DI SUSUN
O
L
E
H
“ NUR USWATUN HASANAH”
KELAS XI IPA 4
Kesetimbangan kimia adalah keadaan dimana suatu reaksi bolakbalik berlangsung terus
menerus tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati. Susunan kesetimbangan tidak berubah
dari waktu ke waktu karena kecepatan terbentuk dan menghilangnya masing-masing
komponennya sama besar.
Konsep kesetimbangan perlu untuk memahami reaksi-reaksi yang berlangsung dalam
larutan yaitu yang emnyangkut ion-ion. Kesetimbangan yang sudah di ketahui adalah
kesetimbangan ionisasi asam lemah dan basa lemah. Dalam bahasan ini akan dipelajari tiga jenis
kesetimbangan ion lain yaitu larutan penyangga, hidrolisis garam, dan kesetimbangan dalam
larutan jenuh atau basa yang sedikit larut
Larutan penyangga mengandung campuran asam lemah dan basa konjugaasinya atau
basa lemah dan asam konjugasinya.
Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga
basa. Larutan penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam ( pH < 7), sedangkan
larutan penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7).
2) Mencampurkan suatu asam lemah dengan basa kuat dimana asam lemah dicampurkan
dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa
konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Contoh :
100 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
Jumlah mol CH3COOH = 100 mL x 0,1 mmol/mL = 10 mmol
jumlah mol NaOH = 50 mL x 0,1 mmol/mL = 5 mmol
2) Mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat di mana basa lemahnya
dicampurkan berlebih.
Contoh :
50 mL NH3 0,2 M ( = 10 mmol ) dicampur dengan 50 mL HCl 0,1 M ( = 5 mmol). Campuran
akan bereaksi menghasilkan 5 mmol NH4Cl (NH4+) sedangkan NH3 bersisa 5 mmol dengan
rincian sebagai berikut :
NH3 (aq) + HCl (aq) --------> NH4Cl (aq)
Atau dengan reaksi ion :
Jadi, campuran merupakan buffer karena mengandung NH3 ( basa lemah) dan
NH4+ (asam konjugasi NH3)
dipertahankan.
Setelah itu pH larutan pada setiap gelas diukur dengan indikator universal. Hal ini sama
dilakukan pula terhadap larutan bukan penyangga.
Secara teori, pH larutan pada setiap gelas diukur dengan indikator universal. Hal
ini sama dilakukan pula terhadap larutan bukan penyangga.
Jenis larutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Larutan penyangga 4,83 5,22 3,74 4,64 4,75 4,79 4,83 4,81 4,75
Larutan bukan 2,32 1,70 1,48 1,45 11,68 12,30 12,52 12,5 7
penyangga 5
Perubahan pH larutan penyangga dan bukan penyangga di atas dapat digambarkan dengan
grafik sebagai berikut :
Gambar grafik perubahan pH larutan penyangga (a) dan larutan bukan penyangga (b) pada
penambahan asam dan basa kuat.
4. Fungsi Larutan Penyangga dalam Tubuh Makhluk Hidup dan Dalam Kehidupan
Sehari hari
Larutan penyangga digunakan secara luas dalam kimia analitis, biokimia dan bakteriologi
juga dalam fotografi, industri kulit dan zat warna. Dalam tiap bidang tersebut terutama dalam
biokimia dan bakteriologi diperlukan rentang pH tertentu yang sempit untuk mencapai hasil
optimum. Kerja suatu enzim tumbuhnya kultur bakteri dalam proses biokimia lainnya sangan
sensitif terhadap perubahan pH.
Cairan tubuh, baik cairan intra sel maupun cairan luar sel, merupakan larutan penyangga.
Sistem penyangga utama dalam cairan intra sel adalah pasangan asam basa konjugasi
dihidrogenphosphat- monohidrogenphosphat ( H2PO4- - HPO42- ). Sistem ini bereaksi dengan
asam dan basa sebagai berikut :
HPO4 2- (aq) + H + (aq) --------> H2PO4 – (aq)
H2PO4 – (aq) + OH- (aq) ------> HPO4 2- (aq) + H2O (l)
adapun sistem penahan utama dalam cairan luar sel ( darah) adalah pasangan asam basa
konjugasi asam karbonat dan bikarbonat (H2CO3 – HCO3- ). Sistem ini bereaksi dengan asam
dan basa sebagai berikut :
H2CO3 (aq) + OH- (aq) ------> HCO3- (aq) + H2O (l)
Proses metabolisme dalam jaringan terus menerus membebaskan asam-asam seperti asam
laktat, asam fosfat dan asam sulfat. Ketika asam-asam masuk ke pembuluh darah maka ion
HCO3- akan berubah menjadi H2CO3, kemudian H2CO3 akan terurai menjadi CO2.
