Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KODE: L-8

JUDUL PERCOBAAN

JEMBATAN WHEATSTONE

DI SUSUN OLEH:

NAMA : BAGAS AL ARSYAD


NIM : 24040118130129
JURUSAN / PROGRAM STUDY : FISIKA
KELAS :B NO REGU : 30
HARI : SENIN TANGGAL : 19 APRIL 2021
PRAKTIKUM KE :5 JAM : 07.30-09.30
ASISTEN : DWI AYU LESTARI

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
1. Tentukan besaran (observabel) fisis apa saja yang dapat anda amati /ukur secara langsung terkait
dengan besaran yang hendak anda cari dalam percobaan anda (10 poin). -1

Tabel 1.1 Besaran Fisis Praktikum Jembatan Wheatstone


No Besaran Simbol Satuan Dimensi Alat Ukur
1 Panjang 𝓁 Meter (m) [L] Mistar
2 -3 -2
2 Hambatan R Ohm (Ω) [M][L] [T] [I] Ohmmeter
3 Kuat Arus I Ampere (A) [I] Amperemeter

Halaman | 1
2. Gambarkan set-up eksperimen dalam peralatan yang akan anda lakukan dan berilah keterangan
gambar dari set-up eksperimen anda (20 poin) .

Halaman | 2
3. Berdasarkan persamaan persamaan yang ada dalam buku petunjuk praktikum, jabarkan perumusan
persamaan yang akan anda gunakan untuk mendapatkan hasil hasil yang akan anda cari dalam eksperimen
(nilai : 40 poin).

Gambar 3.1a Gambar 3.1b


3.1 Menentukan nilai tahanan yang belum diketahui
3.1.1 Rumus Hambatan

I1 R1 = I2 R3 ... (3.1)

I1 R2 = I2 R4 ...(3.2)

𝐼1 𝑅1 𝐼2 𝑅3
= … (3.3)
𝐼1 𝑅2 𝐼2 𝑅4

𝑅1 𝑅3 𝑅 𝐿1
= =
𝑅2 𝑅4 S 𝐿2

𝐿2
𝑆= 𝑅 … (3.4)
𝐿1

3.1.2 Ralat Perambatan


Turunan Parsial
𝜕𝑆 𝜕 𝐿2 𝐿2
= ( 𝑅) = … (3.5)
𝜕R 𝜕R 𝐿1 𝐿1

𝜕𝑆 𝜕 𝐿2 𝐿2
= ( 𝑅) = − 2 𝑅 … (3.6)
𝜕𝐿1 𝜕𝐿1 𝐿1 𝐿1

𝜕𝑆 𝜕 𝐿2 R
= ( 𝑅) = … (3.7)
𝜕𝐿2 𝜕𝐿2 𝐿1 𝐿1

Ralat Rambat
2 2 2
𝜕𝑆 𝜕𝑆 𝜕𝑆
∆𝑆 = √( . ∆R) + ( . ∆𝐿1 ) + ( . ∆𝐿2 ) … (3.8)
𝜕R 𝜕𝐿1 𝜕𝐿2

3.1.3 Ralat Bobot

𝑆
∑ 2 1
𝑆 = ∆𝑆 ∆𝑆 = √
1 1
∑ 2 ∑ 2
∆𝑆 ∆𝑆

𝑆 ± ∆𝑆

Halaman | 3
Gambar 3.2
3.2 Menentukan nilai koreksi ujung jembatan wheatstone
3.2.1 Rumus nilai koreksi ujung jembatan
 Kesetimbangan L1 dari 0

𝑅 𝑥 + 𝐿1
= … (3.9)
S 𝑦 + (100 − 𝐿1 )

𝑆𝑥 + 𝑆𝐿1
𝑦 + (100 − 𝐿1 ) = … (3.10)
𝑅

 Kesetimbangan L2 dari 0

𝑆 𝑥 + 𝐿2
= … (3.11)
R 𝑦 + (100 − 𝐿2 )

𝑅𝑥 + 𝑅𝐿1
𝑦 + (100 − 𝐿2 ) = … (3.12)
𝑆

Eliminasi (3.10) dan (3.12)

𝑆 𝑅 𝑆𝐿1 𝑅𝐿2
𝐿2 − 𝐿1 = 𝑥 ( − ) + ( − )
R S R S

𝑅 𝑆
𝐿2 (1 + S ) − 𝐿1 (1 − R)
𝑥=
𝑆 𝑅
R−S

𝑅𝐿2 − S𝐿1
𝑥= … (3.13)
𝑆−𝑅

Mencari rumus y dengan memasukkan (3.13) ke (3.10)

𝑅𝐿2 − 𝑆𝐿1
𝑆(
𝑦 + 100 − 𝐿1 = S − R ) + 𝑆𝐿1
𝑅
𝑆𝐿2 − R𝐿1
𝑦= − 100
𝑆−𝑅
𝑆𝐿2 − R𝐿1
𝑦= −1 … (3.14)
𝑆−𝑅

Halaman | 4
3.2.2 Ralat Perambatan
Turunan Parsial

𝜕𝑥 𝜕 𝑅𝐿2 − S𝐿1 𝑆(𝐿2 − 𝐿1 )


= ( )=
𝜕R 𝜕R 𝑆−𝑅 (𝑆 − R)2

𝜕𝑥 𝜕 𝑅𝐿2 − S𝐿1 𝑅 (𝐿1 − 𝐿2 )


= ( )=
𝜕S 𝜕S 𝑆−𝑅 (𝑆 − R)2

𝜕𝑥 𝜕 𝑅𝐿2 − S𝐿1 −𝑆
= ( )=
𝜕𝐿1 𝜕𝐿1 𝑆−𝑅 𝑆−𝑅

𝜕𝑥 𝜕 𝑅𝐿2 − S𝐿1 𝑅
= ( )=
𝜕𝐿2 𝜕𝐿2 𝑆−𝑅 𝑆−𝑅

𝜕𝑦 𝜕 𝑆𝐿2 − R𝐿1 𝑆 (𝐿2 − 𝐿1 )


= ( − 1) =
𝜕R 𝜕R 𝑆−𝑅 (𝑆 − R)2

𝜕𝑦 𝜕 𝑆𝐿2 − R𝐿1 𝑅(𝐿1 − 𝐿2 )


= ( − 1) =
𝜕S 𝜕S 𝑆−𝑅 (𝑆 − R)2

𝜕𝑦 𝜕 𝑆𝐿2 − R𝐿1 −𝑅
= ( − 1) =
𝜕𝐿1 𝜕𝐿1 𝑆−𝑅 𝑆−𝑅

𝜕𝑦 𝜕 𝑆𝐿2 − R𝐿1 𝑆
= ( − 1) =
𝜕𝐿2 𝜕𝐿2 𝑆−𝑅 𝑆−𝑅

Ralat Rambat

2 2 2 2
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥
∆𝑥 = √( . ∆R) + ( . ∆S) + ( . ∆𝐿1 ) + ( . ∆𝐿2 )
𝜕R 𝜕𝑆 𝜕𝐿1 𝜕𝐿2

2 2 2 2
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦
∆𝑦 = √( . ∆R) + ( . ∆S) + ( . ∆𝐿1 ) + ( . ∆𝐿2 )
𝜕R 𝜕𝑆 𝜕𝐿1 𝜕𝐿2

3.2.3 Ralat Bobot

𝑥 𝑦
∑ ∑
∆𝑥 2 ∆𝑦 2
𝑥= 𝑦=
1 1
∑ 2 ∑
∆𝑥 ∆𝑥𝑦 2

1 1
∆𝑥 = √ ∆𝑦 = √
1 1
∑ 2 ∑ 2
∆𝑥 ∆𝑦

𝑥 ± ∆𝑥 𝑦 ± ∆𝑦

Halaman | 5
Keterangan :
I = Kuat Arus (A)
R1 = R = Hambatan diketahui (𝛺 )
R2 = S = Hambatan yang dicari (𝛺 )
R3 = L1 = Panjang (m)
R4 = L2 = Panjang (m)
∆R = Nilai ralat yang diketahui (𝛺 )
∆S = Nilai ralat yang dicari ( 𝛺 )
∆L = Nilai ralat panjang (𝛺 )
x = Panjang koreksi ujung jembatan wheatstone (m)
∆x = Nilai koreksi panjang koreksi ujung jembatan (m)
y = Panjang koreksi ujung jembatan wheatstone (m)
∆y = Nilai koreksi panjang koreksi ujung jembatan (m)

Halaman | 6
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil - hasil percobaan anda tambah/kurangi kolom yang
saudara anngap perlu (nilai : 30 poin).

Tabel 4.1 Data Percobaan Jembatan Wheatstone

Halaman | 7
5. Gambarkan grafik sesuai dengan data diatas pada kertas grafik yang tersedia (gunakan millimeter
blok)Ingat, pemilihan sumbu yang benar akan sangat mempengaruhi grafik linier yang anda buat.. (nilai: 40
poin).

Halaman | 8
6.1 Menentukan nilai tahanan yang tidak diketahui
 Menggunakan data RA-B untuk R=30

Diketahui :
R A−B = 30 Ω
L1 = 0,29 m
L2 = 0,71 m

Maka :
L2
S = R A−B
L1

0,71
S= . 30 = 73,448 Ω
0,29

Turunan Parsial
∂S ∂ L2 L2 0,71
= ( R A−B ) = = = 2,45
∂R A−B ∂R A−B L1 L1 0,29

∂S ∂ L2 L2 0,71
= ( R A−B ) = − 2 R = . 30 = −253,27
∂L1 ∂L1 L1 L1 0,292

∂S ∂ L2 R 50
= ( R A−B ) = = = 103,45
∂L2 ∂L2 L1 L1 0,29

Ralat Rambat
2 2 2
∂S ∂S ∂S
∆S = √( . ∆R) + ( . ∆L1 ) + ( . ∆L2 )
∂R A−B ∂L1 ∂L2

∆S = √(2,34 . 0,5)2 + (−253,27 . 0,0005)2 + (103,45 . 0,0005)2

∆S = 1,231 Ω

Tabel 6.1 Hasil Perhitungan nilai tahanan yang tidak diketahui


𝑆 ± ∆𝑆(Ω)
R 30 Ω 60 Ω 90 Ω 120 Ω 150 Ω
A-B 73,448 ± 1,23 67,66 ± 0,57 70,71 ± 0,40 64,61 ± 0,28 55,48 ± 0,21
A-C 285,79 ± 5 240 ± 2,09 249,62 ± 1,47 232,94 ± 1,04 266,66 ± 0,98
C-D 431,53 ± 7,92 368,57 ± 3,34 383,68 ± 2,37 380 ± 1,78 385,71 ± 1,48
B-C 38,18 ± 0,63 33,75 ± 0,28 29,20 ± 0,17 26,34 ± 0,13 24,41 ± 0,12
D-E 63,75 ± 1,06 58,81 ± 0,49 52,85 ± 0,30 49,01 ± 0,22 55,48 ± 0,21

Halaman | 9
 Ralat Bobot
S S S S S
𝑆
∑ ( 30 2 + 60 2 + 90 2 + 120 2 + 150 2 )
2 ∆S30 ∆S60 ∆S90 ∆S120 ∆S150
𝑆 = ∆𝑆 =
1
∑ 2 ( 1 + 1 + 1 + 1 + 1 )
∆𝑆 ∆S30 2 ∆S60 2 ∆S90 2 ∆S120 2 ∆S150 2

1 1
∆𝑆 = √ =
1
∑ 2 √( 1 + 1 + 1 + 1 + 1 )
∆𝑆 ∆S30 2 ∆S60 2 ∆S90 2 ∆S120 2 ∆S150 2

Tabel 6.2 Hasil Perhitungan Ralat Bobot nilai tahanan yang tidak diketahui
R 𝑆 ± ∆𝑆(Ω)
A-B 61,26 ± 0,15
A-C 250,18 ± 0,61
C-D 382,90 ± 0,97
B-C 26,80 ± 0,07
D-E 53,09 ± 0,13

6.2 Menentukan nilai koreksi ujung jembatan wheatstone


 Menggunakan data SA-B untuk R=30

Diketahui :
R A−B = 30 Ω
L1 = 0,29 m
L2 = 0,71 m
S30 = 73,448 Ω

Maka :
 Untuk nilai x
𝑅𝐿2 − S𝐿1
𝑥=
𝑆−𝑅

30(0,71) − 73,448(0,29)
𝑥= = 1,841 x 10−6 m
73,448 − 30

Turunan Parsial
𝜕𝑥 𝜕 𝑅𝐿2 − S𝐿1 𝑆(𝐿2 − 𝐿1 ) 73,448(0,71 − 0,29)
= ( )= = = 0,0163414
𝜕R 𝜕R 𝑆−𝑅 (𝑆 − R)2 (73,448 − 30)2

𝜕𝑥 𝜕 𝑅𝐿2 − S𝐿1 𝑅 (𝐿1 − 𝐿2 ) 30(0,29 − 0,71)


= ( )= = = −0,0066747
𝜕S 𝜕S 𝑆−𝑅 (𝑆 − R)2 (73,448 − 30)2

𝜕𝑥 𝜕 𝑅𝐿2 − S𝐿1 −𝑆 −73,448


= ( )= = = −1,6904806
𝜕𝐿1 𝜕𝐿1 𝑆−𝑅 𝑆 − 𝑅 73,448 − 30

𝜕𝑥 𝜕 𝑅𝐿2 − S𝐿1 𝑅 30
= ( )= = = 0,6904806
𝜕𝐿2 𝜕𝐿2 𝑆−𝑅 𝑆 − 𝑅 73,448 − 30

Halaman | 10
Ralat Rambat
2 2 2 2
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥
∆𝑥 = √( . ∆R) + ( . ∆S) + ( . ∆𝐿1 ) + ( . ∆𝐿2 )
𝜕R 𝜕𝑆 𝜕𝐿1 𝜕𝐿2

∆𝑥 = √(0,0163414 . 0,5)2 + (−0,0066747 . 0,15)2 + (−1,6904806 . 0,0005)2 + (0,6904806 .0,0005)2

∆𝑥 = 0,0116282 m

 Untuk nilai y
𝑆𝐿2 − R𝐿1
𝑦= −1
𝑆−𝑅

𝑆𝐿2 − R𝐿1 73,448(0,71) − 30(0,29)


𝑦= −1= − 1 = 1,841 𝑥 10−6 m
𝑆−𝑅 73,448 − 30

Turunan Parsial
𝜕𝑦 𝜕 𝑆𝐿2 − R𝐿1 𝑆 (𝐿2 − 𝐿1 ) 73,448(0,71 − 0,29)
= ( − 1) = = = 0,0163414
𝜕R 𝜕R 𝑆−𝑅 (𝑆 − R)2 (73,448 − 30)2

𝜕𝑦 𝜕 𝑆𝐿2 − R𝐿1 𝑅(𝐿1 − 𝐿2 ) 30(0,29 − 0,71)


= ( − 1) = = = −0,0066747
𝜕S 𝜕S 𝑆−𝑅 (𝑆 − R)2 (73,448 − 30)2

𝜕𝑦 𝜕 𝑆𝐿2 − R𝐿1 −𝑅 −30


= ( − 1) = = = −0,6904806
𝜕𝐿1 𝜕𝐿1 𝑆−𝑅 𝑆 − 𝑅 73,448 − 30

𝜕𝑦 𝜕 𝑆𝐿2 − R𝐿1 𝑆 73,448


= ( − 1) = = = 1,6904806
𝜕𝐿2 𝜕𝐿2 𝑆−𝑅 𝑆 − 𝑅 73,448 − 30

Ralat Rambat
2 2 2 2
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦
∆𝑦 = √( . ∆R) + ( . ∆S) + ( . ∆𝐿1 ) + ( . ∆𝐿2 )
𝜕R 𝜕𝑆 𝜕𝐿1 𝜕𝐿2

∆𝑦 = √(0,0163414 . 0,5)2 + (−0,0066747 . 0,15)2 + (−0,6904806 . 0,0005)2 + (1,6904806 .0,0005)2

∆𝑦 = 0,0116282 m

Tabel 6.3 Hasil koreksi ujung x


𝑥 ± ∆𝑥(Ω)
R 30 Ω 60 Ω 90 Ω 120 Ω 150 Ω
A-B 1,841𝑥10−6 ± 0,011 −2,611𝑥10−5 ± 0,049 −8,296𝑥10−6 ± 0,016 −4,51𝑥10−6 ± 0,004 −3,49𝑥10−6 ± 0,002
A-C 1,759𝑥10−7 ± 0,002 0 ± 0,003 −5,952𝑥10−7 ± 0,003 5,313𝑥10−7 ± 0,004 −1,02𝑥10−6 ± 0,004
C-D 7,471𝑥10−8 ± 0,001 1,944𝑥10−7 ± 0,002 1,362𝑥10−7 ± 0,002 0 ± 0,002 3,39𝑥10−7 ± 0,002
B-C −9,778𝑥10−6 ± 0,048 1,353𝑥10−16 ± 0,009 −3,701𝑥10−6 ± 0,003 −4,06𝑥10−6 ± 0,001 2,70𝑥10−6 ± 0,001
D-E 0 ± 0,014 5,0505𝑥10−5 ± 0,298 −2,423𝑥10−6 ± 0,007 −8,45𝑥10−7 ± 0,003 −3,49𝑥10−6 ± 0,002

Halaman | 11
Tabel 6.4 Hasil koreksi ujung y
𝑦 ± ∆𝑦(Ω)
R 30 Ω 60 Ω 90 Ω 120 Ω 150 Ω
A-B 1,841𝑥10−6 ± 0,011 −2,611𝑥10−5 ± 0,049 −8,3𝑥10−6 ± 0,016 −4,514𝑥10−6 ± 0,004 −3,49𝑥10−6 ± 0,002
A-C 1,759𝑥10−7 ± 0,002 0 ± 0,003 −5,95𝑥10−7 ± 0,003 5,313𝑥10−7 ± 0,004 −1,02𝑥10−6 ± 0,004
C-D 7,471𝑥10−8 ± 0,001 1,944𝑥10−7 ± 0,002 1,362𝑥10−7 ± 0,002 0 ± 0,002 3,39𝑥10−7 ± 0,002
B-C −9,78𝑥10−6 ± 0,048 0 ± 0,009 −3,7𝑥10−6 ± 0,003 −4,057𝑥10−6 ± 0,001 2,70𝑥10−6 ± 0,001
D-E 0 ± 0,014 5,0505𝑥10−5 ± 0,298 −2,43𝑥10−6 ± 0,007 −8,452𝑥10−7 ± 0,003 −3,49𝑥10−6 ± 0,002

 Ralat Bobot
𝑥 x30 x60 x90 x120 x150
∑ 2 (∆x 2 + ∆x 2 + ∆x 2 + ∆x 2 + ∆x 2 )
𝑥 = ∆𝑥 = 30 60 90 120 150
1 1 1 1 1 1
∑ 2 ( + + + + )
∆𝑥 ∆x30 2 ∆x60 2 ∆x90 2 ∆x120 2 ∆x150 2

𝑦 y y y y y
∑ 2 ( 30 2 + 60 2 + 90 2 + 120 2 + 150 2 )
∆𝑦 ∆y30 ∆y60 ∆y90 ∆y120 ∆y150
𝑦= =
1 1 1 1 1 1
∑ 2 ( 2 + 2 + 2 + 2 + )
∆𝑦 ∆y30 ∆y60 ∆y90 ∆y120 ∆y150 2

1 1
∆𝑥 = √ =√
1 1 1 1 1 1
∑ 2 + + + +
∆𝑥 ∆x30 2 ∆x60 2 ∆x90 2 ∆x120 2 ∆x150 2

1 1 1 1 1 1
∆𝑦 = √ = + + + +
1 2 ∆x60 2 ∆x90 2 ∆x120 2 ∆x150 2
∑ 2 ∆x30
∆𝑦

Tabel 6.4 Hasil Perhitungan Ralat Bobot koreksi ujung x dan y


Koreksi ujung 𝑥 ± ∆𝑥(Ω) 𝑦 ± ∆𝑦(Ω)
−6 −3
A-B −3,6𝑥10 ± 2,05𝑥10 −3,6𝑥10−6 ± 2,05𝑥10−3
−7 −3
A-C −1𝑥10 ± 1,53𝑥10 −1𝑥10−7 ± 1,53𝑥10−3
C-D 1𝑥10−7 ± 9,63𝑥10−4 1𝑥10−7 ± 9,63𝑥10−4
−7 −4
B-C 1𝑥10 ± 9,03𝑥10 1𝑥10−7 ± 9,03𝑥10−4
D-E −2,5𝑥10−6 ± 1,81𝑥10−3 −2,5𝑥10−6 ± 1,81𝑥10−3

Halaman | 12
PEMBAHASAN

Pada hari senin tanggal 19 April 2021 telah dilaksanakan Praktikum Fisika Dasar II secara daring
dengan kode percobaan L-8 yang berjudul “JEMBATAN WHEATSTONE”. Tujuan dilakukannya
percobaan ini adalah untuk menentukan nilai suatu tahanan yang tidak diketahui dan menentukan koreksi
ujung jembatan Wheatstone. Pada percobaan ini menggunakan alat dan bahan yaitu galvanometer, resistor,
capit buaya, baterai, pena logam, kabel, dan mistar gulung.

Proses fisis pada percobaan ini ketika sumber arus dipasangkan pada rangkaian Jembatan Wheatstone
maka terdapat arus yang mengalir pada rangkaian. Saat nilai resistansi dan resistor yang tidak diketahui
hambatannya yang divariasikan akan terjadi sebuah rangkaian pembagi tegangan yaitu tegangan input
menjadi beberapa tegangan output. Kemudian Pena logam menekan kawat pada jembatan wheatstone lalu
digeser hingga menunjukkan angka nol pada Galvanometer yang menandakan tidak ada arus yang mengalir.
Tercapainya kesetimbangan yang didapat terjadi karena hambatan pada resistensi dan resistor yang dicari
sama, sehingga didapatkan nilai L1 Dan L2. Proses yang terjadi menunjukkan berlakunya hukum kirchoff 1
dan 2 tentang arus yang masuk sama dengan arus yang keluar.

Pada percobaan ini hasil dari perhitungan nilai suatu tahanan dan koreksi ujung jembatan wheatstone
sebagai berikut, Hambatan pada A-B sebesar 𝑆 ± ∆𝑆 = (73,448 ± 1,23)Ω, 𝑥 ± ∆𝑥 = (1,841𝑥10−6 ±
0,011)Ω, dan 𝑦 ± ∆𝑦 = (1,841𝑥10−6 ± 0,011)Ω. Hambatan pada A-C sebesar 𝑆 ± ∆𝑆 = (285,79 ± 5)Ω,
𝑥 ± ∆𝑥 = (1,759𝑥10−7 ± 0,002)Ω, dan 𝑦 ± ∆𝑦 = (1,759𝑥10−7 ± 0,002)Ω. Hambatan pada C-D
sebesar 𝑆 ± ∆𝑆 = (431,53 ± 7,92)Ω, 𝑥 ± ∆𝑥 = (7,471𝑥10−8 ± 0,001)Ω, dan 𝑦 ± ∆𝑦 = (7,471𝑥10−8 ±
0,001)Ω. Hambatan pada B-C sebesar 𝑆 ± ∆𝑆 = (38,18 ± 0,63)Ω, 𝑥 ± ∆𝑥 = (−9,778𝑥10−6 ± 0,048)Ω,
dan 𝑦 ± ∆𝑦 = (−9,78𝑥10−6 ± 0,048)Ω. Hambatan pada D-E sebesar 𝑆 ± ∆𝑆 = (63,75 ± 1,06)Ω, 𝑥 ±
∆𝑥 = (0 ± 0,014)Ω, dan 𝑦 ± ∆𝑦 = (0 ± 0,014)Ω.

L
Adapun faktor yang mempengaruhi dalam percobaan ini adalah nilai L1, L2 dan S dalam rumus S = L2 R
1

yang artinya nilai S berbanding lurus dengan nilai L2 dan. Semakin besar nilai L2 dan R maka nilai S akan
semakin besar. Namun nilai S berbanding terbalik dengan nilai L1. Semakin besar nilai L1 maka nilai S akan
semakin kecil.

Halaman | 13
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan dari pembahasan dan percobaan mengenai jembatan wheatsone ini bahwa :
1) Tidak ada arus yang mengalir melalui galvanometer dan tegangan yang dihasilkan pada setiap
ujung galvanometer ketika galvanometer menunjukkan harga nol pada skala galvanometer.
2) Panjang L1 dan L2 pada percobaan bergantung pada hambatan (R), semaki besar hambatan yang
diberikan maka semakin panjang L2, dan sebaliknya jika hambatan yang diberikan kecil maka
panjang L2 akan kecil.

Halaman | 14
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L-8
JEMBATAN WHEATSTONE

Nama : Bagas Al Arsyad

NIM : 24040118130129

Kelompok : 30
Jurusan : Fisika
Hari/Tanggal : Senin, 19 April 2021

Waktu : 07.30–9.30

Tabel 1.1 Data Pengamatan L-8 Jembatan Wheatstone

R 30 Ω 60 Ω 90 Ω 120 Ω 150 Ω
L1 L2 L1 L2 L1 L2 L1 L2 L1 L2
S
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)

A-B 29 71 47 53 56 44 65 35 73 27

A-C 9,5 90,5 20 80 26,5 73,5 34 66 36 64

C-D 6,5 93,5 14 86 19 81 24 76 28 72

B-C 44 56 64 36 75,5 24,5 82 18 86 14

D-E 32 68 50,5 49,5 63 37 71 29 73 27

Purwakarta, 19 April 2021


Asisten Praktikan

Dwi Ayu Lestari Bagas Al Arsyad

24040117140037 24040118130129
PERCOBAAN L-8
JEMBATAN WHEATSTONE

I. Tujuan Percobaan
1.1 Menentukan nilai suatu tahanan yang tidak diketahui.
1.2 Menentukan koreksi ujung jembatan Wheatstone.
II. Dasar Teori
2.1 Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter
Christie pada 1833 dan meningkat kemudian dipopulerkan oleh Sir Charles
Wheatstone pada tahun 1843. Ini digunakan untuk mengukur suatu yang tidak
diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari rangkaian
jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip dengan
aslinya potensiometer. Jembatan Wheatstone adalah suatu alat pengukur, alat ini
dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran
terhadap suatu tahanan yang nilainya relatif kecil sekali umpamanya saja suatu
kebocoran dari kabel tanah/kartsluiting dan sebagainya (Dedy, 2012).
Jembatan Wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik untuk
mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui harganya (besarnya). Kegunaan dari
Jembatan Wheatstone adalah untuk mengukur pada suatu hambatan dengan cara
arus yang mengalir pada galvanometer sama dengan nol (karena potensial
ujungnya sama besar). Sehingga dapat dirumuskan dengan perkalian silang. Cara
kerja dari Jembatan Wheatstone adalah sirkuit listrik empat tahanan dan sumber
tegangan yang dihubungkan melalui dua titik diagonal dan pada kedua titik
diagonal yang lain dimana galvonemeter ditempatkan seperti yang diperlihatkan
pada Jembatan Wheatstone (Pratama, 2010).

