Anda di halaman 1dari 18

2.1.

3 Berdasarkan urgensi faktual, variabel dibedakan menjadi variabel konseptual dan


variabel faktual. 
a) Variabel Konseptual merupakan variabel yang tidak terlihat secara jelas atau sesuai
fakta, contohnya adalah motivasi, minat, bakat dan kinerja.
b) Variabel faktual merupakan variabel yang dapat terlihat nyata secara jelas, contohnya
adalah tegangan, arus, gen, usia dan lain sebagainya.

2.1.4 Berdasarkan waktu pengukurannya, variabel dibedakan menjadi dua jenis yaitu


variabel maksimalis dan variabel tipikalis.
a) Variabel Maksimalis adalah variabel yang dalam proses pengumpulan data terdapat
dorongan kepada responden. Contohnya adalah kerativitas, bakat dan prestasi.
b) Variabel Tipikalis merupakan jenis variabel yang dalam proses pengumpulan datanya
tidak disertai dorongan kepada responden. Contohnya adalah minat, kepribadian, sikap
terhadap hal tertentu.

2.1.5 Berdasarkan Skala pengukur, variabel dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
a) Nominal merupakan jenis variabel yang hanya dapat dikelompokkan terpisah atau
diskrit. Contohnya adalah gender, agama, wilayah.
b) Ordinal merupakan jenis variabel yang mempunyai perbedaan, tingkatan atau urutan
serta tidak memiliki selisih sama. Contohnya adalah peringkat dalam kelas yang
berdasarkan skor yang bervariasi.
c) Interval merupakan jenis variabel yang sama dengan ordinal akan tetapi memiliki selisih
yang sama. Contohnya adalah interval hasil belajar yang dilambangkan huruf A B C D
dan E.
d) Rasio merupakan variabel yang mirip dengan interval akan tetapi dapat dibandingkan.
Contohnya adalah berat badan, seseorang dengan berat badan 40 kg adalah setengah dari
orang yang berat badannya 80 kg.

2.2. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Sedangkan menurut Singarimbun dan Effendi, populasi adalah jumlah keseluruhan dari
unit analisis yang ciri- cirinya akan diduga (predicted). Pada prinsipnya, populasi adalah semua
anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu
tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada subjek atau objek yang diamati melainkan
seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.

2.3 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dengan
menggunakan cara tertentu sehingga sumber data tersebut dapat mewakili seluruh populasi
secara keseluruhan.
Tujuan penentuan sampel adalah untuk memperoleh keterangan mengenai objek
penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi. Sugiyono (2011: 86)
berpendapat bahwa: “Makin besar jumlah sampel yang mendekati populasi, maka peluang
kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi”. Pengambilan sampel penelitian harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar representatif. Artinya
sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili karakteristik dari populasi penelitian secara
keseluruhan sehingga dapat menggambarkan keadaan sebenarnya.

2.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan
berhasil atau tidaknya suatu penelitian.” Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang
digunakan harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan. Untuk
kuantitatif teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner, sedangkan
untuk kualitatif menggunakan wawancara dan observasi dalam pengumpulan datanya.

2.4.1 Angket atau Kuesioner


Angket sering juga disebut sebagai kuesioner. Menurut Sugiyono (2009, hlm.199)
“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.”
Sedangkan kuesioner menurut Zuriah (2009, hlm. 182) adalah “Suatu alat pengumpul informasi
dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula.”
Kemudian Riduwan (2012, hlm. 71) menyatakan bahwa, “Angket adalah daftar pertanyaan yang
diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan
pengguna.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa angket atau kuesioner
merupakan salah satu alat mengumpulkan data dalam penelitian dengan memberikan beberapa
pertanyaan kepada responden dengan tujuan memperoleh data dan informasi yang lengkap
mengenai suatu masalah.

2.4.2. Wawancara
Wawancara menurut Zuriah (2009, hlm. 179) adalah “Alat pengumpul informasi dengan
cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.” Sedangkan
Sugiyono (2009, hlm. 194) menyatakan bahwa: Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Peneliti melakukan teknik wawancara dengan tujuan menggali informasi mendalam dari
responden mengenai hal yang akan diamati dan sebagai studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti.
Dalam wawancara peneliti bertindak sebagai pewawancara sekaligus sebagai pemimpin
dalam proses wawancara tersebut. Sedangkan responden adalah orang yang diwawancarai yang
dimintai informasi oleh peneliti. Responden yang di mintai wawancara diharapkan mengetahui
data ataupun informasi serta data yang dibutuhkan oleh penelti.
Wawancara dalam penelitian kualitatif meliputi wawancara mendalam dan wawancara
bertahap. Wawancara mendalam dilakukan dalam konteks observasi partisipasi. Peneliti terlibat
secara intensif dengan setting penelitian terutama pada keterlibatannya dengan kehidupan
informan (Satori & Komariah, 2011: 130).
Selanjutnya Satori dan Komariah juga menjelaskan bahwa wawancara bertahap adalah
wawancara yang mana peneliti melakukannya dengan sengaja dating berdasarkan jadwal yang
ditetapkan sendiri untuk melakukan wawancara dengan informan dan peneliti tidak sedang
observasi partisipasi. Sifat wawancara tetap mendalam, tetapi dipandu oleh pertanyaan-
pertanyaan pokok.
Dalam Sugiyono (2010: 194), wawancara dibedakan menjadi wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur.
 Wawancara Terstruktur
Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Setiap
responden diberi pertanyaan sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dalam melakukan
wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka
pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur
dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
 Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

2.4.3 Observasi
Menurut Bungin (2011, hlm. 133) “Observasi adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan
pancaindera lainnya.” Sedangkan menurut Riduwan (2012, hlm 76) “Observasi yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan.”
a) Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:
 Observasi Berperanserta
Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa uang dikerjakan
oleh sumber data. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap,tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang
nampak. Dalam suatu perusahaan, peneliti dapat berperan sebagai karyawan, mengamati
bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana
hubungan satu karyawan dengan karyawan lainnya, dan lain-lain.
 Observasi Nonpartisipan
Peneliti hanya sebagai pengamat independen. Data yang dikumpulkan tidak mendalam,
tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang
tampak, yang terucapkan dan yang tertulis. Dalam proses produksi, peneliti dapat
mengamati bagaimana mesin-mesin bekerja dalam mengolah bahan baku, komponen
mesin mana yang masih bagus dan yang kurang bagus, bagaimana kualitas barang yang
dihasilkan, dan bagaimana performance tenaga kerja atau operator mesinnya.
b) Berdasarkan instrumen yang digunakan, observasi dibedakan menjadi:
 Observasi terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang
apa yang diamati, kapan dan di mana tempatnya. Observasi ini dilakukan apabila
peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang diamati. Dalam melakukan
pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang yang telah teruji validitas
dan reliabilitasnya.
 Observasi tidak terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang
akan diamati. Peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya
rambu-rambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara,
peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat
melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan
kemudian dibuat kesimpulan.

2.4.4. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010, hlm. 274) dokumentasi yaitu “Mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya.” Sedangkan menurut Riduwan (2012, hlm. 77) “Dokumentasi
adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku
yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang
relevan penelitian.”
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumentasi berbentuk gambar misalnya foto, sketsa, dan sebagainya.
Dokumentasi berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,
film, dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif studi dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara.

2.5 Instrumen Penelitian


Instrumen merupakan alat mengumpulkan data dan alat itu biasanya berupa
kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berskala likert dengan tingkat skor
yang bervariasi dan berbeda. Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian. Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya
dan bidang pendidikan khususnya yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu maka
peneliti harus membuat instrument yang akan diigunakan untuk penelitian.
Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (human instrument) yang
disertai alat bantuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti memiliki kedudukan sebagai
perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi
pelapor hasil penelitiannya.
Pada prinsipnya penelitian merupakan proses pengukuran, agar penelitian tersebut
hasilnya relevan maka dibutuhkan alat ukur untuk mengukurnya, selain itu instrumen dapat
mempermudah dalam pengumpulan datanya. Sebagaimana menurut Arikunto (2010, hlm. 203)
bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Sugiyono (2012, hlm. 105) menjelaskan bahwa “instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti.” Dengan demikian jumlah variabel akan menentukan
banyaknya instrumen penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu keberadaan
industri sebagai variabel X dan kondisi sosial ekonomi sebagai variabel Y1, serta kondisi budaya
sebagai variabel Y2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya angket atau
kuesioner dan pedoman wawancara.

2.6 Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data adalah tahapan dalam proses penelitian dengan tujuan menginvestigasi,
mentransformasi, mengungkap pola-pola gejala sosial yang diteliti agar laporan penelitian dapat
menunjukkan informasi, simpulan dan atau menyediakan rekomendasi untuk pembuat kebijakan.
Jadi, analisis data itu sendiri merupakan sebuah proses.
Proses analisis data melibatkan beberapa teknik. Teknik analisis data penelitian
kuantitatif berbeda dengan kualitatif. Namun demikian, bisa mengandung kesamaan dalam
beberapa hal. Berikut ini penjelasan umum teknik analisis data pada penelitian kuantitatif dan
kualitatif.
Beberapa tahapan awal keduanya cenderung memiliki kesamaan.
2.6.1 Memeriksa kelengkapan data
Tahap ini dilakukan segera setelah data terkumpul. Peneliti bisa membuat ceklist untuk
memastikan apakah semua data sudah terkumpul. Perlu diperhatikan bahwa tidak ada dataset
atau catatan lapangan yang sempurna. Selalu ada kekurangan dan celah setelah data
terkumpul. Namun demikian, penting bagi peneliti untuk melakukan justifikasi bahwa data
yang terkumpul sudah layak untuk dianalisis. Justifikasi tersebut tentu didasarkan pada
desain riset awal tentang data apa saja yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Singkatnya, jika data dirasa cukup, maka bisa dianggap sudah lengkap.
2.6.2 Memeriksa kualitas data
Tahap ini dilakukan dengan cara mengamati atau membaca berulang-ulang apakah jawaban
dari informan sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti, dalam arti semua kolom terisi
atau semua pertanyaan terjawab secara memuaskan. Pemeriksaan kualitas data dilakukan
untuk menentukan berapa data yang missing dan perlukah dilakukan pencarian data
tambahan.
2.6.3. Menentukan kualitas pengukuran
Tahap ini umumnya dilakukan pada riset kuantitatif. Bagaimana variabel diukur harus
diuraikan secara jelas. Misalnya, peneliti membahas tentang kualitas hidup manusia. Hidup
yang berkualitas harus bisa diukur. Kualitas hidup bisa diukur dengan tingkat kebahagiaan
subjektif dan kesehatan. Skala yang digunakan misalnya, responden memilih antara angka 1-
10 pada kuesioner, semakin tinggi semakin bahagia. Ada banyak macam cara untuk
melakukan pengukuran. Pada penelitian kualitatif, pengukuran seringkali tidak perlu karena
memang umumnya fenomena kualitatif tidak bisa diukur atau sebaiknya tidak perlu demi
menjaga kualitas data. Misal, penelitian tentang pengalaman kultural masyarakat penggemar
sabung ayam atau makna sosial dari suatu fenomena sosial lain. Pengalaman kultural dan
pemaknaan sosial oleh informan lebih relevan dijelaskan dengan narasi ketimbang skala atau
angka.
2.6.4 Membuat klastering data
Setelah peneliti memastikan data yang terkumpul cukup dan dianggap berkualitas, tahap
selanjutnya adalah membuat klastering. Tahap ini sangat penting karena berpengaruh pada
penentuan sistematika penelitian. Tanpa klastering, peneliti akan kebingungan sendiri dan
berpotensi tersesat dalam kompleksitas data yang dimiliki. Klastering bisa disebut juga
grouping. Intinya, membuat klasifikasi data.
Pengklasifikasian data harus merujuk pada relevansi dan kualitas data. Peneliti memastikan
setiap pertanyaan penelitian dibuatkan klasifikasiannya. Sebagai contoh, penelitian kualitatif
tentang perkembangan komunitas urban. Klasifikasi bisa dilakukan dengan cara menentukan
bahwa narasi yang bersumber dari ketua komunitas cenderung lebih relevan dibanding
narasi dari anggota yang baru masuk apabila fokusnya adalah tentang perkembangan
komunitasnya. Proses klastering terkait erat dengan tahap pemeriksaan kualitas data.
2.6.5. Melakukan analisis
Setelah data terklasifikasi dengan jelas, analisis data bisa dilakukan untuk menemukan pola.
Pada tahap ini ada perbedaan yang menonjol antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Riset kuantitatif lumrahnya menerapkan statistik. Sedangkan riset kualitatif menerapkan
coding. Keduanya bisa dilakukan secara manual atau dengan bantuan software komputer.
Berikut ini akan saya jelaskan secara singkat analisis data pada kedua metode penelitian dan
software apa saja yang bisa digunakan.
 Analisis data kuantitatif
Ada beberapa tipe analisis data kuantitatif. Salah satu yang paling populer adalah
analisis regresi. Analisis regresi mengukur hubungan antara variabel dependen dan
variable independen. Ringkasnya, analisis regresi menunjukkan perubahan nilai variabel
dependen ketika variabel independen berada pada nilai yang tetap.
Sebagai contoh, penelitian tentang tingkat pendidikan dan pendapatan ekonomi.
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui, misalnya, apakah orang yang
pendidikannya tinggi, memiliki pendapatan ekonomi yang lebih tinggi pula. Regresi
analisis mampu menunjukkan bukti bahwa ternyata, ada korelasi yang signifikan antara
keduanya. Atau jika hasilnya sebaliknya, maka tidak ada korelasi yang signifikan antara
keduanya.
 Analisis data kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara coding. Proses coding melibatkan
penentuan konsep atau variabel yang mendahului. Coding memfasilitasi peneliti untuk
membuat kesimpulan yang valid dan sistematis. Secara ringkas, koding merupakan
proses kategorisasi data kualitatif sehingga bisa dengan mudah diukur atau dipahami.
Konsep atau variabel yang ditentukan dalam coding harus merujuk pada rumusan
masalah atau pertanyaan penelitian. Tentu saja, data lisan harus ditranskrip terlebih
dahulu. Proses coding cukup memakan waktu karena peneliti harus membaca hasil
transkripsi secara berulang, tidak bisa hanya sekali saja. Dua atau tiga kali pengulangan
biasanya dianggap cukup.

2.7 Teknik Penyajian Data


Pada laporan penelitian, bagian hasil penelitian terdapat bahasa mengenai deskripsi data,
analisis data dan pembahasan. Deskripsi data adalah kegiatan menyajikan data dari data yang
dikumpulkan. Data yang dikumpulkan dalam prosses pengumpulan data merupakan data yang
berserakan, tidak beraturan dan sulit dibaca, agar tersusun dalam bentuk yang teratur dan mudah
dibaca maka dilakukan penyajian data atau penyusunan data.
Dengan demikian, penyajian data adalah kegiatan menyusun data mentah yang
berserakan menjadi lebih teratur sehingga mudah dibaca, dipahami dan dianalisis. Penyajian data
mempunyai dua tujuan ( Ferguson dan Takane, 1998: 16), yaitu:
 Pertama, penyajian data memudahkan dalam membaca dan memahami data.
Data mentah yang tidak beraturan sulit dibaca dan dipahami. Dengan menyajikannya
dalam bentuk tabel atau gambar maka penampilan dan gambaran data lebih mudah
dibaca dan dipahami.
 Kedua, penyajian data memudahkan dalam menganalisis data.
Data mentah yang belum tersusun dengan baik memerlukan waktu yang lama dan sulit
untuk dianalisis. Dengan menyusunnya dalam bentuk yang lebih teratur maka data lebih
mudah dianalisis.
Penyajian data dilakukan untuk menyusun atau mengatur data. Data yang disajikan
dapat berbentuk skor, persentase atau indeks. Bentuk data sangat tergantung pada
bentuk mana yang memberikan manfaat maksimal kepada pembaca dalam memahami
data.
 Skor
Data berbentuk skor merupakan data asli hasil pengukuran. Data ini langsung diambil
berdasarkan hasil pengukuran variabel tertentu atau responden. Pengukuran dilakukan
dengan mengubah respons yang diberikan oleh responden atas instrumen menggunakan
aturan skoring.
 Persentase
Data dapat disajikan dalam bentuk persentase. Skor diubah menjadi persentase dengan
cara membagi suatu skor dengan totalnya dan mengalikan 100.  Data bentuk persentase
biasanya dipilih bila ingin mengetahui posisi data diantara total keseluruhan.
 Indeks
Data yang disajikan juga dapat diubah ke dalam bentuk indeks. Seperti juga penyajian
data menggunakan persentase, pengubahan ke dalam angka indeks juga dapat
dimaksudkan untuk mengetahui nilai suatu skor di antara keseluruhan data. Bedanya,
presentase disajikan dalam bentuk persen, sedang angka indeks disajikan dalam bentuk
angka desimal.
Misalnya: Terdapat sebanyak 15 orang siswa yang tidak lulus dalam sebuah tes yanng
diikuti oleh 20 orang, maka angka ketidaklulusan adalah 15/20 = 0,75.

Setiap peneliti harus dapat menyajikan data telah diperoleh, baik yang diperoleh melalui
observasi, wawancara, kuesioner (angket) maupun dokumentasi. Prinsip dasar penyajian data
adalah komunikatif dan lengkap, dalam arti data yang disajikan dapat menarik pihak lain untuk
membacanya dan mudah memahami isinya. Penyajian data yang komunikatif dapat dilakukan
dengan: penyajian data dibuat berwarna, dan bila data yang disajikan cukup banyak maka perlu
bervariasi penyajiannya.
Teknik penyajian data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu membuat tabel atau daftar
dan grafik atau diagram.

2.7.1 Tabel
Tabel merupakan kumpulan angka-angka yang disusun menurut kategori-kategori
(misalnya: jumlah pegawai menurut pendidikan dan masa kerja) sehingga memudahkan dalam
pembuatan analisis data. Penyajian data dalam bentuk tabel bertujuan untuk memberikan
informasi dan gambaran mengenai jumlah secara terperinci sehingga memudahkan pengolah data
dalam menganalisis data tersebut. Tabel mempunyai beberapa komponen. Berikut contoh sebuah
tabel sebagai bahan untuk menjelaskan komponen tabel.
Jumlah penduduk putus SD/MI di Desa X Tahun 2007 – 2009
Tahun Frekuensi
2007 115
2008 121
2009 132
Jumlah 368
Tabel 1
a) Nomor Tabel, diatas judul tabel terdapat nomor tabel yaitu 2.1. bila tabel yang disajikan
lebih dari satu maka hendaknya diberi nomor agar mudah untuk mencari kembali bila
dibutuhkan.
b) Judul Tabel, di atas tabel dituliskan judul tabel. Judul tabel memuat informasi mengenai:
data serta tempat dan waktu pengumpulannya.
c) Baris, tabel tersebut mempunyai baris 2007 – 115, 2008 – 121, 2009 – 132 dan jumlah –
368.
d) Kolom, tabel di atas mempunyai kolom tahun dan frekuensi penduduk putus SD/MI.
e) Sel adalah data yang menjadi pertemuan baris dan kolom, yaitu 155, 121, 132 dan 368.
f) Sumber adalah asal darimana data dikutip. Sumber merupakan pihak yang melakukan
pengumpulan data. Jika tabel tidak memuat sumber berarti data dikumpulkan dan
ditabulasikan sendiri oleh pembuat table.

Pada dasarnya  banyak cara untuk menyajikan data sehingga ia dapat dipahami dan
digunakan secara tepat oleh pengolah data. Namun untuk menghasilkan gambaran data yang
komunikatif, harus diingat untuk  menyajikan sesuai kebutuhan. Dalam hal ini, penyajian data
dalam bentuk tabel bertujuan untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai jumlah
secara terperinci sehingga memudahkan pengolah data dalam menganalisis data tersebut. Macam
– macam penyajian data dalam bentuk tabel antara lain:

a) Tabel Baris Kolom


Tabel yang lebih tepat disebut tabel baris kolom ini adalah tabel-tabel yang dibuat selain
dari tabel kontingensi dan distribusi frekuensi yaitu tabel yang terdiri dari baris dan kolom
yang mempunyai ciri tidak terdiri dari faktor-faktor yang terdiri dari beberapa kategori dan
bukan merupakan data kuantitatif yang dibuat menjadi beberapa kelompok.

Contoh, Tabel daftar ip seorang mahasiswa pendidikan matematika


No Semester IP
1 I 3,12
2 II 3,00
3 III 3,39
4 IV 3,37
5 V 2,9
6 VI 3,3
7 VII 3,4
Tabel 1.1  Baris kolom

b) Tabel Distribusi Frekuensi


Tabel distribusi frekuensi adalah tabel yang menyusun distribusi datanya dalam frekuensi.
Tabel ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal
Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal adalah tabel yang digunakan untuk menyusun
distribusi data dalam frekuensi dengan distribusi yang bersifat tunggal. Contoh: ( fiktif )
Jumlah anak f
0 5
1 52
2 75
3 27
4 11
Di atas 4 20
Jumlah 213
Tabel 1.2
Jumlah Anak dalam setiap keluarga di desa X tahun 2012
2. Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong
Tabel distribusi  frekuensi bergolong adalah tabel yang digunakan untuk menyajikan data
dalam frekuensi dengan distribusi data bergolong. Penggolongan distribusi data
dilakukan untuk makin memudahkan memahami data. Contoh: ( fiktif )
Data F
51 – 60 3
61 – 70 8
71 – 80 17
81 – 90 12
91 – 100 5
Jumlah 45
Tabel 1.3
Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab Kelas VII MtsN Sukamaju Tahun 2010

c) Tabel Kontingensi
Tabel kontingensi merupakan bagian dari tabel baris kolom, akan tetapi tabel ini mempunyai
ciri khusus, yaitu untuk menyajikan data yang terdiri atas dua faktor atau dua variabel,
faktor yang satu terdiri atas b kategori dan lainnya terdiri atas k kategori, dapat dibuat daftar
kontingensi berukuran b x k dengan b menyatakan baris dan k menyatakan kolom.
Jumlah Pelajar di Wilayah X tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Jenis Kelamin Tingkat Sekolah Jumlah


SD SMP SMA
Laki – laki 4756 2795 1459 9012
Perempuan 4032 2116 1256 7404
Jumlah 8790 4911 2715 16416
Tabel 1.4
Sumber data: dokumentasi Dinas Pendidikan Nasional Kecamatan X tahun 2010
Catatan: Faktor yang satu terdiri atas b kategori dan lainnya terdiri atas k kategori, dapat dibuat daftar kontingensi
berukuran b x k dengan b menyatakan baris  dan k menyatakan kolom.

d) Tabel Silang
Data hasil penelitian yang berupa perhitungan frekuensi pemunculan data juga dapat
disajikan ke dalam bentuk tabel silang. Tabel silang dapat hanya terdiri dari satu variable
tetapi dapat juga terdiri dari dua variable. Tergantung pertanyaan atau keadaan yang ingin
dideskripsikan.
Dengan demikian, pemilihan penyajian data ke dalam tabel silang satu atau dua variable
akan tergantung dari data yang diperoleh. (Burhan Nurgiyantoro, 2004:42) Tabel silang satu
variable digunakan untuk menggambarkan data dengan menampillkan satu karakteristiknya
saja. Misal jumlah keseluruhan. Sementara tabel silang dua variable digunakan untuk
menggambarkan data dengan menampilkan dua karakteristiknya.
Misalnya jumlah keseluruhan dan jumlah per gender.
Contoh dalam suatu penelitian angket pada 34 siswa kelas XI.A tentang mata pelajaran
MIPA yang disukai, diperoleh hasil data sebagai berikut:
No Mata Pelajaran Jumlah
.
1 Matematika 11
2 Kimia 10
3 Fisika 7
4 Biologi 6
Tabel 1.5 Penyajian Data dalam bentuk tabel silang satu variable

No. Mata Pelajaran Siswa Yang Menyukai Jumlah


Siswa Laki – Laki Siswa Perempuan
1 Matematika 8 3 11
2 Kimia 4 6 10
3 Fisika 5 2 7
4 Biologi 2 4 6
Tabel 1.6 Penyajian Data dalam bentuk tabel silang dua variable

2.7.2 Grafik
Selain dapat disajikan ke dalam bentuk tabel sebagaimana dikemukakan di atas, data-data
angka juga dapat disajikan ke dalam bentuk grafik, atau lengkapnya grafik frekuensi. Pembuatan
grafikfrekuensi pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari pembuatan tabel distribusi frekuensi
karena pembuatan grafik itu haruslah didasarkan pada tabel distribusi frekuensi. Dengan kata
lain, pembuatan tabel distribusi frekuensi harus tetap dilakukan baik kita bermaksud maupun
tidak bermaksud membuat grafik frekuensi. Penyajian data angka ke dalam grafik biasanya
dipandang lebih menarik karena data-data itu tersaji dalam bentuk visual. Gambar grafik
frekuensi yang banyak dipergunakan dalam metode statistik adalah histogram, polygon, kurve
dan garis. (Burhan Nurgiyantoro, 2004:43-44).
a) Grafik Histogram / Batang
Histogram merupakan grafik dari distribusi frekuensi suatu variable. Tampilan histogram
berupa petak-petak empat persegi panjang. Sebagai sumbu horizontal boleh memakai tepi-
tepi kelas, batas-batas kelas atau nilai variabel yang diobservasi, sedang sumbu vertical
menunjukkan frekuensi.
Untuk distribusi bergolong atau berkelompok yang menjadi absis adalah nilai tengah dari
masing-masing kelas. (Drs. Ating Somantri, 2006:113)

Gambar 1.
b) Grafik Poligon
Poligon merupakan grafik distribusi dari distribusi frekuensi bergolong suatu variable.
Tampilan polygon berupa garis-garis patah yang diperoleh dengan cara menghubungkan
puncak dari masing-masing nilai tengah kelas. Jadi absisnya adalah nilai tengah dari masing-
masing kelas. (Drs. Ating Somantri, 2006:114).
Gambar 1.1
c) Grafik Kurve
Kurve merupakan perataan atau penghalusan dari garis-garis polygon. Gambar polygon
sering tidak rata karena adanya perbedaan frekuensi data skor dan data skor itu sendiri
mencerminkan fluktuasi sampel.
Pembuatan kurve dilakukan dengan meratakan garis gambar polygon yang tidak rata dan
terlihat tidak beraturan sehingga menjadi rata. (Burhan Nurgiyantoro, 2004:49)

Gambar 1.2
d) Grafik Garis
Grafik garis dibuat biasanya untuk menunjukkan perkembangan suatu keadaan.
Perkembangan tersebut bias naik bias turun. Hal ini akan Nampak secara visual melalui
garis dalam grafik. Dalam grafik terdapat garis vertical yang menunjukkan jumlah dan yang
mendatar menunjukkan variable tertentu yang ditunjukkan pada gambar dibawah, yang perlu
diperhatikan dalam membuat grafik adalah ketepatan membuat skala pada garis vertical
yang akan mencerminkan keadaan jumlah hasil observasi. (Dr. Sugiyono, 2002:34)
Contoh : Perkembangan nilai ujian matematika Adit semester 1 tahun ajaran 2012/2013
sebagai berikut:

Ujian Semester ke Nilai


1 80
2 95
3 60
4 100
5 85
Tabel 1.7 Gambar 1.3

e) Diagram Lingkaran
Cara lain untuk menyajikan data hasil penelitian adalah dengan diagram lingkaran. Diagram
lingkaran digunakan untuk membandingkan data dari berbagai kelompok. (Dr. Sugiyono,
2002:37).
Contoh dari hasil penelitian mengenai pelajaran matematika dengan sampel 50 siswa di smp 
negeri 24 prabumulih diperoleh data sebagai berikut:
No Penilaian Jumlah
1 Sangat Suka 12
2 Suka 13
3 Tidak Suka 19
4 Sangat Tidak Suka 6
Tabel 1.8

Penyajian data tersebut dalam diagram lingkaran adalah sebgai berikut:


 Cari persentase masing-masing data tersebut.

Gambar 1.4

 Cari Luas sudut yang dibutuhkan untuk setiap data.


Gambar 1.5

 Selanjutnya luas-luas kelompok data tersebut digambarkan ke dalam bentuk


lingkaran.

Gambar 1.6
BAB III

Anda mungkin juga menyukai