Anda di halaman 1dari 28

Kalkulus lanjut

Semester : V lima

Materi UTS
Fungsi Vektor dan Fungsi Dua Peubah atau Lebih

A. Fungsi Vektor
1. Definisi Fungsi Vektor
Fungsi vektor adalah fungsi yang daerah asalnya berupa himpunan bilangan real dan
daerah hasilnya berupa himpunan vektor.
Jika f(t), g(t), dan h(t) adalah komponen dari vektor r(t), maka f,g dan h adalah fungsi
bernilai bernilai real yang disebut fungsi komponen dari r dan dapat ditulis
r (t) = (f(t), g(t), h(t)) = f(t)i, g(t)j, h(t)k
Contoh :
Tentukan Df (daerah asal),

1. r (t) = + (t - 3 )-1j

Jawab :

Misalkan f1 (t) = dan f2 (t) =

Diperoleh Df1 = [2, ∞ ) dan Df 2 = R -{ 3}


Sehingga
Df ={t ∈ R │t ∈ Df2 ∩ Df 2 }
{t ∈ R │ t ∈ [2, ∞ ) ∩ R -{ 3}}

t ∈ [2, ∞ ) -{ 3}} = [2, 3) U (3, ∞]


2. Grafik Fungsi Bernilai Vektor
Misalkan
f (t) = f1 (t)i + f2 (t)j
Df = [a,b]

F(a)
F(t)
F(b) [ ]
a≤t≤b

Jika t berubah sepanjang [a,b] ujung-ujung f (t),menjelajah lengkungan (kurva) C


dengan arah tertentu
f (a) disebut titik pangkal lengkungan C
f (b) disebut titik ujung lengkungan C
Jika f (a) = f (b)_ kurva C disebut kurva tertutup
Grafik fungsi bernilai vektor berupa lengkungan/kurva di R2(3) dengan arah tertentu1
• Cara menggambar grafik fungsi vektor
1) Tentukan persamaan parameter dari lengkungan C
2) Kemudian eliminasi parameter t dan gambarkan (Gambar kartesius kurva)
3) Tentukan arahnya

1
Contoh :
Gambarkan grafik fungsi dibawah ini:
1. F(t) = (t - 4)i + t j;0≤ t≤ 4
Persamaan parameter :
x=t–4 t = x+4
y= t

y=

x = y2 – 4 (parabola)
2
arahnya
C
f (0) = -4i = (-4, 0)
4
f (4) = 2j = (0, 2)

3. Turunan dan Integral dari Fungsi Vektor


a. Turunan
Turunan r’ dari suatu fungsi vektor r didefinisikan dengan cara yang sama
seperti untuk fungsi bernilai real:

= r’(t) =

Jika limit ini ada. Jika titik P dan Q mempunyai vektor posisi r(t) dan r(t + h),

maka menyatakan vector r (t + h) – r(t), yang dengan demikian dapat dipandang

sebagai suatu vektor tali busur. Jika h > 0, kelipatan skalar (1/h) (r(t +h) – r(t))
mempunyai arah sama seperti r (t + h) – r(t). Pada saat h → 0, tampak bahwa vektor
ini mendekati suatu vektor yang terletak pada garis singgungnya. Oleh karena itu,
vektor r’(t) disebut vektor singgung terhadap kurva yang didefinisikan oleh r di titik
P, asalkan r’(t) ada dan r’(t) ≠ 0. Garis singgung terhadap C di P didefinisikan sebagai
garis melalui P yang sejajar terhadap vektor singgung r’(t). Vektor singgung satuan
adalah

T(t) =

Teorema:
Jika r(t) = (f(t), g(t), h(t)) = f(t)i + g(t)j + h(t)k, dengan f, g, dan h adalah
fungsi yang terdiferensiasi, maka r’(t) = (f’(t), g’(t), h’(t)) = f’(t)i + g’(t)j + h’(t)k
Bukti:

r’(t) = [r(t + ) – r(t)]

= [(f(t + ), g(t + ), h(t + )) – (f(t), g(t), h(t))]

= , )

=( , )

= (f’(t), g’(t), h’(t))


Contoh :
a. Carilah turunan dari r(t) = (1 + t3)i + te-tj + sin 2t k
b. Carilah vektor singgung satuan pada titik dimana t = 0

Jawab:
a. Menurut teorema 2, kita dapat mendiferensialkan masing-masing komponen dari r
:
r’(t) = 3t2i + (1 - t)e-tj + 2 cos 2t k

b. Karena r(0) = i dan r’(0) = j + 2k, vektor singgung satuan di titik (1, 0, 0) adalah

T(0) = = = j+ k

b. Aturan Diferensiasi
Teorema:
Andaikan u dan v adalah fungsi vektor yang terdiferensialkan, c adalah suatu
skalar, dan f adalah fungsi bernilai real. Maka:

[u(t) + v(t)] = u’(t) + v’(t)


1.

[cu(t)] = cu’(t)
2.

[f(t)u(t)] = f’(t)u(t) + f(t)u’(t)


3.

[u(t) . v(t)] = u’(t) . v(t) + u(t) . v’(t)


4.

[u(t) v(t)] = u’(t) v(t) + u(t) v’(t)


5.

[u(f(t))] = f’(t)u’(f(t))
6.

Bukti:

u(t) = (f1(t), f2(t), f3(t))

v(t) = (g1(t), g2(t), g3(t))


maka

u(t) . v(t) = f1(t) g1(t) + f2(t) g2(t) + f3(t) g3(t) = (t)

sehingga dengan menggunakan aturan hasil kali yang biasa diperoleh

[u(t) . v(t)] = (t) = [fi(t) gi(t)]

= (t) gi(t) + fi(t) g’i(t)]

= (t) gi(t) + (t) g’i(t)

= u’(t) . v(t) + u(t) . v’(t)

c. Integral
Integral tentu dari suatu fungsi vektor kontinu r(t) dapat didefinisikan dengan
cara yang sama seperti untuk fungsi bernilai real, kecuali bahwa integralnya berupa
vektor. Tetapi kita dapat menyatakan integral dari r dalam bentuk integral fungsi-
fungsi komponennya f, g dan h, sehingga:

=( ) i +( )j+( )k

Teorema dasar kalkulus ke fungsi vektor kontinu:

dt = R(t) = R(b) – R(a)

Untuk R adalah anti turunan dari r, yakni R’(t) = r(t)


Contoh
Jika r(t) = 2 cos t i + sin t j + 2t k, maka

( )i+( )j+( )k

2 sin t i – cos t j + t2k + C

Dengan C adalah konstanta pengintegralan vektor,


B. Fungsi Dua Peubah
Definisi: Fungsi dua peubah adalah aturan yang
mengaitkan setiap pasangan terurut (x,y) dengan tepat
satu z =f(x,y)

Notasi : f : A R ( A C R2)

(x,y) z = f (x,y)

contoh
1 f(x,y) = x2 + 4 y2

2. f(x,y) =

3. f(x,y) =

Daerah asal (Df) dan Daerah nilai (Rf)


Df = {(x, y) ∈ R2 | f (x, y) ∈ R}
Rf = {f (x, y) (x, y) ∈ Df}
Tentukan dan gambarkan Df dari :
1. f(x,y) = x2 + 4 y2

2. f(x,y) =

3. f(x,y) = y

jawaban
1. Df ={(x,y) є R2 | x2 + 4 y2 є R}
x
= {(x,y) є R2}
y

2. Df = {(x,y) є R2 | є R}
3

= {(x,y) є R2 | ≥ 0}

2 x
= {(x,y) є R2 | ≤ 36 }

3. Df = {(x,y) є R2 | ≥0}

= {(x,y) є R2 | ≥0}

= {(x,y) є R2 | x ≥ 0 dan

atau x ≤ 0 }

Grafik Fungsi Dua Peubah


y

Z=f(x,
y)

Df

x
(Grafiknya berupa permukaan di ruang)

Karena setiap pasangan terurut (x,y) dipasangkan dengan tepat satu z = f (x,y), maka
setiap garis yang sejajar sumbuh z akan memotong grafik tepat di satu titik.

Contoh:
Gambarkan grafik,

z
1. f (x,y) = 2x2 + 3y2
z = 2x2 + 3y2

z=

2. f (x,y) = 3 – x2 – y2
z – 3 = – x2 – y2 3

x
z

3. f (x,y) =

2
2
9z =

9x2 + 4y2 + 9z2 = 36


3 y
2

4. f (x,y) =

z2 = ≥0

2 2 y

x
A.Limit dan Kontinuitas
1. Limit
Definisi

Misalkan f adalah fungsi dua variabel yang daerah asalnya


D mencakup titik-tiik yang sengaja dipilih dekat dengan (a,b).
maka kita katakan bahwa limit dari f (x,y) seraya (x,y)
mendekati (a,b) adalah L dan kita tulis

f(x,y) = L

jika untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat bilangan yang berpadanan δ > 0
sedemikian sehingga |f(x,y) − L| ε < bilamana (x,y) ∈ D dan

0< ( x − a ) 2 + ( y − b) 2 < δ

lim
( x , y ) → ( a ,b )
f(x,y) = L untuk menunjukkan bahwa nilai f(x,y) mendekati

bilamgan L ketika titik (x,y) mendekati titik (a,b) sepanjang lintasan yang
tetap berada di dalam daerah asal f. Dengan perkataan lain, kiya dapat
membuat nilai f(x,y) sedekat mungkin ke L sesuka kita dengan mengambil
titik (x,y) cukup dekat ke itik (a,b). teapi tidak sama dengan (a,b).

Ilustrasi lain dari Definisi 1 diberikan dengan permukaan S adalah grafik f. jika
diberikan ε >0, kita dapat mencari δ>0 sedemikian sehingga jika (x,y) diharuskan terletak
didalam cakram Dδ dan (x,y) ≠ (a,b), maka bagian S terkaitnya terletak di antara bidang-
bidang horisontal z = L – ε dan z = L + ε

z
L+
L
L-

Dδ y
( a,b )

x
Definisi 1 mengatakan bahwa jarak antara f(x,y) dan L dapat sengaja dibuat kecil
dengan cara membuat jarak dari (x,y) ke (a,b) cukup kecil (tetapi tidak 0). Definisi ini
hanya mengacu ke arah pendekatan. Karena itu, jika limit ada, maka f(x,y) haruslah
mendekati limit yang sama tiidak peduli bagaimana (x,y)mendekati (a,b). jadi jika kita
dapa menemukan dua lintasan pendekatan yang berlainan di mana di sepanjang lintasan-
lintasan itu f(x,y) mempunyai limit berlainan, maka lim(x,y)→(a,b) f(x,y) tidak ada.

Jika f(x,y) →L1seraya (x,y) → (a,b) di sepanjang lintasan C1

dan f(x,y) →L2seraya (x,y) → (a,b) di sepanjang lintasan C2

CONTOH 1:

Perlihatikan bahwa tidak ada

PENYELESAIAN:

Misalkan .

• Pertama, kita dekati (0,0) sepanjang sumbu- .

Maka memberikan untuk semua

Sehingga seraya sepanjang sumbu –

• Selanjutnya kita mendekat di sepanjang sumbu- dengan meletakkan

Maka untuk semua

Sehingga seraya sepanjang sumbu –


• Gambar:

• Karena mempunyai dua limit yang berlainan sepanjang dua garis yang

berlainan, maka limit yang diberikan tidak ada.


CONTOH 2:

Jika Apakah ada?

PENYELESAIAN:

• Jika , maka

Karena itu seraya sepanjang sumbu-

• Jika , maka

Karena itu seraya sepanjang sumbu-

• Meski kita sudah mendapatkan limit-limit yang idenitik di sepanjang sumbu, tidak
terlihat bahwa limit yang diberikan adalah 0.

• Untuk itu kita mendekati (0,0) sepanjang garis lain, misalnya . Untuk semua

Karena itu

seraya sepanjang
• Gambar

• Karena kita telah memperoleh limit yang berlainan sepanjang lintasan yang
berlainan, maka limit yang diberikan tidak ada.
CONTOH 3:

Jika , apakah ada ?

PENYELESAIAN:

Bermodalkan contoh 2,kita menghemat waktu dengan memisalkan di

sepanjang sebarang garis tak vertical yang melalui titik asal. Maka , dengan

adalah kemiringan, dan

Sehingga seraya sepanjang

Jadi, mempunyai nilai pembatas yang sama sepanjang setiap garis tak vertical

yang melalui titik asal. Tetapi itu tidak memperlihatkan bahwa limit yang diberikan
adalah 0, karena jika sekarang kita memisalkan sepanjang sumbu

parabola , kita mempunyai

Sehingga

seraya sepanjang

Karena lintasan yang berlainan menuju ke nilai pembatas yang berlainan, mka limit
yang diberikan tidak ada.
2. Kontinuitas

Definisi :

Fungsi dua variabel f disebut kontinu di (a,b) jika :

Demikian pula f dikatakan kontinu pada D jika f kontinu


di setiap titik (a,b) dalam D.

Makna kontinuitas adalah jika titik (x,y) berubah sedikit maka nilai f
(x,y) berubah sedikit pula, ini juga berarti bahwa permukaan dari grafik
suatu fungsi kontinu tidak memilki lubang atau putus.
Dengan menggunakan sifat limit, dapat dilihat bahwa jumlah, selisih,
hasilkali, dan hasilbagi fungsi kontinu adalah kontinu di daerah asalnya.

Fungsi polinom dua variabel adalah jumlah suku-suku berbentuk ,

dengan c sebagai konstanta serta m dan n bilangan bulat taknegatif.

Fungsi rasioanal adalah rasio polinom, misalnya =

, adalah sebuah polinom sedangkan g (x,y) =

adalah fungsi rasional.


Sebarang polinom dapat dibentuk dari fungsi sederhana f, g, dan h
dengan cara perkalian dan penambahan, maka semua polinom adalah
kontinu di R2. Dengan cara yang sama, dapat diketahui sebarang fungsi
rasional adalah kontinu pada daerah asalnya karena fungsi ini merupakan
hasil bagi fungsi kontinu.
CONTOH 1:

Hitung

PENYELESAIAN:
Fungsi tersebut adalah polinom, maka fungsi ini kontinu di semua bagian, sehingga
nilai limit dapat dicari melalui subtitusi langsung:

= 12. 23 13.22 + 3.1 +2.2 = 11

CONTOH 2:

Apakah fungsi f (x,y) = kontinu?

PENYELESAIAN:
Fungsi f takkontinu di (0,0) karena fungsi tidak terdefinisi disana. Karena f adalah
fungsi rasional, fungsi f kontinu pada daerah asalnya yang berupa himpunan D={

Fungsi Tiga Variabel atau Lebih


Notasi :

Artinya bahwa nilai f ( x,y,z ) mendekati bilangan L sedangkan titik


(x,y,z) mendekati titik ( a,b,c ) di sepeanjang sebarang lintasan dalam
daerah asal f
Karena jarak antara dua titik ( x,y,z ) dan ( a,b,c ) di R 3 diberikan oleh

, maka dapat ditulikan definisi sebagai

berikut: Untuk setiap bilangan terdapat sebuah bilangan terkait

sedemikian rupa sehingga bilamana

dan berada dalam daerah

asal .

Fungsi kontinyu di jika

Persamaan 5

Jika f didefinisikan pada himpunan bagian D dari maka bermakna


bahwa untuk setiap bilangan terdapat sebuah bilangan terkait
sedemikian rua sehingga bilamana dan

Artinya: jika n=1 maka dan , dan persamaan 5 adalah definisi limit

untuk fungsi variabel tunggal. Untuk kasus n=2 maka , , dan

dan , sehingga persamaan 5 menjadi definisi 1.

Jika , maka dan persamaan 5 menjadi definisi limit

untuk fungsi tiga variabel. Kasus definisi kontinuitas dapat dituliskan sebagai:

B.Turunan Parsial
Umumnya jika f adalah fungsi dua variabel x dan y, andaikan kita misalkan
hanya x saja yang berubah-ubah sedangkan y dibuat tetap, katakan y = b, dengan
b konstanta. Baru sesudah itulah kita sebenarnya meninjau fungsi variabel tunggal
x, yaitu g (x) = f (x,b). jika g mempunyai turunan di a,maka kita menamakannya
turunan parsial dari f terhadap x di (a,b) dan menyatakannya dengan f x (a,b). Jadi

1.
fx (a,b) = g’ (a) dengan g (x)
Menurut definisi turunan, kita mempunyai
= f (x,b)

g’ (a) =

sehingga persamaan 1 menjadi

fx (a,b) =

Dengan cara serupa, turunan parsial dari f terhadap y di (a,b), dinyakan dengan
fy (a,y), diperoleh dengan membuat x tetap (x=a) dan mencari turunan biasa di b
dari fungsi G(y) = f (a,y) :
2.
Fy (a,b) =
Dengan notasi untuk turunan parsial ini, kita dapat menuliskan laju perubahan
indeks panas I terhadap suhu sebenarnya T dan kelembapan relatif H ketika T = 96

dan H = 70% sebagai berikut :

fT ( 96,70 ) = 3,75 fH ( 96,70 ) = 0,9

Jika sekarang kita memisalkan titik berubah-ubah dalam Persamaan 2 dan

3, fx dan fy menjadi fungsi dua variabel.


3.
Jika f adalah fungsi dua variabel, turunan parsialnya
adalah fungsi fx dan fy yang didefinisikan oleh fx

(x,y) =

Untukmenghitung
fy (x,y) = turunan parsial, yang harus kita lakukan adalah
mengingat dari persamaan 1 bahwa turunan parsial terhadap x tidak lain adalah
turunan biasa dari fungsi g dari variabel tunggal yang kita peroleh dengan
membuat y tetap. Jadi kita mempunyai aturan berikut:

Aturan untuk pencarian turunan Parsial dari z = f


(x,y)Untuk mencari fx , pandang y sebagai
konstanta dan deferensialkan f (x,y) terhadap x

1. Untuk mencari fy, pandang x sebagai


konstanta dan deferensialkan f (x,y) terhadap
y
CONTOH :

Jika , carilah dan

PENYELESAIAN:
Dengan membuat y konstan dan dengan mendiferensialakan terhadap x, kita

perolah

Sehingga

Dengan membuat x konstan dan dengan mendiferensialkan terhadap y, kita

peroleh

 Fungsi Lebih dari Dua Variabel


Misalnya jika f adalah fungsi tiga variabel x,y, dan z makaturunan parsialnya
terhadap x didefinisikan sebagai

Dan ditemukan dengan cara memandang y dan z sebagai konstanta serta

dan mendiferensialkan terhadap x. Jika maka

dapat ditafsiraka sebagai laju perubahan w terhadap x ketika x dan z


dianggap tetap.
Umumnya, jika u adalah fungsi n variabel, turunan

parsialnya terhadap variabel ke-i adalah

CONTOH :
Carilah fx,fy, dan fz jika f ( x,y,z ) = exy ln z

PENYELESAIAN:
Dengan menganggap y dan z konstan dan mendiferensialkn terhadap x, kita
mempunyai
fx = yexy ln z

secara serupa fy = xexy ln z dan fz =

 Turunan-turunan yang Lebih Tinggi


Jika f adalah fungsi dua variabel, maka turunan parsialnya f x dan fy juga
fungsi dua variabel, sehingga kita dapat meninjau turunan parsial mereka ( f x
)x’, ( fx )y’,
( fy )x’, dan ( fy )y’ yang disebut turunan parsial kedua dari f. jika z = f (x,y),
kita gunakan notasi berikut :

( fx )x = fxx = f11 = = =

( fx )y = fxy = f12 = = =
Teorema Clairaut
Andaikan f terdefinisi pada cakram D yang memuat titik ( a,b ).
Jika fungsi fxy dan fyx keduanya kontinu pada D, maka
fxy ( a,b ) = fyx ( a,b )

 Turunan parsial orde 3 atau lebih tinggi dapat juga didefinisikan.


Misal :

fxyy = ( fxy )y = =

CONTOH :
Hitung fxxyz jika f ( x,y,z ) = sin (3x+yz)
PENYELESAIAN:
fx = 3 cos (3x+yz)
fxx = -9 sin (3x+yz)
fxxy = -9z cos (3x+yz)
fxxyz =-9 cos (3x+yz) + 9yz sin (3x+yz)
 Persamaan Diferensial Parsial

+ =0

CONTOH :

Perlihatkan bahwa fungsi u(x,y) = ex dan sin y adalah penyelesaian


persamaan Laplace.

PENYELESAIAN:
ux = ex sin y uy = ey cos y
uxx = ex sin y uyy = -ex sin y
uxx + uyy = ex sin y - ex sin y
Karena itu u, memenuhi persamaan Laplace
C. KETERDIFERENSIALAN

Untuk sebuah fungsi satu peubah, keterdeferensialan (differentiability) dari f di x


berarti adanya turunan f’(x). pada gilirannya, keterdeferensialan ini akan ekuivalen dengan
grafik dari f yang mempunyai garis singgung tak vertikal di x.

Untuk sebuah fungsi dua peubah. Keterdeferensialan dari f di x tidak cukup dengan
menggunakan turunan parsial, karena terdapat dua peubah dalam fungsi tersebut. Untuk
menyelesaikan keterdeferensialan kita mulai dengan menetralisasi perbedaan.

Antara titik (x,y) dan vektor {x,y}, Jadi kita dapat menuliskan p = ( x, y ) = x, y dan
f(p) =f(x, y) . Ingat kembali bahwa

f ( x) − f (a ) f ( a + h) − f ( a )
(1) f ' ( a ) = lim = lim
x →a x −a h →0 h

Analogi dari fungsi di atas akan terlihat seperti berikut

f ( p) − f ( p 0 ) f ( p 0 + h) − f ( p 0 )
(2) f ' (p 0 ) = lim = lim
p →p 0 p - p0 h →0 h

Tetapi sayangnya, pembagian dengan sebuah vektor tidak masuk akal.

Meskipun demikian, kita tidak boleh menyerah terlalu cepat. Cara lain untuk melihat
keterdeferensialan sebuah fungsi dengan peubah tunggal adalah sebagai berikut. Jika f dapat
dideferensialkan di a, maka terdapat sebuah garis singgung yang melalui (a,f(a) yang
mendekati fungsi tersebut untuk nilai x dekat a. Dengan kata lain, f hampir mendekati linear
dekat a. Gambar 2 mengilustrasikan hal ini untuk fungsi satu peubah; ketika kita
memperbesar grafik y = f(x), kita dapat y
melihat bahwa garis singgung dan fungsi tersebut
2,
6
hampir tidak dapat dibedakan.
2, y
4 2,
3
2,
2 2,2
2 8 x
2, 2, 3 2,26
3, 3,
6 8 2 4
2,2
4
2, x
2 2,9 2,9 3 3,0 3,
y
5

x
-2 2 4 6
Untuk lebih tepatnya, kita dapat mengatakan bahwa sebuah fungsi f disebut linear setempat
-2
(locally linear) di a jika terdapat sebuah konstanta m sedemikian rupa sehingga

f ( a + h) = f ( a ) + hm + hε ( h)

Di mana ε(h) adalah sebuah fungsi yang memenuhi lim ε (h) = 0 . Dengan menyelesaikan
h →0

ε(h) akan menghasilkan

f ( a + h) − f ( a )
ε ( h) = −m
h

Fungsi ε(h) adalah perbedaan antara kemiringan garis potong (secant line) yang melalui
titik (a, f(a)) dan titik (a + h, f ( a + h)) dengan kemiringan garis singgung (tangent line)
yang melalui (a, f(a)). Jika f bersifat linear setempat di a, maka

 f ( a + b) − f ( a ) 
lim ε (h) = lim  − m = 0
h →0 h →0
 h 

yang berarti bahwa

f ( a + h) − f ( a )
lim = =m
h →0 h

Kita dapat menyimpulkan bahwa f pasti dapat dideferensialkan di a dan bahwa m pasti sama
dengan f’(a). sebaliknya, jika f dapat dideferensialkan di a, maka

f ( a + h) − f ( a )
lim = f ' ( a ) = m ; sehingga f linear setempat. Dengan demikian, pada kasus
h →0 h
satu peubah, f akan linear setempat di a jika dan hanya jika f dapat dideferensialkan di a.

Definisi

Kita mengatakan bahwa f adalah linear setempat di (a,b) jika


f (a + h1 , b + h2 ) = f (a, b) + h1 f x (a, b) + h2 f y ( a, b) + h1ε 1(h1 , h2 ) + h2 ε 2 ( h1 , h2 )

Di mana ε 1(h1 , h2 ) → 0 ketika ( h1 , h2 ) → 0 dengan ε 2 (h1 , h2 ) → 0 ketika ( h1 , h2 ) → 0.

Sama seperti h adalah kenaikan kecil dalam x untuk kasus satu peubah, kita dapat
memandang h1 sebagai kenaikan kecil dalam x dan h2 sebagai kenaikan kecil dalam y untuk
kasus dua peubah.

Jika kita memperbesar grafik tersebut lebih jauh, maka permukaan berdimensi tiga akan
menyerupai sebuah bidang, dan plot konturnya akan membentuk garis-garis sejajar. Kita
dapat menyederhanakan definisi di atas dengan mendefinisikan p 0 = ( a, b), h = (h1 h2 ) , dan
ε ( h) = (ε1 ( h1 h 2 ), ε 2 (h1 h2 )) . (Fungsi ε(h) adalah sebuah fungsi berenilai vektor dari
sebuah peubah vektor) jadi,

f ( p 0 + h) = fp 0 ( f x( p 0 ), f y ( p 0 )).h +ε( h).h

peubah(atau lebih).

Contoh

Tunjukkan bahwa f(x,y) = xey + x2y dapat didiferensialkan dimanapun dan hitung
gradiennya. Kemudian tentukan persamaan z = T(x,y) pada bidang singgung (2,0).
Penyelesaian

Persamaan garis singgung

Z = T(x,y)

Z = f(2,0) + . (x-2, y-0)

Z = 2 + (1,6). (x – 2, y – 0)

Z = 2 + x-2 + 6y

Z = x + 6y

D. Fungsi Skalar Rm

Fungsi skalar didefinisikan sebagai aturan pengkaitan unsur dari himpunan D ⊆ Rm ke R yang
memenuhi syarat tertentu.

Definisi

Fungsi skalar adalah suatu aturan yang memasangkan setiap unsur x ∈ D ⊆ Rm dengan
tepat satu unsur u ∈ R.

Bila fungsi skalar ini disebut f, maka lambang untuk fungsi adalah

f : D → R, X → f ( x )

Atau dalam bentuk aturan

u = f (x), X = ( x1 , x 2 ,..., x m ) ∈ D ⊆ R m

Pada kasus ini daerah definisi dan daerah nilai fungsinya adalah Df = D dan
R f ={ f ( x ) ∈R X ∈D}.
Lambang u = f (x) menyatakan aturan fungsi, yang seringkali diberikan terlebih dahulu.
Setelah daerah definisi fungsi skalar ditentukan, barulah pemetaan yang sesuai dengan
definisi di atas dibentuk. Pada situasi ini daerah definisi fungsi f adalah

D f = { X ∈ R m z = f ( x ) ∈ R}

Dalam kasus m = 2 fungsi sekalar dikenal sebagai fungsi dua peubah, dan untuk kasus m = 3
fungsi tiga peubah dan seterusnya. Secara umum fungsi sekalar dikenal sebagai fungsi
peubah banyak.

Contoh soal

1. Tentukan Daerah definisi fungsi skalar


16 − x 2 − y 2
z = f ( x, y ) =
1n(x + y)

Penyelesaian :

Agar z = f ( x) ∈ R syaratnya adalah besaran di bawah tanda akar pada pembilang harus tak
negatif, besaran yang diambil logaritma naturalnya positif dan penyebutnya tidak nol, maka :
16 – x2 – y2 ≥ 0, x + y > 0 dan x + y ≠ 1

Jadi daerah definisi fungsi f adalah

Df = {( x, y) x 2 + y 2 ≤ 16, x > − x , dan y ≠1-x}

C. Operasi pada Fungsi Skalar

Jika diketahui dua fungsi sekalar, maka pada irisan kedua daerah definisi tersebut dapat
dilakukan operasi aljabar terhadap kedua fungsi itu.

Definisi
Misalkan D1 , D2 ⊆ R m , f : D1 → R, u = f ( x), dan g : D2 → R, v = g ( x) adalah fungsi sekalar,
maka operasi aljabar dari f ke g pada himpunan D = D1 ∩ D2 di definisikan sebagai berikut,

1. Penjumlahan
( f + g )( X ) = f ( X ) + g ( X )

2. Pengurangan
( f − g )( X ) = f ( X ) − g ( X )

3. Perkalian
( f .g )( X ) = f ( X ).g ( X )

4. Perkalian dengan sekalar


(cf )( X ) = cf ( X )

5. Pembagian
f (X )
( f / g )( X ) = , g( X ) ≠ 0
g( X )
.

Anda mungkin juga menyukai