2.1.5 Berdasarkan Skala pengukur, variabel dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
a) Nominal merupakan jenis variabel yang hanya dapat dikelompokkan terpisah atau
diskrit. Contohnya adalah gender, agama, wilayah.
b) Ordinal merupakan jenis variabel yang mempunyai perbedaan, tingkatan atau urutan
serta tidak memiliki selisih sama. Contohnya adalah peringkat dalam kelas yang
berdasarkan skor yang bervariasi.
c) Interval merupakan jenis variabel yang sama dengan ordinal akan tetapi memiliki selisih
yang sama. Contohnya adalah interval hasil belajar yang dilambangkan huruf A B C D
dan E.
d) Rasio merupakan variabel yang mirip dengan interval akan tetapi dapat dibandingkan.
Contohnya adalah berat badan, seseorang dengan berat badan 40 kg adalah setengah dari
orang yang berat badannya 80 kg.
2.2. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Sedangkan menurut Singarimbun dan Effendi, populasi adalah jumlah keseluruhan dari
unit analisis yang ciri- cirinya akan diduga (predicted). Pada prinsipnya, populasi adalah semua
anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu
tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada subjek atau objek yang diamati melainkan
seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.
2.3 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dengan
menggunakan cara tertentu sehingga sumber data tersebut dapat mewakili seluruh populasi
secara keseluruhan.
Tujuan penentuan sampel adalah untuk memperoleh keterangan mengenai objek
penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi. Sugiyono (2011: 86)
berpendapat bahwa: “Makin besar jumlah sampel yang mendekati populasi, maka peluang
kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi”. Pengambilan sampel penelitian harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar representatif. Artinya
sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili karakteristik dari populasi penelitian secara
keseluruhan sehingga dapat menggambarkan keadaan sebenarnya.
2.4.2. Wawancara
Wawancara menurut Zuriah (2009, hlm. 179) adalah “Alat pengumpul informasi dengan
cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.” Sedangkan
Sugiyono (2009, hlm. 194) menyatakan bahwa: Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Peneliti melakukan teknik wawancara dengan tujuan menggali informasi mendalam dari
responden mengenai hal yang akan diamati dan sebagai studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti.
Dalam wawancara peneliti bertindak sebagai pewawancara sekaligus sebagai pemimpin
dalam proses wawancara tersebut. Sedangkan responden adalah orang yang diwawancarai yang
dimintai informasi oleh peneliti. Responden yang di mintai wawancara diharapkan mengetahui
data ataupun informasi serta data yang dibutuhkan oleh penelti.
Wawancara dalam penelitian kualitatif meliputi wawancara mendalam dan wawancara
bertahap. Wawancara mendalam dilakukan dalam konteks observasi partisipasi. Peneliti terlibat
secara intensif dengan setting penelitian terutama pada keterlibatannya dengan kehidupan
informan (Satori & Komariah, 2011: 130).
Selanjutnya Satori dan Komariah juga menjelaskan bahwa wawancara bertahap adalah
wawancara yang mana peneliti melakukannya dengan sengaja dating berdasarkan jadwal yang
ditetapkan sendiri untuk melakukan wawancara dengan informan dan peneliti tidak sedang
observasi partisipasi. Sifat wawancara tetap mendalam, tetapi dipandu oleh pertanyaan-
pertanyaan pokok.
Dalam Sugiyono (2010: 194), wawancara dibedakan menjadi wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur.
Wawancara Terstruktur
Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Setiap
responden diberi pertanyaan sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dalam melakukan
wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka
pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur
dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
2.4.3 Observasi
Menurut Bungin (2011, hlm. 133) “Observasi adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan
pancaindera lainnya.” Sedangkan menurut Riduwan (2012, hlm 76) “Observasi yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan.”
a) Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:
Observasi Berperanserta
Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa uang dikerjakan
oleh sumber data. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap,tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang
nampak. Dalam suatu perusahaan, peneliti dapat berperan sebagai karyawan, mengamati
bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana
hubungan satu karyawan dengan karyawan lainnya, dan lain-lain.
Observasi Nonpartisipan
Peneliti hanya sebagai pengamat independen. Data yang dikumpulkan tidak mendalam,
tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang
tampak, yang terucapkan dan yang tertulis. Dalam proses produksi, peneliti dapat
mengamati bagaimana mesin-mesin bekerja dalam mengolah bahan baku, komponen
mesin mana yang masih bagus dan yang kurang bagus, bagaimana kualitas barang yang
dihasilkan, dan bagaimana performance tenaga kerja atau operator mesinnya.
b) Berdasarkan instrumen yang digunakan, observasi dibedakan menjadi:
Observasi terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang
apa yang diamati, kapan dan di mana tempatnya. Observasi ini dilakukan apabila
peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang diamati. Dalam melakukan
pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang yang telah teruji validitas
dan reliabilitasnya.
Observasi tidak terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang
akan diamati. Peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya
rambu-rambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara,
peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat
melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan
kemudian dibuat kesimpulan.
2.4.4. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010, hlm. 274) dokumentasi yaitu “Mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya.” Sedangkan menurut Riduwan (2012, hlm. 77) “Dokumentasi
adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku
yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang
relevan penelitian.”
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumentasi berbentuk gambar misalnya foto, sketsa, dan sebagainya.
Dokumentasi berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,
film, dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif studi dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara.
Setiap peneliti harus dapat menyajikan data telah diperoleh, baik yang diperoleh melalui
observasi, wawancara, kuesioner (angket) maupun dokumentasi. Prinsip dasar penyajian data
adalah komunikatif dan lengkap, dalam arti data yang disajikan dapat menarik pihak lain untuk
membacanya dan mudah memahami isinya. Penyajian data yang komunikatif dapat dilakukan
dengan: penyajian data dibuat berwarna, dan bila data yang disajikan cukup banyak maka perlu
bervariasi penyajiannya.
Teknik penyajian data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu membuat tabel atau daftar
dan grafik atau diagram.
2.7.1 Tabel
Tabel merupakan kumpulan angka-angka yang disusun menurut kategori-kategori
(misalnya: jumlah pegawai menurut pendidikan dan masa kerja) sehingga memudahkan dalam
pembuatan analisis data. Penyajian data dalam bentuk tabel bertujuan untuk memberikan
informasi dan gambaran mengenai jumlah secara terperinci sehingga memudahkan pengolah data
dalam menganalisis data tersebut. Tabel mempunyai beberapa komponen. Berikut contoh sebuah
tabel sebagai bahan untuk menjelaskan komponen tabel.
Jumlah penduduk putus SD/MI di Desa X Tahun 2007 – 2009
Tahun Frekuensi
2007 115
2008 121
2009 132
Jumlah 368
Tabel 1
a) Nomor Tabel, diatas judul tabel terdapat nomor tabel yaitu 2.1. bila tabel yang disajikan
lebih dari satu maka hendaknya diberi nomor agar mudah untuk mencari kembali bila
dibutuhkan.
b) Judul Tabel, di atas tabel dituliskan judul tabel. Judul tabel memuat informasi mengenai:
data serta tempat dan waktu pengumpulannya.
c) Baris, tabel tersebut mempunyai baris 2007 – 115, 2008 – 121, 2009 – 132 dan jumlah –
368.
d) Kolom, tabel di atas mempunyai kolom tahun dan frekuensi penduduk putus SD/MI.
e) Sel adalah data yang menjadi pertemuan baris dan kolom, yaitu 155, 121, 132 dan 368.
f) Sumber adalah asal darimana data dikutip. Sumber merupakan pihak yang melakukan
pengumpulan data. Jika tabel tidak memuat sumber berarti data dikumpulkan dan
ditabulasikan sendiri oleh pembuat table.
Pada dasarnya banyak cara untuk menyajikan data sehingga ia dapat dipahami dan
digunakan secara tepat oleh pengolah data. Namun untuk menghasilkan gambaran data yang
komunikatif, harus diingat untuk menyajikan sesuai kebutuhan. Dalam hal ini, penyajian data
dalam bentuk tabel bertujuan untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai jumlah
secara terperinci sehingga memudahkan pengolah data dalam menganalisis data tersebut. Macam
– macam penyajian data dalam bentuk tabel antara lain:
c) Tabel Kontingensi
Tabel kontingensi merupakan bagian dari tabel baris kolom, akan tetapi tabel ini mempunyai
ciri khusus, yaitu untuk menyajikan data yang terdiri atas dua faktor atau dua variabel,
faktor yang satu terdiri atas b kategori dan lainnya terdiri atas k kategori, dapat dibuat daftar
kontingensi berukuran b x k dengan b menyatakan baris dan k menyatakan kolom.
Jumlah Pelajar di Wilayah X tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan
d) Tabel Silang
Data hasil penelitian yang berupa perhitungan frekuensi pemunculan data juga dapat
disajikan ke dalam bentuk tabel silang. Tabel silang dapat hanya terdiri dari satu variable
tetapi dapat juga terdiri dari dua variable. Tergantung pertanyaan atau keadaan yang ingin
dideskripsikan.
Dengan demikian, pemilihan penyajian data ke dalam tabel silang satu atau dua variable
akan tergantung dari data yang diperoleh. (Burhan Nurgiyantoro, 2004:42) Tabel silang satu
variable digunakan untuk menggambarkan data dengan menampillkan satu karakteristiknya
saja. Misal jumlah keseluruhan. Sementara tabel silang dua variable digunakan untuk
menggambarkan data dengan menampilkan dua karakteristiknya.
Misalnya jumlah keseluruhan dan jumlah per gender.
Contoh dalam suatu penelitian angket pada 34 siswa kelas XI.A tentang mata pelajaran
MIPA yang disukai, diperoleh hasil data sebagai berikut:
No Mata Pelajaran Jumlah
.
1 Matematika 11
2 Kimia 10
3 Fisika 7
4 Biologi 6
Tabel 1.5 Penyajian Data dalam bentuk tabel silang satu variable
2.7.2 Grafik
Selain dapat disajikan ke dalam bentuk tabel sebagaimana dikemukakan di atas, data-data
angka juga dapat disajikan ke dalam bentuk grafik, atau lengkapnya grafik frekuensi. Pembuatan
grafikfrekuensi pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari pembuatan tabel distribusi frekuensi
karena pembuatan grafik itu haruslah didasarkan pada tabel distribusi frekuensi. Dengan kata
lain, pembuatan tabel distribusi frekuensi harus tetap dilakukan baik kita bermaksud maupun
tidak bermaksud membuat grafik frekuensi. Penyajian data angka ke dalam grafik biasanya
dipandang lebih menarik karena data-data itu tersaji dalam bentuk visual. Gambar grafik
frekuensi yang banyak dipergunakan dalam metode statistik adalah histogram, polygon, kurve
dan garis. (Burhan Nurgiyantoro, 2004:43-44).
a) Grafik Histogram / Batang
Histogram merupakan grafik dari distribusi frekuensi suatu variable. Tampilan histogram
berupa petak-petak empat persegi panjang. Sebagai sumbu horizontal boleh memakai tepi-
tepi kelas, batas-batas kelas atau nilai variabel yang diobservasi, sedang sumbu vertical
menunjukkan frekuensi.
Untuk distribusi bergolong atau berkelompok yang menjadi absis adalah nilai tengah dari
masing-masing kelas. (Drs. Ating Somantri, 2006:113)
Gambar 1.
b) Grafik Poligon
Poligon merupakan grafik distribusi dari distribusi frekuensi bergolong suatu variable.
Tampilan polygon berupa garis-garis patah yang diperoleh dengan cara menghubungkan
puncak dari masing-masing nilai tengah kelas. Jadi absisnya adalah nilai tengah dari masing-
masing kelas. (Drs. Ating Somantri, 2006:114).
Gambar 1.1
c) Grafik Kurve
Kurve merupakan perataan atau penghalusan dari garis-garis polygon. Gambar polygon
sering tidak rata karena adanya perbedaan frekuensi data skor dan data skor itu sendiri
mencerminkan fluktuasi sampel.
Pembuatan kurve dilakukan dengan meratakan garis gambar polygon yang tidak rata dan
terlihat tidak beraturan sehingga menjadi rata. (Burhan Nurgiyantoro, 2004:49)
Gambar 1.2
d) Grafik Garis
Grafik garis dibuat biasanya untuk menunjukkan perkembangan suatu keadaan.
Perkembangan tersebut bias naik bias turun. Hal ini akan Nampak secara visual melalui
garis dalam grafik. Dalam grafik terdapat garis vertical yang menunjukkan jumlah dan yang
mendatar menunjukkan variable tertentu yang ditunjukkan pada gambar dibawah, yang perlu
diperhatikan dalam membuat grafik adalah ketepatan membuat skala pada garis vertical
yang akan mencerminkan keadaan jumlah hasil observasi. (Dr. Sugiyono, 2002:34)
Contoh : Perkembangan nilai ujian matematika Adit semester 1 tahun ajaran 2012/2013
sebagai berikut:
e) Diagram Lingkaran
Cara lain untuk menyajikan data hasil penelitian adalah dengan diagram lingkaran. Diagram
lingkaran digunakan untuk membandingkan data dari berbagai kelompok. (Dr. Sugiyono,
2002:37).
Contoh dari hasil penelitian mengenai pelajaran matematika dengan sampel 50 siswa di smp
negeri 24 prabumulih diperoleh data sebagai berikut:
No Penilaian Jumlah
1 Sangat Suka 12
2 Suka 13
3 Tidak Suka 19
4 Sangat Tidak Suka 6
Tabel 1.8
Gambar 1.4
Gambar 1.6
BAB III