Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktik PKPA


Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker berlangsung selama 1 bulan dimulai pada
tanggal 1 – 30 September 2022 di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, mahasiswa
ditempatkan di Seksi Kefarmasian, Seksi Sarana dan Prasarana serta Instalasi Farmasi Kota
(IFK) Bandar Lampung. Kegiatan ini dilakukan secara rotasi agar mahasiswa bisa
mendapatkan pengetahuan dan wawasan lebih mengenai kegiatan yang di Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah mempelajari
kegiatan pengelolaan obat, Alat Kesehatan (alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan, serta kegiatan kefarmasian di Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung.

4.1.2. Hasil Kegiatan Di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung


4.1.2 Pengelolaan Obat Di Kesehatan Kota
a. Perencanaan
Langkah awal dalam melakukan perencanaan obat dan BMHP adalah melakukan
pemilihan obat dan BMHP. Pemilihan obat dan BMHP ini merupakan langkah
untuk menentukan apakah obat dan BMHP tersebut benar-benar dibutuhkan sesuai
dengan pola penyakit (10 besar penyakit di puskesmas) dan jumlah sisa stok
sediaan di IFK Bandar Lampung. Pemilihan obat berpedoman pada Formularium
Nasional (FORNAS) dan Daftar Obat Esensial (DOEN) yang diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan. Obat yang dipilih dituangkan dalam format Rencana
Kebutuhan Obat (RKO) yang selanjutnya sebagai dasar bagi puskesmas untuk
mengajukan usulan kebutuhan tahunan. Setelah dipilih, obat dan BMHP ini
disesuaikan dengan yang ada di e-catalog. Langkah kedua setelah pemilihan adalah
kompilasi kebutuhan obat dan BMHP. Langkah ini berfungsi untuk mengetahui
kebutuhan bulanan masing- masing obat dan BMHP di Puskesmas berdasarkan data
pemakaian dan kebutuhan tahun lalu. RKO dan BMHP disampaikan oleh pengelola
obat Puskesmas ke IFK Bandar Lampung sesuai format usulan yang telah dibuat
olch IFK Bandar Lampung. Informasi yang didapat dari kompilasi kebutuhan ini
adalah jumlah kebutuhan tiap jenis obat pada masing-masing puskesmas dan
kebutuhan rata-rata obat perbulan (31 Puskesmas yang ada di Kota Bandar
Lampung). Langkah selanjutnya setelah pemilihan dan kompilasi kebutuhan adalah
perhitungan kebutuhan obat dan BMHP dilakukan dengan menggunakan metoda
konsumsi dengan sistem bottom up yaitu dari bawah (Puskesmas membuat LPLPO
dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung untuk direkap
kebutuhan masing-masing obat perbulannya). Metoda konsumsi adalah metoda
perhitungan kebutuhan berdasarkan pemakaian/kebutuhan tahun sebelumnya. RKO
ini ada dua, yaitu RKO dari Kemenkes dan RKO dari LPLPO. RKO dari 31
Puskesmas direkap dan dihitung rencana kebutuhannya.
Rumus perhitungan rencana kebutuhan :
F = E-D
F = Rencana Kebutuhan Obat
E = jumlah kebutuhan tahun berikutnya (C x 18)
D = prediksi sisa stok akhir tahun [A + B - (12 x C)]
C = pemakaian rata-rata per bulan
B = prediksi pengadaan
A = sisa stok
Dari perhitungan rencana kebutuhan tersebut sebagai dasar untuk pengadaan.
Daftar pengadaan ini kemudian diserahkan kepada PPK
b. Pengadaan
1. Metode E-Purchasing
Pembelian obat secara elektronik (e-purchasing) berdasarkan sistem (e-
catalog) obat dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan
Pejabat Pengadaan (PP) melalui aplikasi e-purchasing pada website Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), sesuai peraturan kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah (LKPP) nomor 5 tahun 2019
tentang katalog elektronik dan e-purchasing. Tahapan yang dilakukan dalam
pengadaan melalui e-purchasing adalah sebagai berikut:
1. PPK memilih jenis obat yang tersedia di e-catalog sesuai aplikasi e-
purchasing pada website LPSE.
2. Pejabat pengadaan membuat paket pembelian obat dalam aplikasi e-
purchasing berdasarkan daftar pengadaan obat yang telah dihitung dan
direkap.
3. Kemudian dari aplikasi e-catalog, informasi obat di cetak dan terlihat
informasi seperti penyedia obat/vendor serta distributor/PBF yang telah
ditunjuk langsung oleh pemerintah.
