Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat merupakan kelompok molekul biologi yang paling melimpah di
bumi. Meskipun semua organisme dapat mensintesa karbohidrat, namun kebanyakan
karbohidrat dihasilkan oleh organisme fotosintetik termasuk bakteri tertentu, alga dan
tumbuhan. Organisme ini merubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia,
kemudian energi kimia digunakan untuk membuat karbohidrat dari karbondioksida
(CO2). Karbohidrat memainkan peranan sangat penting pada kehidupan organisme.
Polimer karbohidrat pada binatang dan tumbuhan, bertindak sebagai molekul
penyimpan energi. Binatang dan manusia dapat mencerna karbohidrat yang kemudian
dioksidasi menghasilkan energi selama proses katabolisme ( Azhar, 2016 ).
Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih, yang sukar larut
dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air ( kecuali beberapa sakarida ). Sebagian
besar karbohidrat dengan berat melekul yang rendah, manis rasanya. Karena itu, juga
digunakan istilah gula untuk zat-zat yang tergolong karbohidrat ( Wibawa, 2017 ).
Karbohidrat adalah Polihidroksi aldehida dan Polihidroksi keton atau zatzat yang
bila dihidrolisis akan menghasilkan derivat senyawa-senyawa tersebut. Suatu
kharbohidrat tergolong aldehida ( CHO ), jika oksigen karbonil berikantan dengan suatu
atom karbon terminal dan suatu keton ( C = O ) jika oksigen karbonil berikatan dengan
suatu karbon internal ( Wibawa, 2017 ).
Terdapat tiga golongan karbohidrat yang utama yaitu : monosakarida,
oligosakarida dan polisakharida. Kata sakarida diturunkan dari bahasa Yunani yang
berarti gula. Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit
polisakharida aldehida atau keton. Oligosakarida (bahasa Yunani oligos yang artinya
sedikit ) terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersamasama
oleh ikatan kovalen. Diantaranya yang paling dikenal adalah disakarida yang
mempunyai dua unit monosakarida. Polisakharida terdiri dari rantai panjang yang
mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida. Polisakharida yang paling banyak
dijumpai pada dunia tanaman yaitu pati dan selulosa . Nama semua monosakarida dan
disakarida berakhiran –Osa ( Wibawa, 2017 ).

1
1.2 Prinsip Percobaan
1.2.1 Reaksi Molish
Percobaan ini didasarkan pada hidrolisa ikatan glikosida pada karbohidrat, oleh
H2SO4 pekat dan menghasilkan monosakarida yang kemudian dihidrolisa
membentuk Furfural. Selanjutnya bila direaksikan dengan alpha naftol akan
memberikan warna ungu
1.2.2 Reaksi Iodium
Percobaan ini didasarkan pada reaksi antara polisakarida dengan iodium yang
menghasilkan warna spesifik.
1.2.3 Reaksi Benedict
Percobaan ini didasarkan pada reaksi reduksi Cu2+ oleh gula pereduksi sampai
menjadi Cu+. Dalam hal ini membentuk endapan Cu2O. Reaksi dinyatakan positif
apabila terbentuk endapan berwarna biru kehijauan sampai merah bata (tergantung
pada kadar gula pereduksi yang tersedia).

1.3 Tujuan Percobaan


- Untuk mengetahui hasil reaksi Molisch dengan glukosa dan sukrosa
- Untuk mengetahui hasil reaksi Iodium dengan glukosa dan sukrosa
- Untuk mengetahui hasil reaksi Benedict dengan glukosa dan sukrosa

1.4 Manfaat Percobaan


- Agar praktikan dapat mengetahui hasil reaksi Molisch dengan glukosa dan
sukrosa
- Agar praktikan dapat mengetahui hasil reaksi Iodium dengan glukosa dan
sukrosa
- Agar praktikan dapat mengetahui hasil reaksi Benedict dengan glukosa dan
sukrosa

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bahan
2.1.1 Akuades
Nama Resmi : Aqua Destilata
Nama Lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18.02 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dalam semua jenis larutan
Kegunaan : Zat pelarut
( Ditjen POM, 1979 )
2.1.2 -Naftol
Nama Resmi : 1-naftol P
Nama Lain : -naftol
Rumus Molekul : C10H7OH
Berat Molekul :-
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau putih atau serbuk hablur
putih bau khas
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian etanol (95%) P, membentuk
larutan, tidak lebih dari agak keruh, tidak berwarna atau
hampir tidak berwarna , tanpa warna kersen pucat
Kegunaan : Reagensia
( Ditjen POM, 1979 )
2.1.3 Asam Sulfat
Nama Resmi : Acidum Sulfuricum
Nama Lain : Asam sulfat
Rumus Molekul : H2SO4
Berat Molekul : 98,07 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau sangat
tajam dan korosif.

3
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol dengan
menimbulkan panas
Kegunaan : Reagensia
( Ditjen POM, 1979 )
2.1.4 Etanol
Nama Resmi : Aethanolium
Nama Lain : Alkohol
Rumus Molekul : C2H6O
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, mudah menguap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform p, eter p
Kegunaan : Reagen, zat tambahan
( Ditjen POM, 1979 )
2.1.5 Glukosa
Nama Resmi : Glucosum
Nama Lain : Glukosa
Rumus Molekul : C6H12O6.H2O
Berat Molekul : 198,17 g/mol
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih;
tidak berbau; rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) P
Kegunaan : Bahan uji atau sampel
( Ditjen POM, 1979 )
2.1.6 Iodium
Nama Resmi : Iodum
Nama Lain : Iodium
Rumus Molekul : I2
Berat Molekul : 126, 91 g/mol
Pemerian : Keping atau butir, berat, megkilat, seperti logam, hitam
kelabu, bau khas.

4
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 3500 bagian air, dalam 13
bagian etanol (95 %) P, dalam lebih kurang 80 bagian
gliserol P.
Kegunaan : Reagen
( Ditjen POM, 1979 )
2.1.7 Natrium Karbonat
Nama Resmi : Natrii Karbonas
Nama Lain : Natrium Karbonat
Rumus Molekul : Na2CO3
Berat Molekul : 124,00 g/mol
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
Kelarutan : Mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air
mendidih
Kegunaan : Reagen
( Ditjen POM, 1979 )
2.1.8 Natrium Sitrat
Nama Resmi : Natrii Citras
Nama Lain : Natrium Sitrat
Rumus Molekul : Na3C6H5O7.2H2O
Berat Molekul : 294,10 g/mol
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
mendidih; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
Kegunaan : Reagen
( Ditjen POM, 1979 )
2.1.9 Sukrosa
Nama Resmi : Saccharose
Nama Lain : Sukrosa
Rumus Molekul : C12H22O11
Berat Molekul : 342,30 g/mol
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau
berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak berbau;

5
rasa manis , stabil di udara. Larutannya netral terhadap
lakmus.
Kelarutan : Larutan sangat mudah larut dalam air ; lebih mudah larut
dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter praktis tidak larut dalam
etanol (95%) P.
Kegunaan : Bahan uji atau sampel
( Ditjen POM, 1979 )
2.1.10 Tembaga(II) Sulfat
Nama Resmi : Cuprii Sulfas
Nama Lain : Tembaga(II) Sulfat
Rumus Molekul : CuSO4
Berat Molekul : 159,6 g/mol
Pemerian : Prisma trisiklik atau serbuk hablur biru
Kelarutan : Larutan dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian gliserol
P; sangat sukar dalam etanol (95%) P.
Kegunaan : Reagen
( Ditjen POM, 1979 )

6
2.2 Uraian Umun
Karbohidrat atau sakarida (bahasa Yunani: sakcharon, artinya gula) adalah
komponen essensial semua organisme hidup. Karbohidrat merupakan kelompok
molekul biologi yang paling melimpah di bumi. Meskipun semua organisme dapat
mensintesa karbohidrat, namun kebanyakan karbohidrat dihasilkan oleh organisme
fotosintetik termasuk bakteri tertentu, alga dan tumbuhan. Organisme ini merubah
energi cahaya matahari menjadi energi kimia, kemudian energi kimia digunakan untuk
membuat karbohidrat dari karbondioksida (CO2). Karbohidrat memainkan peranan
sangat penting pada kehidupan organisme. Polimer karbohidrat pada binatang dan
tumbuhan, bertindak sebagai molekul penyimpan energi. Binatang dan manusia dapat
mencerna karbohidrat yang kemudian dioksidasi menghasilkan energi selama proses
katabolisme ( Azhar, 2016 ).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen, dan oksigen yang terdapat
dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat
sebenarnya adalah polisakarida aldehid dan keton atau turunan mereka. Karbohidrat
merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori
(kilojoule) energy pangan per gram. Karbohidrat juga mempunyai peranan penting
dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan
lainlain. Sedangkan dalam tubuh, karohidrat berguna untuk mencegah tumbuhnya
ketosis, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna
untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat terdiri dari
monosakarida, disakarida, dan polisakarida, yang memiliki senyawa berbeda-beda
( Fitri dan Fitriana, 2020 ).
Nama karbohidrat berasal dari ‘hydrate of carbon’ yang merujuk ke rumus
empirisnya (CH2O)n dimana n adalah 3 atau lebih besar (n biasanya 5 atau 6 tetapi
dapat sampai 9). Klasifikasi utama karbohidrat adalah: monosakarida, disakarida,
oligosakarida K Minda Azhar 73 dan polisakarida. Monosakarida merupakan unit
terkecil dari struktur karbohidrat. Disakarida terdiri dari dua residu monosakarida yang
berikatan kovalen dengan nama ikatan glikosida. Pada oligosakarida (bahasa Yunani:
oligos artinya sedikit) terikat tiga sampai kira-kira 20 residu monosakarida. Polisakarida
(bahasa Yunani : polys artinya banyak) adalah polimer yang mengandung banyak
(biasanya lebih dari 20) residu monosakarida. Disakarida, oligosakarida dan

7
polisakarida tidak mempunyai rumus empiris (CH2O)n karena air dikeluarkan selama
pembentukan polimer. Oleh sebab itu, disakarida, oligosakarida dan polisakarida
tersusun dari residu unit monosakarida. Istilah glycan lebih umum untuk polimer
karbohidrat. Homoglycan merupakan polimer dengan monomer gula identik, sedangkan
heteroglycan adalah polimer dengan monomer gula berbeda ( Azhar, 2016 ).
Karbohidrat adalah Polihidroksi aldehida dan Polihidroksi keton atau zatzat
yang bila dihidrolisis akan menghasilkan derivat senyawa-senyawa tersebut. Suatu
kharbohidrat tergolong aldehida ( CHO ), jika oksigen karbonil berikantan dengan suatu
atom karbon terminal dan suatu keton ( C = O ) jika oksigen karbonil berikatan dengan
suatu karbon internal ( Wibawa, 2017 ).
Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih, yang sukar
larut dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air ( kecuali beberapa sakarida ).
Sebagian besar karbohidrat dengan berat melekul yang rendah, manis rasanya. Karena
itu, juga digunakan istilah gula untuk zat-zat yang tergolong karbohidrat ( Wibawa,
2017 ).
Polimer karbohidrat juga ditemukan pada dinding sel dan sebagai pelindung
kebanyakan organisme. Polimer karbohidrat lainnya berfungsi sebagai molekul penanda
yang memungkinkan satu tipe sel mengenal dan berinteraksi dengan tipe sel lainnya.
Turunan karbohidrat ditemukan dalam sejumlah molekul biologi termasuk beberapa
koenzim dan asam nukleat. Sumber karbohidrat penting adalah biji-bijian, roti, gula
tebu, buah-buahan, susu dan madu. Sumber karbohidrat ini merupakan sumber energi
penting pada manusia dan binatang ( Azhar, 2016 ).
Terdapat tiga golongan karbohidrat yang utama yaitu : monosakarida,
oligosakarida dan polisakharida. Kata sakarida diturunkan dari bahasa Yunani yang
berarti gula. Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit
polisakharida aldehida atau keton. D-glukosa adalah monosakarida yang paling banyak
dijumpai di alam. Oligosakarida (bahasa Yunani oligos yang artinya sedikit ) terdiri dari
rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersamasama oleh ikatan kovalen.
Diantaranya yang paling dikenal adalah disakarida yang mempunyai dua unit
monosakarida. Teristimewa adalah sukrosa (gula tebu) yang terdiri gula D-glukosa dan
D-fruktosa yang digabungkan oleh ikatan kovalen. Kebanyakan oligo sakarida yang
mempunyai tiga atau lebih unit monosakarida tidak terdapat secara bebas, tetapi

8
digabungkan sebagai rantai samping polipeptida pada proteoglikan . Polisakharida
terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida.
Beberapa polisakharida seperti selulosa, mempunyai rantai lenier, sedangkan yang lain
seperti amilum (pati) dan glikogen mempunyai rantai yang bercabang.Polisakharida
yang paling banyak dijumpai pada dunia tanaman yaitu pati dan selulosa . Nama semua
monosakarida dan disakarida berakhiran –Osa ( Wibawa, 2017 ).
Monosakarida sering disebut gula sederhana (Simple Sugars) adalah karbohidrat
yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi. Monosakarida
tidak berwarna merupakan kristal padat, yang mudah larut dalam air, tetapi tidak larut
dalam pelarut non polar. Kebanyakan monosakarida mempunyai rasa manis, dengan
rumus emperis (CH2O) n, dimana n = 3 , atau jumlah yang lebih besar lainnya
( Wibawa, 2017 ).
Unit pembangun semua karbohidrat adalah monosakarida. Monosakarida dapat
diartikan sebuah (mono-) unit gula (saccharide). Monosakarida adalah karbohidrat
paling sederhana karena monosakarida tidak dapat lagi dihidrolisis menjadi gula yang
lebih sederhana. Sifat monosakarida adalah larut di dalam air, berwarna putih, padat
kristalin, dan berasa manis. Monosakarida lainnya dihasilkan melalui fotosintesis pada
tumbuh-tumbuhan dan bakteri tertentu. Monosakarida juga merupakan komponen asam
nukleat dan senyawa yang penting dari lipid kompleks. Contoh monosakarida adalah
glukosa, fruktosa, galaktosa, dan ribose ( Azhar, 2016 ).
Berdasarkan banyaknya atom karbon (C) di dalam melekulnya, monosakarida
dapat dibedakan menjadi triosa (3 atom C), tetrosa (4 atom C), pentosa (5 atom C),
heksosa (6 atom C) dan heptosa (7 atom C). Berdasarkan gugus karbonil fungsionalnya,
maka monosakarida dibedakan menjadi aldosa, jika mengandung gugus aldehida dan
ketosa, jika mengandung gugus keton. Masing-masing senyawa monosakarida ada
dalam dua kelompok yaitu: aldotriosa dan ketotriosa, aldotetrosa dan ketotetrosa,
aldopentosa dan ketopentosa dan sebagainya ( Wibawa, 2017 ).
Sifat-sifat monosakharida 1. Reaksi dengan basa dan asam: Bila glukosa
dilarutkan dalam basa encer / basa lemah Ba (OH)2 atau Ca(OH)2 setelah beberapa jam
akan dihasilkan campuran yang terdiri dari fruktosa, manosa dan sebagian glukosa
semula. Hal ini terjadi karena enolisasi glukosa. Perubahan aldosa menjadi ketosa ini
disebut transformasi Bruyn-Alberda Van Ekenstein. Monosakarida atau gula sederhana,

9
terdiri dari hanya satu unit polisakharida aldehida atau keton. Trasnformasi ini tidak
terjadi dalam larutan basa pekat karena dalam larutan ini, monosakharida mudah
teroksidasi, terdegrasi dan terpolimerisasi. 2. Gula Pereduksi Adanya sifat pereduksi
dari gula disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau gugus keton yang bebas, sehingga
dapat mereduksi ion-ion logam seperti tembaga (Cu) dan perak (Ag) dalam larutan basa.
Dalam mereduksi Benedict yang terbuat dari campuran CuSO4, NaOH dan Na-sitrat ,
gula tersebut akan mereduksi CU2+ yang berupa Cu(OH)2 menjadi CU+ sebagai
CuOH,selanjutnya menjadi Cu2O yang tidak larut, berwarna kuning atau merah bata /
coklat. 3. Oksidasi Oksidasi secara kimia terhadap aldosa pada umumnya menghasilkan
asam Aldonat (misalnya, asam glukonat dari glukosa ). Oksidator kuat seperti NHO3,
akan mengoksidasi gugus aldehida dan gugus alkohol primer menjadi asam aldarat
suatu asam dikarboksilat (misalnya asam glukarat dari glukosa ). Dalam beberapa hal
asam aldonat membentuk suatu ester, atau lakton. 4. Pembentuk Glikosida Salah satu
sifat monosakharida yang sangat penting ialah kemampuan untuk membentuk glikosida
dan asetal. Apabila larutan D-glukosa diberi metanol dan HCl maka akan segera
terbentuk dua senyawa, yaitu α dan β-metil-Dglukosida. Dua bentuk yang diastomer ini
labil dalam asam tetapi stabil dalam basa. 5. Pembentuk Ester Semua monosakharida
dapat terasetilasi oleh asam asetat anhidrida yang berlebihan membentuk O-asetil-α-D-
glukosa. Gugus asetil yang berikatan secara ester ini bisa dihidrolisis oleh asam atau
basa . Sifat ini sering juga digunakan untuk penentuan struktur kharbohidrat. 6. Ozason.
Monosakharida dapat bereaksi dengan larutan fenilhidrazin dalam suasana asam dalam
suhu 1000C, membentuk ozason. Glukosa, fruktosa dan galaktosaa membentuk ozason
yang sama, karena C3 – C6 ketiga gula ini sama, tetapi galaktosa membentuk ozason
yang lain karena galaktosa berbeda pada pada bagian melekul yang tidak berubah pada
pembentukan ozason ( Wibawa, 2017 ).
Oligosakharida umumnya didifinisikan sebagai suatu melekul karbohidrat yang
mengandung 2 sampai 10 unit melekul monosakarida. Oligosakharida yang paling
umum adalah disakharida (Cn (H2O)n-1), yang tersusun dari dua satuan melekul
monosakharida, yang digabungkan oleh ikatan glikosida. Disakharida yang penting,
yang banyak terdapat dialam adalah sukrosa, laktosa dan maltose ( Wibawa, 2017 ).
Polisakharida merupakan karbohidrat yang dijumpai di alam dalam jumlah yang
paling besar.Polisakharida dapat berfungsi sebagai bentuk energi simpanan dan sebagai

10
fungsi struktur di dalam dinding sel dan jaringan pengikat. Hidrolisis sempurna
terhadap polisakharida oleh asam atau enzim spesifik, menghasilkan monosakharida
atau turunannya. Polisakharida dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 1.
Homopolisakarida, yang hanya mengandung satu unit jenis monosakharida.
Polisakharida yang pada hidrolisis menghasilkan heksosa disebut heksosan , contohnya
glikogen, pati dan selulosa. Polisakharida yang menghasilkan pentosa disebut pentosan ,
contohnya gummi arabikum. 2. Hetropolisakarida , yang mengandung dua atau lebih
jenis monosakharida yang berbeda misalnya asam hialuronat pada jaringan pengikat,
yang mengandung N-asetil glukosamin dan asam glukoronat ( Wibawa, 2017 ).
Molekul karbohidrat dapat berikatan dengan molekul lain membentuk
glycoconjugate. Glycoconjugate adalah turunan karbohidrat dimana satu atau lebih
rantai karbohidrat berikatan kovalen dengan peptida, protein atau lipid. Turunan ini
termasuk proteoglycan, peptidoglycan, glycoprotein, dan glycolipid. Karbohidrat pada
proteoglycan, peptidoglycan, glycoprotein dan glycolipid merupakan heteroglycan
( Azhar, 2016 ).
Karbohidrat didistribusikan secara luas di bumi dalam berbagai bentuk dan zat
serta bahan. Bahan-bahan ini telah lama dikenal dan dieksploitasi serta digunakan
untuk meningkatkan kehidupan manusia. Beberapa contoh karbohidrat penting dan
terkenal adalah sebagai berikut: Selulosa adalah karbohidrat yang melimpah secara
komersial dan biologis, ditemukan di semua tumbuhan sebagai komponen struktural
utama dari dinding sel tumbuhan ( Robyt, 1998 ).
Beras putih memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar
20%. Beras putih umumnya dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan
pokok terpenting warga dunia. Beras juga dijadikan sebagai salah satu sumber pangan
bebas gluten terutama untuk kepentingan diet. Kandungan gizi beras per 100 gr bahan
adalah 360 kkal energy, 6,6 gr protein, 0,58 gr lemak, dan 79,34 gr karbohidrat
( Hernawan dan Meylani, 2016 ).
Salah satu bahan pangan alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan adalah
jagung (Zea mays L.). Jagung merupakan sumber karbohidrat yang dapat berfungsi
sebagai sumber pangan alternatif pengganti beras dan terigu. Salah satu proses yang
dapat dimanfaatkan dalam pengembangan potensi jagung ialah dengan
pembuatantepung (Lombu dkk., 2018 ).

11
BAB III

METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
- Aluminium foil
- Batang pengaduk
- Beaker glass ( Pyrex Iwaki, 250 ml )
- Erlenmeyer ( Duran, 100 ml )
- Gelas ukur ( Pyrex, 10 ml )
- Label
- Penangas air
- Penjepit tabung
- Pipet tetes
- Pot sampel
- Rak tabung
- Serbet
- Tabung reaksi
- Tissue ( Tessa, 250 sheets )

- Waterbath

3.2 Bahan

Pereaksi:
- Aquadest
- Asam Sulfat Pekat
- Larutan α- naftol
- Larutan Benedict
- Larutan Iodium

3.3 Sampel

- Glukosa
- Sukrosa

3.4 Prosedur Percobaan

12
3.4.1 Reaksi Uji Molisch
3.4.1.1 Glukosa
- Dilarutkan glukosa dalam 100 ml akuades
- Diambil 2 ml larutan glukosa yang telah dilarutkan dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan larutan alfa naftol sebanyak tiga tetes kedalam tabung reaksi
- Diuji degan asam sulfat pekat
- Ditambahkan asam sulfat pekat pada sampel glukosa melalui dinding tabung
secara perlahan-lahan, usahakan posisi tabung reaksi sedikit miring untuk
mendapatkan cincin ungu
- Didapatkan hasil dengan terbentukknya cincin ungu pada tabung reaksi
3.4.1.2 Sukrosa
- Dilarutkan sukrosa dalam 100 ml akuades
- Diambil 2 ml larutan sukrosa yang telah dilarutkan dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan larutan alfa naftol sebanyak tiga tetes kedalam tabung reaksi
- Diuji degan asam sulfat pekat
- Ditambahkan asam sulfat pekat pada sampel glukosa melalui dinding tabung
secara perlahan-lahan, usahakan posisi tabung reaksi sedikit miring untuk
mendapatkan cicin ungu
- Didapatkan hasil dengan terbentukknya cincin ungu pada tepi tabung reaksi
yang membentuk lengkungan.
3.4.2 Reaksi Uji Iodium
3.4.2.1 Glukosa
- Dilarutkan glukosa dalam 100 ml akuades
- Diambil 3 tetes larutan glukosa menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada
plat tetes - Ditambahkan larutan iodium sebanyak 2 tetes pada plat yang berisi
sampel glukosa
- Dihomogenkan dan dilihat perubahan warna yang terjadi
- Didapatkan hasil negatif dengan warna coklat kekuningan seperti warna
larutan iodium.
3.4.2.2 Sukrosa

13
- Dilarutkan sukrosa dalam 100 ml akuades
- Diambil 3 tetes larutan glukosa menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada
plat tetes - Ditambahkan larutan iodium sebanyak 2 tetes pada plat yang berisi
sampel sukrosa
- Dihomogenkan dan dilihat perubahan warna yang terjadi
- Didapatkan hasil negatif dengan warna coklat kekuningan seperti warna
larutan iodium.
3.4.3 Reaksi Uji Benedict
3.4.3.1 Glukosa
- Dilarutkan glukosa dalam 100 ml akuades
- Dimasukkan larutan glukosa sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
menggunakan pipet tetes
- Ditambahkan 2 ml larutan benedict kedalam tabung reaksi yang berisi larutan
glukosa
- Dipanaskan sampel glukosa diatas water bath dan ditunggu beberapa menit
- Dilihat perubahan warna yang terjadi
- Didapatkan hasil pada sampel glukosa berwarna merah bata.
3.4.3.2 Sukrosa
- Dilarutkan sukrosa dalam 100 ml akuades
- Dimasukkan larutan sukrosa sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
menggunakan pipet tetes
- Ditambahkan 2 ml larutan benedict kedalam tabung reaksi yang berisi larutan
sukrosa
- Dipanaskan sampel sukrosa diatas water bath dan ditunggu beberapa menit -
Dilihat perubahan warna yang terjadi
- Didapatkan hasil pada sampel sukrosa berwarna hijau kehitaman.

14
3.5 Flowsheet

3.5.1 Reaksi Uji Mollisch

3.5.1.1 Glukosa

2 ml Glukosa

 Dilarutkan glukosa dengan 100 ml aquades


 Diambil 2 ml larutan glukosa dan dimasukkan ke tabung reaksi
 Ditambahkan larutan alpha nafthol sebanyak 3 tetes pada masing-
masing tabung reaksi
 Diuji dengan asam sulfat pekat
 Ditambahkan asam sulfat pekat beberapa tetes melalui dinding
tabung secara perlahan-lahan, posisi tabung diusahakan sedikit
miring untuk mendapatkan cincin ungu pada tabung
Hasil : Terbentuk
cincin ungu

3.5.1.2 Sukrosa

2 ml Sukrosa

 Dilarutkan sukrosa dengan 100 ml aquades


 Diambil 2 ml larutan glukosa dan dimasukkan ke tabung reaksi
 Ditambahkan larutan alpha nafthol sebanyak 3 tetes pada masing-
masing tabung reaksi
 Diuji dengan asam sulfat pekat
 Ditambahkan asam sulfat pekat beberapa tetes melalui dinding
tabung secara perlahan-lahan, posisi tabung diusahakan sedikit
miring untuk mendapatkan cincin ungu pada tepi tabung yang
membentuk lengkungan
Hasil : Terbentuk cincin
ungu melengkungan

3.5.2 Reaksi Iodium

15
3.5.2.1 Glukosa

Glukosa

 Diambil 3 tetes glukosa


 Ditambahkan larutan iodium sebanyak 2 tetes pada masing-
masing plat yang berisi sampel
 Diaduk
 Dilihat perubahan yang terjadi
 Didapatkan hasil pada sampel glukosa memiliki warna yang sama
dengan iodium maka hasilnya negatif

Hasil negatif: Tidak terjadi perubahan warna


(warna sama seperti warna larutan iodium)
arna
3.5.2.2

Sukrosa

 Diambil 3 tetes sukrosa


 Ditambahkan larutan iodium sebanyak 2 tetes pada masing-
masing plat yang berisi sampel
 Diaduk
 Dilihat perubahan yang terjadi
 Didapatkan hasil pada sampel sukrosa memiliki warna yang sama
dengan iodium maka hasilnya negatif

Hasil negatif: Tidak terjadi perubahan warna


(warna sama seperti warna larutan iodium)

3.5.3 Reaksi Benedict

3.5.3.1 Glukosa

16
Glukosa

 Dimasukkan larutan glukosa sebanyak 1 ml ke dalam tabung


reaksi
 Ditambahkan 2 ml larutan Benedict
 Dipanaskan di atas waterbath dan ditunggu beberapa menit
 Didapatkan hasil pada sampel glukosa menghasilkan warna
merah bata

Terbentuk endapan
warna merah bata

3.5.3.2 Sukrosa

Sukrosa

 Dimasukkan larutan sukrosa sebanyak 1 ml ke dalam tabung


reaksi
 Ditambahkan 2 ml larutan Benedict
 Dipanaskan di atas waterbath dan ditunggu beberapa menit

- Didapatkan hasil pada sampel sukrosa menghasilkan warna hijau


kehitaman

Terbentuk endapan warna


hijau kehitaman

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Sampel Mollish Iodium Benedict


.
1. Glukosa (+) (-) (+)
Terbentuk cincin Warna sama dengan Terbentuk endapan
ungu Iodin merah bata
2. Sukrosa (+) (-) (+)
Terbentuk cincin Warna sama dengan Terbentuk endapan
ungu melengkung Iodin hijau kehitaman

4.2 Perhitungan
4.2.1 Reaksi Mollisch
Dik : Alfa nafthol 5% dalam 50 ml etanol
gr
% = x 100%
V
gr
5% = x 100%
50
gr = 2,5 gr
4.2.2 Reaksi Iodium
Dik : Tiap 1000 ml Iodium 0,1 N mengandung 12,69 gr I
Maka untuk membuat 50 ml iodium 0,1 N,
Iodium yang dibutuhkan sebanyak:
gr 1000
N = x x valensi
BM V
gr 1000
0,1 N = x x2
254 50
gr = 0,6345 gr
KI yang dibutuhkan sebanyak:
12,69 18
=
0,6345 gr KI
18 x 0,6345
Gr KI = = 0,9 gram
12,69

18
4.2.3 Reaksi Benedict
Larutan Benedict 50 ml:
17,3 gram
CuSO4.5H2O = = 0,865 gram
20
100 gram
Na2CO3.5H2O = = 5 gram
20
173 gram
Natrium Sitrat = = 8,65 gram
20
1L
Aquadest = = 0,05 L = 50 ml
20

19
4.3 Pembahasan
Karbohidrat adalah komponen bahan pangan yang tersusun oleh 3 unsur utama,
yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Susunan atom-atom tersebut dan
ikatannya membedakan karbohidrat satu dengan yang lainnya, sehingga ada karbohidrat
yang masuk kelompok struktur sederhana seperti monosakarida dan disakarida dan
dengan struktur kompleks atau polisakarida seperti pati, glikogen, selulosa dan
hemiselulosa. Analisis kualitatif karbohidrat umumnya didasarkan atas reaksi-reaksi
warna yang dipengaruhi oleh produk-produk hasil penguraian gula dalam asam-asam
kuat dengan berbagai senyawa organik, sifat mereduksi dari gugus karbonil dan sifat
oksidasi dari gugusan hidroksil yang berdekatan. Reaksi dengan asam-asam kuat
seperti asam sulfat, hidroklorat dan fosfat pada karbohidrat menghasilkan pembentukan
produk terurai yang berwarna. Beberapa analisis kualitatif karbohidrat yang sering
dilakukan adalah uji Molish, uji Seliwanof, uji Antrone, dan uji Fenol ( Kusbandari,
2015 ).
Berdasarkan percobaan kali ini dilakukan reaksi umum terhadap karbohidrat
dimana reaksi-reaksi yang digunakan adalah reaksi molish, reaksi iodium, dan reaksi
benedict. Sampel yang digunakan adalah sukrosa dan glukosa.
Pada percobaan reaksi molish, sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu
ditambahkan dengan larutan α-naftol dan asam sulfat pekat. Hasil yang diperoleh yaitu
terbentuk cincin ungu pada kedua sampel yaitu sukrosa dan glukosa. Uji molish
merupakan uji umum untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat secara kualitatif.
Prinsip percobaan ini adalah didasarkan pada bahan yang mengandung senyawa
monosakarida bila direaksikan dengn H2SO4 pekat akan terhidrolisis membentuk
furfural. Furfural ini akan membentuk persenyawaan dengan naftol ditandai dengan
terbentuknya warna violet (cincin) ( Septorini, 2008 ).
Pada percobaan reaksi iodium, sampel yang digunakan adalah glukosa dan
sukrosa, sampel dimasukkan kedalam plat tetes sebanyak 2 tetes lalu ditambahkan
larutan iodium, hasil yang diperoleh adalah negatif untuk kedua sampel. Hal ini
disebabkan polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks
adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna
biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati
yang terhidrolisis akan membentuk warna merah. Sehingga ketika sampel ditambahkan

20
larutan iodium, hasil negatif karena sampel bukan merupakan polisakarida ( Hasanah,
2014 ).
Pada percobaan reaksi benedict, sampel yang digunakan adalah sukrosa dan
glukosa, sampel dilarutkan kedalam air lalu dimasukkan masing-masing 1 ml ketabung
reaksi kemudian ditambahkan pereaksi benedict sebanyak 2 ml, lalu kedua sampel
dipanaskan diatas waterbath selama beberapa menit, Hasil yang diperoleh adalah pada
sampel glukosa terbentuk endapan warna merah bata, sedangkan pada sampel sukrosa
diperoleh endapan warna biru kehijauan. Pada sampel glukosa, positif terdapat gula
pereduksi, sedangkan pada sukrosa, negatif terdapat gula pereduksi. Gula pereduksi
adalah golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima
elektron. Contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi
adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas. Semua monosakarida
(glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali sukrosa dan pati
(polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi ( Afriza dan Ismanilda, 2019 ).
Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang
terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis
menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3
dan Na sitrat yang terdapat pada reagen Benedict. Pada uji ini menghasilkan endapan
merah bata yang menandakan adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang
terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung pada konsentrasi
gula reduksinya. semakin berwarna merah bata maka gula reduksinya semakin banyak
( Kusbandari, 2015 ).

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Pada reaksi molish diperoleh perubahan warna pada sampel glukosa dan
sukrosa berupa cincin ungu pada larutan sampel yang menunjukkan kedua
sampel positif mengandung karbohidrat
- Pada reaksi iodium tidak terjadi perubahan warna pada kedua sampel yaitu
glukosa dan sukrosa yang menunjukkan kedua sampel bukan merupakan
karbohidrat jenis polisakarida
- Pada reaksi benedict diperoleh hasil pada glukosa berupa endapan warna
merah bata pada larutan, sedangkan pada sukrosa diperoleh hasil warna biru
kehijauan yang menunjukkan glukosa merupakan gula pereduksi, sedangkan
sukrosa bukan merupakan gula pereduksi

5.2 Saran

- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya digunakan sampel lain seperti fruktosa


- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dilakukan reaksi pengujian lain seperti
uji antrone

22
DAFTAR PUSTAKA

Afriza, R., dan Ismanilda. 2019. Analisis Perbedaan Kadar Gula Pereduksi Dengan
Metode Lane Eynon dan Luff Schoorl pada Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus). Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium. Vol
2 (2). Halaman 91.

Azhar, M. 2016. Biomolekul Sel. Padang: Penerbit UNP Press Padang. Halaman 72-74.

Fitri, A. S., dan Fitriana, Y. A. N. 2020. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.
Sainteks. Vol 17 (1). Halaman 45-46.

Hasanah, I. 2014. Studi Komparasi Kandungan Karbohidrat Tepung Biji Mangga


Manalagi dan Arumanis Sebagai Alternatif Sumber Karbohidrat Pada
Pembuatan Jenang Pelok. Skripsi. Halaman 96.

Hernawan, E., dan Meylani, V. 2016. Analisis Karakteristik Fisikokimia Beras Putih,
Beras Merah, dan Beras Hitam (Oryza sativa L., Oryza nicara dan Oryza sativa
L.indica). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol 15 (1). Halamann 79-80.

Kusbandani, A. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam Tepung dan Pati
Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana. Vol 5 (1). Halaman 36; 38.

Lombu, W. K., Wisaniyasa, N. W., dan Wiadnyani, A. A. I. S. 2018. Perbedaan


Karakteristik Kimia dan Daya Cerna Pati Tepung Jagung dan Tepung
Kecambah Jagung (Zea mays L). Jurnal ITEPA. Vol 7 (1). Halaman 43.

Robyt, J. F. 1998. Essentials of Carbohydrate Chemistry. New York: Springer.


Halaman 3.

Septorini, R. 2018. Perbedaan Kadar Glukosa Pada Onggok Yang Dihidrolisis Dengan
Asam Klorida, Asam Sulfat, dan Asam Oksalat. Semarang : Universitas
Muhammadiyah. Halaman 11.

Wibawa, A. A. P. P. 2017. Mata kuliah biokimia karbohidrat. Bali : Universitas


Udayana. Halaman 6-7; 17-19; 20-23.

23
LAMPIRAN

Reaksi Mollisch:

a. Glukosa b. Sukrosa

Reaksi Iodium:

Reaksi Benedict: (Glukosa: merah bata; Sukrosa: hijau kehitaman)

24

Anda mungkin juga menyukai