Gambar 1.1a Jembatan Wheatstone Gambar 1.1b Jembatan Wheatstone


2.2 Hukum Ohm
Hukum ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya. Hukum ohm dengan konstanta kesebandingannya ditulis
dengan I/R dimana I merupakan kuat arus listrik dan R merupakan resistansi atau
I=I/R (Tipler, 2001).
2.3 Hukum Kirchoff
2.3.1 Hukum I Kirchoff
Hukum I Kirchoff berdasarkan pada konservasi muatan listrik. Hukum I
Kirchoff menyatakan bahwa, “Pada setiap titik cabang, jumlah semua arus
yang memasuki cabang harus sama dengan arus yang meninggalkan cabang
tersebut.” Pernyataan tersebut dapat dituliskan dalam persamaan, sebagai
berikut:
Σ I masuk = Σ I keluar (2.1)

Dimana jumlah I masuk sama dengan jumlah I keluar (Giancoli, 2014).


Hukum I Kirchoff merupakan hukum kekekalan muatan yang
menyatakan bahwa jumlah muatan yang mengalir tidak berubah. Ini artinya
laju muatan (kuat arus) yang menuju titik cabang sama besarnya dengan laju
muatan (kuat arus) yang meninggalkan titik cabang. (Surya, 2009).

2.3.2 Hukum II Kirchoff


Bunyi Hukum II Kirchoff yaitu tegangan (beda potential) pada suatu
rangkaian tertutup adalah nol. Hukum II Kirchoff bila diformulasikan
menjadi :
𝛴𝛥𝑉 = 0 (2.2)
Jumlah potential mengelilingi lintasan pada rangkaian harus nol (Giancoli,
2014).
Hukum Kirchhoff untuk tegangan menyatakan bahwa jumlah tegangan
pada suatu rangkaian tertutup sama dengan nol. Polaritas atau arah tegangan
tergantung arah arus listrik. Arus akan mengalir dari titik yang berpotensial
atau bertegangan lebih tinggi menuju titik yang berpotensial lebih rendah.
Titik yang mempunyai tegangan lebih rendah ialah titik yang mempunyai
polaritas positif, dan titik yang mempunyai tegangan lebih rendah adalah
titik dengan polaritas negatif (Zuhal, 2004).

2.4 Arus Listrik


Arus listrik dapat dartikan kecepatan muatan berpindah dalam sebuah
rangkaian. Jumlah arus mengalir dalam rangkaian dapat dihitung dengan
pembagian jumlah muatan yang lewat pada suatu titik dan durasi waktu yang
dibutuhkan. Dalam satuan ampere (A) (Yohandri, 2016).

2.5 Tegangan
Tegangan adalah gaya listrik (electromative force) yang menggerakan arus
dalam sebuah rangkaian listrik. Satuan dari tegangan adalah volt dengan simbol
E. Tegangan kecil biasanya diukur dalam orde milivolt dengan simbol mV.
Sementara untuk satuan tegangan yang lebih kecil diungkapkan dalam orde mikro
(Yohandri, 2016).

2.6 Resistansi
Resistansi atau hambatan adalah kemampuan suatu benda untuk menahan
atau menghambat aliran arus listrik. Jika pada 2 macam bahan dengan bentuk
geometrid an ukuran yang sama diberi tegangan listrik dari sumber daya yang
sama, kenyataannya memberikan nilai arus yang berbeda. Hal ini disebabkan
berbedanya resistansi kedua bahan tersebut. Jika resistansinya rendah, arus yang
mengalir besar dan sebaliknya arus mengalir kecil bila resistansinya besar.
Perbedaan potensil yang sama dan diberikan diantara ujung-ujung kawat tembaga
atau perak yang memiliki geometri yang sama maka dihasilkan arus yang berbeda
karakteristik sift penghantar ini disebabkan oleh hambatan (resistansi). Hambatan
R dari suatu penghantar merupakan perbandingan perbedaan potensial V antara
titik-titik tersebut dengan arus listrik I dan dikenal sebagai hukum ohm (Halliday,
2007).
2.7 Rangkaian Pembagi Tegangan
Pembagi tegangan merupakan rangkaian sederhana yang dapat mengubah
tegangan yang tinggi menjadi tegangan yang lebih rendah. Dengan hanya
menggunakan dua resistor yang dipasang secara seri dan dengan sebuah input
tegangan, dapat membuat tegangan output yang mana tegangan output ini
merupakan hasil perhitungan dari tegangan input (Ahmad, 2007).
Rangkaian pembagi tegangan (voltage divider) disebut juga sebagai rangkaian
pembagi potensial (potential divider). Rangkaian pembagi tegangan berfungsi
membagi tegangan input menjadi beberapa bagian tegangan output
(Sutrisno,1986).