4. Setelah diketahui distributor/PBF berdasarkan e-purchasing, PPK
selanjutnya membuat surat perjanjian kerja (kontrak) dengan
distributor/PBF tersebut.
5. Isi dari Surat Perjanjian Kerja (Kontrak), yaitu:
a. Waktu pelaksanaan pekerjaan
b. Dokumen kontrak
c. Hak dan kewajiban PPK dalam pelaksanaan kontrak
d. Nilai kontrak
e. Perubahan kontrak (Adendum)
f. Penyelesaian perselisihan
g. Penghentian dan pemutusan kontrak
h. Jadwal waktu kontrak
i. Cara pembayaran prestasi pekerjaan
j. Ketentuan hukum
k. Serah terima pekerjaan
6. Sanksi dan denda
a. Surat pesanan
b. Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK)
c. Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK)
7. Instruksi kepada penyedia: Penagihan pembayaran oleh penyedia
obat/industri farmasi hanya dapat dilakukan setelah penyelesaian
pekerjaan dan dibuktikan dengan berita acara serah terima hasil pekerjaan
dan berita acara pemeriksaan administrasi hasil pekerjaan.
2. Pengadaan Langsung
Pengadaan secara langsung ini tidak melalui sistem e-purchasing namun tetap
melalui LPSE. Dalam artian, penyedia barang/jasa (vendor) telah mempunyai
kontrak dengan LPSE.
Tahapan pengadaan secara langsung seperti berikut ini:
a. PPK membuat kerangka acuan kerja (KAK) dan harga perkiraan sementara
(HPS) sesuai dengan harga e-catalog. Harga e-catalog adalah harga yang
telah disetujui oleh pemerintah dengan pemenang tender yang
dicantumkan dalam e-catalog.
b. Dilakukan kajian perbandingan harga antara distributor satu dengan yang
lainnya (yang termurah). Harus tetap ada bukti nyata bahwa harga tersebut
merupakan harga termurah dan bisa dipertanggungjawabkan.
c. Selanjutnya Dinas Kesehatan mengirimkan permintaan pembelian
obat/surat pesanan (SP). Pengadaan langsung diatas 200.000.000 melalui
persetujuan PPK (Pejabat Pembuat Komitemen), apabila kurang dari
200.000.000 melalui persetujuan PP (Pejabat Pengadaan).
d. Dilakukan penunjukan kepada distributor/penyedia barang oleh PPK/PP
yang tertuang dalam Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ).
e. PPK/PP kemudian membuat Surat Perintah Kerja (SPK) Kontrak
Langsung terkait SPPBJ yang mengharuskan distributor untuk segera
melaksanakan pengadaan barang.
f. Penyelesaian pekerjaan dibuktikan dengan Berita acara serah terima.
3. Obat Program
Pengadaan untuk obat program juga dilakukan di e-catalog. Obat program
tersebut seperti obat tuberkulosis, imunisasi, filiariasis dan kecacingan, gizi,
kesehatan ibu, kesehatan jiwa, malaria, diare, kesehatan anak.
Berikut daftar nama obat program yang ada di Instalasi Farmasi Kota
Bandar Lampung :
No. Kategori Nama Obat
1. Tuberkulosis Obat Anti Tuberkulosis FDC kategori 1
Obat Anti Tuberkulosis FDC anak
OAT Kombipak dewasa
OAT Kombipak Anak
2. Kesehatan Phytomenadion 2mg/ml
Anak Oksitetrasiklin salep mata 1%
Ampisilin serbuk in 1000mg/vial
Gentamisin inj 40mg/ml
Fenobarbital inj 50mg/ml
Diazepam inj 5mg/ml
Levotiroksin 50mcg
3. Diare Garam Oralit
Zinc Tablet 25mg
4. Malaria Artesunat inj 60 mg
Primakuin tab 15 mg
Kina Tab 200 mg
Kina Inj 25% / 2ml
Doksisiklin cap 100 mg
DHP (Dihidro Artemisin + Piperakuin)

No. Kategori Nama Obat


5. Kesehatan Diazepam 5mg tablet
Jiwa Diazepam inj 5 mg/ ml
Amitriptilin 25 mg
Clozapin 25 mg
Fluferazin dekanoat inj 50mg/ml
Haloperidol inj 5mg/ml
Klorpromazin Hcl 100mg
Risperidone 2 mg
Trifluoperazine Hcl 5 mg
Triheksifenidil 2 mg
6. Kesehatan Oksitosin Injeksi
Ibu Methylprednisolon injeksi
MgSO4 40%
MgSO4 20%
Kalsium Glukonat Injeksi
Metronidazol Infus
7. Gizi Retinol (Vitamin A) 100.000 IU kapsul
lunak bayi (6-11 bulan)
Retinol (Vitamin A) 200.000 IU kapsul
lunak balita (12-59 bulan)
Retinol (Vitamin A) 200.000 IU kapsul
lunak Ibu Nifas
Tablet Tambah Darah ( Ibu Hamil)
Tablet Tambah Darah (Remaja Putri)
Mineral Mix
8. Filiariasis DEC
dan Albendazol 400mg
Kecacingan Albendazol 200 mg/5ml sirup
9. Imunisasi DT (Kelas 1)
Td (Kelas 2 SD)
Td (Kelas 5 SD)
Td WUS
HPV (Kelas 5 SD)
HPV (Kelas 6 SD)
Pneumokokus 9 Tahun pertama
Pneumokokus (Tahun kedua dst)
Japanese Ensephalities
Rotavirus
ADS 0,05 ml
ADS 0,5 ml
ADS 5 ml
c. Penerimaan
Saat penerimaan dilakukan pencatatan pada buku penerimaan obat, mengenai data
dan dokumen obat tersebut. Pencatatan ini bertujuan sebagai dokumen yang memuat
semua catatan penerimaan seperti nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa
sebagai bukti dokumentasi. Penerimaan obat, alat kesehatan, BMHP (Bahan Medis
Habis Pakai), vaksin dan cold chain Product di Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung harus dipastikan benar berasal dari distributor yang telah disetujui, tidak
rusak atau tidak mengalami perubahan selama trasnportasi. Obat, alat kesehatan,
BMHP, vaksin dan Cold Chain Product tidak boleh diterima jika mendekati
kadaluwarsa sebelum diserahkan kepada pengguna. Apabila terdapat obat yang
diduga palsu, nomor batch harus segera dipisahkan dan dilaporkan ke instansi
berwenang dan pemegang izin edar/distributor. Pengiriman obat, alat kesehatan,
BMHP vaksin dan Cold Chain Product dilakukan dengan sarana transportasi harus
diperiksa kelengkapan sistem penutup, fisik dan fitur kemasan serta label kemasan
sebagai bentuk verifikasi.
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat, alat kesehatan, BMHP (Bahan Medis Habis Pakai), vaksin
dan Cold Chain Product disimpan di IFK Bandar Lampung agar dapat memelihara
mutu obat, menghindari penyalahgunaan, menjaga stock persediaan dan
memudahkan dalam pengendalian. Penyusunan obat-obatan di gudang berdasarkan
stabilitas dan sifat kimia, bentuk sediaan, generik atau nama dagang, alfabetis dan
alat kesehatan. Barang yang masa kedaluwarsanya lebih awal didistribusikan lebih
awal / FEFO (First Expired First Out) dan setiap pengeluaran dilakukan pencatatan
pada kartu stok melalui sistem dan dibukukan dilaporan mutasi. Pengelompokkan
penyimpanan berdasarkan obat program, obat DAK (Dana Alokasi Khusus) dan obat
PKD (Pelayanan- Kesehatan Dasar).
Gudang penyimpanan di IFK Bandar Lampung terdapat dua gudang di lantai 1
dan lantai 2. Gudang A lantai 1 menyimpan produk vaksin, sediaan cair (sirup), rapid
test atau HIV, siphillis dan logistik covid seperti pelarut untuk vaksin, safety box,
alkohol swab, spuit dan alat pelindung diri. Penempatan untuk produk vaksin di
dalam cold room (2-8°C) sedangkan produk lainnya dalam jumlah besar ditempatkan
di atas pallet dan diatur sedemikian rupa sehingga barang tersusun dan mobilitas
petugas gudang farmasi tidak terganggu. Gudang B lantai 1 menyimpan sediaan steril
seperti infus (Ringer Laktat dan Natrium Clorida), alkohol 70% dan beberapa vaksin
bulanan rutin seperti vaksin hepatitis, polio, MR, TB, Hb16 dan anti bisa ular.
Pada gudang lantai 2 terdapat penyimpanan obat sediaan padat seperti dalam
bentuk tablet dan kapsul, semi padat seperti salep dan sediaan parenteral. Kondisi
gudang penyimpanan lantai 2 dalam jumlah besar diletakkan di atas palet kayu. Agar
suhu ruangan tetap stabil terdapat AC (Air Conditioner) dan kipas angin, sedangkan
untuk pemantauan pengamanan terdapat CCTV namun belum terdapat APAR (Alat
Pemadam Api Ringan). Penyimpanan BMHP seperti masker dan sarung tangan di
ruang terpisah. Di dalam gudang lantai 2 terdapat lemari penyimpanan psikotropika
dan prekursor.
Obat yang memiliki beberapa kekuatan sediaan dijauhkan jaraknya dengan
tempat obat yang lain. Obat-obat golongan psikotropika disimpan dalam lemari
terkunci di gudang lantai 2, namun belum menggunakan double lock seperti yang
dipersyaratkan. Obat injeksi disimpan dalam tempat terhindar dari cahaya matahari.
Bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti alkohol dan iodium disimpan terpisah dari
obat lainnya. Obat-obatan golongan elektrolit pekat disimpan dalam lemari terpisah,
namun belum diberikan tanda peringatan khusus pada kemasan obat tersebut.
e. Pendistribusian
Pendistribusian perbekalan farmasi di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian yang dilakukan dari gudang IFK Bandar
Lampung ke 31 Puskesmas di Kota Bandar Lampung yang tergolong dari obat PKD
(Pelayanan Kesehatan Dasar), Obat DAK dan Obat Program (Tuberkolusis,
Imunisasi, Filanasis dan Kecacingan, Gizi, Kesehatan Ibu, Kesehatan Jiwa, Malaria,
Diare, Kesehatan Anak).
Pendistribusian di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung terdiri dari Distribusi
Permintaan Antar Waktu (PAW) dan Distribusi Rutin (Triwulan). Pendistribusian
PAW berdasarkan permintaan mendesak yang diajukan oleh Puskesmas setiap Senin
dan Rabu. Alur pendistribusian antar waktu untuk obat Dana Alokasi Khusus (DAK)
dan Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) sebagai berikut :
1. Puskesmas membuat surat permintaan obat antar waktu dimanA
disurat tersebut harus ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan
Pengelola Obat Puskesmas
2. Ditelaah ketersediaan obat pada IFK Bandar Lampung
3. Apabila obat tersedia maka akan dikeluarkan SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
dibuat 2 (dua) rangkap, lembar asli untuk petugas gudang dan lembar copy
untuk petugas Puskesmas yang ditandatangani oleh Kepala IFK Bandar
Lampung dan apabila barang telah diterima selanjutnya ditandatangani oleh
penerima (Puskesmas).
4. Obat disiapkan oleh staff dan dicek kembali ulang oleh pengelola obat
(Apoteker Puskesmas)
5. Obat siap didistribusikan dan dibawa ke Puskesmas
Pendistribusian antar waktu obat program alurnya sama hanya yang
membedakan surat permintaan obat program harus ditelaah dan disetujui oleh Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung. Pendistribusian triwulan adalah pendistribusian
rutin yang dilakukan oleh IFK Bandar Lampung dalam pendistribusian obat ke
Puskesmas setiap tiga bulan. Pendistribusian ini dilakukan pada bulan Januari,
April, Juli dan Oktober berdasarkan LPLPO dengan memperhitungkan stok
optimum dengan jumlah penggunaan obat dari LPLPO masing-masing unit
Puskesmas. LPLPO yang dibuat oleh Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Prosedur kegiatan
pendistribusian ini sesuai dengan pedoman Materi Pelatihan Manajemen
Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota oleh Menteri Kesehatan RI.
Alur pelaksanaan distribusi triwulan sebagai berikut :
1. Puskesmas membuat permintaan obat
2. Permintaan obat akan direkap oleh IFK Bandar Lampung dan disesuaikan
dengan stok obat yang ada di IFK Bandar Lampung
3. Dikeluarkan SBBK unuk 31 Puskesmas
4. SBBK akan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung
5. Membuat surat usulan distribusi ke Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
yang selanjutnya akan dikeluarkan surat perintah pengeluaran obat dari Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung
6. Setelah disetujui akan dilakukan penyiapan obat dan dilakukan pengecekan
ulang oleh IFK Bandar Lampung bersama pengelola obat Puskesmas
7. Keesokan harinya obat sudah siap didistribusikan ke masing-masing
Puskesmas.
f. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan ketersediaan
obat, alat kesehatan dan BMHP agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan di jaringan
pelayanan Puskesmas. Pengendalian yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung diantaranya :
1. Kartu stok untuk mencatat setiap barang yang masuk dan keluar melalui kartu stok
fisik dan sistem. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi
1 (satu) jenis sediaan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran. Data pada
kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan, pengadaan, distribusi
dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik sediaan farmasi dalam ternpat
penyimpanannya.
Informasi yang didapat :
1. Jumlah sediaan farmasi yang tersedia (sisa stok)
2. Jumlah sediaan farmasi yang diterima
3. Jumlah sediaan farmasi yang keluar
4. Jumlah sediaan farmasi yang hilang/ rusak/ kadaluwarsa
5. Jangka waktu kekosongan sediaan farmasi
6. Stock opname dilakukan setiap sebulan sekali untuk ruang penyimpanan dan
gudang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah obat yang tercatat
dibandingkan dengan jumlah fisik obatnya.
g. Administrasi dan Pencatatan
1. Laporan Mutasi
Pencatatan keluar masuknya obat melalui laporan mutasi yang terbagi menjadi 2
(dua), yaitu:
a. Laporan mutasi bulanan berdasarkan permintaan antar waktu atau permintaan
obat yang mendesak dari Puskesmas yang berada di bawah Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung.
b. Laporan mutasi triwulan berdasarkan distribusi obat-obatan, BMHP, vaksin yang
rutin dilaksanakan oleh IFK Bandar Lampung untuk 31 Puskesmas di Kota
Bandar Lampung dilaksanakan setiap tiga bulan.
b. Laporan e-logistic
Merupakan pelaporan penggunaan obat-obatan, BMHP dan vaksin yang
didistribusikan oleh IFK Bandar Lampung ke Puskesmas yang dibawahinya. Laporan
ini dilakukan setiap sebulan sekali dan terintegrasi ke Kementerian Kesehatan
sehingga dapat diketahui pola konsumsi obat. Hal ini diharapkan distribusi
perbekalan farmasi ke masing-masing daerah tepat sasaran, efektif dan efisien.
1. Aplikasi SMILE (Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik Elektronik)
Merupakan aplikasi yang terintegrasi memuat informasi distribusi logistik,
pelaporan dan pemantuan evaluasi secara real time logistik rantai dingin vaksin
covid-19 dan penyimpanannya di seluruh titik penyedia vaksin covid-19. Alur
penginputan data di aplikasi SMILE sebagai berikut :
a. Puskesmas membuat permintaan ke Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
b. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung menyetujui permintaan dari
Puskesmas
c. Dikeluarkan SBBK untuk Puskesmas yang membuat pesanan
d. SBBK akan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung
e. Data permintaan di input ke aplikasi SMILE yang terhubung ke Kementerian
Kesehatan untuk mengetahui sisa stok vaksin di Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung
f. Apabila stok vaksin yang dibutuhkan tersedia maka akan dilakukan
penyiapan obat dan dilakukan pengecekan ulang oleh IFK Bandar Lampung
bersama pengelola obat Puskesmas.
Aplikasi SMILE memuat kuantitas vaksin berdasarkan dosis yaitu: Pfizer (6
dosis), Moderna (10 dosis), Sinovac double dose (2 dosis), Sinovac multi
dose (10 dosis). Apabila vaksin di Puskesmas A memiliki stok berlebih maka
akan dibagikan ke Puskesmas B yang membutuhkan dengan melampirkan
syarat administrasi ke Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dengan
catatan vaksin di IFK Bandar Lampung mengalami kekosongan stok.
2. Aplikasi SITB (Sistem Informasi Tuberkulosis)
Merupakan aplikasi yang digunakan untuk penanggulangan Tuberkolosis di
Indonesia yang terhubung ke Kementerian Kesehatan. Puskesmas yang di bawah
naungan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung akan melakukan permintaan ke
aplikasi SITB untuk disediakan oleh IFK, berikut mekanisme permintaan ke
aplikasi SITB :
a. Puskesmas membuat permintaan ke Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.
b. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung menyetujui permintaan dari
Puskesmas
c. Dikeluarkan SBBK untuk Puskesmas yang membuat pesanan
d. SBBK akan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung
e. Data permintaan di input ke aplikasi SITB yang terhubung ke Kementerian
Kesehatan untuk mengetahui sisa stok vaksin di Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung
f. Apabila stok obat yang dibutuhkan tersedia maka akan dilakukan penyiapan
obat dan dilakukan pengecekan ulang oleh IFK bersama pengelola obat
Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai