Anda di halaman 1dari 9

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR

ORDE SATU

O
L
E
H

KELOMPOK 2 :
1. Fajrul Wahdi Ginting (8136175005)
2. Febriani Hastini Nst (8136175006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDE SATU

Persamaan diferensial adalah suatu bentuk persamaan yang di dalamnya mengandung


turunan. Jika turunan yang terlibat hanya melibatkan satu buah variable maka persamaan tersebut
dinamakan Persamaan Diferensial Biasa (PDB) dan jika turunan yang terlibat adalah turunan
parsial dari dua atau lebih variable maka persamaan tersebut dinamakan Persamaan Diferensial
Parsial (PDP).
Sebuah PDB dikatakan berorde satu jika di dalamnya orde terbesar dari turunan yang

d n y dx n
terlibat adalah satu atau dengan n = 1. Misalkan y = y1 adalah solusi dari PDB yang
dimaksud, demikian pula misalnya terdapat solusi lain y = y2 yang memenuhi, maka jika
superposisi: y = y1+ y2 juga merupakan solusi dari PDB tersebut dikatakan bahwa PDB tersebut
adalah PDB linier. Dengan kata lain, sebuah PDB dikatakan linier jika berlaku prinsip
superposisi, jika tidak maka dikatakan PDB tersebut adalah PDB tak-linier. Misalkan kita
memiliki suatu sistem PDB linier orde satu berikut:
dy
f x, y
dx
(1)
Dimana fungsi f(x, y) dapat dituliskan dalam bentuk perkalian dua fungsi g(x) dan h(y) atau:
f x, y g x h y
(2)
maka PDB pada persamaan (1) dapat dituliskan kembali menjadi:
dy dx

h y g x
(3)
Untuk memperoleh solusi dari persamaan (3) di atasd apat dilakukan dengan mengintegralkan
secara tak-tentu kedua ruas terhadap masing-masing variabel:
dy dx
h y g x C
(4)
Dengan C adalah konstanta integrasi yang dapat ditentukan dari kondisi awal. Kemudian, setelah
kita melakukan integrasi, dapat ditentukan solusinya dalam bentuk y = y(x).
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh untuk memecahkan sistem PDB orde satu pada
persamaan (3), kita akan mempergunakannya untuk memecahkan PDB bentuk lain yaitu:
dy
Py Q
dx
(5)
Dengan P = P(x) dan Q = Q(x). Untuk mencari solusinya, kita tinjau bentuk berikut:
Y = y exp (I) (6)
Dengan y adalah solusi PDB (5) dan
I Pdx
(7)
Turunkan persamaan (6) terhadap x diperoleh:
dY dy
Py exp I
dx dx
(8)
Berdasarkan persamaan (5), persamaan (8) dapat dituliskan kembali sebagai:
dY
Q exp I
dx
(9)
Terapkan kembali cara yang diberikan pada persamaan (6) diperoleh solusi bagi persamaan (9):
Y Q exp I dx C
(10)
Dari persamaan (6) didapatkan solusi untuk PDB (5):
y exp I Q exp I dx C
(11)
Atau
y exp I Q exp I dx C exp I
(12)
Contoh Penerapan dalam Fisika
1. Peluruhan inti atom
Radium meluruh menjadi Radon yang meluruh menjadi Polonium. Jika pada t = 0, maka sampel
adalah Radium murni, berapa banyak Radon yang terkandung pada waktu t?
Dengan N0 = jumlah atom Radium pada saat t = 0,
N1 = jumlah atom Radium pada waktu t
N2 = jumlah atom Radon pada waktu t
1 dan 2 = konstanta peluruhan untuk Ra dan Rn
Maka pada Radium

dN 1
1 N 1
dt N1 N 0 e 1t
,
1 N 1 atau 1 N 0 e 1t
Nilai dimana Radon dibentuk adalah nilai dimana Radium meluruh yaitu .

2 N 2
Tetapi, Radon juga meluruh pada nilai . Maka diperoleh
dN 2
1 N 1 2 N 2 , or
dt
dN 2
2 N 2 1 N 1 1 N 0 e 1t
dt
Kemudian diselesaikan sebagai berikut:
I 2 dt 2 t ,

N 2 e 2t 1 N 0 e 2t e 2t dt c

N 2 e 2t 1 N 0 e 2 1 t dt c

1N0 ( 2 1 )t
e C
2 1
(13)
1 2
Jika , dimana N2 = 0 pada saat t = 0 (diasumsikan Ra murni pada t = 0), maka

1 N 0 N
0 c atau c 1 0
2 1 2 1

Substitusi nilai c ini terhadap persamaan 13 dan hasil N2 diperoleh


1 N 0 1t
N2
2 1
e e 2t
2. Masalah Perubahan Suhu
Telah dibuktikan dengan percobaan bahwa dengan kondisi tertentu, rata-rata perubahan suhu
benda yang dimasukkan dalam sebuah medium yang temperaturnya diusahakan konstan yang
berbeda dari suhu benda itu adalah sebanding dengan perbedaan antara kedua suhu itu. Secara
matematika penyataan di atas dapat dituliskan sebagai
dTb
k Tb TM
dt

dimana k adalah konstanta positif yang merupakan konstanta pembanding. Tb adalah suhu dari
benda pada sebarang waktu t, dan TM adalah suhu konstan dari medium. Dalam menyelesaikan
masalah perubahan suhu dengan kontanta pembandingnya k, adalah perlu dibutuhkan kondisi
lain yang merupakan kondisi awal. Untuk contohnya kita perlu mengetahui suhu awal dan suhu
dari benda untuk suatu waktu t. Dengan dua kondisi tersebut, memungkinkan kita menemukan
nilai konstanta pembanding k dan sebarang konstanta integrasi yang muncul c.
Contoh
Sebuah benda dengan suhu 180o dimasukkan dalam suatu cairan yang mempunyai suhu konstan
60o. Dalam satu menit, suhu benda yang dimasukkan menjadi 120 o. Berapa lama waktu yang
diperlukan sehingga suhu benda itu menjadi 90o?

Jawab: Misalkan T menyatakan suhu benda pada sebarang waktu t. Dalam hal ini kita punyai TM
= 60. Jadi kita punyai persamaan diferensial
dT dT
k T 60 kdt
dt T 60
dimana tanda negatif menunjukkan penurunan suhu T. Kita integralkan sekaligus dengan
menggunakan kondisi-kondisi awalnya, kita dapatkan
120 1
dT

T 180
T 60
k dt
t 0

Kita peroleh
ln 0,5 k , atau k ln 2

Sekarang,
90 t
dT
ln 2 dt
T 180
T 60 t 0

Jadi
ln 0,25 ln 2 t t 2

Jadi akan diperlukan waktu 2 menit agar suhu benda itu akan menjadi 90o

3. Masalah Mekanika Klasik


Dalam bagian ini kita akan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan gerakan
partikel sepanjang garis lurus. Dengan menggunakan hukum Newton pertama dari gerakan,
bahwa benda diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak (akan tetap
mempertahankan kecepatannya) kecuali ada gaya luar yang mempengaruhinya. Dengan hukum
ke dua Newton, bahwa rata-rata perubahan dari momentum(momentum=massa x kecepatan)
suatu benda adalah berbanding lurus dengan gaya luar yang mempengaruhi benda itu. Secara
matematik, hukum kedua ini dapat dinyatakan sebagai
dv
F km ,
dt
(14)
Gambar. Gerakan Vertikal

dimana m adalah massa benda, v adalah kecepatan, dan k > 0 adalah konstanta pembanding yang
besarnya bergantung pada satuan yang digunakan. Jika digunakan satuan kaki untuk jarak, pon
untuk gaya, slug untuk mass(=1/32 pon), dan detik untuk waktu, maka k = 1 dan (14) menjadi
dv d 2s
F m ma m 2 ,
dt dt
(15)

dimana a adalah rata-rata perubahan kecepatan(biasanya disebut percepatan) dari benda, s adalah
jarak yang ditempuh dari benda dari titik tetap. Sebuah gaya 1 lb akan diberikan pada benda
dengan massa 1 slug maka percepatannya benda itu adalah 1 ft/det2. Ingat bahwa F; a, dan v
merupakan vektor artinya kecuali mempunyai besaran juga mempunyai arah. Sehingga sangat
penting tanda yang terdapat dalam vektor-vektor tersebut. Jika kita tulis
dv dv ds
,
dt ds dt

ds
v
dt
dan kita tahu bahwa , maka persamaan (15) dapat ditulis sebagai
Newton juga memberikan ke kita hukum atraksi antara dua benda. Jika m1 dan m2 adalah dua
benda yang berjarak r, maka gaya atraksi antara kedua benda tersebut adalah
m1 m2
F k ,
r2
(16)
dimana k adalah suatu konstanta pembanding. Sekarang kita akan mempelajari gerakan vertikal.
Misalkan, perhatikan gambar (2.4) dengan M= massa dari bumi, m= massa benda, R= jari-jari
bumi, dan y= jarak benda di atas permukaan bumi.
Dengan menggunakan rumus (16), maka gaya antara benda dan bumi, kita asumsikan massa
bumi dan benda terkonsentrasi pada pusatnya, menjadi
Mm
F G ,
R y 2

dimana G adalah konstanta gravitasi. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya resultannya ke
bawah, ke pusat bumi. Jika jarak y dari benda di atas permukaan bumi sangat kecil jika
dibandingkan dengan jari-jari bumi R, maka kesalahan dari penulisan gaya atraksinya menjadi
Gmm
F
R2

juga akan kecil. Jari-jari bumi R kira kira 4000 mil. Jika jarak benda kira-kira 1 mil masih
dianggap kecil karena (4000 x 5280)2 kaki dan (4001 x 5280)2 kaki akan sangat kecil
perbedaannya. Dengan mengganti s dengan y dalam persamaan (16) maka kita akan peroleh
d2y GMm
m 2
2
dt R

GM
R2
Karena G; M, dan R adalah konstan, kita bisa mengganti dengan konstanta
baru, misalkan dengan g. Oleh karena itu kita peroleh persamaan diferensial dari
benda jatuh karena gaya gravitasi bumi, yakni
d2y dv
m 2
gm, m gm,
dt dt
(17)
dy
v
dt
dimana . Dari persamaan (17) kita bisa dapatkan bahwa gaya atraksi dari bumi ke bawah
adalah
dy
g
dt 2
(18)
Jadi konstanta g merupakan suatu percepatan benda berkaitan dengan gaya atraksi bumi. Gaya
ini sering disebut dengan gaya gravitasi bumi. Biasanya di tempat berbeda dari bumi akan
memiliki gaya gravitasi yang berbeda karena perbedaan ketinggiannya. Gaya gravitasi bumi rata-
rata 32 kaki/det2. Jika kita integralkan persamaan (2.2.65) memberikan persamaan kecepatan
dy
v gt c1
dt

Dan jika kita integrasikan sekali lagi kita akan peroleh persamaan jaraknya, yakni
gt 2
y c1t c 2
2

Referensi

Alatas, Husin. Fisika Matematika Edisi I. Bogor: Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor.

Mary, L.Boas. 1983. Mathematical Methods in The Physical Sciences Second Edition. Kanada:
John Wiley and Sons, Inc.

Murdaka, Bambang dan Priyambodo, Tri Kuntoro. 2011. Matematika untuk Ilmu Fisika dan
Teknik. Yogyakarta: Andi.

Waluya, Budi. 2006. Buku Ajar Persamaan Diferensial. Semarang:FMIPA Universitas Negeri
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai