Anda di halaman 1dari 40

1

Integral Garis

Konsep luas pada bidang datas, biasanya sering digunakan untuk mendefinisikan integral
tertentu, atau sering dikenal dengan jumlah Reimaan. Demikian pula, sebagai ilustrasi
untuk mendefinisikan integral suatau medan vektor, akan digunakan konsep usaha atau
kerja yang dilakukan oleh sebuah medan vektor gaya sepanjang garis lurus, khususnya
medan vektor gaya dalam ruang dimensi dua atau tiga.

Andaikan F(x,y,z) adalah medan gaya yang bekerja pada suatu titik (x,y,z), dan diberikan
oleh,

F(x,y,z) = M(x,y,z)i + N(x,y,z)j + R(x,y,z)k

dengan M, N, dan R fungsi-fungsi dari x, y, dan z yang kontinu. Andaikan, W adalah kerja
yang dilakukan oleh medan gaya F untuk memindahlan suatu partikel sepanjang kurva
mulus sederhana C. Andaikan pula bahwa, r = xi + yj + zk adalah vektor posisi untuk titik
P(x,y,z) pada kurva C, seperti yang terlihat pada Gambar 4.3.1.

z
F
B
T

r
A y
x

Gambar 4.3.1.

dr
Jika T adalah vektor singgung satuan, di P, komponen singgung F di P adalah FT.
ds
Dengan demikian kerja W yang dilakukan medan gaya F sepanjang kurva mulus sederhana C
dengan jarak s diberikan oleh :

W  FT s

Bilamana kerja W yang dilakukan sepanjang kurva C dari titik A sampai dengan titik B,
maka kerja W yang dilakukan oleh medan gaya F sepanjang kurva mulus sederhana C
didefinisikan oleh,

W= C F  T ds
dt
Mengingat, T = , maka kerja W dapat ditulis menjadi,
dr ds
dt
W=  dr dt
C F ds
= C
209
dt ds
F  dr

209
Selanjutnya, karena dr = dx i + dy j + dz k, dan F = M i + N j + R k, maka

F dr = (M i + N j + R k)(dx i + dy j + dz k)

= M dx + M dy + R dz

maka kerja W yang dilakukan oleh medan gaya F sepanjang kurva mulus sederhana C
diberikan oleh,

W= C F = C M dx  N dy  R dz
dr

Rumus integral pada bagian ruas kanan diatas dikenal dengan istilah integral garis. Rumus
diatas juga dapat dikembangkan untuk fungsi medan gaya pada ruang dimensi dua. Dengan
demikian usaha W yang dilakukan oleh medan gaya, F(x,y) = M(x,y)i + N(x,y)j, sepanjang
kurva mulus sederhana C dalam bidang diberikan oleh,

W= C F = C M dx  N dy
dr

Sedangkan untuk menghitung integral garis diatas dapat dialkukan dengan beberapa
pendekatan. Untuk lebih jelasnya sebagai ilustrasi perhitungan integral garis diatas,
perhatikanlah contoh berikut ini.

Contoh 4.3.1.
Misalkan suatu partikel bergerak dari titik (0,0) ke titik (2,4). Hitunglah kerja total yang
dilakukan oleh medan gaya :
2 2 2
F(x,y) = (x + xy )i + (x y + 2y)j,
bilamana, kurva C adalah berbentuk kurva paraboloida, y = x2. Asumsikanlah jarak diukur
dalam meter, dan medan gaya dalam newton.
Penyelesaian
Perhatikanlah skesa grafik parabola seperti
pada Gambar 4.3.2, Dalam bentuk persamaan 4 y = x2
parameter persamaan parabola, y = x 2

diberikan oleh :
x = t, y = t2, 0 ≤ t ≤ 2.
Dengan demikiam persamaan fungsi vektor
dari parabola y = x2 adalah, x
r(t) = ti + t j
2
2
dan Gambar 4.3.2
r(t) = i + 2t j
Dengan persamaan parameter tersebut, medan vektor F dapat ditulis menjadi,
2 2 2 22 2
F = (t + (t)(t ) )i + (t t + 2t )j,
2 5 4 2
= (t + t )i + (t + 2t )j,

Menurut definisi, oleh karenanya kerja W yang dilakukan oleh medan vektor F sepanjang
kurva C diberikan oleh :

210
(2,4)
W= F  dr
(0,0)
2 4 2
=
 0 (t 2  5t )i (t + 2t )j  (i + 2t j)dt
2 +
=
 0 (t 2  3
 3t ) dt
5

1 1 2
= 3 t t  6 
3 

4 t
2
0
8
=  16  32
3
152
= 3
152
Jadi kerja total yang dilakukan medan gaya F sepanjang kurva C adalah Joule .
3

Pendekatan lain yang dapat digunakan untuk menghitung kerja total diatas adalah dengan
menggunakan rumus :
M dx  N dy
W= C
2 2 2
(x  xy ) dx  (x y  2 y) dy
= C
Dengan rumus diatas, ambil variabel x sebagai parameter, dan substitusikan :
2
y=x ,
dy = 2x dx
dengan 0 ≤ x ≤ 2.

Jadi, integral garis diatas dapat dihitung pula dengan cara sebagai berikut yaitu,
2 2 2
W= C (x  xy ) dx  (x y  2 y) dy
2 2 2 2 2 2 2
=
0 ( x  x( y ) )dx  (x x  2x ) (2x dx)
2 2 3 5
=
0 ( x  4x  3x ) dx

1 3 1
= x 2
 3  x4  6 
 
x
2
0
8
=  16  32
3
152
= 3
152
Jadi kerja total yang dilakukan medan gaya F sepanjang kurva C adalah Joule .
3

Perhatikanlah bahwa, baik menggunakan variabel x atau t sebagai parameter jedua variabel

211
menghasilkan hasil akhir yang sama, karena lintasannya sama. Dengan demikian integral
garis nilainya tidak tergantung pada variabel yang digunakan. Dengan demikian
pendekatan kerja total dapat digunakan untuk mendefinisikan integral garis. Berikut ini
disajikan secara formal dari definisi integral garis.

212
Andaikan C adalah suatu kurva pada ruang dimensi tiga yang diberikan oleh persamaan
vektor :
z
r(t) = x(t) i + y(t) j + z(t)k a≤t≤b F B

sedemikian rupa sehingga x(t), y(t), dan z(t) C


kontinu pada interval tertutup a ≤ t ≤ b. A r
Lihat Gambar 4.3.3. Misalkan pula F adalah y
medan vektor yang didefinisikan oleh,

F(x,y,z) = M(x,y,z)i + N(x,y,z)j + R(x,y,z)k x


Gambar 4.3.3
dimana M, N, dan R fungsi dari x, y, dan z
yang kontinu. Maka integral garis F sepanjang kurva C didefinisikan oleh,

C F  = C F(r(t))  r(t) dt
dr
=  (M x + N y’ + R z’) dt
C

Bilamana dr = dx i + dy j + dz k, maka integral garis diatas dapat dituliskan menjadi,

C F  dr = C M (x,y,z)dx + N(x,y,z)dy + R(x,y,z)dz

Selanjutnya, andaikan C adalah suatu kurva pada ruang dimensi dua yang diberikan oleh
persamaan vektor :
y
r(t) = x(t) i + y(t) j a ≤ t ≤ b F B

sedemikian rupa sehingga x(t), dan y(t) C


kontinu pada interval tertutup a ≤ t ≤ b. A
Lihat Gambar 4.3.4. Misalkan pula F adalah r
medan vektor yang didefinisikan oleh, x

F(x,y) = M(x,y)i + N(x,y)j Gambar 4.3.4

dimana M, dan N fungsi-funsgi dari x, dan y yang kontinu. Maka integral garis F sepanjang
kurva C didefinisikan oleh,

C F  = C F(r(t))  r(t) dt
dr
= C M (x(t), y(t)) x(t) dt + N(x(t),y(t)) y(t) dt
Bilamana dr = dx i + dy j, maka integral garis diatas dapat dituliskan menjadi,

C F  dr = C M (x,y)dx + N(x,y)dy

213
Contoh 4.3.1
Hitunglah integral garis dari, C F  dr , jika F = x2yi + (x2 – xy)j, apabila C adalah segmen
garis lurus dari (–1,1) ke (0,0) dan busur parabola dari (0,0) sampai dengan (2,4)
Penyelesaian
Perhatikanlah sketsa grafik kurva C seperti y
terlihat pada gambar. Dari sketsa pada 4 (2,4)
Gambar 4.3.5, terlihat bahwa lintasan kurva
C terdiri atas busur-busur sederhana C1
dan C2. Segmen busur C1 adalah garis lurus, (-1,1)
C2 y = –x, dan
2
C2 adalah busur parabola y = x . 1
Dengan demikian untuk menghitung integral C1
garisnya harus dihitung atas dua segmen garis
tersebut. Oleh karenanya integral garis dari –1 2 x
(-1,1) ke (2,4) diberikan oleh : Gambar 4.3.5

C F 
dr = C F  dr + C F
=  (1,1
(0,0) F 
+  (0,0) F  dr
(2,4)
dr ) dr
1 2
Menghitung, C F  dr
1
Untuk menghitung integral garis sepanjang busur C1, pada Gambar 4.3.5, yakni y = –x dari
(–1,1) ke (0,0) substitusikanlah :

y = –x, dan dy = –dx, –1 ≤ x ≤

0 Dengan demikian dihasilkan,

C1 F  dr = (1,1)
(0,0) F 
=  (1,1
(0,0) 2 2
x y dx  ( x  xy) dy
dr )
0 2 2
= x (x) dx  (x  x(x)) (dx)
 1
0 2 3
=
 1 (2x  x ) dx

2 1
=
 4  0
x 3

3 x4
1
2 1 11
= 3  4 = 12

Menghitung,  C 2 F  dr
Untuk menghitung integral garis sepanjang busur C2, pada Gambar 4.3.5, yakni y = x2 dari
(0,0) ke (2,4) substitusikanlah :
214
y = x2, dan dy = 2x dx, 0 ≤ x ≤ 2

Dengan demikian dihasilkan,

215
(2,4)
C2 F  dr =
 (0,0) F  dr
(2,4) 2 2
= x y dx  ( x  xy) dy
 (0,0)
2 2 2 2 2
= x ( x ) dx  (x  x(x )) (2xdx)
0
2 3 4
=
 0 (2x  x ) dx

2 1
= x 2
 5 
4 
4 x
5
0
32 32 32 8
= 4  5 = 20 = 5

Jadi integral garis dari, x2y dx+ (x2 – xy)dy, atas kurva C pada gambar 4.3.5 adalah,
(2,4) x 2 y dx  ( x2  xy) dy
C F  =  (1,1)
dr 2 2 (2,4) 2 2
=  (0,0)
(1,1
x y dx  ( x  xy) dy +
 (0,0) x y dx  ( x  xy) dy
)
11 8 55  151
= 12 + 5 = = 60
96
60

Contoh 4.3.2
Hitunglah integral garis,
2 2
=
C F   C (2x  y ) dx  3xy dy ,

dr
dari (0,0) ke titik (1,1) bilamana C adalah sembarang kurva yang berbentuk :
(a). Garis lurus dari (0,0) ke (1,1)
(b). Parabola, y = x2, dengan 0 ≤ x ≤ 1
(c). Persamaan parameter, x = t2, y = t3 dengan 0 ≤ t ≤
1. Penyelesaian
Kasus pertama garis lurus. y
Perhatikanlah sketsa kurva C yang y=x
berbentuk garis lurus, y = x.
pada Gambar 4.3.6. Oleh karena
itu substitusikanlah,

y = x, dan dy = dx, 0 ≤ x ≤ 1 0 1 x
Gambar 4.3.6.
Sehingga dihasilkan,
d
C F   r=
(1,1)
(0,0)

216
(2x
2 2
 y ) dx  3xy dy
1 2 2
= (2x  (x) ) dx  3x(x) dx
0
1
= 4x 4 31 4
dx =
2 
=
0 x 0 3

3

217
Kasus kedua, parabola y = x2 y
Perhatikanlah sketsa grafik parabola y = 1 y = x2
x2 seperti terlihat pada Gambar 4.3.7.
Oleh karena itu untuk menghitung
integral garis atas kurva tersebut
substistusikanlah,

y = x2, dan dy = 2x dx, 0 ≤ x ≤ 2 x


0 1
Sehingga dihasilkan, Gambar 4.3.7
2 2
C F  =  (0,0)
(1,1) (2x  y ) dx  3xy dy
dr
1 2 2 2 2
= (2x  (x ) ) dx  3x(x ) (2x dx)
 01
2 4
=
 0 (2x  5x ) dx
2 3 1
5 2 5
1 =
= x x  3 3
3 =
0

Kasus ketiga, persamaan parameter,


Untuk persamaan parameter, x = t2, y = t3 dengan 0 ≤ t ≤ 1. Untuk menghitung itegral
garisnya subsititusikanlah :
x = t2, dx = 2t dt
y = t3, dy = 3t2 dt
dengan 0 ≤ t ≤ 1. Sehingga dihasilkan,
2 2
C F  =  (0,0)
(1,1) (2x  y ) dx  3xy dy
dr
1 2 2 3 2 2 3 2
= (2(t )  (t ) ) (2tdt)  3(t )(t ) (3t dt)
 01
5 7
= (4t  7t ) dt
0
46 71 8  4 7 37

 t=   =
= t 8 0 6 8 24
6

Contoh 4.3.3
Hitunglah integral garis,
2
=
C F   C 2xy dx  ( y  xz) dy  2 yz dz

dr
dari titik (0,0,0) ke titik (1,2,1). Bilamana C adalah kurva yang berbentuk.
(a). Garis lurus dari (0,0,0) ke (1,2,1)
218
(b). Persamaan vektor, r(t) = t i + 2t2j + t3 k, 0 ≤ t ≤ 1.
Penyelesaian
Kasus pertama, lintasan C garis lurus. Persaman garis lurus dari (0,0,0) ke titik (1,2,1),
dalam bentuk persamaan parameter adalah,

x = t, y = 2t, z = t, 0 ≤ t ≤ 1

219
Sehingga dihasilkan, dx = dt, dy = 2 dt, dz = dt. Dengan mensubsitusikan pada persamaan
integral garis dihasilkan,
2
C F  =  (1,2,1)
(0,0,0)
2xy dx  ( y  xz) dy  2 yz dz
dr
1 2
= 2(t )(2t) dt  ((2t)  (t)(t) 2dt  2(2t)(t) dt
0
1 2
= 10t
10 3  10
dt  =
t
1 = 3
0  
3 
0

Kasus Kedua. Untuk lintasan C berbentuk persamaan vektor r(t) = t i + 2t2j + t3 k, 0 ≤ t ≤ 1.


Ambil sebagai persamaan paramaternya adalah,

x = t, y = 2t2, z = t3,

maka dihasilkan, dx = dt, dy = 4t dt, dz = 3t2 dt. Dengan mensubsitusikan hasil diatas pada
persamaan integral garis dihasilkan,

C F  =  (1,2,1)
(0,0,0)
2xy dx  ( y
2
 xz) dy  2 yz dz
dr
1 2 2 2 3 2 3
= 2 2(t )(2t ) dt  ((2t )  (t)(t )) (2t dt)  2(2t )(t ) (3t
 dt) 0 1 3 5 7
=
 0 (4t  2t 12t ) dt


= t 1 3 1
4  t  8
6
 t  0
 3 2
1 3 17
= 1  =
3 2 6

Dari kedua contoh diatas terlihat bahwa untuk lintasan C yang berbeda menghasilkan nilai
integral garis yang berbeda, baik integral garis dalam bidang maupun integral garis dalam
ruang. Pada kasus demikian nilai integral garis tergantung pada lintasan yang digunakan.
Sedangkan pada kasus berikut ini, nilai integral garis tidak tergantung pada lintasannta.
Untuk lebih jelasnya perhatikanlah contoh berikut ini.

Contoh 4.3.4
Hitunglah integral garis,
2 2 2
=
C F   C (2x  xy ) dx  (4 y  x y) dy

dr
dari titik (0,0) ke titik (2,4). Bilamana C adalah kurva yang berbentuk.
(a). Garis lurus y = 2x dari (0,0) ke (2,4)
220
(b). Parabola, y =
x2. Penyelesaian
Kasus pertama garis lurus.
Untuk kurva C berbentuk garis lurus y = 2x, untuk menghitung integral garisnya ambil
sebagai persamaan paramternya adalah, x = t, y = 2t, 0 ≤ t ≤ 2. Dengan mensubtitusikan x =
t, dx = dt, y = 2t, dan dy = 2dt, maka dihasilkan :

221
2 2 2
C F  =  (0,0)
(2,4) 2x
(
xy ) dx  4 y  x y) dy
dr 2  (
= (2(t 2
 0 )  t(2t)2 ) (dt)  (4(2t)  (t)2 (2t)) (2dt)
2 2 3
= (16t  2t  8t )

dt
0

= 8t 2
2 t 2 4 2


3 t 
 0
3
16 16
= 32 + - 32 =
3 3

Kasus kedua, parabola y = x2

Untuk kurva C berbentuk garis parabola,y = x2, untuk menghitung integral garisnya ambil
sebagai persamaan paramternya adalah,

x = t, y = t2, 0 ≤ t ≤ 2.

Dengan mensubtitusikan x = t, dx = dt, y = t2, dan dy = 2t dt, maka dihasilkan :

(2,4) 2 2 2
C F  =
 (0,0) (2x  xy ) dx  (4 y  x y) dy
dr 2 2 2 2 2 2 2
=
 0 (2(t)  t(t ) ) (dt)  (4(t )  (t) (t )) (2t dt)
2 2 3 5
=
 0 (2t  8t  3t ) dt

2 1
= t 2
 2t  6 
3 4 
3 t
2
0
16 16
= + 32 - 32 =
3 3

Contoh 4.3.5
Hitunglah integral garis,
3 2 2 2
=
C F  C (4x  xy ) dx  y(2z  x ) dy  ( y  z) dz

dr
dari titik (0,0,0) ke titik (1,1,2). Bilamana C adalah kurva yang berbentuk.
(a). Garis lurus dari (0,0,0) ke (1,1,2)
(b). Persamaan vektor, r(t) = t i + t2 j + 2t3 k, 0 ≤ t ≤ 1.
Penyelesaian

222
Kasus pertama, lintasan C garis lurus. Persaman garis lurus dari (0,0,0) ke titik (1,1,2),
dalam bentuk persamaan parameter adalah,
x = t, y = t, z = 2t, 0 ≤ t ≤ 1

Sehingga dihasilkan, dx = dt, dy = dt, dan dz = 2dt. Dengan mensubsitusikan pada persamaan
integral garis dihasilkan,

223
C F  =  (0,0,0)
(1,1,1) (4x 3 2 2
 xy ) dx  y(2z  x ) dy  ( y
2
 z) dz
dr
1 3 2 2 2
= (4t  t(t )) dt  t(4t  t ) dt  (t  2t) (2dt)
 01
3 2
= (2t  6t  4t) dt
0
1
= t 1
 2t 2 2 
4 3


2 t
0
1 9
= +2+2=
2 2

Kasus Kedua. Untuk lintasan C berbentuk persamaan vektor r(t) = t i + t2j + 2t3 k, 0 ≤ t ≤ 1.
Ambil sebagai persamaan paramaternya adalah,

x = t, y = t2, z = 2t3,

maka dihasilkan, dx = dt, dy = 2t dt, dz = 6t2 dt. Dengan mensubsitusikan hasil diatas pada
persamaan integral garis dihasilkan,

C F  =  (0,0,0)
(1,1,1) 3 2
(4x  xy ) dx  y(2z  x ) dy  ( y
2 2
 z) dz
dr
1 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2
= (4t  t(t ) ) dt  t (4t  t ) (2tdt)  ((t )  2t ) (6t dt)
 01
3 5 6
=
 0 (4t  9t 14t ) dt

= t 3 1
4  t  2 7
6 t 
 0
 2
=1+ 3 9
+2=
2 2

Dari kedua contoh terakhir ini terlihat bahwa untuk lintasan C yan berbeda menghasilkan
nilai integral garis yang sama, baik untuk kasus integral garis dalam bidang maupun
integral garis dalam ruang. Pada kasus demikian ini, nilai integral garis tidak tergantung
pada lintasan C yang digunakan. Integral garis semacam kasus ini disebut dengan
kebebasan lintasan integral garis. Kasus-kasu demikian ini akan dibahas lebih lanjut pada
sub bab kebebasan lintasan integral garis.

Soal-soal Latihan 4.3.

Dalam soal-soal latohan berikut ini, hitunglah nilai integral garis yang diberikan
224
2 2
1. C (x y  y ) dx  xy dy dari titik (0,0) ke titik (2,4), dan bilamana C adalah lintasan
berbentuk (a) garis lurus, (b) parabola y = x2.

225
2 2 2
2. C (xy  x ) dx  x y dy dari titik (0,0) ke titik (4,2), dan bilamana C adalah lintasan
berbentuk (a) garis lurus, dan (b) parabola x = y2.
2 2 2
3. C x( y  x ) dx  x y dy dari titik (0,0) ke titik (1,1), dan bilamana C adalah lintasan
berbentuk (a) parabola y = x2, dan (b) persamaan vektor, r(t) = t2 i + t3 j, 0 ≤ t ≤ 1.
2 2 2
4. C x(x  y ) dx  x y dy dari titik (0,0) ke titik (1,1), dan bilamana C adalah lintasan
berbentuk (a) parabola y = x3, dan (b) persamaan vektor, r(t) = t3 i + t2 j, 0 ≤ t ≤ 1.
2 2 2
5. C x(x  y ) dx  y(x  2) dy dari titik (0,0) ke titik (2,4), dan bilamana C adalah
lintasan berbentuk (a) garis lurus, y = 2x, (b) persamaan vektor, r(t) = t i + t2 j, 0 ≤ t ≤ 2.
2 2
6. C (x  y ) dx  y(2x  y) dy dari titik (0,0) ke titik (2,4), dan bilamana C adalah
lintasan berbentuk (a) garis lurus, y = 2x, (b) persamaan vektor, r(t) = t i + t2 j, 0 ≤ t ≤ 2.
2 2 2 2
7. C (x  xy ) dx  (x y  y ) dy dari titik (0,0) ke titik (1,1), dan bilamana C adalah
lintasan berbentuk (a) parabola, y = x2, (b) persamaan vektor, r(t) = t3 i + t2 j, 0 ≤ t ≤ 1.
3 3 2
8. C (x  y ) dx  (3xy  3y) dy dari titik (0,0) ke titik (1,1), dan bilamana C adalah
lintasan berbentuk (a) parabola, x = y2, (b) persamaan vektor, r(t) = t i + t3 j, 0 ≤ t ≤ 1.
3 2 2
9. C 2x(1 y ) dx  (3x y  3y) dy dari titik (0,0) ke titik (1,1), dan bilamana C adalah
lintasan berbentuk (a) kubik, y = x3, (b) persamaan vektor, r(t) = t i + t2j, 0 ≤ t ≤ 1.
2 2
10.  x(3x  y ) dx  y(x  3y) dy dari titik (0,0) ke titik (1,1), dan bilamana C adalah
C
lintasan berbentuk (a) parabola, x = y3, (b) persamaan vektor, r(t) = t2 i + t3 j, 0 ≤ t ≤ 1.
2 2
11.  x(3x  y ) dx  y(x  3y) dy dengan C adalah lintasan berbentuk parabola, y = x2 dari
C
(–1,1) dan dilanjutkan dengan garis lurus dari (0,0) ke (2,2)
2 2
12.  (x  xy ) dx  2xy dy dengan C adalah lintasan berbentuk garis lurus dari (–1,1) ke
C
(0,0) dan dilanjutkan dengan parabola, y = x2 dari (0,0) ke (2,4)
2 2
13.  (2x  x y) dx  2xy dy dengan C adalah lintasan berbentuk garis lurus dari (0,0) ke
C
(1,1) dan dilanjutkan dengan parabola, y = x2 dari (1,1) ke (2,4)
2 2 2
14. C (3x  xy ) dx  x y dy dengan C adalah lintasan parabola, y = x dari (–1,1) ke (0,0)
dan dilanjutkan dengan persamaan vektor, r(t) = t2 i + t3 j, 0 ≤ t ≤ 1.
2 2
15. C (4x  xy ) dx  (x y  3y) dy dengan C adalah lintasan berbentuk persamaan vektor,
r(t) = t2 i + t3 j, 0 ≤ t ≤ 1, dan dilanjutkan dengan parabola y = y = x2 dari (1,1) ke (2,4).

2 2 2 2 2 2
16. C
dz
x( y  3z ) dx  y(x  z )dy  z(3x  y  2) dengan C adalah lintasan

226
berbentuk persamaan vektor, r(t) = t i + t2j + t3k, 0 ≤ t ≤ 1,

227
2 2 2 2 2 2
17. (xy  3z ) dx  ( yx  z )dy  (x  y  2)
dz  dengan C adalah lintasan berbentuk
C
persamaan vektor, r(t) = t i + 2t j + 3t k, 0 ≤ t ≤ 1,
2
18. dzC (x  yz) dx  y(x  z)dy  2xy dengan C adalah lintasan berbentuk persamaan
2 3
vektor, r(t) = t i + t j + t k, 0 ≤ t ≤ 1,

19. C 2xyz dx  3xz dy  4z(x  y) dengan C adalah lintasan berbentuk persamaan vektor,
dz
3 2
r(t) = t i + t j + t k, 0 ≤ t ≤ 1,