2.8 Galvanometer
Galvanometer adalah suatu alat yang dapat mengukur arus yang sangat kecil.
Galvanometer dalam proses pengerjaannya menggunakan arus gulungan putar
yang terdiri dari sebuah magnet yang tidak bergerak dan sebuah potongan kawat
yang merupakan satu bagian yang mudah bergerak dan dilalui arus yang hendak
diukur. Pada kapal motor dilengkapi dengan lapis-lapis kutub. Lapis-lapis kutub
ini ditempatkan pada sebuah inti dengan lilitan kawat yang dapat diputar dengan
bebas melalui sebuah poros. Jika gulungan ini dialiri arus listrik maka akan timbul
suatu kekuatan yang berakibat akan memutar gulungan itu sehingga akan
membentuk sudut 900 terhadap arah kawat. Dengan menggunakan peraturan daya
jadi dapat kita ketahui bahwa gulungan tadi berputar menurut arah panah,
sehingga jarum penunjuk akan menyimpang ke kanan dari angka nol
(Suryanto,1999).
III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Galvanometer
Berfungsi untuk mengetahui arus listrik yang relatif kecil.
3.1.2 Resistor
Berfungsi sebagai pengatur dalam membatasi jumlah arus yang mengalir.
3.1.3 Pena Logam
Berfungsi sebagai alat penunjuk untuk mengetahui adanya keseimbangan
3.1.4 Baterai
Berfungsi sebagai sumber tegangan.
3.1.5 Kabel
Berfungsi sebagai penghubung antar alat.
3.1.6 Capit Buaya
Berfungsi sebagai penyalur energi listrik dari sumber daya adaptor.
3.1.7 Mistar Gulung
Berfungsi untuk mengukur panjang L1 dan L2.
3.1.8 Kawat
Berfungsi sebagai penghubung antar konduktor.

3.2 Gambar Alat dan Bahan

Gambar 3.1 Galvanometer


Gambar 3.2 Resistor

Gambar 3.3 Pena Logam

Gambar 3.4 Baterai

Gambar 3.5 Kabel


Gambar 3.6 Capit Buaya

Gambar 3.7 Mistar Gulung

Gambar 3.8 Kawat


3.3 Skema Alat

2
3
1

4
5

9
Gambar 3.9 Skema Alat Percobaan Jembatan Wheatstone

Keterangan :
1. Resistor penguji sebagai arus yang diuji
2. Galvanometer
3. Resistor penguji sebagai pemberi hambatan
4. Capit buaya
5. Kawat
6. Mistar gulung
7. Kabel
8. Baterai
9. Pena logam
3.4 Diagram Alir

Mulai

Arus(I), Tegangan (V)

Menyusun rangkaian Jembatan wheatstone

Penggeseran pena logam hingga titik


kesetimbangan

Pengukuran panjang L1 dan L2

Variasi pembalikkan R Ya
dan S

Panjang L1 dan L2

Selesai

Gambar 3.10 Diagram Alir Jembatan Wheatstone


3.5 Diagram Fisis

Ketika sumber arus dipasangkan pada rangkaian Jembatan Wheatstone terdapat arus
yang mengalir pada rangkaian.

Saat nilai resistansi dan resistor yang tidak diketahui hambatannya yang divariasikan
akan terjadi sebuah rangkaian pembagi tegangan yaitu tegangan input menjadi beberapa
tegangan output.

Pena logam menekan kawat pada jembatan wheatstone lalu digeser hingga menunjukkan
angka nol pada Galvanometer yang menandakan tidak ada arus yang mengalir.

Tercapainya kesetimbangan yang didapat terjadi karena hambatan pada resistensi dan
resistor yang dicari sama, sehingga didapatkan nilai L1 Dan L2.

Berlaku hukum kirchoff 1 dan 2 tentang arus yang masuk sama dengan arus yang keluar.

Gambar 3.12 Diagram Fisis Percobaan Jembatan Wheatstone


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jayadi. 2007. Dasar Elektronika. Jakarta : Wordpress.

Dedy. 2012. Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga.

Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Halliday, R. 2007. Fundamentals Of Physics 8 Edition. New York : Wiley.

Pratama. 2010. Fisika bahan listrik. Yogyakarta : Pustaka belajar.

Surya, Yohanes. 2009. Listrik dan Magnet. Tangerang : PT Kandell.

Suryanto. 1999. Pengetahuan Alat Ukur dan Elektronik. Jakarta : Erlangga.

Sutrisno. 1986. Elektronika Teori dan Penerapannya. Bandung : ITB.

Tipler, A Paul. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Yohandri, Asrizal. 2016. Elektronika Dasar 1. Jakarta : Kencana.

Zuhal. 2004. Prinsip Dasar Elektronika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai