PENDAHULUAN
1
dan pemetaan geodesi. Semua kegiatan ini memanfaatkan sifat dari sinar gamma
yang memiliki energi sangat tinggi dan daya jangkauan lebih jauh. Karena daya
tembusnya yang begitu tinggi, sinar gamma mampu menembus berbagai
jenis bahan, termasuk jaringan tubuh manusia. Namun, konsekuensinya adalah
sangat sulit untuk mengembangkan sejenis perisai untuk melindungi tubuh dari
radiasi tersebut karena radiasi sinar gamma yang lebih besar dari 65 KeV, cukup
kuat untuk menembus kulit manusia sehingga cukup berbahaya. Dampak dari sinar
gamma bagi kesehatan manusia sebagai berikut: (1) dapat menyebabkan kanker,
misalnya kanker kulit dan tulang, (2) rusaknya jaringan sel tubuh, dan (3) mutasi
genetik sehingga mempengaruhi generasi yang akan lahir.
Pencegahan akan bahaya sinar gamma bagi kesehatan sangat diperlukan
untuk dilakukan. Salah satu cara mencegah radiasi sinar gamma agar tidak
membahayakan adalah penggunaan absorber sebagai upaya memperkecil radiasi
sinar gamma yang berbahaya. Namun pengamatan akan gejala absorpsi ini sangat
sulit untuk dilakukan karena sinar gamma tidak termasuk gelombang tampak, selain
itu bahaya juga sangat tinggi jika tidak menggunakan SOP keamanan yang baik.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu pemodelan yang dapat
merepresentasikan kejadian absorpsi sinar gamma secara kasat mata tanpa
mengurangi esensi konsep absorpsi sinar gamma tersebut. Tanpa adanya
pemodelan ini dikhawatirkan pembahasan mengenai absorpsi sinar gamma hanya
dilakukan secara textbook, sehingga pemahaman yang diperoleh pebelajar kurang.
Hal ini dapat diatasi dengan membuat simulasi elektronik. Melalui simulasi ini
pembelajar dapat melihat proses absorpsi sinar gamma dan diharapkan memiliki
pemahaman yang optimal untuk membangun konsep yang kuat, khususnya materi
absorpsi sinar gamma.
2
3. Bagaimana intensitas hasil absorpsi sinar gamma yang dihasilkan pada beberapa
bahan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, adapun tujuan
penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan fenomena absorpsi sinar gamma.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi sinar gamma.
3. Menentukan intensitas hasil absorpsi sinar gamma yang dihasilkan pada
beberapa bahan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan laporan ini dari sudut
pandang penulis dan pembaca secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1.4.1 Bagi penulis
Manfaat bagi penulis dengan adanya pembuatan laporan ini yaitu
memberikan pengalaman bagi penulis seperti pengalaman pemanfaatan teknologi
untuk membuat simulasi absorpsi sinar gamma, pengalaman dalam memanfaatkan
berbagai sumber informasi untuk membuat laporan serta pengalaman membuat
karya ilmiah berupa laporan proyek sesuai dengan kaidah yang ditetapkan.
1.4.2 Bagi pembaca
Manfaat penulisan laporan ini bagi pembaca diantaranya dapat
meningkatkan pemahaman pembaca mengenai konsep dari absorpsi sinar gamma
karena dilengkapi dengan visualisasi melalui simulasi, dan meningkatkan
pemahaman pembaca mengenai hubungan antara intensitas sinar gamma dan tebal
bahan penyerap yang digunakan.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
Gambar 1. Peluruhan 𝛾
Pemancaran sinar gamma seperti yang tampak pada Gambar 1 merupakan
gelombang elektromagnetik dengan daya tembus yang sangat tinggi. Peluruhan
gamma terjadi jika suatu inti berada dalam keadaan tidak stabil (tereksitasi)
sehingga inti akan meluruh menuju kondisi yang stabil (keseimbangan) atau energi
dasarnya (ground state energy).
4
𝐴
Pada proses tersebut suatu inti yang tidak stabil 𝑍𝑋 dengan energi 𝐸𝑖 meluruh
dengan memancarkan sinar gamma membentuk inti stabil 𝐴𝑍𝑌 dengan energi setelah
peluruhan 𝐸𝑓 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Pada keadaan ini, inti berada
pada tingkat energi dasar. Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel lain
selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi seperti yang tampak pada
Gambar 3.
Spektrum sinar gamma pada sebuah inti menunjukkan garis-garis tajam. Hal ini
berarti bahwa inti memiliki tingkat energi yang diskrit. Energi sinar gamma yang
dipancarkan, diberikan oleh persamaan:
(2)
ℎ𝑣 = ∆𝐸 = 𝐸𝑖 − 𝐸𝑓
Jika Ef sesuai dengan keadaan dasar, selanjutnya tidak ada emisi foton yang
mungkin terjadi pada keadaan ini. Sebaliknya inti akan memancarkan satu atau
lebih foton sebelum menuju keadaan dasar, seperti yang tampak pada Gambar 4.
5
Gambar 4. Pancaran sinar gamma
Tidak seperti peluruhan alpha dan betta, peluruhan sinar gamma tidak
menyebabkan perubahan dalam nomor atom atau nomor massa pada inti. Sinar
gamma adalah gelombang elektromagnetik dengan daya tembus yang tinggi. Sinar
gamma tidak menyebabkan ionisasi yang berlebihan, tidak didefleksikan oleh
medan listrik maupun medan magnet.
Ainurrofik et al (2017) menyatakan bahwa sinar gamma adalah radiasi
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang sangat pendek
(dalam orde Angstrom) yang dipancarkan oleh inti atom yang tidak stabil yang
bersifat radioaktif. Setelah inti atom memancarkan partikel 𝛼, 𝛽¯(elektron), 𝛽 +
(positron), atau setelah peristiwa tangkapan elektron, inti yang masih dalam
keadaan tereksitasi tersebut akan turun ke keadaan dasarnya dengan memancarkan
radiasi gamma (Ardisasmita, 2002). Sinar gamma (𝛾) tidak memiliki massa
maupun muatan. Sinar gamma ikut terpancar ketika sebuah inti memancarkan
partikel alfa dan partikel beta. Peluruhan sinar gamma tidak menyebabkan
perubahan nomor atom maupun massa atom. Rachmawati (2017) menyatakan
bahwa sinar gamma ( 00𝛾) memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Memiliki daya tembus yang paling tinggi, yaitu seratus kali lebih tinggi dari daya
tembus partikel beta.
2. Memiliki kemampuan mengionisasi yang sangat kecil, bahkan hampir dapat
dikatakan tidak mampu mengionisasi.
3. Tidak dibelokkan dalam medan magnet maupun medan listrik karena sinar
gamma tidak bermuatan.
4. Memiliki energi yang paling besar karena memiliki kecepatan yang sama dengan
kecepatan cahaya.
6
5. Merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 1.7
x 10-10 cm dan 4.1 x 10-8 cm.
Pancaran sinar gamma ini tidak menyebabkan ionisasi dan tidak
dibelokkan oleh medan listrik maupun medan magnet seperti yang tampak pada
Gambar 5.
7
Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang membawa energi dalam
bentuk paket-paket yang disebut foton. Intensitas sinar 𝛾 yang melalui suatu bahan
mengikuti kaidah eksponensial absorpsi, karena perubahan intensitas sebanding
terhadap intensitas mula-mula dan ketebalan bahan.
Ketika seberkas foton dengan intensitas I melalui bahan secara tegak lurus
dengan ketebalan maka besarnya ∆I harus bergantung pada intensitas radiasi serta
ketebalan penyerap, yaitu untuk perubahan kecil dalam ketebalan absorber.
−𝑑𝐼 ∝ 𝐼. 𝑑𝑥 (3)
𝑑𝐼 (5)
− = 𝜇. 𝑑𝑥
𝐼
𝐼𝑥 𝑥
𝑑𝐼 (6)
−∫ = 𝜇 ∫ 𝑑𝑥
𝐼0 𝐼 0
8
dimana
𝐼𝑥
𝑙𝑛 ( ) = −𝜇𝑥
𝐼0
𝐼𝑥
= 𝑒 (−𝜇𝑥)
𝐼0
sehingga,
𝐼𝑥 = 𝐼0 𝑒 (−𝜇𝑥) (7)
9
Koefisien absopsi (koefisien serapan) sinar gamma merupakan suatu
konstanta pembanding yang menghubungkan antara besarnya intensitas sumber
radioaktif yang terserap dengan ketebalan bahan penyerap. Ketika sinar gamma
melewati material, sebagian sinar gamma tersebut diserap oleh material. Intensitas
sinar gamma akan berkurang sesuai dengan formula. Koefisien absorbsi bergantung
dari sifat bahan yang digunakan serta energi awal dari sinar gamma (Khairurais,
2008).
Pengaruh dari koefisien absorpsi dapat dilihat pada Gambar 8.
Berdasarkan Gambar 8 ketiga kurva bersifat eksponensial, hanya saja pada
koefisien absorpsi yang berbeda. Pada Gambar 8 ketiga koefisien linier memiliki
nilai rendah, kurva menurun relatif lambat dan ketika koefisien atenuasi linier besar,
kurva menurun sangat cepat.
10
Tabel 1. Koefisien absorpsi (dalam 𝑐𝑚−1 ) untuk berbagai material pada
energi sinar gamma 100, 200 dan 500 keV.
Bahan-bahan yang tercantum dalam Tabel 1 adalah udara, air dan berbagai
elemen dari karbon (Z = 6) hingga timbal (Z = 82) dan koefisien absorpsi diberikan
untuk tiga energi sinar gamma. Koefisien absorpsi meningkat ketika nomor atom
penyerap meningkat. Misalnya meningkat dari nilai yang sangat kecil yaitu
0,000195 𝑐𝑚−1 untuk udara pada 100 keV hingga hampir 60 𝑐𝑚−1 untuk timbal.
Koefisien absorpsi untuk semua material menurun dengan energi sinar-gamma.
Misalnya nilai tembaga menurun dari sekitar 3,8 cm-1 pada 100 keV menjadi 0,73
cm-1 pada 500 keV.
11
BAB III
RANCANGAN SIMULASI
12
Ekstensi gambar yang dibuat dengan menggunakan program Coreldraw
adalah “.cdr”. Namun, untuk memudahkan di-import ke dalam program Adobe
Flash, maka gambar tersebut di-eskport dengan ekstensi “.png” agar gambar tidak
memiliki tidak memiliki latar belakang dan dapat menyesuaikan dengan layer
program Adobe Flas.
13
𝐼 = 𝐼0 𝑒 −𝜇 𝑥
dimana 𝐼 merupakan intensitas sinar gamma yang dihasikan, 𝐼0 merupakan
intensitas sinar gamma mula-mula, 𝜇 merupakan koefisien absorpsi dan 𝑥
merupakan ketebalan bahan.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari proyek ini adalah sebuah simulasi yaitu simulasi
absorpsi sinar gamma berupa file flash dengan ekstensi “swf”. Simulasi ini dapat
dioperasikan dengan membuka berkas tersebut pada aplikasi Adobe Flash atau pada
browser yang seperti Google Chrome, Internet Explorer, Opera dan sebagainya
yang sudah terinstal flash. Tampilan pertama ketika membuka simulasi ini seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 13
Tampilan awal simulasi ini berdasarkan Gambar 13 terdapat beberapa kolom dan
tombol yang akan digunakan sebagai tempat input data yang diinginkan, seperti
kolom untuk intensitas yang masuk atay intensitas mula-mula, kolom energi yang
akan digunakan untuk input energi sinar gamma yang sudah ditentukan, terdapat
tombol H2O, Al, Cu, Sn yang merupakan jenis absorber yang digunakan yaitu
teridiri dari Air, Aluminium, Tembaga, dan Timah. Kolom Intensitas hasil absorbsi
yang melewati absorber. Tombol merah yang digunakan untuk mereset ulang, dan
tombol enter yang digunakan menjalankan simulasi setelah semua data diinput.
Cara mengoperasikan simulasi ini adalah sebagai berikut:
1. Pada tampilan awal, tentukan bahan absorber yang akan digunakan dengan
menekan salah satu tombol pilihan pada bahan.
2. Masukan nilai ketebalan bahan yang digunakan
3. Input nilai intensitas yang masuk atau intensitas mula-mula sinar gamma
4. Input energi sinar gamma yang digunakan dimana untuk energi yang digunakan
yaitu 100 keV, 200 ke, dan 500 keV
5. Tekan enter, dan amati intensitas sinar gamma yang melewati absorber
6. Ganti ketebalan bahan yang digunakan dengan menginput ulang nilai ketebalan
pada kolom yang sudah ditentukan
7. Ganti intensitas mula-mula yang digunakan pada kolom yang sudah ditentukan
8. Tekan enter untuk menjalankan simulasi
9. Amati pergerakan sinar gamma yang melewati absorber serta intensitas yang
dihasilkan
10. Lakukan hal yang sama pada bahan lainnya dan amati intensitas yang dihasilkan
Data yang diperoleh berdasarkan simulasi yang telah dibuat berupa data
kualitatif dan data kuantitatif.
a) Data kualitatif yang diperoleh adalah data hasil pengamatan terhadap
Intensitas absorpsi sinar gamma yang melewati beberapa absorber yang
memiliki ketebalan yang berbeda dan juga dengan keadaan energi sinar
gamma yang berbeda-beda serta dengan intensitas mula-mula yang
divariasikan. Salah satu sampel hasil yang diperoleh yaitu:
1. Pada air berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Pada saat energi dari sinar gamma bernilai 100 keV melewati absorber
dengan ketebalan yang berbeda-beda dengan intensitas awal yang akan
melewati absorber sebesar 1 W/m2 ketika melewati absorber dengan
16
ketebalan awal tipis kemudian semakin tebal terlihat intensitas hasil
yang diperoleh semakin mengecil, begitu juga ketika intensitas yang
masuk atau intensitas mula-mula ditambah yaitu dengan menggunakan
2 W/m2, intensitas hasil yang diperoleh lebih besar daripada ketika
menggunakan intensitas mula-mula 1 W/m2 , dan juga ketika melewati
bahan dengan ketebalan yang tipis sampai yang sangat tebal, intensitas
hasil absorpsi akan menurun menyesuaikan dengan tebal absorber yang
digunakan.
b) Data kuantitatif yang diperoleh yaitu berupa data hasil perhitungan besarnya
intensitas sinar gamma yang melewati medium. Data yang diperoleh yaitu
pada beberapa absorber yang memiliki tebal yang berbeda, dengan
intensitas mula-mula yang bervariasi serta dengan energi sinar gama yang
berbeda, salah satu sampel kuantitatif yang diperoleh pada air yaitu:
5 cm 0,52 W/m2
10 cm 100 keV 1 W/m2 0,27 W/m2
15 cm 0,14 W/m2
1 Air
5 cm 1,04 W/m2
10 cm 100 keV 2 W/m2 0,54 W/m2
15 cm 0,28 W/m2
17
b) Simulasi ini memiliki warna yang menarik, dimana pada bagian bahan yang
digunakan, dibedakan berdasarkan warna unsur dari bahan yang
bersangkutan sehingga lebih memudahkan tidak hanya berupa tulisan tetapi
juga lebih menarik dengan ditambahkannya warna.
c) Memiliki desain yang menarik dan simulasi ini didesain mirip dengan
aslinya, serta tentunya tetap berpedoman pada kajian teori yang digunakan.
Sedangkan kelemahan dari simulasi ini diantaranya:
a) Pada simulasi ini jenis-jenis absorber yang digunakan masih sangat
terbatas, yaitu hanya dengan menggunakan 4 absorber yaitu H2O,
Aluminium, Tembaga, dan Timah.
b) Keterbatasan energi sinar gamma yang digunakan untuk menembak bahan,
hanya ada tiga yang digunakan yaitu 100 keV, 200keV, dan 500 keV.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Absorpsi sinar gamma merupakan fenomena penyerapan sinar gamma oleh
bahan. Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang membawa
energi dalam bentuk paket-paket yang disebut foton. Ketika melewati suatu
bahan, maka foton sinar gamma akan berinteraksi dengan bahan. Proses absorpsi
sinar gamma saat melewati absorber yang mempunyai ketebalan 𝑥 dinyatakan
dengan hukum Lambert yaitu:
𝐼 = 𝐼0 𝑒 −𝜇𝑥
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi sinar gamma meliputi: (1) jenis
bahan yang digunakan, (2) ketebalan bahan, (3) energi sinar gamma yang
digunakan untuk menembak bahan. Jenis bahan yang digunakan berpengaruh
pada nilai koefisien absorpsi yang dimiliki oleh bahan. Koefisien absorbsi
bergantung dari sifat bahan yang digunakan serta energi awal dari sinar gamma.
Untuk sebuah material yang telah ditentukan, koefisien absorpsi 𝜇 berbeda untuk
foton dengan energi yang berbeda. Berdasarkan hukum Lambert bahwa
intensitas berkurang dengan meningkatnya ketebalan bahan sehingga semakin
tebal suatu bahan/medium maka intensitasnya semakin berkurang.
3. Intensitas hasil absorpsi sinar gamma yang dihasilkan pada beberapa bahan
berbeda antara bahan yang berasal dari air, besi, aluminium maupun timah. Hal
ini dikarenakan intensitas yang dihasilkan bergantung pada intensitas mula-
mula, koefisien absorpsi bahan, ketebalan bahan dan energi sinar gamma yan
digunakan. Salah satu sampel intensitas yang dihasilkan sari absorpsi sinar
gamma sebagai berikut:
19
Tabel 3. Sampel Intensitas hasil Absorpsi
No Absorber Tebal Energi Intensitas mula-mula Intensitas hasil absorbsi
5 cm 0,52 W/m2
10 cm 100 keV 1 W/m2 0,27 W/m2
15 cm 0,14 W/m2
1 Air
5 cm 1,04 W/m2
10 cm 100 keV 2 W/m2 0,54 W/m2
15 cm 0,28 W/m2
5.2 Saran
Adapun saran yang ditunjukkan kepada pembaca agar dapat
memperbanyak literatur mengenai konsep absorpsi sinar gamma dan
mengembangkan simulasi ini menjadi lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Gumilar, R. 2017. Absorpsi Radiasi Sinar Gamma. Bandung: UIN Sunan Gunung
DJati
Khairurais, M. Rudi Susanto. 2008. Penentuan Koefisien Serapan Sinar Gamma
dan Tebal Paruh Lead dan Polyethylene menggunakan isotop 137CS
dengan multi channel Analyzer. Tersedia pada: http://rudi.staff.uns.ac.id
/2008/12/5/penentuan-koefisien-serapan-sinar-gamma-dan-tebal-paruh-
lead-dan-polyethylene-menggunakan-isotop-137cs-dengan-multi-chann
el-analyzer/. Diakses: 15 April 2018
Mostavan, A. 1999. Fisika Inti. Bandung: ITB.
Rachmawati, D. O. 2017. Handout pengantar fisika inti. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Susilo, 2016. Sumber Belajar Penunjang Plpg 2016 Mata Pelajaran/Paket
Keahlian Fisika Bab XV Radioaktivitas Dan Perangkatnya. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan
Tenaga Kependidikan.
William, 2013. Absorpsi Gamma (𝛾). Terdapat pada
https://id.scribd.com/doc/212243141/ Absorbsi-Gamma. Diakses: 15
April 2018.