20. C x( y  z) dx  y(x  z) dy  4xy dengan C adalah lintasan berbentuk persamaan


dz
2 3
vektor, r(t) = t i + t j + t k, 0 ≤ t ≤ 1,
2 2
21. dzC x( y  z ) dx  y(x  z) dy  4xyz dengan C adalah lintasan berbentuk persamaan
2 3
vektor, r(t) = t i + t j + t k, 0 ≤ t ≤ 1,
2 2 2 2 2 2
22. C
dz
x( y  z ) dx  y(x  z ) dy  z(x  y  2) dengan C adalah lintasan berbentuk
2 3
persamaan vektor, r(t) = t i + t j + t k, 0 ≤ t ≤ 1,
2 2 2 2 2 2
23. C
dz
x( y  z ) dx  y(x  z ) dy  z(x  y  2) dengan C adalah lintasan berbentuk
3 2
persamaan vektor, r(t) = t i + t j + t k, 0 ≤ t ≤ 1,
2 2 2 2
24. dzC x( y  2z) dx  y(x  2z) dy  (x  y  2z) dengan C adalah lintasan berbentuk
3 2
persamaan vektor, r(t) = t i + t j + t k, 0 ≤ t ≤ 1,
2 2 2 2
25. C (2x  y  z ) dx  2 y(z  x) dy  (2xz  y  3z) dz dengan C adalah lintasan yang
berbentuk persamaan vektor, r(t) = t3 i + t2j + t k, 0 ≤ t ≤ 1,

228
4.1. Kebebasan Lintasan Integral Garis

Dari berbagai contoh yang telah dibahas pada sub bab 4.3., dan sebagaimana telah
dijelaskan pada akhir pembahasan pada sub 4.3, bahwa pada penghitungan integral garis,
diperoleh dua inormasi yang cukup penting, yakni pertama nilai integral garis akan berbeda
apbila lintasan C berbeda. Sedangkan informasi kedua adalah nilai integral garis akan
menghasilkan nilai yang sama walaupun lintasan yang digunakan berbeda, dengan kata lain
nilai integral garis tidak tergantung pada lintasan C yang digunakan. Integral garis
semacam ini disebut dengan integral garis yang tidak tergantung pada lintasan, atau
kebebasan lintasan integral garis. Teorema dasar integral garis berikut ini memberikan
dasar dan atau syarat-syarat yang diperlukan agar supaya nilai integral garis tidak
tergantung pada lintasan yang digunakan.

Teorema A

Andaikan C adalah kurva mulus sederhana sepotong-sepotong yang menghubungkan titik


A(x1, y1) ke titik B(x2,y2) yang terletak pada bidang. Misalkan F(x,y) = M(x,y)i + N(x,y)j
adalah medan vektor konservatif, dan f adalah suatu fungsi potensial untuk F. Maka integral
tidak tergantung pada lintasan C, dan
garis, C
F
dr
= f(x2,y2) – f(x1, y1)
C F 
dr

Atas dasar hal itu, berikut ini disajikan tiga persyaratan yang dapat digunakan untuk
memudahkan menghitung integral garis, dimana medan vektor F adalah konservatif, yaitu :
1). F = f, untuk suatu medan vektor skalar f, dengan F medan vektor konservatif
2).  F  tidak tergantung pada lintasan C, jika F medan vektor konservatif
dr
C
3). C F  dr = 0 untuk setiap lintasan tertutup C, jika F medan vektor konservatif
Sebagai ilustrasi penggunaan teorema diatas, kembali pada Contoh 4.3.4, telah diperoleh
bahwa nilai integral garis dari medan vektor F(x,y) = (2x2 – xy2)i + (4y – x2y)j dari titik
(0,0) ke titik (2,4), yaitu :
2 2 2 16
= (2x  xy ) dx  (4 y  x y)
C F  dy
= 3
dr C
Bilamana diterapkan teorema diatas, dari medan vektornya diperoleh :
2 2 2
M(x,y) = 2x – xy N(x,y) = 4y – x y
M y (x,y) = –2xy N x (x,y) = –2xy

Karena, M (x,y) = N (x,y) = –2xy, maka medan vektor yang diberikan adalah konservatif
y x
sedemikian rupa berlaku F = f . Dengan metode yang telah dikembangkan pada bagian
229
medan vektor konservatif, fungsi potensial f(x,y) untuk medan vektor F adalah :
2 3 1 2 2 2
f(x,y) x  x y 2y c
=
3 2

230
Karena F medan vektor konservatif, maka integral garis yang diberikan tidak tergantung
pada lintasan C. Dengan demikian menurut teorema diatas,

(2,4) 2 2 2
C F  =
 (0,0) (2x  xy ) dx  (4 y  x y) dy
dr

2
= 3  1 x2 y2 (2,4)
 2 2

x3 2

y
16 (0,0)
=  32  32 =
16
3 3

Perhatikanlah bahwa hasil ini memberikan hasil yang sama dengan contoh pada 4.3.4
sebelumnya. Dari teorema diatas terlihat bahwa persyaratan yang harus dipenuhi adanya
kebebasan lintasan integral garis pertama lintasan C adalah kontinu, dan medan vektor F
adalah konservatif. Berikut ini disajikan contoh-contoh pengggunaannya.

Contoh 4.4.1
Hitunglah, C F dari titik A(0,1) ke (1,2) dimana medan vektornya adalah,
dr
3 x 2 2 x 2
F(x,y) = (2xy + ye )i + (3x y + e – y )j
Penyelesaian :
Dari contoh 4.2.1, telah diketahui bahwa medan vektor F adalah konservatif dan dengan
metode yang telah dikembangkan pada bagian medan vektor konservatif, fungsi potensial
f(x,y) diberikan oleh,
2 3 x 1 3
f(x,y) = x y + ye – y + c
3
Sehingga dengan menerapkan Teorema A, maka diperoleh :
3 x 2 2 x 2
=  (0,1) (2xy  ye ) dx  (3x y
(1,2)
C F   e  y ) dy
dr
 2 3
= x y 1 (1,2)
 x 
  ye 3 
y 
3
 8  (0,1)
1  14
= 8  2e  – 0 1 =  2e
   
 3  3 3

Contoh 4.4.2 Menentukan fungsi skalar f


Hitunglah,
3 3
(2x  y ) dx  (3xy 12 y)
2 Medan vektor dari soal yang diberikan
dy
 adalah,
3 3 2
C F(x,y) = (2x + y )i + (3xy –
langsung dan menggunakan teorema 12y)j Dari medan vektor F dihasilkan,
Penyelesaian

231
dari titik (–1,1) ke titik (2,4) dengan cara
3 3 2
M(x,y) = 2x + y N(x,y) = 3xy – 12y
2 2
M y (x,y) = 3y N x (x,y) = 3y

232
Karena,
M y (x,y) = N x (x,y) = 3y2, maka medan vektor F adalah medan vektor konservatif
sedemikian rupa berlaku F = f, dan dengan metode yang telah dikembangkan pada bagian
medan vektor konservatif, fungsi potensial f(x,y) diberikan oleh,
f(x,y) 1 4 3 2
x  xy  6 y  c
= 2

Menghitung C F  dr
Karena medan vektor F konservatif, maka nilai integral garisnya tidak tergantung pada
lintasan C. Oleha karena itu untuk menghitungnya dapat dialkukan dengan dua pendekatan
yaitu dengan mengambil sembarang kurva C yang menghubungkan kedau titik atau
langsung dengan teorema. Pendekatan pertama, andaikanlah bahwa lintasan yang
digunakan yang menghubungkan titik (-1,1) ke titik (2,4) adalah parabola y = x2, -1 ≤ x
≤ 2. Selanjutnya
dengan mensubstitusikan, y = x2, dy = 2xdx, -1 ≤ x ≤ 2 dihasilkan :

(2,4) 3 3 2
C F  =
 (1,1) (2x  y ) dx  (3xy 12 y) dy
dr
2 3 6 5 2
= (2x  x ) dx  (3x 12x ) (2xdx)
 12
6 3
=
 1 (7x  22x ) dx
 7
= x
11 4  2
  
x2
1 11 93
= (128 – 88) – 1  =
 
 2 2

Pendekatan kedua untuk menghitung integral garus diatas adalah dengan menggunakan
Teorema A. Karena, F(x,y) = (2x3 + y3)i + (3xy2 – 12y)j konservarif, dan sedemikian rupa
berlaku F = f, maka menurut teorema :
(2,4) 3 3 2
C F =  (1,1) (2x  y ) dx  (3xy 12 y) dy

dr
1 4
3 (2,4) 1 
2 = [8 + 128 – 96) –  2 1 6) 
=  x  6y
xy 
2   
1 (1,1)
= 47 
2 = 93
2
Perhatikanlah bahwa baik pendekatan pertama dan kedua menghasilkan integral garis dengan
nilai yang sama, jadi,
(2,4) 3 3 2 93
(2x  y ) dx  (3xy 12 y) dy =
 (1,1) 2

233
Contoh 4.4.3.
Hitunglah, C F dari titik A(0,1) ke (1,2) dimana medan vektornya adalah,
dr  x2 
xy xy
F(x,y) = (2x ln y + ye )i +   xe  y  j
 y 
 

234
Penyelesaian :
Dari fungsi medan vektornya, dihasilkan:
xy x xy
M(x,y) = 2x ln y + ye N(x,y) = 2  xe y
y

M y (x,y) = 2x xy xy 2x xy xy
+ e + ye N x (x,y) = + e + xe (y)
y
(x)
y
2x 2x + (1 + xy) e xy
= y + (1 + xy) exy = y

Karena, 2x xy
M y = N x (x,y) = + (1 + xy) e , maka fungsi medan vektor F yang diberikan
y
adalah konservatif, sedemikian rupa sehingga berlaku F(x,y) = f(x,y). Dengan metode
yang telah dikembangkan pada bagian medan vektor konservatif, fungsi potensial f(x,y)
untuk medan vektor F diberikan oleh,
xy 1 2
f(x,y) = x2 ln y + e – y + c
2  x2 
xy xy
Jadi menurut Teorema integral garis dari F(x,y) = (2x ln y + ye )i +   xe  y  j dari
 y 
 
titik A(0,1) ke (1,2) tidak tergantung pada lintasan yang digunakan. Jadi nilai integral
garisnya diberikan adalah,

dr F  (2xxyln y 
2
) dx +  x  xe
xy 
 y
ye dy
(1,2) y
C
=  (0,1)  
 
2 xy 1 (1,2)
2 5
ln y  = ln 2  e2 
=  x e  y (0,1) 2
 2

Dari contoh-contoh diatas terlihat bahwa, jika F konservatif penghitungan integral garis mirip
dengan teorema dasar kalkulus. Oleh karenanya Teorema kebebasan lintasan integral garis
ini dikenal pula dengan teorema Dasar Kalkulus Integral Garis. Kebebasan integral garis ini
berlaku pada ruang dimensi tiga. Hal ini dinyatakan pada teorema berikut ini.

Teorema B

Misalkan C adalah lintasan mulus sederhana sepotong-potong kontinu dari titik A(x1, y1, z1)
ke titik B(x2, y2,z2) yang terletak pada ruang dimensi tiga. Misalkan :
F(x,y,z) = M(x,y,z)i + N(x,y,z)j + R(x,y ,z)k
adalah medan vektor konservatif, dan f(x,y,z) adalah suatu fungsi potensial untuk F. Maka
tidak tergantung pada lintasan C, dan
integral garis, C F
dr
dr
C F 
235
= f(x2,y2,z2) – f(x1,y1,z1)
Sebagai ilustrasu manfaat yang sangat penting dari teorema diatas adalah penerapannya
dalam bidang ilmu fisika, yakni Hukum Kekekalan Energi. Hukum ini menyatakan bahwa
jumlahan energi kinetik dan energi potensial adalah konstan.

Andaikan bahwa suatu benda bermassa m bergerak sepanjang kurva C yang diberikan oleh,
r(t) = x(t)i + x(t)i + y(t)j + z(t)k

236
Bilamana medan gaya vektor F konservatif, sedemikian rupa berlaku F(r) = f(r). Dari
ilmu fisika mekanika diperoleh bahwa :
(i). F(r) = m a(t) = m r(t)
(ii). KE 1 m| r |2 r(t) (KE = Energi Kinetik)
= 2
(iii). PE = –f(r). (PE = Energi Potensial)

Selanjutnya
d dengand mendeferensialkan
1 KE  dan PE terhadap waktu t diperoleh,
2
(KE + PE) = m | r(t) |  f (r)
 
dt dt  xf f y f z 
1 2
= 2 m[ r (t) r (t) ] –  x t  y t  z t 
 
= m r(t) r(t) – f(r) r(t) = [m r(t) – f(r)] r(t)
= [F(r) – F(r)] r(t)
=0

d
Karena, (KE + PE) = 0, dan menurut definisi turunan, fungsi turunan yang hasilnya nol
dt
adalah konstanta. Jadi terbuktilah bahwa (KE + PE) = adalah konstan. Dengan kata lain
jumlahan energi kinetik dan energi potensial adalah konstan.

Contoh 4.4.4
Buktikanlah bahwa integral garis,
3 2z  x2 
2 2z
  3xy e dy  (2xy 3e2z  z)dz
 F  dr =  (x ln x  2x ln y  y e )dx 
C C  y 
 
tidak tergantung pada lintasan C, dan hitunglah nilai integral garisnya dari titik (1,1,0) ke titik
(e,e,1)
Penyelesaian
Integral garis tidak tergantung pada lintasan C, bilamana medan vektor F merupakan
gradien medan skalar f atau medan vektornya adalah konservatif. Dari integral garis
diketahui bahwa fungsi medan vektornya adalah, 2
3 2z x 2 2z 3 2z
F(x,y,z) = (x ln x + 2x ln y + y )i + + 3xy e )j + (z + 2xy e )k
e ( y
Dari contoh soal 4.2.5, telah diketahui bahwa medan vektor F diatas adalah konservatif, dan
fungsi pembangkitnya adalah,
f(x,y,z) = 1 z 2  xy3e2z + x2 ln y + 1 x 2 (2 ln x  1) + c
2 4
Karena medan vektor F konservatif, menurut teorema B integral garis yang diberikan tidak
tergantung pada lintasan C, dan nilai integral garis dari titik (1,1,0) ke titik (e,e,1) adalah,

dr F  2 2 
(x ln x  2x ln y  3e2z )dx   x  3xy e 2z dy  (2xy 3e2z  z)dz
y
(e,e,1)
C
=  (1,1,0)  
 y 

237
1 1 (e,e,1) 6 3
= 2 x (2ln x 1)  x2 ln y 

3 2z
e  2  = 5 e2  e 
4 xy z  (1,1,0) 4 4
2

238
Contoh 4.4.5
Hitunglah integral garis,
3 2 2 2
=
C F   C (4x  xy ) dx  y(2z  x ) dy  ( y  z) dz

dr
dari titik (0,0,0) ke titik (1,1,2), dengan menggunakan teorema bilamana F konservatif
Penyelesaian
9
Dari contoh 4.3.5 pada sub bagian 4.3, bahwa nilai integral garis diatas . Dari masalah
2
yang diberikan diketahui bahwa,
3 2 2 2
F(x,y,z) = (4x – xy )i + y(2z – x )j +(y + z)k
Dari medan vektor F diperoleh fungsi-fungsi dan turunan parsialnya yaitu ,
3 2 2 2
M(x,y,z) = 4x – xy N(x,y,z) = y(2z – x ) R(x,y,z) = y – z
M y (x,y,z) = –2xy N x (x,y,z) = –2xy Rx (x,y,z) = 0
M z (x,y,z) = 0 N z (x,y,z) = 2y Ry (x,y,z) = 2y
Karena,
M y (x,y,z) = N x (x,y,z) = –2xy ,
M z (x,y,z) = Rx (x,y,z) = 0,
N z (x,y,z) = Ry (x,y,z) = 2y
Maka dapat disimpulkan bahwa medan vektor F adalah konservatif, atau medan vektor F
adalah merupakan gradien dari medan skalar f, sedemikian rupa berlaku F= f. Dengan
metode yang telah dikembangkan pada bagian medan vektor konservatif, fungsi potensial
f(x,y,z) diberikan oleh,
f(x,y,z) 4 1 2 2 2 1 2
= x  x y y z z +c
2 2
Selanjutnya, karena medan vektor F konservatif, maka integral garisnya tidak tergantung
pada lintasan C. Menurut teorema, nilai integral garisnya diberikan oleh :
3 2 2 2
C F  =  (0,0,0)
(1,1,2) (4x  xy ) dx  y(2z  x ) dy  ( y  z) dz
dr

= x 1 2 1
4  x y  y z  z 2  (1,1,2)
2 
 2 2 
2
 1 
9= 1  2  2 = (0,0,0)
 
 2  2
Perhatikanlah hasil ini ternyata sama nilainya dengan hasil contoh 4.3.5

Contoh 4.4.6
Buktikanlah bahwa integral garis,
3 2 2 2 2 3
= x(2 y  z )dx  3y (x  z)dy  (x z  y  2)dz
C F C
dr
tidak tergantung pada lintasan C, dan hitunglah integral garis yang diberikan dari titik (1,1,1)
ke titik (2,2,4) bilamana C adalah sembarang lintasan dan kedua menggunakan teorema
239
Penyelesaian
Persyaratan agar supaya nilai integral garis yang tidak tergantung pada lintasan, adalah
medan vektor F yang diberikan konservatif. Dari integral garis yang diberikan diketahui
bahwa medan vektornya adalah,

240
3 2 2 2 2 3
F(x,y,z) = x(2y + z )i + 3y (x – z)j + (x z – y + 2)k

Dari medan vektor diatas diperoleh fungsi-fungsi dan turunan parsialnya yaitu,
3 2 2 2 2 3
M(x,y,z) = x(2y + z ) N(x,y,z) = 3y (x – z) R(x,y,z) = x z – y + 2
M y (x,y,z) = 6xy2 N x (x,y,z) = 6xy2 Rx (x,y,z) = 2xz
M z (x,y,z) = 2xz N z (x,y,z) = –3y2 Ry (x,y,z) = –3y2
Karena,
M y (x,y,z) = N (x,y,z) = 6xy2
x
M z (x,y,z) = Rx (x,y,z) = 2xz
2
N z (x,y,z) = Ry (x,y,z) = –3y
Maka dapat disimpulkan bahwa medan vektor F adalah konservatif, atau medan vektor F
adalah merupakan gradien dari medan skalar f, sedemikian rupa berlaku F= f. Dengan
metode yang telah dikembangkan pada bagian medan vektor konservatif, fungsi potensial
f(x,y,z) diberikan oleh,
f(x,y,z) x2 y3  1 x2 z 2  y3 z  2z + c
= 2
Selanjutnya, karena medan vektor F konservatif, maka integral garisnya tidak tergantung
pada lintasan C. Karena lintasan C boleh diambil sembarang, maka sebagai lintasan yang
menghubungkan titik (1,1,1) dengan titik (2,2,4), ambil persamaan parameternya adalah :
x = t, y = t, z = t2
dx = dt, dy = dt, dz = 2t
dt, dengan 1 ≤ t ≤ 2. Jadi,
3 2 2 2 2 3
=  (1,1,1) x(2 y  z )dx  3y (x  z)dy  (x z  y  2)dz
(2,2,4)
C F 
dr
2 3 4 2 2 2 4 3
= t (2t  t )dt  3t (t  t )dt  (t  t  2)(2tdt)
1
2
= (4t  3t  1 2
5  )dt = 2t  6 
1
2
t 
 2
1
5 71
= 38  =
2 2

Pendekatan lain untuk menghitung integral garis diatas adalah menggunakan teorema. Karena
medan vektor F konservatif, maka dengan menerapkan teorema, nilai integral garisnya
diberikan oleh :
3 2 2 2 2 3
C F  =  (1,1,1)
(2,2,4) x(2 y  z )dx  3y (x  z)dy  (x z  y  2)dz
dr
 2
= x 1 2 (2,2,4)
 x z  y3
3
y  z  2z
 2

2
5 71 2 2
= 38  =
241
(1,1,1)

242
Soal-soal Latihan 4.4.
Dalam soal-soal latihan berikut ini, tunjukkanlah bahwa integral garis berikut ini tidak
tergantung pada lintasan C. Kemudian hitung nilai integral garisnya dengan menggunakan
sembarang lintasan yang saudara tentukan sendiri.
2 3 2 2
1.
 C ( 2xy – y )dx + (2x – 3xy + 3y)dy dengan C adalah sembarang lintasan kurva dari
titik (1,1) ke titik (4,2).
2 2 3 2
2.  ( 2x + 3x y )dx + (2x y – 3y )dy dengan C adalah sembarang lintasan kurva dari titik
C
(–2,4) ke titik (1,1).
x xy
3.
 ( e  ye )dx + (1  xexy ) dy dengan C adalah sembarang lintasan kurva dari titik
C
(0,0) ke titik (1,1).
x x
4.
 (y x + xe sin y )dx + ((x – 1) e cos + 3y)dy dengan C adalah sembarang lintasan
C    
kurva dari titik 1, ke titik 2, .
   
 4  2
5.  ( 2xy – x )dx + (x + 3y )dy dengan C adalah sembarang lintasan kurva dari titik (1,1)
2 2 2

C
ke titik (2,4).
2 2 2 2 2 2
6.  ( 3x + 6xy – 2y )dx + (3x – 4xy + 6y )dy dengan C adalah busur ellips 4x + 9y = 36
C
dari titik pada sumbu x ke titik pada sumbu y di kuadran pertama
( 4x + 2xy2)dx + (2x2y – 2y2)dy dengan C adalah susur lingkaran dengan pusat (0,0)
7. C
dan jari-jari 2 dari titik pada sumbu x positip ke titik pada sumbu y negatif.
2 2x 2 2x 2
8. ( x – e y + 2y)dx + (2x – e y + 3y )dy dengan C adalah sembarang lintasan kurva
C
dari titik (0,2) ke titik (1,4).
2 2 2 2
9.  ( x + yz)dx + (xz – yz )dy + (xy – y z + 3z )dz dengan C adalah sembarang lintasan
C
kurva dari titik (0,0,0) ke titik (1,2,1).
2x 2 y 2
10.
 (y e z + 2xe )dx + (x e – ye 2z )dy + ( e2x z – y e2z + 3z)dz dengan C adalah
2

C
sembarang lintasan kurva dari titik (0,0,0) ke titik (1,1,1).
2 2 2 2 2 2
11.  ( 2xy + xz )dx + (x – yz )dy + z(x – y + z )dz dengan C adalah sembarang lintasan
C
kurva dari titik (1,1,1) ke titik (4,4,2).
y2 1  z 2y  x 1 1
 
12.     dx +    dy +     dz dengan C adalah sembarang lintasan
2 2 2
C x
 z  y x   y z
z
kurva dari titik (1,1,1) ke titik (2,4,4).
2 2 2 3 2
13.  ( 2x sin y – 3x z )dx + (x cos y – yz )dy + z(2 – 2x – y )dz dengan C adalah
C   
sembarang lintasan kurva dari titik 1,   
 ,2 ke titik 1, ,4 .
 2   2 
243
2 2 2 2
14. C x( y  2z) dx  y(x  2z) dy  (x  y  2z) dengan C adalah lintasan lintasan
dz
kurva dari titik (1,1,1) ke titik (2,4,4).

244
2 2 2 2
15. (2x  y  z ) dx  2 y(z  x) dy  (2xz  y  3z)
dz  dengan C adalah lintasan kurva
C
dari titik (1,1,1) ke titik (2,4,8).

Dalam soal-soal latihan berikut ini, tunjukkanlah bahwa integral garis berikut ini tidak
tergantung pada lintasan C. Kemudian hitung nilai integral garisnya dengan menggunakan
teorema A atau B
3 22
16.  ( x ln x + 2xy )dx + (3x y + 3y)dy dari titik (1,1) ke titik (e,4).
C 2 2 2 2    
17.  ( x + x tan y)dx + (x sec y + cos y)dy dari titik 1, ke titik 2, .
   
C  6  3
3 4 3 2 3
18. ( x – xy )dx + (y – 2x y )dy dari titik (-1,1) ke titik (2,3).
C
2 2
19.  x(3x  y ) dx  y(x  3y) dy dari (–1,-1) ke titik (2,2)
C
2 2
20. (4x  xy ) dx  (x y  3y)
dy  dari (1,1) ke titik (2,4).
C
2 2 2
21. C x(x  y ) dx  y(x  2) dari titik (0,0) ke titik (2,4),
dy
2 2
22. (x  y ) dx  y(2x  y) dy dari titik (1,1) ke titik (2,4)
C
2 2 2
23. (x  yz) dx  (xz  y )dy  (xy  z )
 dz
dari titik (1,1,1) ke titik (2,-1,2)
C
2 2 2 3
24. 2xyz dx  z(x  3y ) dy  (x y  y  z) dz dari titik (0,0,1) ke titik (2,1,2)
C
2 2 2 2 2 2 2
25. C x( y  z ) dx  y(x  z ) dy  z(x  y  z dari titik (-1,-1,-1) ke titik (1,2,2)
) dz
3 2 2 2 2
26. (4xy  z ) dx  (2x  yz ) dy  ( y z  3xz  2z) dz dari titik (1,1,1) ke titik (2,4,8).
C
2x 2x
27.
 C (2 e sin y + yz)dx + ( e cos y + z sin y + xz)dy + (xy – cos y + z)dz dari titik
     
 0, ,1 ke titik 1, ,2 .
 4   2  
2  x2
2 2x 2x x  
28.  C ( 2xlnyz + y )dx +  ye
e   dy –   3z  dz dari titik (2,1,1) ke titik (4,e,e)
 y   z 
  
2x y 2
29. e (1 - 2 e )dx + (ye
2x  y 2z 2
 z – e )dy + e (y – 1)dz dari titik (0,1,0) ke titik (1
C

245
246

Anda mungkin juga menyukai