Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Statistik Fermi-Dirac merupakan kasus tertentu dalam statistik partikel yang


dikembangkan oleh Enrico Fermi dan Paul Dirac dalam menentukan distribusi
statistik keadaan energi fermion dari sistem kesetimbangan termal. Dengan kata lain
distribusi peluang tiap kemungkinan level-level energi yang diduduki oleh suatu
fermion.
Pada umumnya, statistik Fermi-Dirac membahas tentang fungsi gelombang
dari fermion yang antisimetris di bawah pengaruh pertukaran fermion. Fermion
merupakan partikel yang tak terbedakan dan mengikuti asas larangan Pauli yaitu
tidak boleh suatu partikel mempunyai bilangan kuantum yang sama dalam waktu
yang sama. Fermion mempunyai spin setengah. Statistik termodinamika digunakan
untuk mendeskripsikan perilaku partikel dalam jumlah besar.
Kumpulan dari fermion tanpa interaksi disebut dengan gas fermi. Statistik
Fermi-Dirac diperkenalkan pada tahun 1926 oleh Enrico Fermi dan Paul Dirac yang
diaplikasikan pada tahun yang sama oleh Ralph Fawler dalam menggambarkan
kehancuran bintang kerdil putih. Arnold Sommerfeld pada tahun 1927
menggunakannya untuk menggambarkan elektron dalam logam. Mempelajari statistik
Fermi-Dirac mengikuti aturan larangan pauli. Namun ketentuan dalam statistik
Fermi-Dirac ini lebih ketat dalam pengisian titik fase, misalkan suatu kompartemen
bervolume h3 tidak boleh lebih dari dua titik fase. Implikasinya, prinsip larangan
Pauli ini memengaruhi susunan elektron di dalam atom yang sama yang mempunyai
bilangan kuantum yang sama. Koordinat kompartemen di dalam ruang fase
berkorespondensi dengan bilangan kuantum. Dengan alasan itu, maka boleh terdapat
dua titik fase di dalam kompartemen yakni elektron-elektron yang mana titik
representatif mempunyai arah spin yang berlawanan. Jumlah maksimum titik
representatif mempunyai arah spin yang berlawanan. Jumlah maksimum titik

1
representatif di dalam sel dua kali jumlah kompartemen (sudah tentu kondisi aktual
mungkin kurang karena mungkin ada kompartemen yang kosong).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut.
1.2.1 Bagaimana karakteristik statistik Fermi-Dirac?
1.2.2 Bagaimana menghitung peluang termodinamika statistik Fermi-dirac?
1.2.3 Bagaimana fungsi distribusi statistik Fermi-Dirac?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.3.1 Menjelaskan karakteristik statistik Fermi-Dirac.
1.3.2 Menjelaskan perhitungan peluang termodinamika statistik Fermi-Dirac.
1.3.3 Menjelaskan fungsi distribusi statistik Fermi-Dirac.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.4.1 Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi penulis
seperti pengalaman untuk mengumpulkan bahan. Penulis juga mendapat ilmu untuk
memahami dan menganalisis materi yang ditulis dalam makalah ini serta
mendapatkan berbagai pengalaman mengenai teknik penulisan makalah, teknik
pengutipan, dan teknik penggabungan materi dari berbagai sumber.
1.4.2 Bagi Pembaca
Mahasiswa yang membaca makalah ini akan dapat memahami konsep statistik
Fermi-Dirac serta sebagai bahan acuan untuk membuat makalah berikutnya.

2
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Karakteristik Statistik Fermi-Dirac

Asas larangan Pauli adalah prinsip mekanika kuantum yang dirumuskan oleh
Wolfgang Pauli pada tahun 1925, dalam bentuk yang paling sederhana untuk elektron
pada atom tunggal, aturan ini menyatakan bahwa tidak ada dua elektron yang
memilliki bilangan kuantum yang sama. Secara umum, tidak ada dua fermion identik
yang boleh menduduki keadaan kuantum yang sama secara bersamaan (Wikipedia,
2016). Asas larangan Pauli ini diperoleh sebagai konsekuensi dari sifat elektron
sebagai gelombang. Pada mekanika kuantum untuk partikel identik, akan ditemukan
bahwa fungsi gelombang totalnya hanya boleh simetris atau anti simetris terhadap
pertukaran dua partikel. Partikel-partikel yang memiliki sifat ini adalah partikel
fermion, misalnya elektron dan proton.
Atom yang memiliki lebih dari satu elektron, misalnya Natrium, elektron-
elektron tidak berkumpul ditingkat energi rendah, karena masing-masing keadaan
hanya boleh ditempati tidak lebih dari satu elektron. Tingkat paling rendah (𝑛 = 1)
hanya boleh ditempati oleh dua elektron, dengan satu buah spin ke atas dan satu buah
spin ke bawah.
Teori spin-statistik menyatakan bahwa fermions mempunyai spin yang berupa
separuh-bilangan bulat. Salah satu cara untuk menggambarkan spin ini ialah bahwa
partikel dengan spin ½ seperti fermion harus diputar oleh dua rotasi penuh untuk
mengembalikan mereka ke keadaan semula (Wikipedia, 2016).
Pada statistik Fermi-Dirac berlaku ketentuan yang lebih ketat. Ketentuan-
ketentuan tersebut, secara lebih detail dapat dilihat dari karakteristik statistik Fermi-
Dirac seperti berikut.
1. Berlaku untuk partikel identik yang tak terbedakan.
2. Dalam suatu ruang fase terdapat beberapa cell dan dalam setiap cell dalam ruang
fase tersebut dibagi menjadi dua kelipatan kompartemen pada kajian statistik
Bose-Einstein.

