Anda di halaman 1dari 12

NAMA KELOMPOK:

1. I Gede Sandi Wiarsana (1313021002)


2. Ni Luh Heny Agustyari (1313021042)
3. Ni Kadek Aridani Basunari (1313021052)

DISTRIBUSI MAXWELL
1. Distribusi Maxwell
Penentuan fungsi distribusi kecepatan molekul, pertama kali dilakukan
oleh Clerk Maxwell pada tahun 1859. Teori tersebut kemudian dikaji oleh Ludwig
Boltzmann dengan mekanika statistik.
Marilah kita bayangkan kembali bahwa kecepatan molekul pada saat
tertentu dipindahkan ke pusat koordinat siku-siku X, Y, Z. Gambaran koordinat
siku-siku system tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1, di mana ketiga sumbu X,
Y, Z menyatakan komponen kecepatan. Kita sebut komponen kecepatan pada tiap
sumbu adalah vx, vy dan vz,

Gambar 1. Diagram Ruang kecepatan


Kuantitas v menyatakan besarnya kecepatan atau disebut laju. Dalam hal ini untuk
setiap kecepatan berlaku :
v2 = vx2 + vy2 + vz2

1
Dalam sumbu koordinat ini setiap vektor kecepatan dapat ditentukan
dengan koordinat titik ujung vektornya. Karena itu, untuk membicarakan
distribusi kecepatan molekul cukup diperhitungkan destribusi titik representatif
yang merupakan titik ujung masing-masing vektor kecepatan. Ruang di mana
dibuat sumbu X, Y, dan Z disebut ruang kecepatan, seperti gambar 1. Dalam
gambar 1 dapat dilihat titik representatif yang terdapat dalam prisma bervolume
dx dy dz akan mempunyai koordinat (vx + dvx), (vy + dvy), (vz + dvz).
Kemudian harus pula diasumsikan dvx dvy dvz yang merupakan elemen
volume, elemen volume ini harus mengandung titik representatif yang jumlahnya
banyak sekali tetapi cukup kecil bila dibandingkan dengan seluruh titik
representatif.
Destribusi kecepatan dianggap merupakan fungsi kontinu meskipun
sesungguhnya bila jumlah titik representatif terbatas fungsi distribusi kecepatan
discontinue.
Permasalahan pertama:
Bila jumlah total molekul N atau jumlah titik representatif = N, berapa
bagian molekul memiliki komponen – X dari kecepatan di antara harga sembarang
yaitu dari vx sampai (vx + dvx). Dengan kata lain, berapa banyaknya titik
representatif yang terdapat dalam lembaran (slice) yang tebalnya dvx sejajar
dengan bidang (YZ) dan berjarak vx dari bidang (YZ).
Untuk menjawab pertanyaan ini mula-mula diambil dNvx yang menyatakan
banyaknya titik representatif dalam slice ini.
Bagian ini bila dibandingkan dengan seluruh titik representatif (N)
menjadi,
dNVx
N
Bagian ini akan tergantung dari letak slice, jadi merupakan fungsi vx, juga
tergantung dari tebalnya slice (dvx), berarti sebanding dengan dvx.
Karena itu bagian titik representatif dalam slice dapat dinyatakan dengan ,
dN vx
 f (v x )dv x (1)
N
Dengan demikian dapat dituliskan jumlah molekul yang memiliki
komponen kecepatan pada sumbu X dari vx sampai (vx + dvx) adalah,

2
dNvx = N f(vx) dvx (2)
Fraksi jumlah molekul di dalam slice yang tegak lurus dengan sumbu vy dan vz
harus diberikan oleh fungsi vy dan vz yang mempunyai presesi sama dalam bentuk
fungsi vx, yakni:
dN vy
 f (v y )dv y (3)
N
dN vz
 f(v z )dv z (4)
N
Pertanyaan selanjutnya yaitu : apakah fraksi molekul dengan komponen kecepatan
ke arah X antara vx dan vx + dvx pada waktu yang sama memiliki komponen
kecepatan ke arah Y antara vy dan vy + dvy? Meskipun sub-kelompok molekul
dNvx hanya fraksi kecil jumlah molekul total, fraksi tersebut masih terdiri dari
sejumlah besar molekul. Maxwell mengasumsikan bahwa jika salah satu sub-
kelompok dianggap jumlah molekul total, maka fraksi jumlah molekul antara vy
dan vy + dvy memiliki komponen kecepatan yang cukup besar.
Dengan asumsi tersebut di atas, maka kita dapatkan fraksi jumlah molekul
dengan komponen kecepatan vx yang memiliki komponen Y antara vy dan vy + dvy
sama dengan fraksi jumlah total yang memiliki komponen Y di dalam rentang
yang sama. Misalkan d2Nvxvy menyatakan jumlah molekul yang memiliki
komponen kecepatan arah sumbu X antara vx dan vx + dvx dan memiliki komponen
kecepatan arah sumbu Y antara vy dan vy + dvy. Fraksi jumlah molekul komponen
vx dengan komponen Y antara vy dan vy + dvy adalah:
d 2 Nv x v y
.
dNv x
Fraksi dari jumlah total dengan komponen Y antara vy dan vy + dvy , dari
persamaan (3),
dN vy
 f (v y )dv y
N
Samakan fraksi ini, maka diperoleh :
d 2 Nvx v y
 f v y dv y
dNvx

d 2 Nvx v y  dNvx f v y dv y ) (5)

3
Berdasarkan persamaan (2), dNvx  N f v x  dv x , kita bisa
mensubstitusikan persamaan (2) ke dalam persamaan (5), sehingga menjadi:
d 2 Nv x v y  dNv x f v y dv y
d 2 Nv x v y  N f v x  dv x f v y dv y

d 2 Nvx v y  N f v x  f v y dv x dv y (6)

Masalah selanjutnya mencari berapa jumlah molekul yang memiliki


kecepatan dengan komponen pada sumbu X adalah vx sampai (vx + dvx) dan pada
sumbu Y sebesar dari vy sampai (vy + dvy).
Jumlah molekul ini akan sama dengan jumlah titik ujung vektor kecepatan
yang terletak pada prisma yang merupakan potongan. Slice yang tegak lurus
dengan sumbu X sejarak vx dari titik pusat sumbu O dengan tebal dvx dengan slice
yang tegak lurus dengan sumbu Y yang berjarak sejauh vy dari titik O dan bertebal
dvy. Perhatikan gambar 2.

vx vy dvy
dvx Y
vx
Vy
dvx
dvy
X

Gambar 2. Jumlah Molekul yang Dinyatakan dengan d2NVxVy


Jumlah molekul atau titik representatif ini dinyatakan dengan d2NVxVy.
Besarnya d2NVxVy akan sebanding dngan vx, vy dan juga pada tebal dvx, dvy.
Mengingat hal ini dapat dituliskan persamaan,

d 2 NVxVy
 f (v x ) f (v y )dv x dv y
N
atau,
d2NVxVy = Nf(vx) f(vy)dvxdvy

4
Masalah berikutnya adalah mencari jumlah molekul yang memiliki
kecepatan dengan komponen kecepatan pada sumbu X adalah vx sampai (vx + dvx),
pada sumbu Y adalah vy sampai (vy + dvy) dan pada sumbu Z adalah vz sampai (vz
+ dvz).
d 2 Nvxvy vz  Nf (vx ) f (vy ) f (vz )dvx dvy dvz (7)

Molekul ini akan memiliki titik ujung kecepatan pada suatu prisma kecil
merupakan potongan dari slice yang tegak lurus sumbu X berjarak vx dari titik 0
dan dengan tebal dvx, dengan slice yang tegak lurus sumbu Y berjarak vy dari titik
0 dan bertebal dvy dan dengan slice yang tegak lurus dengan sumbu Z berjarak vz
dari titik 0 dan bertebal dvz. Prisma ini dapat dilihat pada gambar 3 berikut.

dvz

dvy
Y

dvx

Gambar 3. Prisma Bervolume


Selanjutnya titik-titik ujung vektor kecepatan molekul disebut titik
representatif yaitu yang mewakili molekul. Karena itu dapat dihitung pula jumlah
titik representatif per satu satuan volume adalah  dan dapat ditulis,

d 3N
  Nf (v x ) f (v y ) f (v z ) (8)
dv x dv y dv z

Kemudian kalau sebaran ke kecepatan adalah isotropik maka  adalah


sama untuk daerah yang memiliki jarak dari 0 sebesar v. Dalam hal ini berlaku
pula,
v2 = vx2 + vy2 + vz2

5
Dengan kata lain  besarnya sama dalam satu shell yaitu bola berongga
tipis dengan jari-jari v dari 0 dan tebal dv lihat gambar 4 berikut.

Kulit
IIKulit
I

dv
Gambar 4.
Sekarang dipikirkan kalau pindah dari elemen volume I ke elemen volume
II pada umumnya  berubah. Perubahan  yang terjadi karena perubahan vx, vy, vz,
yang berubah masing-masing dengan dvx, dvy, dvz. Secara matematik dapat ditulis
sebagai turunan parsial dari  ke dvx,

ke dvy dan ke dvz. dan dapat ditulis,


  
d  dv x  dv y  dv z (9)
v x v y vz

Kita meninjau keadaan isotropik ( = konstan) maka d = 0


0 = Nf’(vx) f(vy)f(vz)dvx + Nf (vx) f’(vy)f(vz)dvy + Nf(vx) f(vy)f’(vz)dvz
Persamaan ini dibagi dengan f(vx)f(vy)f(vz). sehingga didapatkan,

f ' (v x ) f ' (v y ) f ' (v z )


dv x  dv y  dv z  0 (10)
f (v x ) f (v y ) f (v z )
Persamaan diatas disebut sebagai persamaan pokok dari keadaan isotropik.
Karena dalam daerah isotropik v konstan, maka
v2 = vx2 + vy2 + vz2
0 = 2vx dvx + 2vy dvy +2 vz dvx
vx dvx + vy dvy + vz dvz = 0 (11)
dan persamaan ini kita sebut sebagai persamaan syarat untuk berlakunya keadaan
isotropik.

6
Gunakan metode pengali Lagrange tak tentu. Metoda ini memerlukan
persamaan-persamaan (10) dan (11), yakni, persamaan pokok, dan persamaan
syarat. Langkah metoda ini:
Langkah pertama kalikan persamaan syarat dengan konstanta tak tentu ,
sehingga dari (11) diperoleh :
vx dvx + vy dvy + vz dvz = 0
Langkah kedua tambahkan persamaan pokok dengan hasil ini, sehingga diperoleh:

 f ' (v x )   f ' (v y )   f ' (v z ) 


  vx  dvx    v y  dv y    vz  dvz  0 (12)
 f (v x )   f (v x )   f (v z ) 
Karena dvx , dvy , dan dvz tak saling bergantungan, maka persamaan ini akan benar
kalau koefisien dari dvx , dvy , dan dvz masing-masing sama dengan nol, sehingga
didapat 3 persamaan,

f ' (v x )
f (v x ) + vx = 0 (13)

f ' (v y )
f (v y ) + v = 0 (14)
y

f ' (v z )
f (v z ) + vz = 0 (15)

Masing-masing persamaan diatas memiliki solusi seperti berikut ini.


 12  v x2  12 v 2y  12 v z2
f(vx) =  e , f(vy) =  e , f(vz) =  e ,
atau secara singkat ditulis :
f(vx) =  exp (-2vx2) (16)
f(vy) =  exp (-2vy2) (17)
f(vz) =  exp (-2vz2) (18)
dengan nilai 2=/2
Jadi, bentuk fungsi f(vx) telah tertentu tetapi muncul  dan , konstanta
yang belum diketahui. Selanjutnya substitusikan persamaan (16), (17), dan (18),
ke dalam persamaan (7), maka diperoleh:
d3N = N3exp[-2( vx2+ vy2 +vz2 )] dvx dvy dvz

7
atau
d3N = N3exp(-2v2) dvx dvy dvz (19)
Jumlah titik per satuan volume adalah

d 3N
  N 3 exp(   2 v 2 ) (20)
dv x dv y dv z

Kuantitas N3 exp (-2 v2) disebut fungsi distribusi kecepatan Maxwell.
Selanjutnya kita tentukan jumlah molekul yang memiliki laju yang
besarnya dari v sampai v + dv untuk distribusi kecepatan isotropik.
Molekul yang memiliki laju dari v sampai v + dv titik representatifnya
akan terletak pada lapisan bola yang jari-jarinya v dan tebalnya dv. Lihat kembali
gambar 1. Cara yang paling mudah untuk menghitung jumlah molekul dengan laju
antara v sampai v + dv adalah dengan menganggap kerapatannya seragam atau
distribusi kecepatan isotropik, maka  dalam volume ini akan sama pada lapisan
bola yang berjari-jari v. Volume lapisan bola ini adalah:
4
V   v 2 dv (21)
3
dan karena kerapatan pada jarak v dari pusat adalah :

 = N3 exp (-2 v2) atau   N 3 e   v 


2 2

dengan demikian, jumlah molekul yang memiliki laju dari v sampai (v+dv) adalah
dinyatakan dengan dNv sehingga

dN v   .  v 2 dv  dN v  N 3 e   v  .  v 2 dv
4 2 2 4
3 3
 dN v   N v 2 3 e   v  dv
4 2 2
(22)
3
  N v 2 3 e   v 
dN v 4

2 2

dv 3
Rasio dNv/dv disebut fungsi distribusi laju molekul dari Maxwell.
Jadi,
d Nv
 4 π N v 2  3 exp (  2 v 2 ) (2.21)
dv
Fungsi distribusi laju ini, tidak sama dengan distribusi kecepatan, di mana fungsi
distribusi laju ini tidak menyatakan jumlah molekul per satuan volume, tetapi
jumlah molekul per satuan rentangan laju dv.

8
2. Prinsip Kerja Percobaan Zartman
Pengukuran berkas molekul secara langsung telah dilakukan dengan
menggunakan sejumlah metode. Salah satu metodenya yang dilakukan
dikembangkan oleh oleh Zartman dan Ko pada tahun 1930-1934, ini merupakan
modifikasi dari tekhnik yang dikembangkan oleh Stern tahun 1920 yang
ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 5. Alat yang dipergunakan oleh Zartman dan Ko dalam menyelidiki


distribusi kecepatan
Keterangan mengenai set up alat percobaan Zartman dan Ko yaitu sebagai berikut:
a. 𝑂 merupakan oven.
b. 𝑆1 dan 𝑆2 adalah celah pemilih berkas molekul.
c. 𝐶 adalah silinder yang dapat berputar pada sumbunya di titik 𝐴 kira-kira
dengan kecepatan 6000 𝑟𝑝𝑚.
d. 𝐺 adalah pelat gelas.

 Prinsip kerja percobaan:


Berdasarkan pada gambar set alat, oven 𝑂 yang panas menyebabkan
berkas molekul ke luar dari open menuju celah 𝑆1. Celah 𝑆1 menentukan lebarnya
berkas, kemudian masuk celah 𝑆2 yang memperkecil lebar molekul. Dari celah 𝑆2
berkas molekul terus menuju celah 𝑆3 .
Jika silinder diam, maka semua molekul yang masuk celah 𝑆3 akan
menumbuk pelat gelas G pada satu tempat. Tempat ini dapat ditentukan dengan
mencuci pelat foto pada gelas G dan hasilnya yang berupa titik hitam dan dapat

9
diselidiki dengan microphotometer. Bintik hitam ini akan berkumpul pada satu
daerah kecil tergantung dari lebar celah 𝑆3 .
Jika silinder berputar, maka molekul dapat masuk ke dalam silinder selama
celah 𝑆3 berhadapan dengan berkas molekul dalam waktu yang sangat singkat.
Jika silinder diputar searah dengan jarum jam, maka pelat G bergerak ke kanan
sedangkan molekul bergerak ke atas melalui sumbu silinder A. Ini mengakibatkan
molekul-molekul menumbuk pelat G di sebelah kiri dari tempat kalau silinder itu
diam. Molekul yang masuk celah 𝑆3 tentunya dengan bermacam-macam
kecepatan dan berangkat dari celah 𝑆2 mulai waktu yang sama.
Jalan yang ditempuh molekul adalah 2𝑅 (dimana 𝑅 adalah jari-jari
silinder). Molekul dengan kecepatan rendah akan memerlukan waktu lebih
panjang untuk menumbuk pelat hingga tempat tumbukannya lebih ke kiri. Dari
percobaan ini dapat ditentukan bahwa molekul-molekul itu memiliki kecepatan
yang bermacam-macam (spektrum kecepatan).

Gambar 6. Perjalanan molakul dalam silinder A

Berdasarkan gambar tersebut, maka dapat dilakukan analisis sebagai


berikut:
 Silinder berputar 6000 𝑟𝑝𝑚, maka
1
𝑇= × 60𝑠
6000
1
= 𝑠
100
 Keliling silinder 2𝜋𝑅 dan jarak 𝐴𝐵 = 𝑎
 Waktu untuk menempuh 𝑎 adalah:

10
𝑎
𝑡= ×𝑇
2𝜋𝑅
𝑎 1
= × 𝑠
2𝜋𝑅 100
 Kecepatan molekul yang jatuh di 𝐵 adalah:
2𝑅 𝑚⁄
𝑣= 𝑠
𝑎 1
2𝜋𝑅 × 100
400𝜋𝑅 2 𝑚
= ⁄𝑠
𝑎
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan oleh Zartman dan Ko,
dapat disimpulkan bahwa molekul-molekul itu memiliki kecepatan yang
bermacam-macam. Dengan demikian terbukti adanya distribusi kecepatan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Sujanem, Rai. 2012. Buku Ajar Fisika Statistik. Singaraja: Undiksha

12

Anda mungkin juga menyukai