Anda di halaman 1dari 23

BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Physics is the study of the solutions of first and second order diferential equations. The set of
mathematical techniques used to solve differential equations consists of a bag of tricks.
6.1 Pendahuluan
Persamaan diferensial adalah persamaan yang mengandung derivatif, dan dapat berupa
persamaan diferensial biasa atau persamaan diferensial parsial. Persamaan diferensial
biasa mengandung derivatif local (satu variabel bebas) sedangkan persamaan diferensial
parsial mengandung derivatif parsial dari dua atau lebih variabel bebas.
Orde dari persamaan diferensial adalah orde dari derivatif (turunan) tertinggi di dalam
persamaan. Persamaan dibawah ini:
dy
 xy  1
dx
dy
x  y  ex
dx
(6.1a)
dv
 g
dt
dI
L  RI  V
dt
Adalah persamaan diferensial orde satu sedangkan persamaan
d 2r
m   kr
dt 2
(6.1b)
d 2I dI I dV
L 2 R  
dt dt C dt

Adalah persamaan diferensial orde dua.


Persamaan (6.1a) dan (6.1b) disebut juga persamaan diferensial linier, yang secara
umum mempunyai bentuk :
dy d2y dny (6.2a)
ao y  a1  a2 2  ...  an n  b
dx dx dx

Atau
ao y  a1 y '  a2 y ''  ...  an y ' n  b (6.2b)
Dengan a1 dan b adalah konstanta atau fungsi dari x. Sementara persamaan berikut:
y '  cot y
y '' y  y '  0 (6.3)
y ''  y2 1
Merupakan persamaan diferensial nonlinier. Di dalam bab ini kita akan membatasi
pembahasan hanya pada persamaan diferensial linier.
6.2 Persamaan Diferensial Orde-Satu
6.2.1 Persamaan Terpisahkan
Persamaan yang dapat disusun ke dalam bentuk
g ( y )dy  f ( x )dx (6.4)
dengan ruas kiri hanya bergantung y dan ruas kanan hanya bergantung x, disebut
persamaan terpisahkan (separable equations). Solusinya diperoleh dengan cara
mengintegrasikan kedua ruas tersebut.
Contoh 6.1 Laju peluruhan inti radioaktif berbanding lurus terhadap jumlah sisa
atom. Jika No adalah jumlah atom saat t = 0, tentukan jumlah atom pada saat t.
Jawab: Misalkan jumlah atom radiokatif pada saat t adalah N(t), maka
dN
 N (t )
dt
atau
dN
   N (t )
dt
dengan konstanta perbandingan λ disebut konstanta peluruhan. Persamaan ini
dapat dituliskan dalam bentuk:
dN
  dt
N
integrasinya menghasilkan
dN
 N
 ln N     dt   t  k

dengan k konstanta, Persamaan ini dapat dituliskan sebagai


N  ce  t
dengan c konstanta baru. Keadaan awal No pada saat t  0 , memberi c  N o
sehingga
N (t )  N o e  t

Contoh 6.2: Selesaikan persamaan diferensial


xy '  y  1
Jawab:
Persamaan xy '  y  1 dapat dituliskan sebagai
dy dx

y 1 x
integrasinya menghasilkan
ln( y  1)  ln x  ln c

atau
y  cx  1

Syarat batas y (1)  1 memberikan


y (1)  1  c  1

yakni c  2 . Dengan demikian solusinya


y  2x 1

6.2.2 Diferensial Eksak


Perhatikan fungsi dari x dan y
dN 2
 1 N1  2 N 2 , C =konstan (6.5)
dt
yang turunan pertamanya kontinyu. Diferensial totalnya,
F F
dF  dx  dy  0 (6.6a)
x y
dapat ditulis menjadi
M ( x, y ) dx  N ( x, y )dy  0 (6.6b)
dengan
F
M ( x, y ) 
x
(6.6c)
F
N ( x, y ) 
y
Jika
M N
 (6.7)
y x
maka pers. (6.6a) atau (6.6b) disebut persamaan diferensial eksak.
Contoh 6.3: Tentukan apakah persamaan berikut ini merupakan persamaan
diferensial eksak, jika ya tentukan solusinya.
dy
(3 x 2  2 xy  2)  (4 x 3  6 xy  y 2 )
dx
Jawab:
Tuliskan persamaan diferensial tersebut sebagai
(3x2  2 xy  2)dy  (4 x3  6 xy  y 2 )dx  0
Selanjutnya,
M  
M  (4 x 3  6 xy  y 2 )  6 x  2 y 
y y  M N
 
N   y x
N  (3 x  2 xy  2)  6 x  2 y
2

x x 
Jadi, persamaan diferensial bersangkutan adalah eksak, dan solusinya
M 
M  (4 x 3  6 xy  y 2 )  F ( x, y )  x 4  3 x 3 y  xy 2  f ( y )
y y
N 
N  (3 x 2  2 xy  2)  F ( x, y )  3 x 2 y  xy 2  2 y  g ( x)
x x
Dua persamaan diatas memberikan
f ( y )  2 y , g ( x)  x 4

Sehingga solusi F ( x, y ) ,

F ( x, y)  x 4  3x 2 y  xy 2  2 y  C
Jika syarat (6.7) tidak dipenuhi, pers. (6.6b) masih mungkin menjadi eksak setelah
dikali dengan fungsi tertentu yang disebut faktor integrasi.
Perhatikan contoh berikut.
Contoh 6.4: Tentukan solusi persamaan
xdy  ydx  0

Menggunakan cara persamaan diferensiasi eksak.


Jawab:
Persamaan diatas tidak eksak karena
M  
 ( y )  1
y y  M N
 
N   y x
 ( x)  1
x x 

Tetapi jika dikalikan 1 / x 2 , persamaan diatas menjadi


1 y
dy  2 dx  0
x x
yang merupakan persamaan diferensial eksak, karena
M 1 N
 2 
y x x
Solusinya,
F  y y
M  2  F ( x, y )   f ( y )
x x x
F 1 y
N   F ( x, y )   g ( x )
y x x
Didapatkan f ( y )  g ( x )  0, sehingga
y
F ( x, y )  c
x
dan 1 / x 2 merupakan faktor integrase persamaan diferensial bersangkutan.
6.2.3 Persamaan Diferensial Linier Orde Satu
Persamaan diferensial linier orde satu secara umum mempunyai bentuk
dy
 P( x) y  Q( x) (6.8)
dx
dengan P ( x ) dan Q ( x) adalah fungsi yang hanya bergantung pada x. Pers (6.8)
ini dikatakan persamaan diferensial orde satu homogen jika Q ( x) =0. Sebaliknya
takhomogen jika Q ( x )  0 .
Untuk kasus homogen, pers (6.8) menjadi persamaan terpisahkan
dy
  P( x)dx (6.9)
y
Solusinya
ln y    P( x)dx  c

Atau

ye   yo e 
 P ( x ) dx  c  P ( x ) dx
(6.10)
Solusi untuk kasus takhomogen dapat diperoleh dari kasus homogen sebagai
berikut. Tuliskan
l   P( x)dx (6.11)

Maka pers.(6.10) dapat ditulis sebagai


yel  yo (6.10a)
Diferensiasi terhadap persamaan ini memberikan
d dl
( yel )  y ' el  yel
dx dx
 y ' e  ye P ( x )
l l
(6.12)
 e '( y ' P ( x) y )
Ruas kanan pers. (6.12) tidak lain adalah ruas kiri pers. (6.8) diklikan faktor
integrasi el . Karena itu,
d
( yel )  el ( y ' P ( x) y )  c l Q ( x)
dx
Atau
d ( yel )  el Q( x)dx
Integrasinya memberikan
yel   el Q( x)dx  c

Atau
y  el  el Q( x)dx  ce l

Dengan demikian solusi umum persamaan diferensial orde satu linier takhomogen
(6.8) diberikan oleh

ye 
 P ( x ) dx  P ( x ) dx   P ( x ) dx
 e Q( x)dx  ce (6.13)

Dengan c adalah konstanta.


Contoh 6.5 Tentukan arus setiap saat sejak saklar S pada rangkaian RL berikut di
on kan.

Jawab :
Metode loop memberi hubungan
dI
L  RI  E , I (0)  0
dt
bentuk standar persamaan diferensial di atas adalah
dI R E
 I
dt L L
Karena R, L, dan E konstan maka solusi persamaan ini menggunakan hasil (6.13),
diberikan oleh

I (t )  e  Rt / L  e Rt / L ( E / L) dt  ce  Rt / L
E
  ce  Rt / L
R
E
Syarat awal I (0)  0 , memberi c   , sehingga
R
E
I (t )  (1  e  Rt / L )
R
Contoh 6.6 Atom Radium meluruh menjadi radon yang meluruh menjadi
polonium. Jika mula-mula bahan hanya berupa radium, hitung jumlah radon
setiap saat.
Jawab ; Misalkan
No = jumlah atom radium Ra pada t=0
N1 = jumlah atom Ra pada saat t

N2 = jumlah atom radon Rn pada saat t

1 dan 2 adalah konstanta peluruhan untuk Ra dan Rn

Seperti contoh 6.1; untuk radium berlaku


dN1
 1 N1 (t )
dt
Dan memberikan
N1 (t )  N o e  1t

Sedangkan jumlah dan laju peluruhan radon,


dN 2
 1 N1  2 N 2
dt
Atau
dN 2
 2 N 2  1 N1
dt

Solusinya, dengan menggunakan pers.(6.13)


N 2 (t )  e 2t  e2t (1 N o e1t )dt  ce  2t

1 N o  t
 e  ce   t
1 2

2  1
Mula-mula hanya ada radium dan tidak ada radon, maka
1 N o
N 2 (0)  0  c
2  1
Maka
1 N o   t
N 2 (t )  (e  ce   t )
1 2

2  1
6.2.4 Persamaan Bernoulli
Persamaan Bernoulli sebenarnya merupakan persamaan diferensial nonlinier yang
mempunyai bentuk:
dy
 P( x) y  Q( x) y n (6.14)
dx
Meskipun demikian persamaan ini dapat direduksi kedalam bentuk linier, yakni
setelah dilakukan pergantian variable
z  y1n (6.15)
Diferensiasinya,
z '  (1  n) y  n y ' (6.15*)

Kalikan (6.14) dengan (1  n) y  n ini, memberikan

(1  n) y  n y ' P( x)(1  n) y1n  (1  n)Q( x)


atau
z ' (1  n) P ( x) z  (1  n)Q ( x) (6.16)
yang tidak lain adalah persamaan diferensial linier. Solusinya, seperti pers.(6.13)

 (1 n ) P ( x ) dx 
(1 n ) P ( x ) dx 
 (1 n ) P ( x ) dx
ze  (1  n)e Q ( x)dx  ce (6.17)

Contoh 6.7: selesaikan persamaan


y3 y ' y 4 / x  x
Jawab: Persamaan diatas dapat ditulis sebagai
1
y y   y 2
x
Persamaan ini merupakan persamaan Bernoulli dengan
1
P( x)  , Q ( x) dan n  3
x
Solusi antaranya, z  y 4

z  e   4e  xdx  ce 
4 dx / x 4 (1 x ) dx 4 (1 x ) dx

z  4e 4ln x  e 4ln x xdx  ce 4ln x

z  4 x 4  x5 dx  cx 4
z  23 x 2  cx 4
Dengan demikian,
y  ( 23 x 2  cx 4 )1 4

Contoh 6.8: Kerucut setinggi L dan berjari-jari R seperti pada gambar diisi
penuh air. Ujung bawah kerucut berlubang kecil seluas a dan air keluar dengan

kecepatan v  2 gl dengan l adalah tinggi air setiap saat dari ujung bawah
kerucut. Tentkan waktu yang diperlukan seluruh air keluar dari kerucut.
Jawab:
Pada waktu t tinggi air adalah l , sedangkan pada waktu t  dt tinggi air menjadi
l  dl . Kita dapatkan perubahan (berkurang) volume air air sama dengan jumlah
air yang keluar selama selang waktu dt ,

 r 2 dl  avdt  a 2 gldt
Dari hubungan sisi-sisi segitiga, didapatkan
r R

l L
atau
r  Rl L .
Dengan demikian
 R 2l 2
 dl  a 2 gldt .
L2
Atau,
 R2
 2
l 3 2 dl  dt
aL 2g
Penyelesaian persamaan ini dengan memperhatkan kondisi
awal l  L pada t  0 , memberikan
2 R 2
t 2
( L5 2  l 5 2 )
5aL 2g
Karena itu waktu yang diperlukan seluruh air keluar
kerucut, l  0 ,

 R2 2l
t (l  0)  T 
5a g
6.3 Persamaan Diferensial Orde Dua
Bentuk umum persamaan diferensial linier orde dua diberikan oleh:
y " p ( x) y ' q ( x ) y  r ( x ) (6.18)
Seperti persamaan diferensial orde satu, pers.(6.18) ini disebut persamaan diferensial
orde dua homogen jika r ( x)  0 , dan tak homogen jika r ( x)  0 . Dalam menentukan
solusi persamaan persamaan diferensial orde dua ini kasus p , q konstan dan fungsi dari
x akan diperlakukan secara terpisah.
6.3.1 Prinsip Superposisi
Sebelum membahas solusi persamaan diferensial di atas kita bahas terlebih dahulu
sifat umum solusi bersangkutan. Untuk itu perhatikan persamaan diferensial orde
dua homogen berikut
y " p ( x) y ' q ( x) y  0 (6.19)
Solusi umum dari persamaan diferensial diatas akan memenuhi prinsip umum
yang disebut prinsip superposisi. Prinsip ini dinyatakan dalam dua teorema
berikut.
Teorema 1. Kumpulan dari semua solusi persamaan diferensial linier homogen
berorde n membentuk ruang vektor n dimensi.
Sebagai contoh, jika y1 ( x) dan y2 ( x) adalah dua solusi bebas dari pers.(6.19)
diatas maka
y( x)  c1 y1 ( x)  c2 y2 ( x) (6.20)

dengan c1 dan c2 konstanta sembarag, juga solusi dari pers.(6.19).

Teorema 2. Syarat perlu dan cukup bahwa solusi y1 ( x) dan y2 ( x) , dari


persamaan diferensial orde dua homogen, bebas linier adalah
y1 y2
 y1 y '2  y2 y '1  0 (6.21)
y '1 y '2

Determinan ini disebut workskian.


6.3.2 Persamaan Homogen Koefisian Konstan
Bila persamaan diferensial orde dua (6.19) mempunyai kofisien konstan
p( x)  po dan q( x)  qo , yakni

y " po y ' qo y  0 (6.22)


maka persamaan ini dapat ditulis sebagai
( D 2  po D  qo ) y  0 (6.23)

d
dengan D adalah operator linier D  . Persamaan Aljabar
dx
D 2  po D  qo  0 (6.24)
disebut persamaaan karakteristik atau persamaan bantu. Penyelesaian pers.(6.22)
tidak lain adalah penyelesaian pers.(6.24) yang mempunyai tiga macam kasus
bergantung pada akar-akar persamaan kuadratik ini.n. ketiga macam dua akar
tersebut adalah
i. Riel dan berbeda
ii. Riel tetapi sama
iii. Pasangan sekawan kompleks
Kasus dua akar riel dan berbeda. Misalkan, a dan b adalah akar dari pers.(6.24),
yaitu
( D  a )( D  b)  0 (6.25)
Ini berarti pers.(6.2.2) dapat ditulis sebagai
( D  a )( D  b) y  0 (6.26)
atau
( D  a) y1  0 (6.27a)
dan
( D  b) y 2  0 (6.27b)

Menggunakan pers.(6.8) homogen dan solusi (6.10), didapatkan


y1 ( x)  c1e ax dan y2 ( x)  c2 ebx (6.28)
Dan, menurut teorema 1 solusi persamaan diferensial orde dua (6.22) adalah
jumlah dari kedua solusi diatas,
y ( x)  y1 ( x)  y2 ( x)  c1e ax  c2ebx (6.29)
dengan c1 dan c2 konstanta sembarang. Selanjutnya, Wronskian bagi y1 dan y2
diberikan oleh
c1eax c2ebx
ax bx
 c1c2e( a b ) x (b  a)  0 (6.30)
c1ae c2be

karena a  b . karena itu, y1 dan y2 bebas linier

Kasus dua akar riel dan sam. Dalam kasus ini a  b , karena itu pers.(6.26)
menjadi
( D  a )( D  a ) y  0 (6.31)

Salah satu solusinya diperoleh dari ( D  a) y1  0 yaitu

y1 ( x )  c3e ax (6.32)
Selanjutnya harus dicari solusi lainnya yang bebas linier. Misalkan
u  ( D  a) y2 (6.33)
maka pers.(6.31) menjadi
( D  a )u  0 (6.34)
Jelaslah
u ( x)  c4 e ax (6.35)
Dengan demikian pers.(6.33) menjadi
( D  a ) y2  c4e ax (6.36)
Bandingkan terhadap pers.(6.8) dengan solusinya (6.13) maka pers.(6.36)
mempunyai solusi
y2  e ax  e  ax (c4 e ax )dx  c5e ax
y2  e ax c4 x  c5e ax (6.37)
y2  (c4 x  c5 )e ax

dengan c4 dan c5 adalah konstanta sembarang. Dengan demikian, solusi


umumnya menurut teorema 1,
y  y1  y2  (c1 x  c2 )e ax (6.38)

dengan C1 dan C2 konstanta sembarang yang nilainya ditentukan oleh syarat


batas persoalan yang kita tinjau.
Kasus akar-akar pasangan sekawan kompleks. Kasis ini ekivalen dengan kasus
pertama jika b  a * ; dan pers.(6.26) menjadi
( D  a )( D  a*) y  0 (6.39)
dan solusinya
y ( x)  c1e ax  c2e a*x (6.40)
Contoh 6.9: selesaikan persamaan
y " y ' 2 y  0
Jawab: Persamaan karakteristik yang bersesuaian dengan persamaan diferensial
diatas adalah
D2  D  2  0
atau
( D  1)( D  2)  0
Sehingga persamaan diferensial semula dapat ditulis sebagai
( D  1)( D  2) y  0
dan dua solusinya
y1 ( x)  c1e x dan y2 ( x )  c2e 2 x

Karena itu, solusi umumnya diberikan oleh


y ( x )  c1e x  c2e 2 x

Contoh 6.10: selesaikan persamaan


y " 2 y ' y  0
Jawab: persamaan diferensial ini dapat ditulis sebagai
( D  1)( D  1) y  0
yakni persamaan diferensial dengan persamaan karakteristik berakar sama 1.
Solusinya diberikan oleh
y ( x)  (c1 x  c2 )e x

Contoh 6.11: Massa m diikat pada pegas berkonstanta k dan disimpangkan dari
posisi setimbangnya sejauh x. bila kemudian massa m ini dibiarkan lepas dan
bergerak, tentukan simpangan massa m setiap saat.
Jawab: Gaya oleh pegas adalah melawan tarikan ketika di sebelah kanan atau
tekanan ketika di sebelah kiri posisi setimbang
F  kx
Sedangkan menurut hokum kedua newton,
d 2x
F m
dt 2
Dengan demikian persamaan gerak system pegas diatas diberikan oleh
d 2x
m  kx
dt 2
Penulisan dalam bentuk standar persamaan ini
d 2x k d 2x
2
 x  2  2x  0
dt m dt
dengan  2  k m . persamaan ini dapat diuraikan lebih lanjut menjadi

d  d 
  i   i  x  0
 dt  dt 
Karena itu, solusi umumnya berbentuk
x(t )  c1eit  c2e  it

atau
x(t )  C1 cos t  C2 sin t
6.3.3 Persamaan Takhomogen Koefisien Konstan
Persamaan takhomogen dengan koefisien konstan merupakan perluasan dari
pers.(6.22), yaitu
y " Po y ' qo y  r ( x) (6.41)
Solusi umumnya merupakan penjumlahan dari dua solusi yaitu solusi persamaan
homogen yh dan solusi khusus takhomogen yk ,
y( x)  yh ( x)  yk ( x) (6.42)
Solusi homogen telah kita bahas di depan, sekarang kita bahas prosedur umum
untuk mendapatkan solusi takhomogen yakni dengan metoda integrase beruntun
(successive integration). Metoda ini berlaku untuk ketiga kasus akar-akar
persamaan karakteristik terdahulu.
Dalam metoda ini, pertama pers.(6.41) kita tuliskan dalam bentuk
( D  a )( D  b) y  r ( x ) (6.44a)
dengan a dan b adalah akar-akar persamaan karakteristik. Selanjutnya kita
misalkan
( D  b)  u (6.44b)
maka pers.(6.43) menjadi
( D  a )u  r ( x ) (6.44c)
yang solusinya sudah kita kenal dengan baik yaitu
u  eax  e ax r  x  dx  C1e ax (6.44d)

Sehingga ,
( D  b) y  u  e ax  e  ax r  x  dx  C1e ax (6.44e)

y  ebx  e bxu  x  dx  C2e ax (6.45)

Contoh 6.12 : selesaikan peramaan


y '' 2 y ' y  cos 3 x

Jawab : persamaan diferensial di atas dapat ditulis sebagai


(D  1)( D  1) y  cos 3 x
Solusi antaranya ,u
u  e x  e x cos 3xdx  C1e x

Menggunakan hubungan (buktikan!)


e mx (n sin nx  m cosnx)
 e cosnxdx 
mx

m  n2
2

e mx (m sin nx  n cosnx)
e sinnxdx 
mx

m  n2
2

Maka
 e x (3sin 3 x  cos 3 x) 
u ( x)  2e x  2e x    C1e
x

 10 
3 1
 sin 3x  cos 3 x  c1 e x
5 5
Ini berarti persamaan (D-1)(D-1)y=cos 3x sekarang dapat ditulis menjadi
3 1
( D  1) y  sin 3 x  cos 3 x  c1 e x
5 5
Solusi diberikan oleh :
 3 1 
y  e x   e x sin 3 xdx   e  x cos 3xdx  c1  dx   c2e x
 5 5 
 3 x 1 x 
 e ( sin 3 x  cos 3 x) e (3sin 3 x  cos 3 x) 
 e 5
x
5  C1 x   C2 e x
 10 10 
 
2 4
  sin 3 x  cos 3 x  (c1 x  c2 )e x
25 24

Dari contoh di atas tampak bahwa solusi homogen keluar dengan sendirinya
ketika menentukan solusi takhomogen.
6.3.4 Persamaan TakHomogen Koefisien Fungsi
Sekarang kita kembali pada kasus paling umum pers.(6.18)
y '' p (x) y' q(x) y  r(x) (6.18)
Dan menguraikan metode penyelesainnya yakni metode variasi parameter yang
dikembangkan oleg lagrange.didalam metode ini solusi diasumsikan berbentuk
y(x)  u(x) y1 (x)  v(x) y2 (x) (6.46)
Dengan y1 dan y2 merupakan solusi persamaan homogen
y1'' P (x) y1' q ( x) y1  0
(6.47)
y 2 '' P (x) y 2 ' q ( x) y2  0

Sedangkan u(x) dan v(x) adalah fungi yang belum diketahui pesr (6.46) memberi
y '  u ' y1  uy1 ' v ' y2  vy2 '
(6.48)
 (uy1 ' vy 2 ')  (u'y1  v ' y2 )

Karena fungsi u(x) dan v (x) merupakan fungsi sembarang maka dapat dipilih
yang memenuhi
u ' y1  v ' y2  0 (6.46a)
Sehingga
y '  uy1 ' vy2 ' (6.48a)
Dan
y ''  u ' y1 ' uy1 '' vy2' vy2 '' (6.49)

Subsitusikan pers. (6.46),(6.48a)dan (6.49) kedalam pers (9.18) didapatkan


r ( x)  u ' y1  uy1 '' v ' y2  vy2 '' puy1' pvy2 ' quy1  qvy2
(6.50)
 u ( y1 '' py1 ' qy1 )  v(y 2 '' py2 ' qy2 )  u ' y1 ' v ' y2 '

Selanjutnya menggunakan pers (6.47),maka pers (6.50) tereduksi menjadi


r ( x)  u ' y1 ' v 'y2' (6.51)
Dengan demikian kita mempunyai dua mempunyai dua persamaan untuk u’(x)
dan v’(x) yaitu pers.(6.15) dan (6.46a)

y1 u' y 2 'v'  0
y1 u' y 2 'v'  r ( x)

Solusi dari dua persamaan ini diberikan oleh


 0 y2 ( x ) 
 
u '( x)  
r (x) y2 '( x)  y ( x)r ( x)
 2
 x
(6.52a)
 y1 ( x) 0 
 
v '( x )   y1'(x) r( x)  y ( x)r ( x)
 1
 x

Dengan  adalah Wronskian dari y1 dan y2


y y2 
 1   w( y1, y2 )
 y1 ' y2 ' 

(6.52b)
Maka,didapatkan
y2 ( x ) r ( x )
u ( x)    dx
w( y1 , y2 )
y1 ( x)r ( x)
v( x)    dx
w( y1 , y2 )
(6.52C)
Subtitusi kembali hasil ini ke dalam pers.(6.46),didapatkan solusi bagi persamaan
diferensial (6.18)
y2 ( x ) r ( x ) y ( x) r ( x)
y ( x)   y1 ( x)  dx  y2 ( x)  1 dx (6.53)
w( y1 , y2 ) w( y1 , y2 )
Contoh 6.13: selesaikan persamaan
x 2 y '' 2 xy ' 2 y  x ln x, x  0
Jawab : Bentuk standar persamaan diferensial di atas diberikan
2 2 ln x
y '' y ' 2 y 
x x x
Dua solusi homogennya adalah y1=x dan y2=x2maka Wronskian Bersangkutan
 y y2   x x2 
w( y1 , y2 )   1  x
2

 y1 ' y2 '   1 2x 
Solusi sesungguhnya , menggunakan pers (6.53),diberikan oleh :
x 2 (lnx/ x) I ln x
y ( x)   x  2
dx  x 2  2 dx
x x
ln x I ln x
  x dx  x 2  2 dx
x x
1  ln x 1 
  x{ (ln x) 2  c1}  x 2    c2 
2  x x 
1 
  x  (ln x) 2  ln x  1  c2 x 2  c1 x
2 
Bila y1 dan y2tidak mudah didapatkan , Teknik umum untuk mendapatkan solusi
persamaan diferensial di atas adalah menggunakan metode deret atau biasa
disebut metoda frobenius yang akan diberikan pada bab mendatang.
6.4 Soal Latihan
1. Klasifikasikan (orde,homogenitas,linearitas,jenis koefisien) persamaan diferensial
berikut :
A. (k  y ) y '' xy ' x  e
2 x

d 2 g
2
 sin   0
B. dt I
x
C. y ' e y  x  0
3

x
D. y ' e y  x  0
3

E. y '' ( y ')  xy  0
2

F. yy '' xy ' e  0
x

2. Tentukan Solusi Umum persamaan diferensial berikut


dy
(2 x 3  3 x 2 y  y 3 )  dx 3  x 2 y  3xy 2
A. dx
dy
2 xy  y 2  a  2bx
B. dx

C. x( x  2 y ) dx  y(2 x  y )dy  0
2 2 2 2

dy
x ( y 2  2)  ( x  1)( y 2  1)
D. dx
3. Tentukan solusi umum persamaan diferensial berikut

A. y '  ky
B. y '  mx  ny
C. xy ' 3 y  4 x
3 x
D. y ' 8 y  x  e  0

E. y ' y  xy  0
2

3 1
1
y ' y  2x 2 y 2
F. x
4. Tentukan solusi khusus dengan kondisi yang diberikan pada setiap persamaan berikut

A. y '  y ; y(0)  1
2

B. y '  e , y(0)  0
y

C. e ( y ' 1)  1, y(0)  1
y
dv v
5. Dalam bentuk diferensial hukum gas boyle diberikan oleh   tentukan
dp p
persamaan diferensial tersebut.
6. Hukum Kirchhoff memberikan persamaan diferensial bagi arus I di didalam
rangkaian RC,
dl I
R  0
dt C
Tentukan
a. Arus setiap saat
b. Arus semula dan pada t=100 det untuk kapasitansi 104  F dimuati 100 volt
dan melalui resistansi 1M 
7. Laju reaksi kimia tertentu A  B  C sebanding dengan konsentrasi reaktan A dan B ,
dC (t )
 a ( A(0)  C (t )(b(0)  C (t ))
dt
Tentukan

a. C (t )untukA(0)  b(0)
b. C (t )untukA(0)  B (0) ; syarat awal adalah C(0)=0
8. Setelah dua hari,10 gram bahan radioaktif tersisa ,tiga hari kemuadian bahan tinggal
5. Tentukan jumlah bahan:
a. Semula
b. Setelah 10 hari
9. Gerak benda jatuh di dalam medium penghalang diberikan oleh :
dv
m  mg  bv
dt
Tentukan
a. Kecepatan benda setiap saat.
b. Kecepatan maksimum benda ; bila kecepatan awal benda v(0)=0
10. Permukaan setengah bola berjari jari R diisi air air penuh.pada permukaan dasar

terdapat lobang kecil deluas dan air keluar dengan kecepatan v  2 gl dengan I
adalah tinggi air setiap saat dari permukaan dasar. Tentukan
a. Tinggi air setiap saat sejak air penuh (t=0)
b. Waktu yang diperlukan seluruh air keluar wadah setengah bola.

11. Roket bermassa m secara konstan mengeluarkan massanya dengan kecepatan konstan
u relatif terhadap roket.tentukan laju roket sebagai fungsi dari massanya bila gaya
gravitasi diabaikan dan
dv
a. Kecepatan rendah v <<c dan memenuhi persamaan diferensial m  u
dm

dv  v2 
b. Efek relativistas tidak dapat diabaikan dan m  u  1  2  massa semula
dm  c 
roket m0
12. Tentukan solusi umum persamaan diferensial berikut :
A. y '' y ' 12 y  0 y '' y ' 6 y  4e  x
B. y '' 8 y ' 16 y  0
C. y '' 2 y '  2 y  0
D. y '' y' 6 y  4 e  x
E. y '' y ' 2 y  x 3
d  2 dv 
F. r 0
dr  dr 
13. Bentuk umum persamaan diferensial Euler orde dua diberikan oleh
d2y dy
a2 x 2 2
 a1 x  a0 y  f ( x)
dx dx
Persamaan tersebut dapat disederhanakan dengan pergantian variable x=ez selanjutnya
dari persamaan antara ini persamaan diferensial dapat diselesaikan .terapkan prosedur
tersebut (i.pergantian variable,ii menentukan solusi) untuk persamaan
d2y dy
A.x 2
2
 x  6y 1
dx dx
2
d y dy
B.x 2 2  3 x  3 y  0
dx dx
2
d y dy
C.x 2 2  x  4 y  0
dx dx
d2y dy
D.x 2 2
x yx
dx dx
2
d y dy
E.3 x 2 2  4 x  2 y  6 x 2
dx dx
2
d y dy
F .x 2 2  x  y  ln x
dx dx
1 2
14. Persamaan Schrodinger satu dimensi bagi partikel di alam potensial v( x)  kx
2
adalah
h2 d 2 1 2
  kx   E
2m dx 2 2
a. Sederhanakan persamaan tersebut kedalam variable   ax dan tetapan 
1 1
dengan a  (mk / h 2 ) 4 dan   2 E ) m / k ) 2 / h

b. Bila ( )  y( )e , tentukan persamaan diferensial bagi y ( )


2/2

15. Persamaan diferensial bagi lintasan planet di sekitar matahari diberikan dalam
kooerdinat polar ,
d  1 dr  1
    k
d  r 2 d   r
Tentukan
a. Persamaan diferensial dalam u dengan u=1/r
b. Solusi persamaan diferensial di atas

Anda mungkin juga menyukai