Anda di halaman 1dari 13

Materi Dinkes

Program kesehatan dinkes PROGRAM PRIORITAS KESEHATAN


prov 1. AKI/AKB
2. STUNTING
3. ELIMINASI HIV/AIDS
4. ELIMINASI TBC
5. ELIMINASI MALARIA
6. P2 (Pencegahan dan Pengendalian ) DAN PTM
7. KESLING
8. UHC
9. PANDEMI COVID 19

OBAT PROGRAM KESEHATAN


1. PROGRAM DIARE (ZINC, ORALIT)
2. PROGRAM FILARIASIS (ALBENDAZOLE SRP, TABLET, DEC)
3. PROGRAM GIZI (RETINOL 100rb, 200rb IU, Fe tab, MINERAL MIX)
4. PROGRAM IMUNISASI (BCG, DPT, POLIO, MR, HEPATITIS B)
5. PROGRAM KESEHATAN ANAK (Ampicillin vial, diaz ijn, fenobarbital, vit k,
gentamisin inj, oxytetrasiklin salep mata )
6. PROGRAM KESEHTAN IBU (Ampicillin vial, genta injeksi, ca.
gloconas, mgso4 20/40%, metergin inj, oxytocin inj, metron infus)
7. PROGRAM JIWA (amitriptilin, diaz inj/tab, haloperidol tab/inj, clozapine,
resperidone)
8. PROGRAM MALARIA (ARTESUNATE INJ, doksisiklin, primaquin)
9. PROGRAM TBC
H= Isoniazide
R= Rifampicin
Z= Pyrazinamide
E=Ethambutol
S=Streptomycin

(FDC Kategori 1/pasien baru = 2HRZE+4H3R3)


FDC anak
OAT Kombipak Dewasa
OAT Kombipak Anak
Ruang linkup dan topuksi Ruang Lingkup
farkalkes 1. Seleksi Perencanaan :Seksi FARMAMIN dan PERBEKES Program Terkait
2. Pengadaan
3. Monitoring
4. Evaluasi

Topuksi FarKalKes
1. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kefarmasian,
makanan minuman dan perbekalan kesehatan
2. Menyiapkan bahan pengkoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis
3. Menyiapkan bahan penyusunan standar oprasional
4. Menyiapkan bahan fasilitas pelaksanaan layanan
5. Menyiapkan bahan pelaksanaan teknis
6. Menyiapkan bahan rekomendasiteknis ijin PBF cabang dan Cabang
penyaluran ALKES (Serta UKOT)
7. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan.
Good procurement practice PENGADAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
1. Sumber droping KEMENKES
2. Pengadaan dengan E-Purchasing
3. Pengadaan dengan Lelang

Good procurement practice


1. Perencanaan Pengadaan (Sumber dana APBD/APBN)
Perencanaan pengadaan melalui penyedia:
a. Penyusunann spesifikasi teknis (kerangka acuan kerja)
b. Penyusunan perkiraan biaya (rencana anggaran biaya)
c. Pemaketan pengadaan barang
d. Konsilidasi pengadaan barang
e. Penyususnan biaya pendukung
2. Persiapan Pengadaan
3. Persiapan pemilihan penyedia
a. Pelaksanaan kontrak
b. Kualitas barang/jasa
c. Ketepatan perhitungan jumlah atau volume
d. Ketepatan waktu penyerahan
e. Ketepatan tempat penyerahan
4. Kontrak
5. Serah terima pekerjaan
Studi kasus
Kasus 1

Temuan : BBPOM di Semarang Musnahkan Ribuan Kosmetik Ilegal dalam


Intensifikasi Pengawasan Kosmetik
Landasan : 1. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Dasar 2. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Hukum 3. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 23 Tahun 2019 Tentang
Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.
4. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2021 Tentang Sertifikasi Cara Pembuatan Kosmetika Yang Baik
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tahun
2010 Izin Produksi Kosmetika.
Tindakan : Melakukan pembinaan serta pengawasan pada 54 sarana distribusi kosmetik yang
Perbaikan saat ini terdaftar baik di klinik kecantikan, toko/swalayan/grosir dan di pasar
tradisional agar tidak menjual produk kometika yang tidak memenuhi syarat salah
satunya adalah tidak adanya nomor izin edar dari BPOM.
Tindakan : Sosialisasi kepada masyarakat sebagai konsumen, agar selalu waspada terhadap
Pencegahan peredaran produk kosmetik illegal dengan cara melakukan pengecekan legalitas
produk / kebenaran Nomor Ijin Edar (NIE) melalui Aplikasi BPOM Mobile atau
melewati link resmi BPOM : https://cekbpom.pom.go.id/
Sumber : https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/27797/BBPOM-di-Semarang-
Kasus Musnahkan-Ribuan-Kosmetik-Ilegal-dalam-Intensifikasi-Pengawasan-
Kosmetik.html

Kasus 2

Temuan : Sidak Dinkes Riau Temukan Apotik Tak Berizin


Landasan : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017
Dasar Tentang Apotek
Hukum
Tindakan : Apotek ditutup sementara
Perbaikan
Melakukan pembinaan agar segera melakukan pengurusan izin apotek

Tindakan : Melakukan sosialisasi kepada pemilik apotek terkait peraturan tentang apotek
Pencegahan
Sumber : https://riau.antaranews.com/berita/94082/sidak-dinkes-riau-temukan-apotik-tak-
Kasus berizin

Kasus 3

Temuan : salah satu puskesmas di mojokerto memberikan salep yang sudah kadaluarsa kepada
pasien.

Landasan : Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 74 Tahun 2016


Dasar Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Pada pasal 3 mengenai standart
Hukum pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai salah satunya ialah penyimpanan.

Tindakan : apoteker harus lebih teliti dalam melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan
Perbaikan medis habis pakai sehingga tidak terjadi sediaan farmasi yang kadaluarsa.
Tindakan : dinas kesehatan setempat memberikan peringatan pertama terhadap petugas karena
Pencegahan lalai terhadap tugasnya yang sudah diatur dalam perundang-undangan.
Sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4705528/ini-hasil-evaluasi-dinkes-
Kasus mojokerto-soal-puskesmas-beri-salep-kedaluwarsa
Kasus 4

Temuan : Temuan Obat Palsu Produksi Pabrik Semarang, Dinas Diminta


Aktif Pantau Apotek

Salah satu Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT Jaya Karunia


Investindo (JKI) Semarang memproduksi obat palsu dengan
melakukan pengemasan ulang obat generik dan obat kadaluwarsa
menjadi obat bermerek. PT. Jaya Karunia Investindo telah
melakukan pelanggaran produksi obat palsu dan melakukan
distribusi obat tanpa izin edar.

Landasan Hukum : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal


196
2. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 14 Tahun
2021 Standar Kegiatan Usaha Dan Produk Pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor
Kesehatan .

Tindakan Perbaikan : Pembekuan izin operasional PBF PT. JKI dan merekomendasikan
pencabutan izin PBF PT. JKI kepada Kementerian Kesehatan.

Tindakan Pencegahan : a. Melakukan Gerakan edukasi kepada masyarakat maupun


fasyankes agar menerapkan Dagusibu supaya obat yang
kadaluwarsa dan rusak tidak disalah gunakan oleh pihak yang
tidak bertanggaung jawab
b. Pemeriksaan terhadap sejumlah apotek yang melakukan
pengadaan obat dari PBF PT. JKI dan terhadap obat-obat
tersebut telah dilakukan pengamanan agar tidak lagi diperjual-
belikan.
Sumber Kasus : http://beritajateng.net/temuan-obat-palsu-produksi-pabrik-
semarang-dinas-diminta-aktif-pantau-apotek/
Kasus 5

Temuan : Dinkes Jateng Temukan Dua Kasus Difteri

1) Dinas Kesehatan Jawa Tengah menemukan kasus


positif difteri pada balita terjadi di Kota
Semarang dan Kabupaten Karanganyar.
2) Temuan dicurigai ada 10 kasus, konfirmasi
laboratorium dua dinyatakan positif dan delapan
dinyatakan negatif.
3) Temuan kasus difteri cenderung meningkat
dibanding tahun sebelumnya.
Landasan Hukum : 1) Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
2) Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 Tahun
2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
Tindakan Perbaikan : 1) Untuk menyelesaikan kasus diatas maka pihak
Dinkes Provinsi melakukan peningkatan kegiatan
sosialisasi kebijakan dan peraturan terkait.
2) Masyarakat turut berperan serta untuk
penanggulangan penyakit difteri dengan
mendorong semua balita untuk mendapatkan
imunisasi.
3) Dinas Kesehatan memberikan edukasi atau
penyuluhan perlu dilakukan terkait pentingnya
imunisasi pada balita sebagai tindakan antisipasi
terjangkitnya penyakit difteri.
4) Melakukan penyuluhan atau sosialisasi terkait
bahayanya penyakit difteri serta cara
pencegahannya.
Tindakan Pencegahan : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah segera
meningkatkan upaya pemerataan imunisasi rutin
DPT-HB-Hb.
Sumber Kasus : https://semarang.bisnis.com/read/20171207/535/76
6150/dinkes-jateng-temukan-dua-kasus-difteri

A. Kasus 1
Temuan Ditemukan Apotek tak berizin
Landasan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hukum
9 Tahun 2017 Tentang Apotek
Tinda Apotek ditutup sementara
kan Melakukan pembinaan agar segera melakukan
Perbai pengurusan izin apotek
kan
Tindakan Melakukan sosialisasi kepada pemilik apotek terkait
Pencegahan peraturan tentang apotek
Sumber Kasus https://riau.antaranews.com/berita/94082/sidak-dinkes-
riau-temukan-apotik-tak-berizin

Kasus 2

Temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama


Kepolisian menggerebek dua pabrik tahu yang
menggunakan formalin di Desa Waru dan Desa Waru
Kaum, Kecamatan Parung.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten
Bogor mengatakan dua pabrik tahu itu tak memiliki
izin resmi.
Selain tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB),
dua pabrik juga belum memiliki izin Pangan Industri
Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan setempat.
Keduanya hanya memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) yang digunakan untuk keperluan
distribusi produk ke berbagai pasar di beberapa daerah
Landasan Hukum Berdasarkan UU No 7 tahun 1996 tentang Pangan dan
UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
serta UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Tindakan sebagai sanksi awal, kedua pabrik tersebut ditutup
Perbaikan
sehingga tidak ada aktivitas produksi tahu. Berdasarkan
UU Pangan Sanksinya lima tahu penjara dan denda Rp
10 miliar karena menggunakan bahan berbahaya
Tindaka Sejak tahun 2016 pemerintah melarang formalin untuk
n masuk ke jalur pengolahan pangan. Padahal, sejak
Pencega dilarangnya penggunaan formalin untuk bahan pangan,
han pemerintah memberikan pemahit untuk setiap bahan
formalin berbentuk cair. Jika digunakan untuk bahan
pangan, maka akan terasa pahit dan memberikan kesan
sebagai makanan tidak layak konsumsi
Sumber Kasus https://indopolitika.com/bpom-bongkar-dua-pabrik-
tahu-berformalin-di-parung-omzetnya-capai-rp5-
miliar-per-tahun//
Kasus 3

Temuan Temuan kasus Dinas kesehatan (Dinkes) Jakarta


PusatRazia
kosmetik kadaluarsa dan tidak ada ijin edar
Landa 1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (UU
san Kesehatan)
Huku 2. Undang- undang No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan
m konsumen yang meliputi hak-hak konsumen, kewajiban,
larangan-larangan pelaku usaha.
Tinda a. Apoteker Dinkes memberikan peringatan dan dilakukan
kan penarikan produk
Perbai b. Apoteker Dinkes harus mengawasi industry-industri yang telah
kan menyelewengi aturan.
c. Laranganuntukmengedarkan untuk sementarawaktu dan atau
perintah untuk menarik produkdari peredaran
Tindak Apoteker melakukan pembinaan dan pertemuan dengan
an pelaku usaha upaya mengantisipasi terjadi pelanggaran
Penceg
aha
n
Sum https://www.merdeka.com/foto/peristiwa/
1031341/201812121320
ber
13-petugas-gabungan-lakukan-razia-kosmetik-kadaluwarsa-
Kas
002- n-efendi.html.
us
Kasus 5

Temuan Temuan kasus Dinas kesehatan (Dinkes) provinsi Bengkulu


diminta mempercepat laju imunisasi polio di provinsi
Bengkulu
hingga mencapai 96 persen.
Landa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI nomor
san SR.02.06/C/5537/2022 tentang Kewaspadaan dini terhadap
Huku kejadian luar biasa polio dari kasus virus polio vaksin tipe 2
m (VDPV2) di Kabupaten Pidie Provinsi Aceh
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 12
Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan imunisasi

Tinda a. Apoteker Dinkes ikut menyuarakan seluruh faskes yang ada


kan di provinsi Bengkulu agar segera mengejar minimum
Perbai cakupan
kan imunisasi
Temuan Temuan kasus Dinas kesehatan (Dinkes) provinsi Bengkulu
diminta mempercepat laju imunisasi polio di provinsi
Bengkulu
hingga mencapai 96 persen.
Landa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI nomor
san SR.02.06/C/5537/2022 tentang Kewaspadaan dini terhadap
Huku kejadian luar biasa polio dari kasus virus polio vaksin tipe 2
m (VDPV2) di Kabupaten Pidie Provinsi Aceh
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 12
Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan imunisasi

Tinda a. Apoteker Dinkes ikut menyuarakan seluruh faskes yang ada


kan di provinsi Bengkulu agar segera mengejar minimum
Perbai cakupan
kan imunisasi
b. Apoteker Dinkes ikut menggencarkan tim surveilens
epidemiologi di seluruh kabupaten/kota

Tindaka Apoteker menghimbau kepada seluruh orang tua agar tidak


n takut dan menyelenggarakan imunisasi kepada anak-anaknya
Pencega di Faskes
han terdekat.
Sumber https://bengkuluekspress.disway.id/read/140610/
mengantisipasi-
Kasus
kasus-polio-dinkes-provinsi-bengkulu-pecepat-imuniasi

Kasus 4

Temuan Tanpa resep dokter, antibiotic masih dapat dibeli secara


bebas
Landa PP No.51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
san Pasal 24 (c) Undang Undang Nomor 36 tahun 2009
Huku Tentang Kesehatan.
m
Tinda Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas
kan Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat menyerahkan obat
Perbai keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas
kan resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, obat keras hanya dapat diberikan
dengan resep dokter dengan kriteria: pada etiket dan
kemasan tercantum tanda khusus untuk obat keras dengan
jelas
Tindaka a. Apoteker diharapkan dapat menjaga komitmen untuk
n selalu hadir, berkontribusi, dan berperan aktif dalam
Pencega menjamin pengelolaan obat sesuai dengan regulasi,
han termasuk dalam hal pengelolaan antibiotik.
b. Apoteker meningkatkan awareness dan perannya dalam
upaya pencegahan penyalahgunaan obat dan resistensi
antibiotika. Juga perlu untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melakukan komunikasi yang
baik agar dapat berkomunikasi dengan lintas sektor
maupun pasien untuk mendukung upaya
penyalahgunaan dan
resistensi antibiotik.
Sumber Kasus Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009.
Tentang
Kesehatan.
Kasus 5

Temuan Dugaan adanya penyebaran obat palsu di apotek GC,


dimana obat tersebut didistribusikan oleh PBF PT JKI,
berdasarkan pengungkapan BPOM menyatakan
bahwasannya PT. JKI melakukan tindakan ilegal yang
merepacking obat kadaluarsa maupun obat generik menjadi
obat bermerak
kemudian dijual dengan harga lebih tinggi.
Landa PERMENKES No. 1010/Menkes/PER/XI/2008 tentang
san registrasi obat sebagaimana telah diubah dengan
Huku PERMENKES No. 1120/Menkes/Per/XII/2008
m menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan obat palsu
adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
atau produksi obat dengan penandaan yang meniru
identitas
obat lain yang telah memiliki izin edar
Tinda a. Menindaklanjutin hasil temuan BPOM terhadap sarana
kan ilegal yang melakukan peredaran obat palsu
Perbai b. Supervisi kepada Dinkes kabupaten/kota terhadap
kan sarana apotek khususnya para apoteker TTK dalam
menanggulangi peredaran obat palsu.

Tindaka a. Dinkes: Melakukan pencatatan daftar obat palsu dan


n memperketat penjagaan kelolosan sarana ilegal
Pencega penyebaran obat pals
han b. PBF: Diberikan surat peringatan dan dilakukan audit
untuk penerapan CDOB yang lebih optimal
c. Apotek: Membuat SOP pengadaan dan penerimaan obat
dari distributor.

Sumber https://tangerangonline.id/2019/07/24/tim-dinkes-sidak-
Kasus
apotik-di-cipondoh-terkait-dugaan-obat-palsu/

Anda mungkin juga menyukai