Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN TENTANG FARMAKOTERAPI

DAN TOKSIKOLOGI DENGAN BERBAGAI MACAM OBAT

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh:
Rena Yunita Rosiferyanti (P1337420723005)

DOROTHY E. JOHNSON 1
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
A. Pengertian Farmakoterapi dan Toksikologi
Farmakoterapi adalah sub ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang penanganan
penyakit melalui penggunaan obat. Dalam ilmu ini obat-obatan digunakan untuk membuat
diagnosis, mencegah timbulnya, dan cara menyembuhkan suatu penyakit. Selain itu,
farmakoterapi juga mempelajari khasiat obat pada berbagai penyakit, bahaya yang
dikandungnya, kontraindikasi obat, pemberian obat yang tepat. Bagian instrumen ilmu
pengetahuan yang menyertai farmakoterapi adalah terapi operasi, terapi radiasi, terapi fisik. Ilmu
farmakoterapi melibatkan hampir seluruh cabang ilmu obat-obatan, dan mengintegrasikan
multidisiplin ilmu pengetahuan seperti ilmu kimia. Dalam dunia industri, farmakoterapi banyak
memberikan keuntungan bagi para wirausahawan tiap tahunnya, industri farmakoterapi dapat
menginvestasikan miliyaran rupiah dalam bisnis pengembangan obat-obatan.
Toksikologi adalah bidang ilmu yang mempelajari efek bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh bahan kimia atau zat pada manusia, hewan, dan lingkungan. Toksikologi merupakan bidang
multidisiplin yang menggabungkan pengetahuan dari berbagai ilmu, termasuk biologi, kimia,
farmakologi, dan kedokteran, untuk memahami dampak buruk zat kimia pada organisme hidup.
Ilmu ini melibatkan studi tentang hubungan dosis-respons, faktor-faktor yang memengaruhi
toksikologi bahan kimia, metode untuk mendeteksi dan menganalisis racun dan toksik, serta
pengembangan strategi untuk mencegah atau menangani paparan zat-zat ini.
Contoh toksikologi bagi organ tubuh manusia termasuk ginjal merupakan efek beracun
dari beberapa zat, baik bahan kimia beracun dan obat - obatan, pada fungsi ginjal. Toksikologi
pada ginjal memiliki berbagai bentuk, dan beberapa obat dapat memengaruhi fungsi ginjal dalam
lebih dari satu cara. Nefrotoksin adalah zat-zat yang menunjukkan nefrotosisitas.
Nefrotoksikologi tidak boleh dikacaukan dengan fakta bahwa beberapa obat sebagian besar
diekskresikan oleh ginjal dan perlu penyesuaian dosis pada seseorang yang memiliki penurunan
fungsi ginjal (misalnya heparin, lithium). Efek nefrotoksik dari sebagian besar obat lebih kentara
pada pasien yang sudah menderita gagal ginjal.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi


Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan seseorang yang sedang mengalami
sakit; pengobatan penyakit;perawatan penyakit.
Proses Terapi adalah Proses memulihkan kesehatan seseorang yang dilakukan secara
profesional berdasarkan langkah-langkah ilmiah dan bukan intuisi.
Dalam proses terapi diperlukan bekal pengetahuan :
1. Simtomatologi
2. Patofisiologi
3. Cara terapi
4. Analisis
5. Farmakologi obat (farmakodinamik dan farmakokinetik obat)

2
Faktor yang mempengaruhi hasil terapi yaitu:
1. Ketepatan diagnosis
2. Ketepatan pemilihan Obat
3. Ketepatan dosis
4. Mutu Obat
5. Kondisi penyakit
6. Penggunaan obat oleh pasien, misal kedisiplinan dan lainnya

 Tepat diagnosis
 Obat yang diberikan sesuai dengan diagnosis. Penggunaan obat disebut rasional jika
diberikan untuk diagnosis yang tepat. Diagnosis didasarkan pada :
 Anamnesis (riwayat penyakit)
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan penunjang

 Tepat obat
 Pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis.

 Tepat dosis
 Ketepatan dalam jumlah, cara pemberian, dan durasi penggunaan obat.

 Mutu Obat
 Obat dapat memberikan efek terapi yang baik dengan ketersediaan hayati
(biavailaibilitas) yang optimal.

 Kepatuhan Pasien
 Perilaku pasien dalam menggunakan obat secara benar sesuai dosis, frekuensi, dan
waktunya. Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan pasien :
1. Pemahaman tujuan terapi
2. Mengerti dan paham intruksi pemakaian obat
3. Kekhawatiran ketergantungan
4. Status
5. Kepercayaan kepada medis
6. Faktor ekonomi

3
C. Toksikologi Dengan Berbagai Macam Obat
Faktor yang memengaruhi toksikologi obat :
 Usia
Pasien bayi, anak-anak dan usia lanjut (>65 tahun) memiliki risiko yang lebih tinggi
mengalami toksikologi obat karena perbedaan profil farmakokinetik atau enzim
pemetabolisme obat. Selain itu, fungsi organ pada pasien bayi atau anak-anak masih
belum sempurna, sedangkan pada pasien usia lanjut sudah terjadi penurunan fungsi organ
tubuh.

 Kondisi atau penyakit penyerta


Risiko toksikologi obat akan meningkat pada pasien dengan disfungsi liver atau ginjal,
penurunan sistem imun atau kehamilan.

 Dosis obat yang diberikan


Pemberian dosis melewati rentang dosis terapi yang direkomendasikan dapat
menyebabkan toksikologi obat. Contoh: konsentrasi Gentamicin di dalam darah >12
mcg/ml dapat menyebabkan gangguan pada pendengaran (ototoksikologi) dan ginjal
(nefrotoksikologi).

 Obat lain yang sedang digunakan


Penggunaan obat lain atau obat herbal secara bersamaan dapat menyebabkan interaksi
obat melalui interaksi farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi dapat
memengaruhi kadar obat dan berpotensi menimbulkan toksikologi obat.

Manajemen toksikologi obat :


Penanganan bertujuan untuk mengurangi toksikologi obat yang dapat dilakukan dengan
cara berikut: (Meminimalkan absorpsi obat)
• Kumbah lambung, tidak disarankan untuk obat yang bersifat korosif (contoh: asam
sulfat) atau distilat Petroleum.
• Penggunaan larutan activated charcoal atau arang aktif dapat mengikat dan mengurangi
absorpsi beberapa racun pada saluran cerna.

Memaksimalkan eliminasi obat :


 Activated Charcoal
Obat yang sudah terjerap pada activated charcoal, selanjutnya akan dibawa melewati
dinding usus dan diserap ke dalam usus melalui perbedaan konsentrasi, sehingga
eliminasi obat akan meningkat.

 Eliminasi renal
Perubahan pH urin berguna untuk meningkatkan eliminasi obat yang bersifat elektrolit
lemah. Modifikasi pH urin bertujuan untuk meningkatkan ionisasi obat, sehingga akan
menurunkan reabsorpsi di ginjal, contoh: Salisilat (asam lemah) akan lebih cepat

4
terekskresi pada urin yang bersifat alkali. Peningkatan pH urin dapat dilakukan dengan
pemberian Sodium Bicarbonate secara intravena.
 Hemodialisis
Hemodialisis berguna untuk obat yang banyak berada di dalam plasma. Hemodialisis
bergantung pada difusi obat dari darah, melintasi membran semipermeabel ke cairan
dialisis. Hemodialisis biasanya digunakan untuk pasien dengan toksikologi obat akibat
Ethylene glycol, Lithium, Methanol, Phenobarbital, Salicylates dan Sodium Valproate.

Pemberian antidot spesifik :


Antidot hanya tersedia untuk beberapa obat saja. Berdasarkan mekanisme kerjanya,
antidot dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
 Competitive receptor antagonists
Bekerja dengan berkompetisi untuk menduduki reseptor obat, contoh: Atropine yang
bekerja pada reseptor muskarinik diberikan untuk menghentikan efek parasimpatik dari
Acetylcholine yang berlebihan akibat keracunan insektisida organofosfat.

 Agen khelat
Bekerja dengan membentuk kompleks dengan obat, sehingga akan menurunkan
konsentrasi obat bebas, contoh: Sodium calcium edetate (EDTA) pada keracunan timbal.

 Bahan yang memengaruhi metabolisme obat


Bekerja dengan memengaruhi metabolisme obat, contoh: Fomepizole merupakan
inhibitor kompetitif alkohol dehidrogenase pada kasus keracunan Methanol atau Ethylene
glycol dengan menghambat pembentukan metabolit toksik.

 Antibodi
Antibodi bekerja dengan membentuk ikatan dengan antigen spesifik dari toksikologi
obat. Contoh: penggunaan fragmen antibodi spesifik yang berasal dari domba untuk
toksikologi Digoxin, namun belum tersedia di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai