan efek simulasi dengan menggunakan ActionScript 2.0 pada
Adobe Flash. Simulasi yang dibuat memiliki dua kondisi yang berbeda, yaitu yang
pertama rangkaian tanpa medan listrik dan yang kedua rangkaian dengan medan
listrik. Pada Adobe Flash penulis membuat tiga empat scene, yaitu scene 1 untuk
absorber air, scene 2 untuk absorber aluminium, scene 3 untuk absorber besi dan
scene 3 untuk tembaga. Script yang digunakan memiliki kesamaan, namun hasil
yang diperoleh berbeda untuk tiap-tiap absober. Setiap scene dapat divariasikan
intensitas mula-mulas sinar gamma, energi sinar gamma yang nantinya
berpengaruh pada nilai koefisien absorpsi bahan dan ketebalan dari bahan.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung intensitas yang dihasilkan dari tiap
bahan yang digunakan sebagai absopber yaitu:

13
𝐼 = 𝐼0 𝑒 −𝜇 𝑥
dimana 𝐼 merupakan intensitas sinar gamma yang dihasikan, 𝐼0 merupakan
intensitas sinar gamma mula-mula, 𝜇 merupakan koefisien absorpsi dan 𝑥
merupakan ketebalan bahan.

Gambar 12. Proses merancang action simulasi pada scene 1


Script pada scene 1
_root.tombol1.onRelease = function() {
kali = 0.167*Number(tebal);
pangkat = Math.pow(2.178282, -kali);
keluar = Number(masuk)*pangkat;
air._width = tebal*4;
pembatas1._height = 200-180*pangkat;
pembatas2._height = 200-180*pangkat;
};
_root.reset1.onRelease = function() {
tebal = "";
masuk = "";
keluar = "";
};
Script untuk scene 2, 3, maupun 4 memiliki kesamaan dengan scene 1.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari proyek ini adalah sebuah simulasi yaitu simulasi
absorpsi sinar gamma berupa file flash dengan ekstensi “swf”. Simulasi ini dapat
dioperasikan dengan membuka berkas tersebut pada aplikasi Adobe Flash atau pada
browser yang seperti Google Chrome, Internet Explorer, Opera dan sebagainya
yang sudah terinstal flash. Tampilan pertama ketika membuka simulasi ini seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 13

Tampilan awal simulasi ini berdasarkan Gambar 13 terdapat beberapa kolom dan
tombol yang akan digunakan sebagai tempat input data yang diinginkan, seperti
kolom untuk intensitas yang masuk atay intensitas mula-mula, kolom energi yang
akan digunakan untuk input energi sinar gamma yang sudah ditentukan, terdapat
tombol H2O, Al, Cu, Sn yang merupakan jenis absorber yang digunakan yaitu
teridiri dari Air, Aluminium, Tembaga, dan Timah. Kolom Intensitas hasil absorbsi
yang melewati absorber. Tombol merah yang digunakan untuk mereset ulang, dan
tombol enter yang digunakan menjalankan simulasi setelah semua data diinput.
Cara mengoperasikan simulasi ini adalah sebagai berikut:
1. Pada tampilan awal, tentukan bahan absorber yang akan digunakan dengan
menekan salah satu tombol pilihan pada bahan.
2. Masukan nilai ketebalan bahan yang digunakan
3. Input nilai intensitas yang masuk atau intensitas mula-mula sinar gamma
4. Input energi sinar gamma yang digunakan dimana untuk energi yang digunakan
yaitu 100 keV, 200 ke, dan 500 keV
5. Tekan enter, dan amati intensitas sinar gamma yang melewati absorber
6. Ganti ketebalan bahan yang digunakan dengan menginput ulang nilai ketebalan
pada kolom yang sudah ditentukan
7. Ganti intensitas mula-mula yang digunakan pada kolom yang sudah ditentukan
8. Tekan enter untuk menjalankan simulasi
9. Amati pergerakan sinar gamma yang melewati absorber serta intensitas yang
dihasilkan
10. Lakukan hal yang sama pada bahan lainnya dan amati intensitas yang dihasilkan

Data yang diperoleh berdasarkan simulasi yang telah dibuat berupa data
kualitatif dan data kuantitatif.
a) Data kualitatif yang diperoleh adalah data hasil pengamatan terhadap
Intensitas absorpsi sinar gamma yang melewati beberapa absorber yang
memiliki ketebalan yang berbeda dan juga dengan keadaan energi sinar
gamma yang berbeda-beda serta dengan intensitas mula-mula yang
divariasikan. Salah satu sampel hasil yang diperoleh yaitu:
1. Pada air berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Pada saat energi dari sinar gamma bernilai 100 keV melewati absorber
dengan ketebalan yang berbeda-beda dengan intensitas awal yang akan
melewati absorber sebesar 1 W/m2 ketika melewati absorber dengan

16
ketebalan awal tipis kemudian semakin tebal terlihat intensitas hasil
yang diperoleh semakin mengecil, begitu juga ketika intensitas yang
masuk atau intensitas mula-mula ditambah yaitu dengan menggunakan
2 W/m2, intensitas hasil yang diperoleh lebih besar daripada ketika
menggunakan intensitas mula-mula 1 W/m2 , dan juga ketika melewati
bahan dengan ketebalan yang tipis sampai yang sangat tebal, intensitas
hasil absorpsi akan menurun menyesuaikan dengan tebal absorber yang
digunakan.

b) Data kuantitatif yang diperoleh yaitu berupa data hasil perhitungan besarnya
intensitas sinar gamma yang melewati medium. Data yang diperoleh yaitu
pada beberapa absorber yang memiliki tebal yang berbeda, dengan
intensitas mula-mula yang bervariasi serta dengan energi sinar gama yang
berbeda, salah satu sampel kuantitatif yang diperoleh pada air yaitu:

Tabel 2. Sampel Intensitas hasil Absorpsi


No Absorber Tebal Energi Intensitas mula-mula Intensitas hasil absorbsi

5 cm 0,52 W/m2
10 cm 100 keV 1 W/m2 0,27 W/m2
15 cm 0,14 W/m2
1 Air
5 cm 1,04 W/m2
10 cm 100 keV 2 W/m2 0,54 W/m2
15 cm 0,28 W/m2

4.2 Kelebihan dan Kelemahan


Adapun kelebihan dari simulasi yang telah dibuat adalah sebagai berikut:
a) Mudah untuk dioperasikan, dimana simulasi absorpsi sinar gamma ini
memiliki desain yang sederhana serta dilengkapi dengan beberapa tombol
perintah dan kolom sebagai tempat input untuk memasukan perintah yang
diperlukan.

17
b) Simulasi ini memiliki warna yang menarik, dimana pada bagian bahan yang
digunakan, dibedakan berdasarkan warna unsur dari bahan yang
bersangkutan sehingga lebih memudahkan tidak hanya berupa tulisan tetapi
juga lebih menarik dengan ditambahkannya warna.
c) Memiliki desain yang menarik dan simulasi ini didesain mirip dengan
aslinya, serta tentunya tetap berpedoman pada kajian teori yang digunakan.
Sedangkan kelemahan dari simulasi ini diantaranya:
a) Pada simulasi ini jenis-jenis absorber yang digunakan masih sangat
terbatas, yaitu hanya dengan menggunakan 4 absorber yaitu H2O,
Aluminium, Tembaga, dan Timah.
b) Keterbatasan energi sinar gamma yang digunakan untuk menembak bahan,
hanya ada tiga yang digunakan yaitu 100 keV, 200keV, dan 500 keV.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Absorpsi sinar gamma merupakan fenomena penyerapan sinar gamma oleh
bahan. Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang membawa
energi dalam bentuk paket-paket yang disebut foton. Ketika melewati suatu
bahan, maka foton sinar gamma akan berinteraksi dengan bahan. Proses absorpsi
sinar gamma saat melewati absorber yang mempunyai ketebalan 𝑥 dinyatakan
dengan hukum Lambert yaitu:
𝐼 = 𝐼0 𝑒 −𝜇𝑥
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi sinar gamma meliputi: (1) jenis
bahan yang digunakan, (2) ketebalan bahan, (3) energi sinar gamma yang
digunakan untuk menembak bahan. Jenis bahan yang digunakan berpengaruh
pada nilai koefisien absorpsi yang dimiliki oleh bahan. Koefisien absorbsi
bergantung dari sifat bahan yang digunakan serta energi awal dari sinar gamma.
Untuk sebuah material yang telah ditentukan, koefisien absorpsi 𝜇 berbeda untuk
foton dengan energi yang berbeda. Berdasarkan hukum Lambert bahwa
intensitas berkurang dengan meningkatnya ketebalan bahan sehingga semakin
tebal suatu bahan/medium maka intensitasnya semakin berkurang.
3. Intensitas hasil absorpsi sinar gamma yang dihasilkan pada beberapa bahan
berbeda antara bahan yang berasal dari air, besi, aluminium maupun timah. Hal
ini dikarenakan intensitas yang dihasilkan bergantung pada intensitas mula-
mula, koefisien absorpsi bahan, ketebalan bahan dan energi sinar gamma yan
digunakan. Salah satu sampel intensitas yang dihasilkan sari absorpsi sinar
gamma sebagai berikut:

19
Tabel 3. Sampel Intensitas hasil Absorpsi
No Absorber Tebal Energi Intensitas mula-mula Intensitas hasil absorbsi

5 cm 0,52 W/m2
10 cm 100 keV 1 W/m2 0,27 W/m2
15 cm 0,14 W/m2
1 Air
5 cm 1,04 W/m2
10 cm 100 keV 2 W/m2 0,54 W/m2
15 cm 0,28 W/m2

5.2 Saran
Adapun saran yang ditunjukkan kepada pembaca agar dapat
memperbanyak literatur mengenai konsep absorpsi sinar gamma dan
mengembangkan simulasi ini menjadi lebih baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Gumilar, R. 2017. Absorpsi Radiasi Sinar Gamma. Bandung: UIN Sunan Gunung
DJati
Khairurais, M. Rudi Susanto. 2008. Penentuan Koefisien Serapan Sinar Gamma
dan Tebal Paruh Lead dan Polyethylene menggunakan isotop 137CS
dengan multi channel Analyzer. Tersedia pada: http://rudi.staff.uns.ac.id
/2008/12/5/penentuan-koefisien-serapan-sinar-gamma-dan-tebal-paruh-
lead-dan-polyethylene-menggunakan-isotop-137cs-dengan-multi-chann
el-analyzer/. Diakses: 15 April 2018
Mostavan, A. 1999. Fisika Inti. Bandung: ITB.
Rachmawati, D. O. 2017. Handout pengantar fisika inti. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Susilo, 2016. Sumber Belajar Penunjang Plpg 2016 Mata Pelajaran/Paket
Keahlian Fisika Bab XV Radioaktivitas Dan Perangkatnya. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan
Tenaga Kependidikan.
William, 2013. Absorpsi Gamma (𝛾). Terdapat pada
https://id.scribd.com/doc/212243141/ Absorbsi-Gamma. Diakses: 15
April 2018.

Anda mungkin juga menyukai