Pernapasan akan meningkat untuk mengeluarkan kelebihan CO2 melalui paru-paru. Apabila
darah harus menerima zat yang bersifat basa maka H2CO3 akan berubah menjadi HCO3- .
untuk mempertahankan perbandingan HCO3- /H2CO3 tetap 20/1 , maka sebagian CO2 yang
terdapat dalam paru-paru akan larut ke dalam darah membentuk H2CO3.
Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh gagal, seperti dapat terjadi selama sakit,
sehingga pH darah turun ke bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8 dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada organ tubuh bahkan kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keadaan
asidosis (penurunan pH) adalah penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes millitus ( penyakit
gula), diare yang terus menerus, atau makanan berkadar protein tinggi selama jangka wakru yang
lama.
Keadaan asidosis sementara dapat terjadi karena olahraga intensif yang dilakukan terlalu
lama. Alkalosis (peningkatan pH darah) dapat terjadi sebagai akibat muntah yang hebat,
hiperventilasi ( bernapas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas atau histeris atau
berada di ketinggian).
Suatu penelitian yng dilakukan terhadap para pendaki gunung yang mencapai puncak
Everest (8848 m) tanpa oksigen tambahan menunjukkan pH darah mereka berada di antara 7,7 -
7,8. Hiperventilasi diperlukan untuk mengatasi tekanan oksigen yang amat rendah ( kira-kira 43
mmHg) di tempat setinggi itu.
Misalkan jumlah mol NaCH3COO yang dilarutkan = g mol. Dalam larutan, garam ini mengion
sempurna membentuk g mol ion Na+ dan g mol ion CH3COO-
NaCH3COO (aq) ----------> CH3COO- (aq) + Na+ (aq)
mula - mula : g mol - -
reaksi : - g mol + g mol + g mol
setimbang : - g mol g mol
Maka konsentrasi ion H+ dalam larutan akan ditentukan oleh persamaan berikut :
[ H+] = Ka x [CH3COOH]
[ CH3COO- ]
Jumlah ion CH3COO- dalam larutan = ( x + g), sedangkan jumlah CH3COOH =
( a-x) mmol. Oleh karena dalam larutan terdapat banyak ion CH 3COO- , yaitu yang
berasal dari NaCH3COO, maka kesetimbangan akan terdesak ke kiri, sehingga jumlah
mol CH3COOH dalam larutan dianggap tetap a mol (a - x) = a; jumlah CH3COOH yang
mengion diabaikan. Dengan alasan yang sama, jumlah ion CH3COO- dalam larutan dapat
dianggap = g mol ( g + x = g; )
dengan :
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi
Contoh soal :
Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan 50 mL larutan CH3COOH
0,1 M dengan 50 mL larutan NaCH3COO 0,1 M Ka CH3COOH = 1,8 x 10-5
Jawab :
Mol CH3COOH = 50 mL x 0,1 mmol/mL
= 5 mmol
Mol NaCH3COO = 50 x 0,1 mmol/mL
= 5 mmol
mol asam = mol basa konjugasi, maka pH = pKa = - log 1,8 x 10-5 = 4,75
NH3 (aq) + H2O (l) <=====> NH4+ (aq) + OH- (aq)
Contoh soal
Ke dalam 100 mL larutan NH3 0,1 M ditambahkan 100 mL larutan (NH4)2 SO4 0,1 M.
Berapakan pH campuran itu ? Kb NH3 = 1,8 x 10-5. Apabila ke dalam campuran itu
ditambahkan lagi 20 mL larutan HCl 0,1 M, berapakah pH sekarang?
Jawab :
a) Campuran larutan NH3 dengan (NH4)2SO4 bersihat penyangga karena mengandung basa
lemah (NH3) dan asam konjugasinya (NH4+). pH larutan tergantung pada perbandingan mol
NH3 dengan ion NH4+.
b) Penambahan HCl akan mengurangi jumlah NH3 dan menambah jumlah ion NH4+ yang
terbentuk = 1 mmol. Susunan campuran sekarang dapat diperinci sebagai berikut :
Contoh soal
Periksalah, apakah campuran larutan berikut bersifat penyangga atau tidak?
a. 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan Ca (CH3COOH)2 0,1 M
b. 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
c. 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
d. 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,2 M
Jawab :
a) Campuran dari 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan Ca (CH3COOH)2
0,1 M bersifat penyangga karena mengandung asam lemah (CH3COOH ) dan basa
konjugasinya yaitu ion CH3COO- yang berasal dari Ca(CH3COOH)2.
Jadi, dalam canpuran terdapat 5 mmol CH3COOH (suatu asam lemah ) dan 5 mmol ion
CH3COO- (basa konjugasi dari CH3COOH)
Jadi, dalam campuran tidak terdapat CH3COOH (suatu asam lemah ) dan terdapat 5
mmol ion CH3COO- (basa konjugasi dari CH3COOH)