KELOMPOK 1 (D) :
1. NOVA RIA FEBRIYANTI (21344105)
2. DIAN KARTIKA SARI (21344106)
3. AYU LESTARI (21344107)
4. HIVDI MUJIZAT (21344108)
5. SIWI KARTIKA PUTRI (21344109)
6. SAUFIA AMIRA (21344110)
7. PANJI BAGUS PRAKASA (21344111)
8. INTAN DEWANTIKA (21344154)
3
2
1
2018
FARMAKOKINETIK FARMAKODINAMIK
Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana 01 02 Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
nasib obat di dalam tubuh mengalami efek obat di dalam tubuhdan bagaumana
proses ADME efek tersebut bekerja pada organ sasaran
F F
TOKSIKOLOGI
Prinsip-prinsip yang mendasari terapi obat pada dasarnya hampir sama untuk setiap
kondisi dimana obat digunakan. Variabelnya meliputi:
Sifat & Stadium Sifat Kimia Obat Dosis Obat yang Digunakan
Penyakit
Bagaimana penyakit Bagaimana zat kimia
itu menyerang di obat yang digunakan Bagaimana ketepatan
dalam tubuh pasien apakah tepat dalam dosis obat yang
dan seberapa tingkat menangani penyakit diberikan ke pasien.
keparahan pasien.
penyakitnya.
III. KONSEP DASAR AKSI OBAT
Konsep dasar aksi obat meliputi sifat fisikokimia obat.
Sifat fisikokimia obat dibagi menjadi:
02 Derajat Ionisasi
03 Ukuran Molekul
1. Kelarutan Dalam Lemak
Kelarutan lemak adalah penentu utama obat menembus/melintasi dinding sel baik di
dalam saluran gastrointestinal, tubulus ginjal atau sawar darah otak.
Relevansi kelarutan lemak paling baik dinilai dengan mempertimbangkan nasib obat
yang direabsorbsi secara sempurna dalam sistem tubulus ginjal.
Kelarutan lemak dapat diukur dengan metode in vitro menggunakan partisi obat
antara pelarut organik dan pelarut air.
Tabel 1 Sifat farmakologis utama dari beberapa obat beta blocker adrenoseptor
Cardioselctivity 45
Membrane 15
stabilizing activity
10
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Penjelasan Tabel 1
Kelarutan lemak propanolol dan atenolol paling tinggi propanolol, atenolol lebih rendah.
Absorbsi yang lebih cepat propanolol karena propanolol kelaturan lemaknya tinggi, dan
cenderung lebih mudah untuk di metabolisme.
Pada tabel 1 relevansi secara klinik dari β- Bloker ini adalah kelarutan derajat yang tinggi di
dalam lemak antara propanolol dan oxprenolol. Propanolol cenderung direabsorbsi lebih
baik di usus tetapi juga menggambarkan propanolol mengalami first pass effect yang alami 0
karena dia mengalami absorbsi yang lebih cepat, dan memiliki waktu paruh yang relative
singkat.
First pass effect adalah obat yang mengalami proses metabolisme atau penguraian sebelum
mengalami proses absorbsi. Sebaliknya karena atenolol tidak mengalami first pass effect jadi
dia lama berada di dalam tubuh atau memiliki waktu paruh eliminasinya lebih panjang atau
lama. Karena propanolol kelarutan lemaknya tinggi, dia mudah sekali masuk menembus ke
dalam sawar darah otak sehingga menimbulkan efek samping sentral.
Disisi lain, obat penghambat adrenoseptik beta yang kurang larut dalam lemak seperti
atenolol dan sutalol sulit untuk diabsorbsi, kemudian tidak mengalami metabolisme secara
ekstensi di hati dan cenderung di eliminasi atau di ekskresi dalam bentuk utuh atau tidak
berubah oleh ginjal. Mereka juga tidak bisa menembus sawar darah otak dan tidak
menimbulkan efek sentral seperti rekan-rekannya yang lebih larut dalam lemak.
Beberapa beta bloker yang memiliki kelarutan lemak yang tinggi : propanolol, oxprenolol,
alprenolol, timolol, acebutolol, dan pindolol
Sedangkan beta bloker yang memiliki kelarutan lemak yang rendah : atenolol, nadolol,
practolol, dan sutalol
2. Derajat Ionisasi
Sejauh mana obat terionisasi tergantung pada pKa obat dan pH media di mana obat dilarutkan.
pKa didefinisikan sebagai pH di mana 50% obat terionisasi.
Jika obat asam lemah direpresentasikan sebagai HA, maka :
pKa obat merupakan faktor penting, apakah obat itu bila diberikan per oral diabsorpsi lebih
banyak di lambung atau lebih banyak di usus.
Gambar 1
“
(1)
Gambar 1 menunjukkan distribusi obat
asam lemah (misalnya warfarin) yang
bergerak diantara plasma dan cairan
lambung. Angka – angka dalam kurung
mengacu pada konsentrasi relatif warfarin di
semua unit.
Transformasi logaritma dari persamaan (2) memberikan hasil:
pH = pKa + (3)
Dari sini dapat dilihat bahwa perubahan pH di belakang pKa obat seperti fenobarbiton (pKa 7.4)akan
menimbulkan perubahan yang dapat dipertimbangkan dalam tingkat ionisasinya. Hal ini secara klinis
digunakan pada pasien yang overdosis fenobarbiton dimana urin dapat dibuat basa dengan pemberian
natrium bikarbonat untuk memfasilitasi ekskresinya.
Pada pH urin 8, lebih dari 95% fenobarbiton akan terionisasi dan dengan demikian tidak akan diserap
kembali ke ginjal.
Untuk obat dasar, mis. Amfetamin dan quinidine (diwakili sebagai BH), persamaan (3) diatur ulang sehingga:
pH = pKa + (4)
Dengan argument yang sama seperti diatas, pengasaman urin akan mendorong eliminasi obat-obatan dan ini
juga dapat digunakan untuk mengobati overdosis.
Tingkat ionisasi obat berimplikasi pada absorbsi obat dari saluran cerna.
Di bawah kondisi asam dilambung, dapat diketahui dari persamaan (3), bahwa obat-obatan yang
bersifat asam seperti salisilat atau warfarin akan lebih disukai dalam bentuk yang tidak
terionisasi yang dapat menyerap lemak.
Obat-obatan dasar seperti klorpromazin dan antidepresan trisiklik akan cenderung terionisasi dan
relative tidak larut dalam lemak di lambung berdasarkan hipotesis partisi ph. Namun luas
permukaan usus halus yang lebih besar menentukan kedua jenis obat tersebut.
3. Ukuran Molekul
Ukuran molekul mungkin yang paling penting dari tiga sifat fisik obat.
Ekskresi empedu sangat ditentukan oleh ukuran molekul. Pada
manusia, senyawa dengan berat molekul yang lebih besar dari 400Å
diekskresikan dalam empedu.
Berat molekul menunjukkan variasi spesies yang cukup besar dan
berlaku untuk gerbang konju obat juga. Ukuran molekul juga dapat
digunakan untuk terapi.
Ampisil diekskresikan dalam empedu dan digunakan dalam pengobatan
infeksi saluran empedu. Setelah konjugat obat telah mencapai usus
melalui empedu, konjugat obat dipecah oleh enzim bakteri usus, lalu
membebaskan obat untuk direabsorbsi.
THANK YOU
Pertanyaan dan Jawaban
1. Bagaimana Efek Interaksi Obat Terhadap Aspek Farmakodinamik Yang Di Konsumsi Seseorang Dan Beri Contohnya?
Jawaban :
Interaksi obat bisa terjadi akibat pemberian obat secara bersamaan, atau diberi sebelum maupun sesudah obat yang di
konsumsi, sehingga keefektifannya bisa menjadi efek yang menguntungkan maupun merugikan pada aspek farmakodinamik
seseorang.
Sebagai contoh interaksi obat yang merugikan propranolol sebagai obat hipertensi dan insulin untuk diabetes, interaksinya
propranolol akan memperlambat kenaikan kadar gula darah kembali setelah pemberian insulin dan karena itu dapat menimbulkan
reaksi hipoglikemia.
Contoh yang menguntungkan penisilin dan probenesid. Probenesid dapat menghambat sekresi penisilin di tubulus ginjal
sehingga meningkatkan kadar penisilin di plasma (dalam darah) dan meningkatkan kerja penisilin sebagai antibiotic.
2. Ada 3 sifat fisiko kimia obat, salah satunya kelarutan lemak, dimana kelarutan lemak adalah penentu utama dari kemampuan
suatu obat untuk melewati membran dinding sel. Nah bagaimana mekanisme perpindahan atau transport dari obat tersebut?
Jawaban:
Mekanisme perpindahan/transport obat ada 2 yaitu
a. Difusi pasif : perpindahan obat/senyawa dari kompartemen yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
b. Transport aktif : perpindahan obat / senyawa dari kompartrmen yang berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi, di transport
aktif ini membutuhkan energi dan protein pembawa/carier.
3. Jika obat tidak bisa di absorbsi melalui difusi aktif maka apa yang terjadi ?
Jawaban:
Akan di absorbs dengan mekaisme lain yaitu difussi pasif
Transport aktif
Transpor aktif suatu molekul merupakan cara pelintasan transmembran yang sangat berbeda dengan difusi pasif. Pada transpor aktif diperlukan
adanya pembawa
Tranpor ini memerlukan energi yang diperoleh dari hidrolisis adenosin trifosfat (ATP) dibawah pengaruh suatu ATP-ase
Kecepatan nya konstan krn jumlah protein carier yg terbatas
Reseptor medianted ondocytosis
mekanisme yang sangat spesifik untuk memasukkan molekul ke dalam sel dengan reseptor Selain reseptor sebagai target aksi obat tp jg bisa
mengikat obat
Vascular uptake
Berguna untuk obat yang sangat hidrofil atau lipofil atau sangat polaratau non polar dimana obat aka masuk ke peredaran darah dengan cara
masuk celah kosong dengan dilindungi dengan membrane sel baru masuk ke peredaran darah
Fagositosi
Perlintasan membrane dengan bantuan penangkapan obat oleh makrofag dan lisosom
4. Dalam Farmakologi Klinis terdapat cakupan pertimbangan farmakoikinetik. Jelaskan tujuan dari pertimbangan farmakokinetik?
Jawaban :
Disini farmakokinetik itu sendiri merupakan gambaran matematis dari proses absorpsi, distribusi dan eliminasi obat, dengan adanya
pertimbangan farmakokinetik ini kita dapat mengetahui ketepatan dosis sehingga terapi yang diberikan sesuai dalam dosis yang tepat untuk
menghasilkan efek yang diinginkan dengan efek samping yang minimal, sehinngga penggunaan obat akan rasional.
5. Selama pemberian obat terjadi proses farmakokinetik & famakokinetik untuk menghasilkan efek terapeutik, tetapi
kadang kala dapat mnghasilkan efek toksik. Kapankah obat dapat menimbukkan efek toksik yang merugikan
tersebut?
Jawaban:
Efek toksik adalah efek obat non terapi yang tidak diinginkan pada dosis toksik.
Efek yang timbul jika obat digunakan berulang-ulang dan dalam dosis tinggi