Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan Farmasi yang bermutu tinggi;
2. Bahwa agar pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Bunda dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak
Cahaya Bunda sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Cahaya Bunda;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam 1 dan 2,perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Bunda.
Mengingat : 1. Peraturan Direktur PT. Cipta Hasil Yasmin Nomor : 013 / BOD / DIR-SK/ 0716 Tentang
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Law).
2. Peraturan Direktur PT. Cipta Hasil Yasmin Nomor : 011 / BOD / DIR-SK/ 0716 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSIA Cahaya Bunda Cirebon.
3. Keputusan Ketua Badan Pengurus PT. Cipta Hasil Yasmin Nomor : 011 / BOD / DIR-
SK/ 0716 tahun 2016 tentang Penunjukan Sebagai Direktur RSIA Cahaya Bunda
Cirebon.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CAHAYA BUNDA TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT FARMASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CAHAYA BUNDA.
Kedua : Kebijakan Pelayanan Unit Farmasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Bunda
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Unit Farmasi Rumah Sakit
Ibu dan Anak Cahaya Bunda dilaksanakan oleh setiap Kepala Bidang Penunjang Medis
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Bunda.
Keempat : Kepala Unit Farmasi memimpin penyelenggaraan pelayanan Unit Farmasi di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Cahaya Bunda dan bertanggung jawab kepada kepala bidang
penunjang medis Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Bunda.
Kelima : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Tentang
KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT FARMASI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CAHAYA BUNDA
Di tetapkan : Cirebon
Tanggal : September 2016
Dibuat oleh:
Kepala Sub Bagian Logistik : Elsa Elfira Rosyana
Disetujui oleh :
Kepala Bagian Keuangan : R.Hadi Iswadi S.Psi
Ditetapkan oleh :
Direktur RSIA Cahaya Bunda : dr. H. Erwin Didi Purnama., MMRS
Lampiran
Peraturan Direktur RSIA Cahaya Bunda
Nomor : 001/PER/DIR/LOG/RSIACB/IX/2016
Tanggal : 1 September 2016
KEBIJAKAN LOGISTIK
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CAHAYA BUNDA
A. Kebijakan Umum
1. Pengadaan barang terbagi menjadi dua yaitu barang medis dan non medis
4. Prosedur pembelian dan inventory barang harus sesuai dengan sistem akuntansi
RSIA Cahaya Bunda
7. Pelayanan logistik harus selalu menerapkan budaya 6S+1R (Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun, Sabar dan Resik).
8. Pelayanan logistik harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
9. Seluruh petugas harus bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, standar
profesi, pedoman/panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta
sesuai dengan etika profesi, etika RS yang berlaku.
10. Apabila terjadi permasalahan pelayanan, pelaporan dan koordinasi disesuaikan
dengan struktur organisasi dan bila terjadi di luar dinas maka SOD dijadikan
rujukan.
11. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan, kualifikasi dan
distribusinya.
12. Semua petugas logistik, khususnya tenaga farmasi wajib memiliki izin profesi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
13. Setiap petugas atau staf Unit Farmasi wajib meningkatkan kompetensinya melalui
program pengembangan SDM melalui kegiatan orientasi, penilaian kinerja dan
diklat.
14. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan K3L
(Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan) termasuk pengelolaan Barang
Beracun dan Berbahaya (B3), penggunaan alat pelindung diri (APD), maintenance
peralatan dan kalibrasi, pengelolaan kesehatan lingkungan kerja, pencegahan dan
tanggap darurat bahaya serta proteksi kebakaran.
16. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
internal farmasi minimal 1 bulan sekali.
B. Kebijakan Khusus
1. Perencanaan :
a. Logistik medis meliputi alat medis dan perbekalan farmasi (obat, gas medis dan
alat kesehatan)
b. Barang Logistik non medis terbagi menjadi 17 kategori yaitu Barang Rumah
Tangga, ATK, Bahan Gizi, Barang Umum, Barang Linen, Gas Medis, Cetakan,
Chemical, Materai, Seragam, Pecah Belah, Aset Sarana, Aset Medis, Barang Medis
non aset, Sparepart Medis, Plastik Sampah dan Pemeliharaan.
c. Unit Logistik menjamin ketersediaan barang perbekalan farmasi dan barang non
medis
d. Perencanaan pengadaan dan pengurangan barang perbekalan farmasi
berdasarkan indikasi penggunaan, efektivitas, resiko, biaya, stok minimal dan
banyaknya jumlah kasus.
e. Proses perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi oleh bagian logistik medis
dilakukan seminggu dua kali dengan mempertimbangkan rata-rata pemakaian
perbekalan farmasi dalam sebulan sebelumnya.
f. Proses perencanaan kebutuhan barang umum oleh bagian logistik umum
dilakukan seminggu dua kali dengan mempertimbangkan rata-rata pemakaian
barang non medis dalam sebulan sebelumnya
g. Pemilihan/seleksi barang perbekalan farmasi melibatkan panitia farmasi dan terapi
dengan peran aktif Apoteker serta terdokumentasi berkala minimal satu tahun
sekali dalam sebuah formularium farmasi dan terapi.
h. Direksi menetapkan batas minimal stok perbekalan farmasi dan barang non medis
berdasarkan rekomendasi Unit Farmasi.
i. Rapat Panitia Farmasi Terapi dilakukan minimal tiga bulan sekali untuk
mengevaluasi dan menjaga daftar obat (Formularium).
j. Pedagang Besar Farmasi dan supplier barang non medis yang dipilih untuk menjadi
rekanan pengadaan obat Rumah Sakit harus selalu dievaluasi melalui kriteria : on
time, on spec, on quality, on price yang dilaksanakan enam bulan sekali.
k. Untuk barang perbekalan farmasi yang dibutuhkan pada kasus tertentu tetapi
tidak ada dalam stok dan atau tidak terdaftar dalam formularium, Unit Farmasi
dapat mengupayakan pengadaan dengan cara menghubungi Apotik atau Rumah
Sakit lain yang memiliki stok dan disertai laporan pembelian obat cito setiap bulan.
l. Kerjasama untuk barang perbekalan farmasi dan barang non medis diantaranya:
A. Barang Perbekalan Farmasi
a) Pengadaan Perbekalan Farmasi untuk kategori Obat , pihak Rumah Sakit
bekerja sama dengan delapan principle yaitu Otto, Sanbe Farma,
Meprofarm, Interbat, Dexa Medika, Guardian, Kalbe Farma, Lapi.
b) Pengadaan Perbekalan Farmasi untuk kategori Alat Kesehatan, pihak
Rumah Sakit bekerja sama dengan PT.Karima Farma, PT.Docare Laras
Indonesia, PT.Tunas Bangun Prakarsa, PT.Megah Medika Pharma
n. Barang Konsinyasi
a) Pengadaan Perbekalan Farmasi yang bersifat Konsinyasi, pihak Rumah
Sakit menerima barang berupa tanda terima barang dan belum
difakturkan.
a) Apabila barang konsinyasi terjual, selanjutnya akan difakturkan sesuai
dengan jumlah yang terjual
b) Proses penginputan penerimaan barang ( Received Good ) ke dalam
Sistem Informasi Rumah Sakit menggunakan Base Non PO, dan Purchase
Order menggunakan Surat Pesanan manual.
o. Barang Sample
Barang sampel merupakan obat yang diberikan oleh Supplier secara donasi atau
konsinyasi kepada rumah sakit sebagai bahan pertimbangan dalam rencana
penggunaannya
2. Pengadaan :
a. Proses pengadaan barang perbekalan farmasi dari Gudang Medis ke Pedagang
Besar Farmasi (PBF) dalam kondisi biasa/rutin dilaksanakan oleh bagian gudang
farmasi setiap hari Selasa dan Jumat di jam dinas.
b. Proses pengadaan barang perbekalan farmasi dari Gudang Medis ke Pedagang
Besar Farmasi (PBF) dalam kondisi non rutin (permintaan perbekalan farmasi diluar
formularium) dilaksanakan oleh bagian logistik pada hari kerja sesuai dengan
permintaan.
c. Proses pengadaan perbekalan farmasi dari Unit Farmasi ke Gudang Medis
dilakukan setiap hari.
d. Proses pengadaan perbekalan farmasi di luar Unit Farmasi (floor stock), dilakukan
dengan ketentuan berikut:
i. Obat dan alat kesehatan yang ada di luar Unit Farmasi (di ruangan)
menggunakan fixed stock, segera dilakukan peresepan oleh unit yang
bersangkutan setelah digunakan.
ii. Bahan habis pakai diluar Unit Farmasi (di ruangan) menggunakan stok
minimal dan maksimal, dilakukan pengadaan satu minggu sekali pada hari
Senin pukul 08.00- 14.00 WIB dan dilakukan pendistribusian pada hari
Rabu/Kamis.
iii. Pengadaan perbekalan farmasi di luar Unit Farmasi (floor stock) menjadi
tanggung jawab kepala ruangan.
e. Proses pengadaan yang meliputi pembelian dan pengelolaan
sumbangan/dropping/ hibah diterima sesuai kebijakan, dibuat berita acara dan
dilaporkan ke Wadir Oprasional dan Keuangan untuk di transaksikan.
f. Pengadaan perbekalan farmasi akibat hibah pasien pasca perawatan kepada Unit
Farmasi didokumentasikan dan ditandatangani oleh pasien/keluarga pasien dan
petugas farmasi serta dipergunakan untuk pasien yang membutuhkan dan tidak
mampu.
g. Pengadaan pebekalan farmasi akibat obat tidak diambil oleh pasien rawat jalan
dalam waktu satu bulan diterima sesuai kebijakan, dibuat berita acara dan
dilaporkan ke Bagian Keuangan yang kemudian diproses dimasukkan kembali ke
dalam SIM RS sebagai bonus.
3. Penerimaan :
a. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian di logistik medik.
b. Penerimaan barang non medis dilakukan oleh petugas logistik umum
c. Penerimaan perbekalan farmasi dan barang non medis harus memperhatikan
indikator kelogistikan meliputi “ on time, on spect, on quality , on price“.
d. Kriteria perbekalan farmasi dan barang non medis yang diterima adalah barang
dengan tanggal kadaluarsa minimal 2 (dua) tahun ke depan kecuali perbekalan
farmasi dengan khusus atau untuk pemakaian segera (CITO).
e. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai kriteria spect dan quality maka obat
dikembalikan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau supplier.
f. Proses penerimaan barang dilakukan pada hari Senin-Jumat mulai pukul 10:00 –
15:00 WIB dan hari Sabtu pukul 10:00-13:00 WIB
g. Proses pengambilan Purchase Order dilakukan pada hari Selasa dan Jumat pukul
14:00-15:00 WIB
4. Penyimpana perbekalan farmasi dan barang non medis disesuaikan dengan bentuk
sediaan dan jenisnya, suhu penyimpanan dan stabilitasnya, sifat bahan dan ketahanan
terhadap cahaya.
