Contoh :
tan θ = y(t) / l1 = x(t) / l2 → x(t) = l2/l1 y(t)
dimana y(t) = Y t/τ ; 0 ≤ t ≤ τ
dengan perioda τ = 2π / ω
Dengan mendefinisikan A = Y l2/l1 maka
x(t) = A t/τ ; 0 ≤ t ≤ τ
ao
2 / t
0
A dt
A
2 /
0. 5 t 2 0 A
2 /
A 2 / A cos nt t sin nt
an t cos nt dt 0 , n = 1, 2, 3, …
0 2 2 n 2 n 0
2 /
A 2 / A sin nt t cos nt A
bn t sin nt dt , n = 1, 2, 3, …
0 2 2 n 2 n 0 n
A A A A A 1 1
x( t ) sin t sin 2t sin 3t ... sin t sin 2t sin 3t ...
2 2 3 2 2 3
IMPULS
Impuls didefinisikan sebagai suatu gaya bernilai (besar) F yang bekerja dalam rentang
waktu yang relatif singkat ∆t.
Unit impuls yang bekerja pada t=0 disebut juga sebagai fungsi delta Dirac, δt
Fungsi delta Dirac yang bekerja pada t=τ, yang dinyatakan sebagai δ(t-τ) ,
memiliki properti sbb :
δ(t-τ) = 0 untuk t ≠ τ ; ( t )dt 1
0
dan ( t )F( t )dt F( ) dimana 0 < τ < ∞
0
Jadi, gaya impuls yang bekerja pada t=τ dapat dinyatakan sebagai F( t ) F ( t )
RESPON TERHADAP IMPULS
Misalkan, sebuah sistem sdof dengan peredam viscous diberi unit impuls yang bekerja
pada t = 0 (lihat gambar a dan b)
Solusi kasus underdamped dari persamaan gerak mx cx kx 0
adalah : x n x o
x( t ) e nt ( x o cos d t o sin d t ) (*)
d
Jika massa diam sebelum unit impuls diberikan ( x = dx/dt = 0 utk t < 0 atau t = 0 - )
maka dari hubungan impuls-momentum didapat
Impuls = 1 = m dx/dt(t=0) - m dx/dt(t=0-) = mx o
IC’s dari sistem dengan demikian adalah : x(t=0) = xo = 0
x ( t 0) x o 1/ m
dan penyelesaian (*) menjadi e nt
x( t ) g( t ) sin d t (→ underdamped)
md
Persamaan diatas menyatakan respon sistem terhadap unit impuls, yang disebut pula
sebagai fungsi respon impuls, dinotasikan sebagai g(t). (Lihat gambar c.)
Jika nilai impuls adalah F (diberikan pada t=0), maka respon sistem menjadi
F e nt
x( t ) sin d t F g( t )
md
Jika F mulai bekerja pada t = τ , maka x( t ) F g( t ) ( untuk t > τ )
INTEGRAL KONVOLUSI
Gaya (umum) diasumsikan merupakan impuls dengan
nilai yang berbeda-beda yang terangkai secara serial,
dimana pada saat τ gaya F(τ) bekerja untuk rentang
waktu yang sangat singkat ∆τ
Impuls pada t=τ adalah F(τ) ∆τ
Pada (setiap) saat t, waktu yang berlangsung terhitung
dari bekerjanya impuls adalah t – τ , dan impuls yang
diterima sistem adalah F(τ) ∆τ.
Respon sistem terhadap impuls itu saja adalah
∆x(t) = F(τ) ∆τ g(t-τ)
Respon total pada saat t dengan demikian dapat dinyatakan sebagai
x(t) ≈ ∑ F(τ) g(t-τ) ∆τ
Untuk ∆τ→0 dan mengganti proses penjumlahan (sigma) dengan integral :
t 1 t
n ( t )
x( t ) F( )g( t )d atau x( t ) F( )e sin d ( t )d
0 md 0
Kedua ekspresi tsb dikenal sebagai integral konvolusi atau integral Duhamel.
Fo Fo a. A = Fo/t1 ; B = 0 ; τ = 0
+ _
F t sin n t
2t1 2t1
x a ( t ) o
t1 t1 k t1 n t 1
F t 1
b. A = Fo/t1 ; B = 0 ; τ = t1 : x b ( t ) o cos n ( t t 1 ) sin n ( t t 1 ) u( t t 1 )
k t1 n t 1
F t 1
c. A = – Fo/t1 ; B = 2 Fo ; τ = t1 : x c ( t ) o (2 ) cos n ( t t 1 ) sin n ( t t1 ) u( t t 1 )
k t1 n t 1
Fo t 1
x ( t ) (2 ) sin ( t 2 t ) u( t 2t 1 )
d. A = – Fo/t1 ; B = 2 Fo ; τ = 2t1 : d
k t1 n t 1
n 1
Fo t 1
x( t ) sin n t
Maka k t 1 n t 1
0 ≤ t ≤ t1
F t 1
x( t ) o (2 ) [2 sin n ( t t 1 ) sin n t ] t1 < t ≤ 2t1
k t1 n t 1
F 1
x( t ) o [2 sin n ( t t 1 ) sin n t sin( n 2t 1 ]
k n t 1 t > 2t1
SISTEM DENGAN 2 DoF
Motor
sistem dengan 2 derajad kebebasan
Jumlah d.o.f. sistem = jumlah massa sistem x jumlah kemungkinan gerak tiap massa
Setiap dof direpresentasikan oleh sebuah persamaan gerak. Umumnya utk. sistem
berlaku sistem persamaan terkopel yang terdiri atas 2 pers. diferensial (ordiner).
Terkopel berarti gerak mengikuti sebuah dof akan dipengaruhi oleh dof yang lainnya.
Jika peny. harmonik diasumsikan, sistem pers. akan memberikan 2 buah frek. natural.
Jika diberikan IC’s yg. sesuai sistem akan bergetar (free vibr.) di salah satu frekuensi
natural; dimana terdapat hubungan spesifik antar amplitudo setiap dof yg. disebut
sebagai normal mode, principal mode, atau natural mode.
Utk IC’s sebarang, getaran bebas sistem merupakan superposisi dari kedua mode normal
Jika sistem bergetar karena gaya eksternal harmonik, frekuensi gaya eksitasi yang akan
menjadi penentu / dominan. Respon harmonik sistem akan berlangsung mengikuti frek.
gaya ekst. Resonansi terjadi jika frek. eksitasi sama dng. salah satu frek. natural sistem.
Dari gambar di slide sebelumnya, konfigurasi sistem bisa dispesifikasikan berdasar
sebuah set (terdiri atas 2 pers.) dari koordinat independen. Koordinat independen tsb
(yg tdp. pada set yg dimaksud) disebut sbg. koordinat umum (generalized coordinates).
Meski pers. gerak sistem pada umumnya terkopel (dimana setiap pers. memuat semua
dof), akan bisa ditentukan suatu set dimana setiap pers. hanya memuat satu dof /
koordinat → sistem tak-terkopel dan masing-masing pers. bisa diselesaikan secara
sendiri-sendiri. Set tsb disebut sebagai koordinat utama (principal coordinates).
Getaran sistem dideskripsikan berdasar pada gerak setiap dof.
persamaan gerak sistem
Dalam bentuk yang lebih kompak, pers. gerak sistem dapat ditulis sebagai :
[m]{x ( t )} [c ]{ x ( t )} [k ]{ x( t )} {F( t )}
dimana
m 0 : matrik massa , diagonal
[m] 1
0 m2
c c 2 c2
[c ] 1 : matrik redaman (viscous) , simetri
c2 c 2 c 3
k k 2 k2
[k ] 1 : matrik kekakuan , simetri
k2 k2 k3
x (t) F t)
{ x( t )} 1 dan {F( t )} 1
x 2 ( t ) F2 ( t )
vektor perpindahan (displacement) vektor gaya
Catatan :
Persamaan gerak dijabarkan berdasar hukum Newton II
Utk mendapatkan kedua frekuensi natural sistem, belum perlu diketahui redaman
sistem dan ‘gangguan’ sistem (IC’s dan gaya eksitasi eksternal)
GETARAN BEBAS SISTEM TANPA PEREDAM
Pers. gerak dari sistem sebagaimana ditunjukkan pada slide sebelumnya :
m1x 1( t ) (k 1 k 2 )x 1( t ) k 2 x 2 ( t ) 0
m 2 x 2 ( t ) k 2 x1( t ) (k 2 k 3 )x 2 ( t ) 0
Dengan asumsi bahwa m1 dan m2 bergerak secara harmonik dengan frekuensi ω dan sudut
phasa Φ, penyelesaian utk masing-masing dof adalah :
x1(t) = X1 cos (ωt + Φ)
x2(t) = X2 cos (ωt + Φ)
Substitusi penyelesaian ke model matematika gerak memberikan :
[{- m1 ω2 + (k1+k2)} X1 – k2 X2] cos (ωt + Φ) = 0
[ - k2 X1 + {- m2 ω2 + (k2+k3) X2] cos (ωt + Φ) = 0
Pers. diatas berlaku pada setiap / semua waktu t , maka
{- m1 ω2 + (k1+k2)} X1 – k2 X2 = 0
- k2 X1 + {- m2 ω2 + (k2+k3)} X2 = 0
yang menyatakan dua pers. homogen serentak, dng X 1 dan X2 sbg. yg tak diketahui
Penyelesaian trivial : X1 = 0 dan X2 = 0
{ m 2 (k k )} k2
1 1 2
det 0
Penyelesaian non-trivial : k2 2
{m 2 (k 2 k 3 )}
getaran bebas sistem tanpa peredam
Jika kedua amplitudo X1 dan X2 disusun sebagai vektor, utk ω1 dan ω2 akan didapat
X 2
X11 X11 X12 X12
X 1 dan
X 21 r1X11 X 22 r2 X12
Kedua vektor tsb disebut sebagai vektor modal dari sistem ( → eigen-vector)
getaran bebas sistem tanpa peredam
Pers. gerak atau penyelesaian getaran bebas (dalam waktu t) :
x (t) X cos( 1t 1 )
{ x( t )}1 1 11 → mode pertama
x 2 ( t )1 r1X11 cos( 1t 1 )
x (t) X cos( 2 t 2 ) → mode kedua
{ x( t )} 2 1 12
x ( t ) r X
2 2 2 12 cos( 2 t )
2
Dalam ekspresi lain, dua buah vektor mode getaran adalah : 1 1
{u}1 {u} 2
1 1
(k / m)t 1 )
a. Menurut contoh sebelumnya, mode pertama sistem x( t ) 1 X11 cos(
X11 cos( (k / m)t 1 )
Pembandingan (*) dengan persamaan diatas menunjukkan bahwa gerak sistem identik
dengan mode pertama kalau X12 = 0 . → x1(0) = x2(0) dan x 1(0) x 2 (0)
X cos( (3k / m)t 2 )
b. Mode kedua sistem x( t ) 2 12
X12 cos( 3(k / m)t 2 )
Pembandingan (*) dengan persamaan diatas menunjukkan bahwa gerak sistem identik
dengan mode kedua kalau X11 = 0 . → x1(0) = - x2(0) dan x 1(0) x 2 (0)
SISTEM TORSIONAL
Sebuah sistem torsional terdiri atas 2 buah
disk, masing-masing dng. inersia J1 dan J2 .
Ketiga segmen poros memiliki kekakuan
torsional sebesar kt1 , kt2 , kt3 . Setiap disk
diberi momen eksitasi Mt1 dan Mt2 .
J1 1 k t11 k t 2 ( 2 1 ) M t1
J k ( ) k M
2 2 t2 2 1 t3 2 t2
atau
J1 1 (k t1 k t 2 )1 k t 2 2 M t1
J 2 2 k t 2 1 (k t 2 k t 3 ) 2 M t 2
Untuk getaran bebas, persamaan gerak menjadi
J1 1 (k t1 k t 2 )1 k t 2 2 0
J k (k k ) 0
2 2 t2 1 t2 t3 2
Model matematis di atas serupa dng. sistem tranlasi. Dan karenanya analisa
yang dilakukan sebelumnya bisa diterapkan untuk sistem torsional, dengan
substitusi yang sesuai.
KOORDINAT TERKOPEL DAN KOORDINAT UTAMA
Misalkan analisa sistem 2 d.o.f.
seperti terlihat di gambar
diacukan ke defleksi x(t) dan
rotasi θ(t) dari c.g.
mx k 1( x l1) k 2 ( x l 2 )
J k ( x l )l k ( x l )l
o 1 1 1 2 2 2
m 0 x
0 J o
k1 k 2 k 1l1 k 2 l 2 x 0
2 2
k 1l1 k 2 l 2 k 1l1 k 2 l 2 0
Persamaan diatas mengindikasikan bahwa sistem terkopel baik secara statik maupun
dinamik.
Jika k1l1’ = k2l2’ , maka sistem hanya terkopel secara inersial atau terkopel secara dinamik.
Catatan :
1. Pada umumnya sistem 2 d.o.f. memiliki persamaan gerak berbentuk sbb :
m11 m12 x 1 c 11 c 12 x 1 k 11 k 12 x1 0
m
21 m x
22 2 21c c x
22 2 21k k 22 x 2 0
Persamaan tsb menunjukkan jenis kopel yang ada. Jika matrik kekakuan tidak diagonal,
sistem terkopel secara elastik atau statik. Jika matrik massa tidak diagonal, sistem
terkopel secara inersial atau dinamik. Jika matrik peredam tidak diagonal, sistem
terkopel secara redaman atau kecepatan. Pengkopelan secara massa maupun redaman
sering disebut juga sebagai kopel dinamik.
2. Dimungkinkan untuk memilih sistem koordinat sedemikian sehingga persamaan gerak
tidak terkopel baik secara statik maupun dinamik. Sistem koordinat yang demikian
disebut sebagai koordinat utama (prinsipal) atau koordinat natural.
3. Model dua massa tetap memiliki dua frekuensi natural, bergetar menurut frekuensi
naturalnya, tidak tergantung pada sistem koordinat yang dipilih / dipakai.
GETARAN PAKSA SISTEM TANPA PEREDAM
Pers. gerak dari sistem tanpa peredam dng. eksitasi harmonik adalah :
mx 1 (k 1 k 2 )x 1 k 2 x 2 F1 sin( f t )
mx 2 k 2 x 1 k 2 x 2 F2 sin( f t ) k1
dimana ωf adalah frekuensi dari gaya eksitasi
Asumsikan bahwa penyelesaian juga berbentuk harmonik dng frekuensi
sama dng. frekuensi eksitasi, yaitu : m1
x1 = X1 sin(ωft) dan x2 = X2 sin(ωft)
F1
Substitusi peny. ke model matematik : k2
(-m1 ωf2 + k1 + k2) X1 sin(ωft) – k2 X2 sin(ωft) = F1 sin(ωft)
- k2 X1 sin(ωft) + (- m2 ωf2 + k2) X2 sin(ωft) = F2 sin(ωft) m2
k k m 2 k2 X F
atau 1 2 1 f
1 1 F2
2 X F
k2 k 2 m 2 f 2 2
mi x i k i ( x i x i 1 ) k i 1( x i 1 x i ) c i ( x i x i 1 ) c i 1( x i 1 x i ) Fi
mi x i c i x i 1 (c i c i 1 )x i c i 1x i 1 k i x i 1 (k i k i 1 )x i k i 1x i 1 Fi
i = 2, 3, 4, …… , (n-1)
Dimana untuk massa m1 dan mn adalah
m1x 1 (c 1 c 2 )x 1 c 2 x 2 (k 1 k 2 )x1 k 2 x 2 F1
mn x n c n x n 1 (c n c n 1 )x n k n x n 1 (k n k n 1 )x n Fn
sistem dengan derajad kebebasan majemuk (m.d.o.f.)
[m]{x } [c ]{ x } [k ]{ x} {F}
dimana
m11 m12 m13 ... m1n c 11 c 12 c 13 ... c 1n
m 21 m 22 m 23 ... m 2n c 21 c 22 c 23 ... c 2n
[m] ... ... ... [c ] ... ... ...
... ... ... ... ... ...
m n1 m n2 mn3 ... m nn c n1 c n2 c n3 ... c nn
Catatan :
[m] , [c] , [k] : matrik simetri
Jika redaman diabaikan , maka
[m]{x } [k ]{ x} {F}
Contoh :
atau, dalam notasi matrik (dan vektor kolom) {x} = [a] {F}
dimana a11 a12 a13 ... a1n x 1( t ) F1( t )
a 21 a 22 a 23 ... a 2n
x 2 ( t ) F2 ( t )
[a] ... ... ... { x } ... {F} ...
... ...
... ... ...
a n1 a n2 a n3 ... a nn x n ( t ) Fn ( t )
Catatan :
{x} = [a] {F} = [a] [k] {x} → [a] [k] = [I] → [a] = [k]-1
Karena defleksi di titik i akibat satu unit gaya di titik j adalah sama dengan defleksi di
titik j akibat satu unit gaya di titik i (teorema resiprokal Maxwell), maka a ij = aji
→ [a] : simetri
Gaya F1 sebesar 1 unit bekerja di m1 (sementara F2 dan F3 bernilai nol) dan
displacement yang terjadi (a11 di m1, a21 di m2, a31 di m3)
Displacement yang terjadi akibat F2 = 1 (dengan F1 = F3 = 0), dan
displacement yang terjadi akibat F 3 = 1 (dengan F1 = F2 = 0)
Contoh penentuan koefisien pengaruh
Akibat 1 unit gaya di massa m1 , dan tidak ada gaya
pada massa m2 dan m3
pada massa m1 : k1 a11 = k2 (a21 – a11) + 1
pada massa m2 : k2 (a21 – a11) = k3 (a31 – a21)
pada massa m3 : k3 (a31 – a21) = 0
Penyelesaian thd. ketiga pers. tsb. memberikan
a11 = 1/k1 a21 = 1/k1 a31 = 1/k1
Akibat 1 unit gaya di massa m2 , dan tidak ada gaya
pada massa m1 dan m3
pada massa m1 : k1 a12 = k2 (a22 – a12)
pada massa m2 : k2 (a22 – a12) = k3(a32 – a22) + 1
pada massa m3 : k3 (a32 – a22) = 0
Penyelesaian thd. ketiga pers. tsb. memberikan
a12 = 1/k1 a22 = 1/k1 + 1/k2 a32 = 1/k1 + 1/k2
Akibat 1 unit gaya di massa m3 , dan tidak ada gaya
pada massa m1 dan m2
pada massa m1 : k1 a13 = k2 (a23 – a13)
pada massa m2 : k2 (a23 – a13) = k3(a33 – a23)
pada massa m3 : k3 (a33 – a23) = 1
1 1 1
Penyelesaian
thd. ketiga pers. tsb. memberikan
a13k 1= 1/k1k 1a23 = 1/k1 k+1 1/k2 a33 = 1/k1 + 1/k2 + 1/k3
1 1 1 1 1
[a]
k k1 k 2 k1 k 2
1
1 1
1 1
1
1
k 1 k1 k 2 k 1 k 2 k 3
bisa diverifikasi
bahwa [a] = [k]-1
Contoh penentuan koefisien pengaruh
Tentukan x1, x2, dan x3 sebagai defleksi transversal dari massa m1, m2, dan m3 .
Dengan mengingat formula defleksi pada gelagar, koefisien pengaruh a 11, a21, dan a31 dapat
ditentukan dng. memberikan 1 unit gaya di lokasi m 1, dan tanpa beban di lokasi m2 dan m3 :
a11 = 9/768 (l3/EI) a21 = 11/768 (l3/EI) a31 = 7/768 (l3/EI)
Untuk 1 unit gaya yang bekerja di lokasi m2, dan nol gaya di lokasi m1 dan m3 :
a12 = 11/768 (l3/EI) a22 = 16/768 (l3/EI) a32 = 11/768 (l3/EI)
Untuk 1 unit gaya yang bekerja di lokasi m3, dan nol gaya di lokasi m1 dan m2 :
a13 = 7/768 (l3/EI) a23 = 11/768 (l3/EI) a33 = 9/768 (l3/EI)
3 9 11 7
l
[ a] 11 16 11
768EI
7 11 9
KOEFISIEN PENGARUH, KEKAKUAN
Koefisien pengaruh kekakuan kij didefinisikan sebagai gaya yang terjadi di titik i akibat
bekerjanya 1 unit displacement di titik j , sementara semua titik yang lain (kecuali titik j)
tetap posisinya.
Dengan demikian gaya total di titik i , Fi , dapat ditentukan dengan menjumlahkan gaya-
gaya yang terjadi
n
akibat semua displacement x j (j = 1, 2, 3, … , n), yaitu
Fi k ij x j
j 1 , i = 1, 2, 3, … , n
yang dalam bentuk matrik dapat ditulis sebagai {F} = [k] {x}
Koefisien pengaruh kekakuan untuk sistem m.d.o.f. dapat ditentukan sbb :
Asumsikan displacement sebesar 1 unit bekerja di x j (dapat dimulai dengan j = 1) dan
asumsikan displacement yang lainnya x1, x2, x3, … , xj-1, xj+1, … , xn-1, xn bernilai nol.
Berdasar definisi, sebuah set gaya kij (i = 1, 2, 3, … , n) akan menjaga sistem dalam
keseimbangan menurut konfigurasi sebagaimana diasumsikan (x j = 1, x1 = x2 = … = xj-1 =
xj+1 = … = xn = 0).
Selanjutnya keseimbangan statis untuk setiap massa dijabarkan, dan didapat n buah
persamaan. n buah persamaan yang didapat kemudian diselesaikan untuk mendapatkan
n buah koefisien pengaruh kij (i = 1, 2, 3, … , n).
Berikutnya, sesudah langkah diatas dituntaskan untuk j = 1 , prosedur diulang untuk
j = 2, 3, … , n
Catatan : kij = kji → [k] simetri
Gaya yang bekerja di titik 1 (m1), titik 2 (m2), titik 3 (m3) akibat
1 unit displacement yang terjadi di titik 1 (sementara x 2 = x3 = 0)
Gaya yang terjadi akibat x2 = 1 (dengan x1 = x3 = 0), dan
gaya yang terjadi akibat x3 = 1 (dengan x1 = x2 = 0)
Contoh penentuan koefisien pengaruh
Menurut gambar di dua slide sebelum ini (x 1 = 1, x2 = x3 = 0), keseimbangan gaya di masing-masing
massa adalah :
massa m1 : k1 = - k2 + k11
massa m2 : - k2 = k21
massa m3 : 0 = k31
Penyelesaian terhadap ketiga persamaan diatas memberikan
k11 = k1 + k2 , k21 = - k2 , k31 = 0
Untuk x2 = 1, x1 = x3 = 0 (lihat gambar di slide sebelum ini), keseimbangan gaya di masing-masing massa :
massa m1 : 0 = k12 + k2
massa m2 : k2 = k22 - k3
massa m3 : - k3 = k32
Penyelesaian terhadap ketiga persamaan diatas memberikan
k12 = - k2 , k22 = k2 + k3 , k32 = - k3
Untuk x3 = 1, x1 = x2 = 0 (lihat gambar di slide sebelum ini), keseimbangan gaya di masing-masing
massa :
massa m1 : 0 = k13
massa m2 : 0 = k23 + k3
massa m3 : k3 = k33
Penyelesaian terhadap ketiga persamaan diatas memberikan
k13 = k01 k, 2 k23 =k 2- k3 0, k33 = k3
[k ] k 2 k 2 k 3 k 3
Dan dengan demikian
0 k3 k 3
ANALISA FUNDAMENTAL (PROBLEM EIGEN-VALUE)
Jika sistem konservatif (no damping, no externally applied force) maka persamaan gerak
menjadi :
[M]{q ( t )} [K ]{q( t )} {0} (a)
Penyelesaian dari (a) dapat diasumsikan berbentuk {q(t)} = f(t) {u} (b)
dimana f(t) adalah amplitudo yang merupakan fungsi waktu
dan {u}T = [u1 u2 u3 … um]
adalah konstanta yang merepresentasikan pola / profil displacement.
(b) menunjukkan bahwa rasio amplitudo {qi(t) / qj(t)} independen terhadap waktu.
Secara fisik ini berarti bahwa semua koordinat / d.o.f. memiliki gerak synchronous.
Konfigurasi sistem bentuknya tidak berubah (→ mengikuti pola displacement tertentu),
hanya amplitudo-nya yang berubah selama gerak. Konfigurasi sistem yang dinyatakan
dalam vektor {u} disebut sebagai mode shape sistem.
[ M ]{q(t )} [ K ]{q(t )} {0}
{u}T = [u1 u2 u3 … um]
f (t )[ M ]{u} f (t )[ K ]{u} {0} {u}T [M] {u} : skalar
f (t ){u}T [ M ]{u} f (t ){u}T [ K ]{u} 0 {u}T [K] {u} : skalar
Model matematis sistem dapat dijabarkan sebagai [ [K] – λ [M] ] {u} = {0}
dimana persamaan diatas merupakan sistem persamaan (linier) homogen.
Untuk mendapatkan penyelesaian non-trivial dari pers tsb syaratnya adalah
∆(λ) = | [[K] – λ[M]] | = 0 (*)
∆(λ) : determinan / polinomial karakteristik
Penjabaran dari (*) memberikan persamaan karakteristik (disebut juga sebagai
persamaan frekuensi).
Persamaan karakteristik adalah sebuah persamaan polinomial ordo m dalam λ.
ordo = jumlah d.o.f. (aktif) pada sistem
Dari ∆(λ) = 0 dapat ditentukan m buah akarnya, yaitu eigen-value
λ1, λ2, … , λm
Dan dengan demikian dapat pula ditentukan m buah frekuensi natural sistem,
yaitu ωn1 = √λ1 , ωn2 = √λ2 , … , ωn,m = √λm
Untuk sebuah sistem dengan n d.o.f., energi kinetik dan potensial – nya adalah :
T 0.5{ x } T [m]{ x }
V 0.5{ x } T [k ]{ x }
Jika getaran diasumsikan sebagai gerak harmonik, maka
{x} = {X} cos ωt
Untuk sistem konservatif : Tmax = Vmax
dimana
Tmax = 0.5 {X}T [m] {X} ω2
Vmax = 0.5 {X}T [k] {X}
maka 2 { X} T [k ]{ X}
{ X} T [m]{ X}
Ruas kanan dari persamaan diatas disebut sebagai hasil bagi (quotient) Rayleigh, dengan
notasi R{X}
METODA RAYLEIGH (lanjutan)
Untuk mengaplikasikan hasil bagi Rayleigh dalam me-estimasi nilai frekuensi natural pertama
ω1, perlu ditentukan trial vector {X} yang merepresentasikan mode getaran pertama {X} 1.
Karena hasil bagi Rayleigh stasioner, estimasi yang baik untuk ω21 bisa didapat.
Catatan : nilai frekuensi natural pertama tsb hanya lebih besar sekitar 4% dari nilai eksak
sebesar 0.4450 (k/m)0.5
METODA RAYLEIGH UNTUK BEAM
Meskipun prinsip Rayleigh sebagaimana dipaparkan pada slides sebelumnya dapat
digunakan untuk setiap sistem diskrit, diketahui adanya metoda yang lebih sederhana
untuk me-estimasi frekuensi natural pertama dari gerak vibratif lateral dari sebuah balok
atau poros yang padanya terpasang sejumlah massa, seperti halnya pulley, roda gigi,
flywheel.
Dalam kasus ini, (kurva) defleksi statis digunakan sebagai pendekatan terhadap defleksi
dinamis dari beam. Yaitu, perlu ditentukan / diketahui defleksi statis dari beam pada
lokasi dimana terdapat konsentrasi massa.
Massa beam diasumsikan dapat diabaikan.
Energi potensial sistem adalah energi regangan dari beam yang terdefleksi, yang sama
dengan dengan kerja yang dilakukan oleh gaya statis. Maka,
Vmax = 0.5 (m1gv1 + m2gv2 + m3gv3 + … + mngvn)
dimana mi g : gaya statis karena massa mi
vi : defleksi statis total dari massa mi akibat semua massa yang terpasang
Untuk osilasi harmonik (getaran bebas), energi kinetis maksimum karena massa adalah
Tmax = 0.5 ω2 (m1v21 + m2v22 + m3v23 + … + mnv2n)
Dengan Vmax = Tmax maka frekuensi osilasi adalah
g(m1v 1 m 2 v 2 m 3 v 3 ...)
m1v 12 m 2 v 22 m 3 v 32 ...
ABSORBER TANPA PEREDAM
Sebuah massa m2 ditambahkan, dengan pegas berke-
kakuan k2, pada mesin yang memiliki massa m1 :
m1x 1 k 1x 1 k 2 ( x 1 x 2 ) Fo sin t
m 2 x 2 k 2 ( x 2 x 1 ) 0
Pers. di atas menunjukkan bahwa ruas kiri merupakan fungsi dari (m 2/m1) dan ω2/ω1
Ω1 lebih kecil dan Ω2 lebih besar daripada kecepatan operasi mesin (yg dalam hal ini
sama dng frekuensi natural ω1). Mesin harus melewati Ω1 saat start-up atau stopping.
Upayakan waktu yang diperlukan utk ‘lewat’ Ω1 sesingkat mungkin.
Karena absorber di-tune ke sebuah frekuensi eksitasi ω, amplitudo steady-state dari
mesin bernilai nol hanya pada frekuensi tsb. Jika mesin beroperasi pada frekuensi yg
lain atau eksitasi memiliki sejumlah frekuensi, amplitudo getaran mesin bisa besar.
Nilai k2 dan/atau ω2 tergantung pada nilai X2 yg diijinkan / direncanakan
Perbedaan antara Ω1 dng Ω2 bertambah dengan naiknya m2/m1
ABSORBER DENGAN PEREDAM
m1x 1 k 1x1 k 2 ( x 1 x 2 ) c 2 ( x 1 x 2 ) Fo sin t
m 2 x 2 k 2 ( x 2 x1 ) c 2 ( x 2 x 1 ) 0
Definisikan :
μ = m2/m1 : rasio massa
δst = Fo/k1 : defleksi statis
ωa2 = k2/m2 : kuadrat ‘frek. natural’ absorber
ωn2 = k1/m1 : kuadrat ‘frek. natural’ massa utama
f = ωa/ωn : rasio frekuensi natural, berkenaan
dng. absorber
g = ω/ωn : rasio frekensi natural, berkenaan dng.
gaya eksitasi
ζ = c2/(2m2ωn) : rasio redaman
maka 0.5
X1 (2g) 2 (g 2 f 2 ) 2
st (2g) 2 (g 2 1 g 2 ) 2 {f 2 g 2 (g 2 1)(g 2 f 2 )} 2
0 .5
X2 (2g) 2 f 4
st (2g) 2 (g 2 1 g 2 ) 2 {f 2 g 2 ( g 2 1)(g 2 f 2 )} 2
absorber dengan peredam
Diagram X1/δst vs. ω/ωn di atas adalah utk. f = 1 dan μ = 1/20 ; dng. beberapa nilai ζ.
Jika redaman nol (c2=ζ=0), resonansi terjadi di dua frekuensi resonan sistem (tanpa
peredam). Jika redaman menjadi tak hingga (ζ=∞), m1 dan m2 saling melekat (→ sistem
berperilaku seperti sdof dng. massa = m1+ m2 = m x 21/20 dan kekakuan k1), resonansi terjadi pada
ω/ωn = 1/(1+μ)0.5 = 0.9759
absorber dengan peredam
X1 mendekati nilai tak hingga untuk c2= 0 dan c2= ∞ . Diantara kedua nilai limit
redaman tsb. X1 minimum.
Perhatikan bahwa nilai X2 akan lebih besar daripada X1
Karena amplitudo m2 yang akan besar, perhatikan hal ini dalam me-desain pegas k 2 ;
demikian pula ‘ruang’ yg. tersedia harus mengantisipasi amplitudo m 2 yg. besar tsb.
Semua kurva (utk. semua nilai ζ) berpotongan 2 di titik
2 A dan B, yg. letaknya bersesuaian
1 f f 2 f 2
dng. dua akar persamaan g 4 2g 2 0
2 2
Dua akar yg. didapat dari pers. di atas mengindikasikan g A = ωA/ω dan gB = ωB/ω
Ordinat ttk. A dan B didapat dng. mensubstitusikan g A dan gB ke pers. utk. X1/δst
Absorber dikatakan berfungsi secara optimal untuk
f = 1/(1+μ) ; kondisi yang disebut sebagai tuned
vibration absorber.
Kondisi optimal ini didapat utk. ordinat ttk. A dan
B yg. (hampir) sama.
Nilai optimal ζ (dalam desain) didapat dengan slope
di kedua puncak (A dan B) nol 2 3
opt
yaitu .
8(1 ) 3
Dengan nilai amplitudo massa X1 2
1
utama didapat dari
st opt