3
3. Partikel yang dikaji disebut dengan Fermion.
4. Menerapkan asaslarangan Pauli pada partikel yang dikaji.
5. Fungsi gelombang partikel yang dikaji berubah tanda terhadap pertukaran setiap
pasangan partikel (antisimetrik).

Satu kompartemen yang bervolume ℎ3 tidak boleh lebih dari dua titik fase.
Asas larangan Pauli ini memengaruhi susunan elektron di dalam atom yang sama
yang mempunyai bilangan kuantum yang sama. Larangan Pauli ini menyatakan
bahwa dalam suatu keadaan kuantum yang sama, sebuah elektron suatu atom tidak
boleh memiliki bilangan kuantum yang sama.
Telah diketahui bahwa koordinat kompartemen dalam ruang fase
berkorespondensi dengan bilangan kuantum, jika diterapkannya asas larangan Pauli
ini, maka boleh terdapat dua buah titik fase dalam satu kompartemen. Dua titik fase
yang dimaksud dalam hal ini adalah dua buah elektron yang arah spinnya
berlawanan. Oleh karena itu, jumlah maksimum titik reperesentatif di dalam cell
adalah dua kali jumlah kompartemen. Akibatnya jumlah setengah kompartemen
dalam suatu cell (𝑛) dirumuskan dengan persamaan berikut.
2𝐻 (2.1)
𝑛=
ℎ3
H adalah volume sebuah cell dan ℎ3 adalah volume sebuah kompartemen.
Jumlah titik representatif maksimum dalam masing-masing cell adalah 𝑛 dan untuk
kajian selanjutnya berkaitan dengan statistik Fermi-Dirac, akan digunakan istilah
komparteman untuk setengah kompartemen.

2.2 Menghitung Peluang Termodinamika Statistik Fermi-Dirac

Statistik Fermi-Dirac dalam mekanika statistik merupakan kasus tertentu pada


statistik partikel yang dikembangkan oleh Enrico Fermi dan Paul Dirac dalam
menentukan distribusi statistik keadaan energi fermion dari sistem kesetimbangan
termal. Dengan kata lain distribusi peluang tiap kemungkinan level-level yang di
duduki oleh suatu fermion. Pada umumnya, statistik Fermi-Dirac membahas tentang

4
fungsi gelombang dari fermion yang antisimetris di bawah pengaruh pertukaran
fermion.
Fermion merupakan partikel yang tak dapat dibedakan dan mengikuti asas
larangan Pauli. Konsep fungsi gelombang simetris dan antisimetris berlaku untuk
sistem yang mengandung partikel-partikel identik. Ada perbedaan yang fundamental
antara penjelasan mekanika kuantum dengan penjelasan mekanika klasik tentang
sistem yang mengandung partikel-partikel identik tersebut. Partikel-partikel identik
adalah tak dapat dibedakan (indistinguishable) dalam mekanika kuantum. Sebaliknya,
dalam mekanika klasik, sebuah sistem partikel-partikel identik kita masih dapat
memberi label kepada setiap partikel dan mengikuti gerak setiap partikel itu. Dengan
kata lain, dalam mekanika klasik partikel-partikel identik masih dapat dibedakan
(distinguishable). Hal ini sangat tidak mungkin dalam tingkat mekanika kuantum.
Tidak ada hasil penelitian yang membedakan antara dua keadaan yang diperoleh dari
pertukaran partikel-partikel identik. Adapun perbedaan statistik Maxwell-Boltzmann,
Bose-Einstein, dan statistik Fermi-Dirac yaitu:
 Statistik Maxwell-Boltzmann sering digambarkan sebagai statistika bagi partikel
klasik yang “terbedakan”. Sistem partikel klasik terbedakan merupakan sistem
partikel yang konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih partikel dipertukarkan.
Pada statistik Maxwell-Boltzmann dipandang enam dimensi dari pergerakan
molekul, yakni tiga dimensi kedudukan dan tiga dimensi kecepatan. Ruang enam
dimensi seperti yang dimaksudkan ini disebut ruang fasa.
 Statistik Bose-Einstein adalah statistik kuantum dimana partikel-partikel
dipandang identik dan tak dapat dibedakan tetapi tidak mengikuti prinsip eksklusi
Pauli. Seperti partikel disebut boson; misalnya foton dan inti helium.
 Statistik Fermi-Dirac adalah statistik kuantum di mana partikel-partikel
dipandang identik dan tak dapat dibedakan tetapi mengikuti prinsip eksklusi
Pauli. Seperti partikel disebut fermion, misalnya elektron.
Menghitung peluang termodinamika statistik Fermi-Dirac, kita ambil contoh
sebuah sistem dengan dua cell i dan j seperti pada Gambar 2.1.

5
cell i . . . . . . Wi = 4
. . . . . .

cell j . . Wj = 4
. .

Gambar 2.1. Susunan titik fase yang berbeda di dalam sebuah cell di dalam ruang
fase menurut Statistik Fermi-Dirac (diadopsi dari Sujanem, 2004).

Kedua cell i dan j, masing-masing dibagi menjadi empat kompartemen, dan


anggaplah macrostate Ni = 3, dan Nj = 1. cell i dan j dan kita lihat bahwa tidak boleh
lebih dari satu titik tiap kompartemen, dengan demikian ada 4 cara susunan tiga titik
fase di dalam cell i, dan empat cara susunan sebuah titik di dalam cell j
Peluang termodinamika masing-masing cell adalah
𝑊𝑖 = 4, 𝑊𝑗 = 4
Untuk setiap susunan di dalam cell i kita dapat memiliki salah satu susunan di dalam
cell j. Dengan demikian jumlah total kemungkinan susunan atau peluang
termodinamika dari macrostate adalah.
𝑊 = 𝑊𝑖 𝑊𝑗 = 16
Berbeda dengan hasil statistik Maxwell-Boltzmann untuk kasus yang sama di mana
diperoleh W = 4, serta untuk statistik Bose-Einstein W = 80. Secara umum untuk
sejumlah cell dalam statistik Fermi-Dirac dapat dirumuskan.

𝑊 = ∏ 𝑊𝑖 (2.2)

Penurunan pernyataan untuk sembarang Wi lebih mudah daripada untuk


statistik Bose-Einstein. Untuk n kompartemen dari sebuah cell, jika ada Ni yang
ditempati, maka ada (n - Ni) yang tak ditempati (kosong). Perhitungan jumlah cara
untuk n kompartemen yaitu dapat dibagi di dalam dua kelompok, satu kelompok
dengan kompartemen yang ditempati, dan kelompok yang lain untuk kompartemen
yang kososng. Di dalam pembahasan statistik sebelumnya telah dikaji jumlah cara

6
untuk N partikel yang didistribusikan di antara cell-cell dalam ruang fase, dengan N1,
N2, dst. Jumlah tersebut yaitu.
𝑁! 𝑁!
= (2.3)
𝑁1 ! 𝑁2 ! 𝑁3 ! ∏ 𝑁𝑖 !
Secara umum, persamaan di atas memberikan jumlah cara untuk sesuatu N
yang disusun dalam suatu kelompok, jumlah N1, N2, dst. Di dalam statistik Maxwell-
Boltzmann “sesuatu” yang disusun adalah titik fase, jumlah “kelompok” sama dengan
jumlah cell di dalam ruang fase, dan jumlah cara dari susunan “sesuatu” disebut
peluang termodinamika dari macrostate. Dengan cara yang sama, peluang
termodinamika untuk cell tertentu didefinisikan sebagai jumlah cara kompartemen
yang berbeda dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang ditempati
dan kelompok yang kosong.
Jumlah kompartemen total adalah 𝑛𝑖 yang ditempati adalah 𝑁𝑖 , dan yang
kosong adalah (𝑛 − 𝑁𝑖 ). Dengan demikian cara berbeda dalam pembagian
kompartemen ke dalam kelompok ditempati dan kelompok kosong, atau peluang
termodinamika 𝑊𝑖 adalah.
𝑛!
𝑊𝑖 = (2.4)
𝑁𝑖 ! (𝑛 − 𝑁𝑖 )!
Sebagai contoh kita ambil,𝑁𝑖 = 3, 𝑁𝑗 = 1, 𝑛 = 4, maka akan diperoleh.
4!
𝑊𝑖 = =4
3! (4 − 3)!
4!
𝑊𝑗 = =4
3! (4 − 3)!
Secara umum pernyataan untuk peluang termodinamika dari macrostate
tertentu dalam statistik Fermi-Dirac adalah.

𝑛!
𝑊=∏ (2.5)
𝑁𝑖 ! (𝑛 − 𝑁𝑖 )!

7
2.3 Fungsi Distribusi Statistik Fermi-Dirac
Setiap jenis statistik diasumsikan bahwa entropi adalah sebanding dengan
logaritma peluang termodinamika, dan bahwa suatu keadaan setimbang, entropi
sistem bernilai maksimum. Hal ini berarti ln 𝑊 bernilai maksimum, sehingga
𝑑(ln 𝑊) = 0.
Berdasarkan persamaan (2.5), maka akan diperoleh persamaan baru seperti
berikut.
𝑛!
𝑊=∏
𝑁𝑖 ! (𝑛 − 𝑁𝑖 )!
ln 𝑊 = ln Π n! − ln Π 𝑁𝑖 ! (𝑛 − 𝑁𝑖 )!

ln 𝑊 = ∑[ln n! − ln(𝑁𝑖 ! (𝑛 − 𝑁𝑖 )!)]

ln 𝑊 = ∑[ln n! − ln(𝑁𝑖 ! (𝑛 − 𝑁𝑖 )!)]

ln 𝑊 = ∑[ln n! − ln 𝑁𝑖 ! − ln(𝑛 − 𝑁𝑖 )!] (2.6)

Karena jumlah cell sangat besar, dengan demikian 𝑛 dan 𝑁𝑖 merupakan


bilangan yang sangat besar, maka dapat digunakan Stirling’s approximation,
sehingga persamaan (2.6) akan menjadi seperti berikut.
ln 𝑊 = ∑[𝑛 ln n − 𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 − (𝑛 − 𝑁𝑖 ) ln(𝑛 − 𝑁𝑖 )] (2.7)
Jika jumlah partikel, energi total adalah konstan, dan peluang termodinamika
maksimum akan terdapat persamaan kondisi seperti berikut.

𝑑𝑁 = ∑ 𝑑𝑁𝑖 = 0 (2.8)

𝑑𝑈 = ∑ 𝑤𝑖 𝑑𝑁𝑖 = 0 (2.9)

𝑛 − 𝑁𝑖 (2.10)
𝑑 ln 𝑊 = ∑ (𝑙𝑛 ) 𝑑𝑁𝑖 = 0
𝑁𝑖
Untuk mempermudah perhitungan dapat dilakukan dengan mengalikan persamaan
(2.8) dengan (– ln 𝐵) dan persamaan (2.9) dengan (−𝛽), maka didapatkan.

𝑑𝑁(– ln 𝐵) = − ln 𝐵 ∑ 𝑑𝑁𝑖 = 0 (2.11)

𝑑𝑈(– 𝛽) =– 𝛽 ∑ 𝑤𝑖 𝑑𝑁𝑖 = 0 (2.12)

8
kemudian menambahkan persamaan (2.10 ), persamaan (2.11), dan persamaan (2.12),
maka akan terbentuk persamaan baru seperti berikut.
𝑛 − 𝑁𝑖
− ln 𝐵 ∑ 𝑑𝑁𝑖 +– 𝛽 ∑ 𝑤𝑖 𝑑𝑁𝑖 + ∑ (𝑙𝑛 ) 𝑑𝑁𝑖 = 0
𝑁𝑖
𝑛−𝑁𝑖
∑ − ln 𝐵 𝑑𝑁𝑖 + ∑ −𝛽 𝑤𝑖 𝑑𝑁𝑖 + ∑ (𝑙𝑛 ) 𝑑𝑁𝑖 = 0
𝑁𝑖

𝑛 − 𝑁𝑖 (2.13)
∑ (𝑙𝑛 − ln 𝐵 − 𝛽 𝑤𝑖 ) 𝑑𝑁𝑖 = 0
𝑁𝑖
𝑛−𝑁𝑖
Oleh karena suku ∑ (𝑙𝑛 − ln 𝐵 − 𝛽 𝑤𝑖 ) dan 𝑑𝑁𝑖 saling bebas, artinya jika 𝑑𝑁𝑖 =
𝑁𝑖

𝑛−𝑁𝑖
0, maka ∑ (𝑙𝑛 − ln 𝐵 − 𝛽 𝑤𝑖 ) ≠ 0 dan sebaliknya. Namun agar 𝑁𝑖 ⁄𝑛
𝑁𝑖
𝑛−𝑁𝑖
terdefinisikan, maka ∑ (𝑙𝑛 − ln 𝐵 − 𝛽 𝑤𝑖 ) = 0 yang digunakan. Hal ini akan
𝑁𝑖

menunjukkan fungsi distribusi Fermi-Dirac dengan penurunan persamaan sebagai


berikut.
𝑛 − 𝑁𝑖
∑ (𝑙𝑛 − ln 𝐵 − 𝛽 𝑤𝑖 ) = 0
𝑁𝑖
𝑛 − 𝑁𝑖
𝑙𝑛 − ln 𝐵 − 𝛽 𝑤𝑖 = 0
𝑁𝑖
𝑛 − 𝑁𝑖
𝑙𝑛 − ln 𝐵 = 𝛽𝑤𝑖
𝑁𝑖
𝑛 − 𝑁𝑖
𝑙𝑛 = 𝛽𝑤𝑖
𝐵𝑁𝑖
𝑛 − 𝑁𝑖
= 𝐵𝑒 𝛽𝑤𝑖
𝑁𝑖
𝑛
− 1 = 𝐵𝑒 𝛽𝑤𝑖
𝑁𝑖
𝑛
= 𝐵𝑒 𝛽𝑤𝑖 + 1
𝑁𝑖
𝑁𝑖 1 (2.14)
=
𝑛 𝐵𝑒 𝛽𝑤𝑖 +1
Persamaan (2.14) inilah yang dikenal dengan fungsi distribusi Fermi-Dirac untuk
keadaan probabilitas termodinamika maksimum.

9
Jika dibandingkan fungsi distribusi ketiga statistik yang sudah dikaji, maka
akan terdapat suatu perbedaan seperti tampak berikut.
1) Fungsi Distribusi Maxwell-Boltzman
𝑁𝑖 1
= 𝛽𝑤
𝑛 𝐵𝑒 𝑖
2) Fungsi Distribusi Bose-Einstein
𝑁𝑖 1
= 𝛽𝑤
𝑛 𝐵𝑒 𝑖 − 1
3) Fungsi Distribusi Fermi-Dirac
𝑁𝑖 1
= 𝛽𝑤
𝑛 𝐵𝑒 𝑖 + 1
Selanjutnya adalah menentukan nilai 𝐵 dan 𝛽. Untuk menentukan 𝛽, maka
kembali menggunakan hubungan termodinamika dalam keadaan setimbang pada
suatu proses dengan volume konstan, sehingga didapatkan.
𝑑𝑈 = 𝑇 𝑑𝑆
𝑆 = 𝑘 ln 𝑊

𝑆 = 𝑘 [𝑁 ln 𝑁 − ln 𝑁 ∑ 𝑁𝑖 + ln 𝑍 ∑ 𝑁𝑖 + 𝛽 ∑ 𝑤𝑖 𝑁𝑖 ]

𝑆 = 𝑘 [ln 𝑍 ∑ 𝑁𝑖 + 𝛽 ∑ 𝑤𝑖 𝑁𝑖 ]

𝑆 = 𝑁𝑘 ln 𝑍 + 𝑘𝛽𝑈
𝑁𝑘
𝜕𝑆 = 𝜕𝑍 + 𝑘𝛽𝜕𝑈
𝑍
𝜕𝑆 𝑁𝑘 𝜕𝑍
( )= + 𝑘𝛽
𝜕𝑈 𝑍 𝜕𝑈
𝜕𝑆 𝑁𝑘 𝜕𝑍 𝜕𝛽
( )= + 𝑘𝛽
𝜕𝑈 𝑍 𝜕𝛽 𝜕𝑈
𝜕𝑆
( ) = 𝑘𝛽
𝜕𝑈
1
= 𝑘𝛽
𝑇
1
𝛽= (2.15)
𝑘𝑇

10
Seperti yang telah diketahui bahwa dalam statistik Fermi-Dirac terdapat
jumlah kompartemen sebesar 2𝐻 ⁄ℎ3 dan dapat juga ditulis dengan persamaan seperti
berikut.
2𝐻
𝑛=
ℎ3
𝑛 = 2𝐻 ⁄ℎ3 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑝𝑥 𝑑𝑝𝑦 𝑑𝑝𝑧
2 1
𝑑6𝑁 = 3 (𝑤/𝑘𝑇)
𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑝𝑥 𝑑𝑝𝑦 𝑑𝑝𝑧 (2.16)
ℎ 𝐵𝑒 +1
Persamaan (2.16) menyatakan volume suatu ruang enam dimensi.
Selanjutnya, integrasi seluruh nilai x, y, dan z akan menghasilkan persamaan berikut.
2𝑉 1 (2.17)
𝑑3 𝑁 = 3 (𝑤/𝑘𝑇)
𝑑𝑝𝑥 𝑑𝑝𝑦 𝑑𝑝𝑧
ℎ 𝐵𝑒 +1
Persamaan (2.17) merupakan fungsi distribusi dalam ruang momentum tiga dimensi.
Adapun langkah selanjutnya adalah menyatakan 𝑤 dalam bentuk 𝑝 atau sebaliknya
dan integrasi 𝑑3 𝑁 untuk seluruh 𝑝.
Pada temperatur sangat rendah, suku 𝐵𝑒 (𝑤/𝑘𝑇) akan bernilai sangat besar,
artinya 𝐵𝑒 (𝑤/𝑘𝑇) ≫ 1. Akibatnya nilai 1 dapat diabaikan, sehingga akan didapat
formula untuk statistik Maxwell-Boltzmann. Akan tetapi untuk elektron, metode
aproksimasi ini tidak dapat dilakukan, yang berarti bahwa nilai 𝐵 harus ditentukan
dari persamaan (2.17).
Bentuk persamaan 𝐵 pertama kali diturunkan oleh Sommerfeld untuk kasus 𝐵
kecil, dan didapat bentuk seperti berikut.
−𝑤𝑚
𝐵 = 𝑒( 𝑘𝑇
) (2.18)

Substitusi nilai B ini ke persamaan (2.17), maka akan didapat bentuk baru seperti
berikut.
2𝑉 1 (2.19)
𝑑3𝑁 = 3 [𝑤−𝑤 ⁄𝑘𝑇 ] + 1
𝑑𝑝𝑥 𝑑𝑝𝑦 𝑑𝑝𝑧
ℎ 𝑒 𝑚

Pada saat temperatur mendekati harga nol absolut ( 0 K), fungsi distribusi ini
akan menjadi sangat sederhana. Hal ini disebabkan pada suhu nol absolut 𝑤𝑚 ≫ 𝑤,
sehingga didapatkan.

11
2𝑉 1
𝑑3𝑁 = 𝑑𝑝 𝑑𝑝 𝑑𝑝
ℎ3 𝑒 [−∞] + 1 𝑥 𝑦 𝑧
𝑑3 𝑁 = 2𝑉 ⁄ℎ3 𝑑𝑝𝑥 𝑑𝑝𝑦 𝑑𝑝𝑧
2𝑉
𝜌= (2.20)
ℎ3

Persamaan (2.20) menyatakan bahwa pada temperatur mendekati nol absolut,


kerapatan titik-titik representatif dalam ruang momentum merupakan nilai yang
konstan, yaitu sebesar 2𝑉 ⁄ℎ3 di dalam sebuah cell yang energinya 𝑤𝑚 ≫ 𝑤. Jika
𝑤𝑚 ≪ 𝑤, maka persamaan (2.20) akan menjadi.
2𝑉 1
𝑑3𝑁 = 𝑑𝑝 𝑑𝑝 𝑑𝑝
ℎ3 𝑒 [𝑤−𝑤𝑚 ⁄𝑘𝑇] + 1 𝑥 𝑦 𝑧
𝑑 3 𝑁 = (0) 𝑑𝑝𝑥 𝑑𝑝𝑦 𝑑𝑝𝑧
𝜌=0 (2.21)
Adapun interpretasi fisis dari 𝑤𝑚 pada temperatur mendekati nol absolut atau
sering disebut dengan 𝑤𝑚0 adalah energi maksimum dari elektron-elektron pada
temperatur mendekati nol absolut.
Telah diketahui bersama bahwa persamaan yang menyatakan hubungan antara
energi (𝑤) dengan momentum (𝑝) adalah seperti berikut.
1
𝑚𝑣 2 = 𝑤
2
𝑝2 = 2𝑚𝑤
(2.22)
𝑝 = (2𝑚𝑤)1/2
Energi maksimum elektron pada temperatur mendekati nol absolut (𝑤𝑚0 )
berkaitan dengan momentum pada saat itu, di mana momentumnya (𝑝𝑚0 ) adalah
seperti berikut.
𝑝𝑚0 = (2𝑚𝑤𝑚0 )1/2 (2.23)

Secara geometri dapat dikatakan bahwa pada ruang momentum nol absolut, populasi
elektron secara uniform dalam sebuah bola yang jari jarinya (𝑝𝑚0 ) dan tidak ada titik-
titik fase di luar bola ini. Proses integrasi kerapatan untuk seluruh ruang momentum
dapat direduksi menjadi perkalian kerapatan konstan (𝜌0 ) dengan volume bola yang

12
jejarinya (𝑝𝑚0 ). Perkalian ini sama dengan jumlah total dari elektron (𝑁), maka
diperoleh.
(2𝑉 ⁄ℎ3 )(4⁄3 𝜋𝑝𝑚0 3 ) = 𝑁
1/3
3𝑁ℎ3
𝑝𝑚0 =( ) (2.24)
8𝑉𝜋
Substitusi persamaan (2.24) ke persamaan (2.23), maka akan diperoleh
ℎ2 3𝑁 2/3 (2.25)
𝑤𝑚0 = ( )
8𝑚 𝑉𝜋
Apabila nilai 𝑤𝑚0 ini dihitung secara numerik, maka akan didapat hasil seperti
berikut.
2/3
(6,62 × 10−34 )2 3 28
𝑤𝑚0 = ( × 5,86 × 10 )
8(9 × 10−31 ) 3,14
𝑤𝑚0 = 9 × 109 𝐽 = 5,6 𝑒𝑉 (2.26)
Harga persamaan (2.26) merupakan energi kinetik maksimum pada elektron
bebas pada temperatur sangat rendah mendekati nol absolut. Besarnya energi rata-rata
̅)
pada nol absolut adalah 3/5 dari energi maksimum elektron, Adapun rata-rata (𝑤
energi absolut ini yakni.
̅ = 3/5(5,6 𝑒𝑉) = 5,75 × 109 𝐽
𝑤 (2.27)

Hasil yang diperoleh dari kajian menggunakan statistik Fermi-Dirac sangat


berbeda dengan hasil yang diperoleh dari kajian statistik Maxwell-Boltzmann. Pada
statistik Maxwell-Boltzmann, energi kinetik rata-rata dari molekul gas monoatomik
adalah 3/2 𝑘𝑇 dan berharga nol pada temperatur nol absolut. Besarnya 𝑤𝑚 untuk
sebarang nilai temperatur selain nol absolut. Adapun hasil yang diperoleh Somerfed
adalah seperti berikut.
𝜋 2 𝑘𝑇 2 (2.28)
𝑤𝑚 = 𝑤𝑚0 [1 − ( ) +⋯]
12 𝑤𝑚0
Bila temperatur adalah nol mutlak, maka 𝑤𝑚 akan direduksi menjadi 𝑤𝑚0 .
Semakin tinggi temperatur, maka perbadaan antara 𝑤𝑚 dan 𝑤𝑚0 akan semakin kecil.
Jika fungsi distribusi Fermi-Dirac ini dinyatakan dalam bentuk grafik, maka akan
terwujud Grafik 2.1 seperti berikut.

13
dNv x v y v z
dv x dv y dv z
T=0K

T1

wmo w

T2
Grafik 2.1. Distribusi dalam ruang momentum menurut statistik Fermi-Dirac
(diadopsi dari Sujanem, 2004)

Fungsi distribusi kecepatan diperoleh dengan mengganti elemen momentum


(𝑑𝑝𝑥 ) dengan 𝑑(𝑚𝑣𝑥 ), (𝑑𝑝𝑦 ) dengan 𝑑(𝑚𝑣𝑦 ), dan (𝑑𝑝𝑧 ) dengan 𝑑(𝑚𝑣𝑧 ). Oleh karena
itu, berdasarkan persamaan (2.19) akan terbentuk persamaan berikut.
2𝑉 1
𝑑3 𝑁𝑣𝑥 𝑣𝑦 𝑣𝑧 = 3 [𝑤−𝑤
𝑑𝑚𝑣𝑥 𝑑𝑚𝑣𝑦 𝑑𝑚𝑣𝑧
ℎ 𝑒 𝑚 ⁄𝑘𝑇 ] + 1

2𝑚3 𝑉 1 (2.29)
𝑑3 𝑁𝑣𝑥 𝑣𝑦 𝑣𝑧 = 3 [𝑤−𝑤
𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
ℎ 𝑒 𝑚 ⁄𝑘𝑇 ] + 1

Suku di ruas kanan dari persamaan (2.29) yang merupakan koefisien dari elemen
volume 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 adalah jumlah titik representatif per satuan volume atau disebut
juga dengan kerapatan dalam ruang kecepatan.
Fungsi distribusi kelajuan dapat diturunkan dari fakta bahwa distribusinya
adalah simetri bola. Dengan demikian, jumlah titik representatif dalam kulit tipis di
dalam ruang kecepatan dengan jejari (𝑣) sama dengn hasil kali kerapatan di dalam
ruang kecepatan dengan volume kulit 4𝜋𝑣 2 𝑑𝑣, maka persamaan (2.29) menjadi
persamaan sebagai berikut.
8𝜋𝑚3 𝑉 𝑣2 (2.30)
𝑑𝑁𝑣 = 𝑑𝑣
ℎ3 𝑒 [𝑤−𝑤𝑚⁄𝑘𝑇] + 1
Berdasarkan hubungan antara energi (𝑤) dengan momentum (𝑝), maka persamaan
(2.30) menjadi persamaan sebagai berikut.

14
16𝜋𝑚2 𝑉 𝑤 (2.31)
𝑑𝑁𝑣 = 3 [1⁄ 2 −𝑤 ⁄𝑘𝑇 ] 𝑑𝑣
ℎ 𝑒 2 𝑚𝑣 𝑚 +1
Pada temperatur nol absolut (𝑇 = 0 𝐾) akan muncul persamaan-persamaan berikut.
𝑑𝑁𝑣 8𝜋𝑚3 𝑉 2 (2.32)
= 𝑣 (𝑣 < 𝑣𝑚0 )
𝑑𝑣 ℎ3

𝑑𝑁𝑣 16𝜋𝑚2 𝑉 (2.33)


= 𝑤 (𝑤 < 𝑤𝑚0 )
𝑑𝑣 ℎ3

𝑑𝑁𝑣
=0 (𝑣 < 𝑣𝑚0 , 𝑤 < 𝑤𝑚0 ) (2.34)
𝑑𝑣
Fungsi ditribusi kelajuan diplot pada grafik sebagai fungsi 𝑣 (Grafik 2.2), dan
fungsi 𝑤 (Gambar 2.3) pada temperatur nol Kelvin dan dua temperatur yang lebih
tinggi.
𝑑𝑁𝑣
𝑑𝑣
dN v
dv

T= 0 K

T1

vmo v

T2
Grafik 2.2. Fungsi distribusi kelajuan sebagai fungsi 𝑣
(diadopsi dari Sujanem, 2004)

Makna fisis dari grafik distribusi kelajuan (Grafik 2.2) adalah bahwa pada
temperatur nol absolut, kerapatan partikel yang berkelajuan 𝑣 adalah maksimum,
sedangkan partikel partikel yang berada dalam suatu daerah bertemperatur 𝑇, di mana
𝑇 ≠ 0, maka kerapatan partikel tersebut akan menurun seiring dengan bertambahnya
kelajuan partikel.

15
𝑑𝑁𝑣v⁄
dN
𝑑𝑣
dv

T= 0 K

T1

wmo w

T2
Grafik 2.3. Fungsi distribusi kelajuan sebagai fungsi 𝑤
(diadopsi dari Sujanem, 2004)

Makna fisis dari grafik ditribusi kelajuan sebagai fungsi energi (Grafik 2.3)
adalah pada tempratur nol mutlak, semua partikel masih memiliki energi sebesar 𝑤𝑚0
dan kerapatan partikel bertambah seiring dengan pertambahan energi. Sebaliknya
pada temperatur selain nol mutlak 𝑇 ≠ 0, maka kerapatan partikel menurun seiring
dengan pertambahan energi.
Selain fungsi distribusi kalajuan, terdapat juga fungsi distribusi energi. Fungsi
distribusi energi dapat dinyatakan sebagai berikut.
4𝜋𝑉 3/2
(𝑤)1/2 (2.35)
𝑑𝑁𝑤 = (2𝑚) 𝑑𝑤
ℎ3 𝑒 [𝑤−𝑤𝑚⁄𝑘𝑇] + 1
Suku di ruas kanan dari persamaan (2.35) pada fungsi distribusi energi diplot sebagai
fungsi 𝑤 pada Grafik 2.4 berikut.

𝑑𝑁𝑤
dN w⁄
𝑑𝑤
dw

T= 0 K
T1

w
wmo
T2

Grafik
Gambar 2.4. Fungsi distribusi
5. Fungsi distribusienergi
energi
(diadopsi dari Sujanem, 2004)
16
Makna fisis dari grafik fungsi distribusi energi (Grafik 2.4) adalah bahwa
pada temperatur nol Kelvin, partikel masih memiliki energi sebesar 𝑤𝑚0 dan
kerapatan partikel tiap perubahan kecil energi (𝑑𝑤) bertambah secara eksponensial
seiring dengan pertambahan energi sampai pada batas maksimum 𝑤𝑚0
Untuk memperoleh distribusi di dalam salah satu komponen kecepatan,
misalnya 𝑣, kembali pada persamaan (2.29) dan dengan melakukan integrasi pada
pada seluruh nilai 𝑣𝑦 dan 𝑣𝑧 , sehingga diperoleh persamaan berikut.
∞ ∞ (2.36)
2𝑚3 𝑉 1
𝑑𝑁𝑣𝑥 𝑤 = 3
[ ∫ ∫ [𝑤−𝑤 ⁄𝑘𝑇] 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 ] 𝑑𝑣𝑥
ℎ 𝑒 𝑚 +1
−∞ −∞

Dengan
1
𝑤= 𝑚(𝑣𝑥2 + 𝑣𝑦2 + 𝑣𝑧2 )
2

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

3.1.1 Pada statistik Fermi-Dirac berlaku ketentuan yang lebih ketat seperti aturan
larangan Pauli dalam pengisian titik fase. Jumlah setengah kompartemen di
dalam masing-masing cell yaitu:
2𝐻
𝑛=
ℎ3
3.1.2 Dengan demikian cara dalam pembagian kompartemen ke dalam kelompok
ditempati dan kelompok kosong, atau peluang termodinamika Wi adalah
𝑛!
𝑊𝑖 =
𝑁𝑖 ! (𝑛 − 𝑁𝑖 )!
3.1.3 Fungsi distribusi Fermi-Dirac untuk keadaan probabilitas termodinamika
maksimum adalah
𝑁𝑖 1
= 𝛽𝑤
𝑛 𝐵𝑒 𝑖 + 1

3.2 Saran
Hendaknya mahasiswa mempelajari statistik Fermi-Dirac bukan hanya untuk
dihafal, melainkan yang utama adalah bagaimana kita menerapkan materi yang ada
dalam fenomena transport ke dalam kehidupan sehari hari.

18

Anda mungkin juga menyukai