Seperti :
a. Penyimpanan obat disusun alfabetis dengan sistem FIFO (first in first out) / FEFO
(first expired first out).
b. Obat golongan Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam lemari khusus dengan
Double Lock.
c. Obat High Alert disimpan dalam lemari terpisah dan diberi label pada satuan
terkecil.
d. Obat LASA disimpan sesuai dengan standar yang ada yaitu dengan penamaan
khusus, tidak berdekatan dan diberi label.
e. Perbekalan farmasi dan alat kesehatan Emergency disimpan dalam KIT Emergency
yang teregistrasi dan disimpan di ruangan yang mudah terjangkau dan terpantau .
f. Bahan beracun dan berbahaya disimpan di ruangan khusus, diberi label, disimpan
di atas palet dengan aerasi yang baik, serta terdapat tempat cuci tangan di dekat
ruangan.
g. Bahan radio aktif dan kemoterapi disimpan di tempat khusus dengan label,
disimpan sesuai suhu penyimpanan dan terpisah dengan obat lain.
h. Gas medis disimpan diberi label, ruang terbuka, jauh dari kontak api dan panas,
diberi tanda khusus Gas Mudah Meledak, ditempatkan di area khusus yang tidak
mudah dijangkau.
i. Penyimpanan produk nutrisi sesuai dengan rekomendasi industrinya.
j. Bahan makanan disimpan khusus terpisah dengan barang-barang lainnya.
k. Penyimpanan perbekalan farmasi dan barang non medis karena hibah
ditempatkan dan didokumentasikan tersendiri.
l. Barang perbekalan farmasi dan barang non medis yang disimpan ditulis dalam
kartu stok.
m. Penyimpanan perbekalan farmasi di luar Unit Farmasi merupakan tanggung jawab
dari Kepala Ruangan yang bersangkutan.
n. Penyimpanan dan pengawasan barang perbekalan farmasi yang tersimpan di luar
Unit Farmasi dilakukan setiap akhir pekan yaitu hari Jum’at pagi, dengan kriteria
pengecekan tanggal kadaluarsa dan kondisi fisik obat, dan melakukan pergantian
untuk setiap pemakaian.
o. Setiap akhir pekan dilakukan pengecekan stok secara random oleh Apoteker
Penanggung Jawab di masing-masing Unit Farmasi untuk barang perbekalan
farmasi dan barang non medis oleh kepala sub bagian logistik, sedangkan Stock
Opname dilakukan secara konsisten setiap tiga bulan sekali.
5. Pendistribusian :
A Distribusi perbekalan farmasi mencakup pemesanan/peresepan, persiapan,
penyaluran, pemberian dan pemantauan.
a. Pelayanan resep
i. Pelayanan resep rawat jalan :
Pesanan obat dapat dilakukan oleh tenaga medis (dokter) atau
tenaga non medis (perawat/bidan) tetapi penulisan resep obat
hanya boleh dilakukan oleh dokter.
ii. Pelayanan resep rawat inap :
Pelayanan resep rawat inap menggunakan sistem Unit Daily Dose
Dispensing (UDDD) oleh petugas farmasi namun pada saat ini
didelegasikan oleh perawat.
Penulisan resep obat hanya boleh dilakukan oleh dokter secara
harian. Pelayanan resep UDDD diterima Unit Farmasi maksimal
Pukul 00.00 WIB.
b. Pemberian harga perbekalan farmasi
i. Penetapan harga obat, alat kesehatan dan bahan habis pakai adalah
harga satuan terkecil.
ii. Pemberian harga secara manual dilakukan saat ada kendala dengan
SIM RS yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Bunda
Cirebon yang terdiri harga jual obat ditambah dengan faktor
embalase.
c. Penulisan etiket meliputi : Nama obat, jumlah obat
dosis/konsentrasi, aturan pemakaian obat, tanggal penyiapan,
tanggal kadaluarsa, nama pasien, nomor rekam medis.
d. Pemberian Obat
i. Pemberian obat dilakukan oleh seorang Apoteker atau Asisten
Apoteker yang diberikan kewenangan.
ii. Untuk perbekalan farmasi dengan harga per itemnya adalah lebih
besar atau sama dengan Rp. 500.000, dilakukan inform consent oleh
Apoteker.
iii. Pelayanan resep dan pemberian resep berdasarkan nomor urut
pasien.
iv. Pelayanan resep pasien member, tidak mengikuti nomor antrian
dan ditawarkan ke pasien apakah akan ditunggu atau diantar
kerumah pasien tersebut.
e. Distribusi perbekalan farmasi dari Gudang Farmasi ke Unit Farmasi.
f. Perbekalan farmasi yang disimpan di unit kerja lain terbatas hanya untuk
obat-obat yang diperlukan dalam kondisi Emergency dan disimpan di
tempat yang diberi tanda khusus agar mudah dijangkau bila dibutuhkan.
g. Unit Farmasi mensosialisasikan obat golongan LASA dan High Alert ke unit
kerja lain.
B. Barang non medis
Distribusi perbekalan logistk umum mencakup permintaan unit, persiapan,
dan penyaluran
i. Permintaan akan barang kebutuhan logistik dar setiap unit harus
dengan menggunakan form permintaan barang yang sudah
ditandatangani oleh pemohon, kepala unit dan kepala sub bagian
logistik
ii. Form permintaan barang diserahkan ke bagian logistik setiap hari
sabtu atau senin mulai pukul 09.00-14.00 WIB
iii. Pengambilan barang diserahkan ke bagian logistik umum setiap hari
rabu mulai pukul 13.00-16.00 WIB
e. Untuk perbekalan farmasi dan barang non medis yang mengalami kerusakan,
diupayakan dikembalikan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau supplier. Jika tidak
dapat dikembalikan maka dibuat berita acara untuk dimusnahkan.
f. Retur barang yang mendekati Expired Date, dilakukan 6 bulan sebelm ED dengan
mengacu ke faktur pembelian terakhir atau sesuai ketentuan masing-masing
Dsitributor.
g. Retur barang yang tidak dapat diproses ke distributor , maka barang diinfokan ke
salesman atau pihak principle untuk kemudian diproses (dibayar) sesuai harga beli
(HNA+PPN 10%)
7. Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan meliputi pengendalian klinik dan stok perbekalan farmasi
dan barang non medis
a. Pengendalian klinik :
- Mengutamakan penggunaan obat generik;
- Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
- Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
- Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
- Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
- Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
- Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
- Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
Contoh :
- Kursi Biru (KR01)
- Area customer service (R.001)
- Lokasi lantai 1
- Pembelian tahun 2014
RSIACB/R.001/KR01/LT.1/14
- Kerusakan Barang
- Mutasi Barang
- Peminjaman Barang
- Kehilangan Barang
8. Pemusnahan
a. Pemusnahan obat yang diketahui rusak, mengalami perubahan atau
kadaluarsa dilakukan setiap triwulan dengan disertai pengecekan,
pendokumentasian dan pelaporannya.
b. Pemusnahan barang dan arsip adalah meniadakan fungsi asal dan fisik barang
serta tidak dipergunakan lagi dari kegiatan oprasional Rumah Sakit.
Pemusnahan meliputi :
1. Menghibahkan
2. Menjual
3. Membuang
4. Mengkaryakan jadi fungsi lain
Barang-barang yang akan dimusnahkan sudah meliputi proses dan sudah tidak
dapat dipakai lagi.
9. Pelaporan
Pelaporan meliputi pemusnahan obat, penarikan obat, penggunaan psikotropika dan
narkotika, stok opname, pelaporan obat kadaluarsa dan slow moving, Laporan kinerja
bulanan, laporan pembelian dan penjualan barang, laporan kerusakan barang, laporan
mutasi barang, laporan kehilangan barang, dan laporan peminjaman barang.
11. Lain-lain
Kunjungan Medical Representative (principle) dan salesman (Distributor) terkait
pengadaan barang dilakukan pada hari Senin dan Kamis di jam praktek, khusus untuk
dr.Yasmin Dermawan.,SpOG dilakukan pada hari Senin dan Kamis pukul 14:00.