Anda di halaman 1dari 15

Deret dan Transformasi Fourier

Deret Fourier
Koefisien Fourier. Suatu fungsi periodik dapat diuraikan menjadi komponen-
komponen sinus. Penguraian ini tidak lain adalah pernyataan fungsi periodik kedalam deret
Fourier. Jika f(t) adalah fungsi periodik yang memenuhi persyaratan Dirichlet, maka f(t)
dapat dinyatakan sebagai deret Fourier :

f (t ) = a 0 + ∑ [a n cos(nω0 t ) + bn sin(nω0 t )] (1)
n =1
yang dapat kita tuliskan sebagai

f (t ) = a 0 + ∑  a n2 + bn2 (cos(nω 0 t − θ n ) ) (2)

n =1

Koefisien Fourier a0, an, dan bn ditentukan dengan hubungan berikut:


1 T0 / 2
a0 =
T0 ∫−T / 2 f (t )dt
0

2 T0 / 2
an =
T0 ∫−T / 2 f (t ) cos(nω 0 t )dt
0
; n>0 (3)

2 T0 / 2
bn =
T0 ∫−T / 2 f (t ) sin(nω0 t )dt
0
; n>0

Hubungan (3) dapat diperoleh dari (1). Misalkan kita mencari an; kita kalikan (1) dengan
cos(kωot) kemudian kita integrasikan antara −To/2 sampai To/2 dan kita akan memperoleh
To / 2 To / 2
∫−T / 2 f (t ) cos(kωo t )dt = ∫−T / 2 a 0 cos(kω o t )dt
o o

 To / 2 

 −To / 2 a n cos(nω 0 t ) cos(kω o t )dt 

+ ∑ To / 2

n =1 + bn sin(nω 0 t ) cos(kω o t )dt 
 −To / 2 ∫ 
Dengan menggunakan kesamaan tigonometri
1 1
cos α cos β = cos(α − β) + cos(α + β)
2 2
1 1
cos α sin β = sin(α − β) + sin(α + β)
2 2
maka persamaan di atas menjadi
To / 2 To / 2
∫−T / 2 f (t ) cos(kωot )dt = ∫−T / 2 a0 cos(kωot )dt
o o

 an 
 2 −To / 2 (cos(( n − k )ω0t ) + cos(( n + k )ωot ) )dt 
To / 2
∞ ∫
+ ∑  
n =1  + n ( ) 
b To / 2
 2 −To / 2 ∫ sin(( n − k ) ω0 t ) + sin(( n + k ) ωo t ) dtdt 

=1=
Karena integral untuk satu perioda dari fungsi sinus adalah nol, maka semua integral di
ruas kanan persamaan ini bernilai nol kecuali satu yaitu
an an
∫−T / 2 (cos((n − k )ω 0 t ))dt =
To / 2
yang terjadi jika n = k
2 o 2
2 To / 2
oleh karena itu an =
To ∫−T / 2 f (t ) cos(nω 0 t )dt
o

Pada fungsi-fungsi yang sering kita temui, banyak diantara koefisien-koefisien Fourier-
nya bernilai nol. Keadaan ini ditentukan oleh kesimetrisan fungsi f(t) . Kita akan melihatnya
dalam urain berikut ini.

Kesimetrisan Fungsi
Simetri Genap. Suatu fungsi dikatakan mempunyai simetri genap jika f(t) = f(−t). Salah
satu contoh fungsi yang memiliki simetri genap adalah fungsi cosinus, cos(ωt) = cos(−ωt).
Untuk fungsi semacam ini, dari (1) kita dapatkan

f (t ) = a0 + ∑ [an cos(nω0t ) + bn sin(nω0t )] dan
n =1

f (−t ) = a0 + ∑ [an cos(nω0t ) − bn sin(nω0t )]
n =1

Kalau kedua fungsi ini harus sama, maka haruslah bn = 0, dan f(t) menjadi

f (t ) = a o + ∑ [a n cos(nω 0 t )] (4)
n =1
v(t) T
CONTOH-1: Tentukan deret Fourier dari bentuk A
gelombang deretan pulsa berikut ini.
−T/2 0 T/2
To
Penyelesaian :
Bentuk gelombang ini memiliki simetri genap, amplitudo A, perioda To , lebar pulsa
T.
T /2
1 T /2 At AT
ao =
To ∫−T / 2
Adt =
To −T/ 2
=
To
; bn = 0 ;

2 T /2 2A
∫−T / 2 A cos(nω o t )dt = To ωo n sin nωo t −T / 2
T /2
an =
To
A   nπT  2 A   nπT 
= 2 sin   =
 sin  

πn   To  πn   To 

Untuk n = 2, 4, 6, …. (genap), an = 0; an hanya mempunyai nilai untuk n = 1, 3, 5, ….


(ganjil).

AT 2 A   nπT 
f (t ) = + ∑ sin 
To n =1, ganjil nπ   To
 cos(nω o t )


=
AT
+ ∑
2A
(− 1)( n−1) / 2 cos(nω o t )
To n=1, ganjil nπ

=2=
Pemahaman :
Pada fungsi yang memiliki simetri genap, bn = 0. Oleh karena itu sudut fasa
harmonisa tanθn = bn/an = 0 yang berarti θn = 0o.
Simetri Ganjil. Suatu fungsi dikatakan mempunyai simetri ganjil jika f(t) = −f(−t).
Contoh fungsi yang memiliki simetri ganjil adalah fungsi sinus, sin(ωt) = −sin(−ωt). Untuk
fungsi semacam ini, dari (1) kita dapatkan

− f (−t ) = − a 0 + ∑ [− a n cos(nω0 t ) + bn sin(nω0 t )]
n =1

Kalau fungsi ini harus sama dengan



f (t ) = a 0 + ∑ [a n cos(nω0 t ) + bn sin(nω0 t )]
n =1
maka haruslah

a 0 = 0 dan a n = 0 ⇒ f (t ) = ∑ [bn sin(nω 0 t )] (5)
n =1

CONTOH-2: Carilah deret Fourier dari bentuk gelombang v(t) T


persegi di samping ini. A
t
Penyelesaian:
−A
Bentuk gelombang ini memiliki simetri ganjil, amplitudo
A, perioda To = T.
ao = 0 ; an = 0 ;

2  T /2 T 
bn =
T
 ∫
0
A sin(nω o t )dt +
T /∫2
− A sin(nω o t )dt 

=
2A
Tnω o
( T /2 T
− cos(nω o t ) 0 + cos(nω o t ) T / 2 )
=
A

(
1 + cos 2 (nπ) − 2 cos(nπ) )
Untuk n ganjil cos(nπ) = −1 sedangkan untuk n genap cos(nπ) = 1. Dengan demikian
maka
bn =
A
(1 + 1 + 2) = 4 A untuk n ganjil ∞
nπ nπ 4A
⇒ v(t ) =


sin(nω o t )
bn =
A
(1 + 1 − 2) = 0 untuk n genap n =1, ganjil

Pemahaman:
Pada bentuk gelombang dengan semetri ganjil, an = 0. Oleh karena itu sudut fasa
harmonisa tanθn = bn/an = ∞ atau θn = 90o.

Simetri Setengah Gelombang. Suatu fungsi dikatakan mempunyai simetri setengah


gelombang jika f(t) = −f(t−To/2). Fungsi dengan sifat ini tidak berubah bentuk dan nilainya
jika diinversi kemudian digeser setengah perioda. Fungsi sinus(ωt) misalnya, jika kita kita
inversikan kemudian kita geser sebesar π akan kembali menjadi sinus(ωt). Demikain pula
halnya dengan fungsi-fungsi cosinus, gelombang persegi, dan gelombang segitiga.

=3=

− f (t − To / 2) = − a0 + ∑ [− an cos(nω0 (t − π)) − bn sin(nω0 (t − π))]
n =1

∑ [− (−1)n an cos(nω0t ) − (−1)n bn sin(nω0t )]



= − a0 +
n =1

Kalau fungsi ini harus sama dengan



f (t ) = a 0 + ∑ [a n cos(nω0 t ) + bn sin(nω0 t )]
n =1

maka haruslah ao = 0 dan n harus ganjil. Hal ini berarti bahwa fungsi ini hanya mempunyai
harmonisa ganjil saja.

Deret Fourier Bentuk Eksponensial


Deret Fourier dalam bentuk seperti (1) sering disebut sebagai bentuk sinus-cosinus.
Bentuk ini dapat kita ubah kedalam cosinus seperti (2). Sekarang bentuk (2) akan kita ubah
ke dalam bentuk eksponensial dengan memanfaatkan hubungan
e jα + e − jα
cos α = .
2
Dengan menggunakan relasi ini maka (2) akan menjadi

f (t ) = a0 + ∑  an2 + bn2 (cos( nω0t − θn ) )

n =1
∞  e j ( nω0t −θ n ) + e − j ( nω0t −θ n )  (6)
= a0 + ∑  an2 + bn2 
n =1 
2 
∞  a 2 + b2  ∞  a 2 + b2 
= a0 + ∑  n
 2
n j ( nω 0 t − θ n ) 
e +  n
 n =1  2
e∑
n − j ( nω 0 t − θ n ) 

n =1    

Suku ketiga (6) adalah penjumlahan dari n = 1 sampai n =∞. Jika penjumlahan ini kita
ubah mulai dari n = −1 sampai n = −∞, dengan penyesuaian an menjadi a−n , bn menjadi b−n ,
dan θn menjadi θ−n, maka menurut (3) perubahan ini berakibat
2 T0 / 2 2 T0 / 2
a −n =
T0 ∫−T / 2 f (t ) cos(−nω 0 t )dt = T0 ∫−T / 2 f (t ) cos(nω 0 t )dt = a n
0 0

2 T0 / 2 2 T0 / 2
b− n =
T0 ∫−T / 2 f (t ) sin(−nω 0 t )dt = − T0 ∫−T / 2 f (t ) sin(nω 0 t )dt = −b
0 0
(7)

b− n − b n
tan θ − n = = ⇒ θ − n = −θ n
a −n an
Dengan (7) ini maka (6) menjadi
 a2 + b2
∞  −∞  a 2 + b 2 
f (t ) = 
∑ n
2
n
e j ( nω0 t − θ n ) 
+ 
 n = −1
n
2
n
e ∑
j ( nω0t − θ n ) 

(8)
n =0
   
Suku pertama dari (8) merupakan penjumlahan yang kita mulai dari n = 0 untuk
memasukkan a0 sebagai salah satu suku penjumlahan ini. Dengan cara ini maka (8) dapat
ditulis menjadi

=4=
+∞  a2 + b2  +∞
 n  j ( nω0t )
f (t ) = ∑  2
n
e − jθ n  e = ∑
c n e j ( nω0t ) (9)
n = −∞ n = −∞
 
Inilah bentuk eksponensial deret Fourier, dengan cn adalah koefisien Fourier yang mungkin
berupa besaran kompleks.

a n2 + bn2 a n − jbn
cn = e − jθ = (10)
2 2
an2 + bn2
cn = dan ∠cn = θn dengan
2 (11)
−b  b 
θn = tan −1 n  jika an < 0; θn = tan −1 n  jika an > 0
a
 n   an 

Jika an dan bn pada (3) kita masukkan ke (10) akan kita dapatkan

a n − jbn 1 T0 / 2 − jnωn t
cn =
2
=
T0 ∫−T / 2 f (t ) e
0
dt (12)

dan dengan (12) ini maka (9) menjadi


+∞ +∞
 1 T0 / 2 
f (t ) = ∑ c n e j (nω t ) = ∑  T0 ∫−T / 2 f (t ) e − jnω t dt  e j (nω t )
0 o 0
(13)
n = −∞ n = −∞ 0

Persamaan (11) menunjukkan bahwa 2|cn| adalah amplitudo dari harmonisa ke-n dan sudut
fasa harmonisa ke-n ini adalah ∠cn. Persamaan (10) ataupun (12) dapat kita pandang
sebagai pengubahan sinyal periodik f(t) menjadi suatu spektrum yang terdiri dari spektrum
amplitudo dan spektrum sudut fasa. Persamaan (9) ataupun (13) memberikan f(t) apabila
komposisi harmonisanya cn diketahui. Persamaan (12) menjadi cikal bakal transformasi
Fourier, sedangkan persamaan (13) adalah transformasi baliknya.
CONTOH-3: Carilah koefisien Fourier cn dari fungsi pada contoh-10.1.
Penyelesaian :
T /2
1 T /2 − jnωo t A  e − jnωo t 
 
cn =
To ∫−T / 2A e dt =
To  − jnω
 o

 −T / 2
 e jnωoT / 2 − e − jnωoT / 2 
=
A   = 2 A sin (nω o T / 2 )
nω o To  j  nω T
  o o

Transformasi Fourier
Spektrum Kontinyu. Deret Fourier, yang koefisiennya diberikan oleh (12) hanya
berlaku untuk sinyal periodik. Sinyal-sinyal aperiodik seperti sinyal eksponensial dan sinyal
anak tangga tidak dapat direpresentasikan dengan deret Fourier. Untuk menangani sinyal-
sinyal demikian ini kita memerlukan transformasi Fourier dan konsep spektrum kontinyu.
Sinyal aperiodik dipandang sebagai sinyal periodik dengan perioda tak-hingga.
Jika diingat bahwa ω0 = 2π/T0 , maka (13) menjadi

=5=

 1 T0 / 2 
f (t ) = ∑  T0 ∫−T / 2 f (t ) e − jnω t dt  e jnω t
0 0

n = −∞ 0
(14)
1 ∞  T0 / 2 
= ∑ ∫−T / 2 f (t ) e

2π n = −∞  0
− jnω0t
dt  ω 0 e jnω0t

Kita lihat sekarang apa yang terjadi jika perioda T0 diperbesar. Karena ω0 = 2π/T0 maka
jika T0 makin besar, ω0 akan makin kecil. Beda frekuensi antara dua harmonisa yang
berturutan, yaitu

∆ω = (n + 1)ω 0 − nω 0 = ω 0 =
T0

juga akan makin kecil yang berarti untuk suatu selang frekuensi tertentu jumlah harmonisa
semakin banyak. Oleh karena itu jika perioda sinyal T0 diperbesar menuju ∞ maka spektrum
sinyal menjadi spektrum kontinyu, ∆ω menjadi dω (pertambahan frekuensi infinitisimal),
dan nω0 menjadi peubah kontinyu ω. Penjumlahan pada (14) menjadi integral. Jadi dengan
membuat T0 → ∞ maka (14) menjadi
1 ∞  ∞  1 ∞
f (t ) = ∫ ∫−∞
 f (t ) e − jωt dt  e jωt dω = ∫−∞ F (ω) e
jωt
dω (15)
2π −∞   2π

dengan F(ω) merupakan sebuah fungsi frekuensi yang baru, sedemikian rupa sehingga
∞ − j ωt
F (ω) = ∫−∞ f (t ) e dt (16)

dan F(ω) inilah transformasi Fourier dari f(t), yang ditulis dengan notasi
F [ f (t )] = F (ω)
Proses transformasi balik dapat kita lakukan melalui persamaan (15).
f (t ) = F −1 (ω)

CONTOH-4: Carilah transformasi Fourier dari bentuk v(t)


gelombang pulsa di samping ini.
A
Penyelesaian :
−T/2 0 T/2
Bentuk gelombang ini adalah aperiodik yang hanya mempunyai
nilai antara −T/2 dan +T/2, sedangkan untuk t yang lain nilainya nol. Oleh karena itu
integrasi yang diminta oleh (16) cukup dilakukan antara −T/2 dan +T/2 saja.

A  e jωT / 2 − e − jωT / 2 
T /2
T /2 A − jωt
F (ω) = ∫−T / 2 A e − jωt dt = − e =  
jω −T / 2
ω / 2  j2 
sin(ωT / 2)
= AT
ωT / 2
Kita bandingkan transformasi Fourier (16)
∞ − j ωt
F (ω) = ∫−∞ f (t ) e dt

dengan koefisien Fourier

=6=
a n − jbn 1 T0 / 2 − jnωnt
cn =
2
=
T0 ∫−T / 2 f (t ) e
0
dt (17)

Koefisien Fourier cn merupakan spektrum sinyal periodik dengan perioda T0 yang


terdiri dari spektrum amplitudo |cn| dan spektrum sudut fasa ∠cn, dan keduanya
merupakan spektrum garis (tidak kontinyu, memiliki nilai pada frekuensi-frekuensi tertentu
yang diskrit). Sementara itu transformasi Fourier F(ω) diperoleh dengan mengembangkan
perioda sinyal menjadi tak-hingga guna mencakup sinyal aperiodik yang kita anggap sebagai
sinyal periodik yang periodenya tak-hingga. Faktor 1/T0 pada cn dikeluarkan untuk
memperoleh F(ω) yang merupakan spektrum kontinyu, baik spektrum amplitudo |F(jω)|
maupun spektrum sudut fasa ∠ F(ω).
CONTOH-5: Gambarkan spektrum amplitudo dari sinyal pada contoh-4.
Penyelesaian :
Spektrum amplitudo sinyal aperiodik ini merupakan spektrum kontinyu |F(jω)|.
sin(ωT / 2)
F (ω) = AT
ωT / 2
|F(ω)|

-5

0 ω
0

Pemahaman:
Sinyal ini mempunyai simetri genap. Sudut fasa harmonisa adalah nol sehingga
spektrum sudut fasa tidak digambarkan. Perhatikan pula bahwa |F(ω)| mempunyai
spektrum di dua sisi, ω positif maupun negatif; nilai nol terjadi jika sin(ωT/2)=0
yaitu pada ω = ±2kπ/T (k = 1,2,3,…); nilai maksimum terjadi pada ω = 0, yaitu pada
waktu nilai sin(ωT/2)/(ωT/2) = 1.

CONTOH-6: Carilah transformasi Fourier dari f(t) = [A e−αt ] u(t) dan gambarkan
spektrum amplitudo dan fasanya.
Penyelesaian :
∞ ∞
F (ω) = ∫−∞ Ae −αt u (t )e − jωt dt = ∫0 Ae −( α + jω)t dt

e −( α + jω)t A
=−A = untuk α > 0
α + jω α + jω
0
| A|
⇒ F (ω) =
α 2 + ω2
ω
⇒ θ(ω) = ∠F ( jω) = − tan −1
α

=7=
|F(ω) θ(ω) +90o
25
A/α 90
|

ω −90o
Pemahaman:
Untuk α < 0, tidak ada transformasi Fourier-nya karena integrasi menjadi tidak
konvergen.

Transformasi Balik
Pada transformasi Fourier transformasi balik sering dilakukan dengan mengaplikasikan
relasi formalnya yaitu persamaan (15). Hal ini dapat dimengerti karena aplikasi formula
tersebut relatif mudah dilakukan

CONTOH-7: Carilah f(t) dari


F (ω) = 2πδ(ω)
Penyelesaian :
1 ∞ 1 0+
f (t ) = ∫−∞ 2πδ(ω) e jωt dω = ∫0 2πδ(ω) e jωt dω
2π 2π −

α+
= ∫α −
δ(ω)(1) dω = 1

Pemahaman :
Fungsi 2πδ(ω) adalah fungsi di kawasan frekuensi yang hanya mempunyai nilai di
ω=0 sebesar 2π. Oleh karena itu e jωt juga hanya mempunyai nilai di ω=0 sebesar e
j0t
=1. Karena fungsi hanya mempunyai nilai di ω=0 maka integral dari −∞ sampai
+∞ cukup dilakukan dari 0− sampai 0+, yaitu sedikit di bawah dan di atas ω=0.
Contoh ini menunjukkan bahwa transformasi Fourier dari sinyal searah
beramplitudo 1 adalah 2πδ(ω).

CONTOH-8: Carilah f(t) dari


F ( jω) = 2πδ(ω − α)

Penyelesaian :
1 ∞ 1 α+
f (t ) = ∫−∞ 2πδ(ω − α ) e jωt dω = ∫α 2πδ(ω − α) e jωt dω
2π 2π −

α+
= e jαt ∫α −
δ(ω − α) dω = e jαt

Pemahaman :
Fungsi 2πδ(ω−α) adalah fungsi di kawasan frekuensi yang hanya mempunyai nilai
di ω=α sebesar 2π. Oleh karena itu e jωt juga hanya mempunyai nilai di ω=α sebesar

=8=
ejαt. Karena fungsi hanya mempunyai nilai di ω=α maka integral dari −∞ sampai +∞
cukup dilakukan dari α− sampai α+, yaitu sedikit di bawah dan di atas ω=α.

CONTOH-9: Carilah f(t) dari


πA
F (ω) = [u (ω + α) − u (ω − α)]
α
Penyelesaian :
∞ πA
∫−∞ α [u (ω + α) − u(ω − α)] e dω
1 j ωt
f (t ) =

α
πA
∞ A e jωt
=
1
∫ [
1] e jωt dω =
2π −∞ α 2α jt
−α
jαt − jαt jαt − jαt
A e −e A e −e sin(αt )
= = =A
2α jt αt j2 αt
Pemahaman:
Dalam soal ini F(ω) mempunyai nilai pada selang −α<ω<+α oleh karena itu e jωt
juga mempunyai nilai pada selang frekuensi ini juga; dengan demikian integrasi
cukup dilakukan antara −α dan +α.
Hasil transformasi balik f(t) dinyatakan dalam bentuk sin(x)/x yang bernilai 1 jika
x→0 dan bernilai 0 jika x→∞. Jadi f(t) mencapai nilai maksimum pada t = 0 dan
menuju nol jika t menuju ∞ baik ke arah positif maupun negatif. Kurva F(ω) dan
f(t) digambarkan di bawah ini.
f(t)
A
F(ω)

−β 0 +β ω t

Dari Transformasi Laplace ke Transformasi Fourier


Untuk beberapa sinyal, terdapat hubungan sederhana antara transformasi Fourier dan
transformasi Laplace. Sebagaimana kita ketahui, transformasi Laplace didefinisikan melalui
(8.1) sebagai

F ( s) = ∫0 f (t )e − st dt (18)

dengan s = σ + jω adalah peubah frekuensi kompleks. Batas bawah integrasi adalah nol,
artinya fungsi f(t) haruslah kausal. Jika f(t) memenuhi persyaratan Dirichlet maka integrasi
tersebut di atas akan tetap konvergen jika σ = 0, dan formulasi transformasi Laplace ini
menjadi

F (s) = ∫0 f (t )e − jωt dt (19)

=9=
Sementara itu untuk sinyal kausal integrasi transformasi Fourier cukup dilakukan dari nol,
sehingga transformasi Fourier untuk sinyal kausal menjadi

F (ω) = ∫0 f (t ) e − jωt dt (20)

Bentuk (20) sama benar dengan (19), sehingga kita dapat simpulkan bahwa
untuk sinyal f (t ) kausal dan dapat di - integrasi berlaku
(21)
F (ω) = F ( s ) σ=0

Persyaratan “dapat di-integrasi” pada hubungan (21) dapat dipenuhi jika f(t)
mempunyai durasi yang terbatas atau cepat menurun menuju nol sehingga integrasi |f(t)|
dari t=0 ke t=∞ konvergen. Ini berarti bahwa pole-pole dari F(s) harus berada di sebelah kiri
sumbu imajiner. Jika persyaratan-persyaratan tersebut di atas dipenuhi, pencarian
transformasi balik dari F(ω) dapat pula dilakukan dengan metoda transformasi balik Laplace.

CONTOH-10: Dengan menggunakan metoda transformasi Laplace carilah transformasi


Fourier dari fungsi-fungsi berikut (anggap α, β > 0).
a). f 1 (t ) = A e −αt u (t )
b). f 2 (t ) = δ(t )
[
c) f 3 (t ) = A e −αt sin βt u (t ) ]
Penyelesaian:
a). f1 (t ) = Ae −αt u (t ) → fungsi kausal dan dapat di - integrasi
A
→ F ( s) = → pole p1 = −α (di kiri sumbu imag)
s+α
1
→ F (ω) =
jω + α
b). f 2 (t ) = δ(t ) → fungsi kausal dan dapat di - integrasi
→ F ( s ) = 1 → F (ω) = 1

[ ]
c). f 3 (t ) = A e −αt sin β t u (t ) → fungsi kausal, dapat di - integrasi
A
→ F (s) = → pole p = −α ± jβ (di kiri sumbu im)
(s + α) 2 + β 2
A a
→ F (ω) = =
( jω + α) + β
2 2
α + β − ω 2 + j 2αω
2 2

10
CONTOH-11: Carilah f(t) dari F (ω) =
( jω + 3)( jω + 4)

Penyelesaian :
Jika kita ganti jω dengan s kita dapatkan
10
F (s) =
( s + 3)(s + 4)

Pole dari fungsi ini adalah p1 = −3 dan p2 = −4, keduanya di sebelah kiri sumbu
imajiner.

= 10 =
10 k k
F (s) = = 1 + 2
( s + 3)(s + 4) s + 3 s + 4
10 10
→ k1 = = 10 ; k 2 = = −10
s+4 s = −3 s + 3 s = −4
10 10
⇒ F ( s) = −
s+3 s+4
Transformasi balik dari F(ω) adalah :
[ ]
f (t ) = 10 e −3t − 10 e −4t u (t )

Sifat-Sifat Transformasi Fourier


Kelinieran. Seperti halnya transformasi Laplace, sifat utama transformasi Fourier
adalah kelinieran.
Jika [ ]
: F f1 (t ) = F1 (ω) dan F f 2 (t ) = F2 (ω)[ ]
[ ]
maka : F Af1 (t ) + Bf 2 (t ) = AF1 (ω) + BF2 (ω)
(22)

CONTOH-12: Carilah transformasi Fourier dari v(t) = cosβt.


Penyelesaian:
Fungsi ini adalah non-kausal; oleh karena itu metoda transformasi Laplace tidak
dapat di terapkan. Fungsi cosinus ini kita tuliskan dalam bentuk eksponensial.

F[cosβ t ] = F 
 e jβ t + e − jβ t  1
= Fe
jβ t
[ ]
1
+ F e − jβt [ ]
 2  2 2

Dari contoh-8 kita ketahui bahwa F e jωt  = 2πδ(ω − β)


 
Jadi F [cosβt ] = πδ(ω − β) + πδ(ω + β)

Diferensiasi. Sifat ini dinyatakan sebagai berikut


 df (t ) 
F  = jωF (ω) (23)
 dt 
Persamaan (15) menyatakan
1 ∞
f (t ) = ∫ F (ω) e jωt dω
2 π −∞

∫−∞  dt (F (ω) e )
df (t ) d  1 ∞  1 ∞ d 
→ =  F (ω) e jωt dω  =

j ωt
dω 
dt dt  2π − ∞  2π 
1 ∞
= ∫ jωF (ω) e jωt dω
2π − ∞

 df ( t ) 
→ F  = jωF (ω)
 dt 

= 11 =
Integrasi. Sifat ini dinyatakan sebagai berikut:
 F (ω)
F  ∫
t
f ( x)dx  = + πF (0)δ(ω) (24)
 −∞  jω

Suku kedua ruas kanan (24) merupakan komponen searah jika sekiranya ada. Faktor F(0)
terkait dengan f(t); jika ω diganti dengan nol akan kita dapatkan

F ( 0) = ∫−∞ f (t )dt
CONTOH-13: Carilah transformasi Fourier dari f(t) = Au(t).
Penyelesaian:
Metoda transformasi Laplace tidak dapat diterapkan untuk fungsi anak tangga.
Dari contoh (10.b) kita dapatkan bahwa F[δ(t )] = 1 . Karena fungsi anak tangga
adalah integral dari fungsi impuls, kita dapat menerapkan hbungan (24) tersebut di
atas.

F[u (t )] = F ∫ δ( x)dx =
t 1
+ πδ(ω)
−∞ jω

Pembalikan. Pembalikan suatu fungsi f(t) adalah mengganti t dengan −t. Jika kita
membalikkan suatu fungsi, maka urutan kejadian dalam fungsi yang baru berlawanan
dengan urutan kejadian pada fungsi semula. Transformsi Fourier dari fungsi yang dibalikkan
sama dengan kebalikan dari transformasi Fourier fungsi semula. Secara formal hal ini dapat
dituliskan sebagai
Jika F [ f (t )] = F (ω) maka F [ f ( −t )] = F ( −ω) (25)
Menurut (16)

F [ f ( −t ) ] = ∫ f (−t ) e − jωt dt ; Misalkan − t = τ
−∞
−∞
→ F[ f (−t )] = F[ f (τ)] = − ∫∞ f (τ) e jωτ dτ
∞ − jωτ
= ∫−∞ f (τ) e dτ = F (−ω)

Sifat pembalikan ini dapat kita manfaatkan untuk mencari transformasi Fourier dari fungsi
signum dan fungsi eksponensial dua sisi.

CONTOH-14: Carilah transformasi Fourier dari fungsi signum dan eksponensial dua sisi
berikut ini.
v(t)
u(t) v(t)
1
1
e−α(−t) u(−t) e−αt u(t)
0 t
−u(−t)
−1 00 t
eksponensial dua sisi :
signum : sgn(t) = u(t) − u(−t) e−α| t | = e−αt u(t) + e−α(−t) u(−t)

= 12 =
Penyelesaian :
Contoh-13 memberikan F[u (t )] =
1
+ πδ(ω) maka

F[sgn(t )] = F[u (t ) − u (−t )] =


2

Contoh-10.a memberikan F e −αt u (t ) = [ ] 1


α + jω
maka

[ ] [
F e −α|t| = F e −αt u (t ) + e − α ( −t ) u (−t ) ]
1 1 2α
= + = 2
α + jω α + j (−ω) α + ω 2

Komponen Nyata dan Imajiner dari F(ω). Pada umumnya transformasi Fourier dari
f(t), yaitu F(ω), berupa fungsi kompleks yang dapat kita tuliskan sebagai
∞ − j ωt ∞ ∞
F (ω) = ∫−∞ f (t ) e dt = ∫−∞ f (t ) cosωt dt − j ∫−∞ f (t ) sinωt dt
= A(ω) + jB (ω) = F (ω) e jθω
dengan
∞ ∞
A(ω) = ∫−∞ f (t ) cos ωt dt ; B(ω) = − ∫−∞ f (t ) sin ωt dt (26)
 B(ω) 
F (ω) = A 2 (ω) + B 2 (ω) ; θ(ω) = tan −1   (27)
 A(ω) 
Jika f(t) fungsi nyata, maka dari (26) dan (27) dapat kita simpulkan bahwa
1. Komponen riil dari F(ω) merupakan fungsi genap, karena A(−ω) = A(ω).
2. Komponen imajiner F(ω) merupakan fungsi ganjil, karena B(−ω) =− B(ω).
3. |F(ω)| merupakan fungsi genap, karena |F(−ω)| = |F(ω)|.
4. Sudut fasa θ(ω) merupakan fungsi ganjil, karena θ(−ω) =− θ(ω).
5. Kesimpulan (1) dan (2) mengakibatkan : kebalikan F(ω) adalah konjugat-nya, F(−ω) =
A(ω) − jB(ω) = F*(ω) .
6. Kesimpulan (5) mengakibatkan : F(ω) × F(−ω) = F(ω) × F*(ω) = |F(ω)|2.
7. Jika f(t) fungsi genap, maka B(ω) = 0, yang berarti F(ω) riil.
8. Jika f(t) fungsi ganjil, maka A(ω) = 0, yang berarti F(ω) imajiner.

Kesimetrisan. Sifat ini dinyatakan secara umum sebagai berikut.


Jika F [ f (t ) ] = F (ω) maka F [F (t ) ] = 2 π f ( −ω) (28)
Sifat ini dapat diturunkan dari formulasi transformasi balik.
∞ j ωt ∞ − j ωt
2π f (t ) = ∫−∞ F (ω) e dω → 2π f (−t ) = ∫−∞ F (ω) e dω
∞ − j ωt
Jika t dan ω dipertukarkan maka : 2π f (−ω) = ∫−∞ F (t ) e dω

= 13 =

Pergeseran Waktu. Sifat ini dinyatakan sebagai berikut.
Jika F [ f (t ) ] = F (ω) maka F [ f (t − T )] = e − jωT F (ω) (29)
Sifat ini mudah diturunkan dari definisinya.

Pergeseran Frekuensi. Sifat ini dinyatakan sebagai berikut.

Jika F − 1 [F (ω)] = f (t ) maka F −1 [F (ω − β)] = e jβt f (t ) (30)


Sifat ini juga mudah diturunkan dari definisinya.

Penskalaan. Sifat ini dinyatakan sebagai berikut.


1  ω
Jika F[ f (t )] = F (ω) maka F[ f (at )] = F  (31)
|a|  a 

Ringkasan
Tabel-1 berikut ini memuat pasangan transformasi Fourier sedangkan sifat-sifat
transformasi Fourier termuat dalam Tabel-2.

Tabel-1. Pasangan transformasi Fourier.


Sinyal f(t) F(ω)
Impuls δ(t) 1
Sinyal searah (konstan) 1 2π δ(ω)
1
Fungsi anak tangga u(t) + πδ(ω)

2
Signum sgn(t) jω

Exponensial (kausal) (e )u (t )
− αt
1
α + jω

Eksponensial (dua sisi) e − α |t|
α + ω2
2

Eksponensial kompleks e jβt 2 π δ( ω − β)

Cosinus cosβt π [δ(ω − β) + δ(ω + β)]

Sinus sinβt − jπ [δ(ω − β) − δ(ω + β) ]

= 14 =
Tabel-2. Sifat-sifat transformasi Fourier.
Sifat Kawasan Waktu Kawasan Frekuensi
Sinyal f(t) F(ω)
Kelinieran A f1(t) + B f2(t) AF1(ω) + BF2(ω)
df (t )
Diferensiasi jωF(ω)
dt
t F (ω)
+ π F (0) δ(ω)
Integrasi ∫−∞ f ( x)dx jω

Kebalikan f (−t) F(−ω)

Simetri F (t) 2π f (−ω)

Pergeseran waktu f (t − T) e − jωT F (ω)

Pergeseran frekuensi e j β t f (t) F(ω − β)


 ω
Penskalaan |a| f (at) F 
a

= 15 =

Anda mungkin juga menyukai