PERCOBAN II
“IDENTIFIKASI PROTEIN”
DISUSUN OLEH :
JURUSAN FARMASI
FAKUKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Protein merupakan istilah dari bahasa Yunani “proteos” yang berarti utama atau
didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh Gerardus Mulder seorang ahli kimia
berkebangsaan Belanda pada tahun 1938 yang berpendapat bahwa protein
adalah zat yang paling penting dalam setiap organise. Protein merupakan
bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar dari tubuh setelah
air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi
lain, yaitu membangun dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Protein
terdiri dari urutan asam amino dimana setiap protein memiliki urutan yang
berbeda. Urutannya disebut struktur utama. Asam L-a-Amino bisa berbentuk
peptida atau struktur protein dengan membentuk keterkaitan peptida antara
gugus amino dengan kelompok karboksil (Wijayanti, 2017).
Protein adalah polimer yang terdiri dari asam amino. Protein memainkan peran
penting dalam hampir semua proses biologis. Enzim, yaitu katalis reaksi
biokimia, hampir semuanya protein. Protein juga membantu berbagai fungsi
lain, seperti pengangkutan dan penyimpanan zat vital, gerakan terkoordinasi,
penyangga mekanis, dan perlindungan terhadap penyakit. Tubuh manusia
diperkirakan mengandung 100.000 jenis protein, masing-masing mempunyai
fungsi fisiologis sendiri-sendiri (Chang, 2011).
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu dengan mengetahui dan memahami cara
uji identifikasi protein terhadap suatu bahan, seorang farmasis dapat melakukan
uji ini terhadap beberapa bahan yang akan dijadikan bahan tambahan sediaan
farmasi untuk mengidentifikasi senyawa proteinnya sehingga mampu
menciptakan formula yang baik dan benar sebagai suplemen protein tambahan
untuk tubuh dan dapat didistribusikan ke masyarakat dengan baik. Hal inilah
yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.
I.2 Tujuan dan Maksud Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah agar seorang farmasis dapat memahami dan
mengetahui cara mengidentifikasi kandungan karbohidrat dalam suatu bahan
sehingga seorang farmasis dapat membuat sediaan farmasi yang lebih bermutu.
Prinsip dari praktikum kali ini adalah melakukan pengujian protein dengan
menggunakan metode uji Xantoprotein, uji Biuret dan Pengendapan dengan
Logam Berat. Uji Xantoprotein untuk mengetahui adanya gugus benzene dalam
suatu sampel, uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida
pada sampel, serta Pengendapan dengan Logam Berat untuk mengetahui
pengaruh logam berat terhadap sifat kelarutan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein terdiri dari urutan asam amino dimana setiap protein memiliki ukuran
yang berbeda. Urutannya disebut struktur utama. Asam L-α-Amino bisa
berbentuk peptida atau struktur protein dengan membentuk keterkaitan peptida
atau struktur protein dengan membentuk keterkaitan peptida antara gugus
amino dan kelompok karboksil, -NHCO-. Sifat dari asam amino memiliki
ukuran dan bentuk yang bervariasi tergantung rantai samping, dimana
berkontribusi sangat kompleks dan fungsional sebagai struktur protein. Asam
amino membentuk peptida dan protein dengan keterkaitan melalui ikatan
peptida kovalen, antara gugus karboksil pada C1 satu asam amino dan gugus
asam amino C2 yang lain, untuk membentuk peptida. Tulang punggung protein
adalah kelompok amida, gugus karbonil yang dihubungkan oleh α-karbon
diulang berkali-kali (Wijayanti, 2017).
Di alam umumnya terdapat 20 jenis asam amino (untuk protein tertentu terdapat
25 jenis); ratusan bahkan ribuan unit asam-asam amino yang berbeda-beda
menyusun molekul protein, oleh sebab itu secara matematis jenis protein di
alam ini dapat dikatakan tak terhingga jenisnya. Protein memiliki sifat sebagai
amfoter yaitu, bersifat asam dan basa. Sifat asam berasal dari adanya gugus
asam karboksilat sedangkan sifat basa berasal dari adanya gugus amina. Selain
sifat khas amfoter, protein juga dapat bersifat sebagai zwitter ion. Zwitter ion
ditandai dengan adanya ion positif dan juga negatif secara bersamaan. Ion
positif hasil ionisasi gugus amina sedangkan ion negatif hasil dari gugus asam
karboksilat (Harini, dkk, 2019).
Reaksi pada uji Xantoprotein didasarkan pada nitrasi inti benzene yang terdapat
pada molekul protein. Jika protein mengandung cincin benzena (tirosin,
triftopan dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan
membentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu
dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi
dan warnanya berubah menjadi jingga. Uji Biuret. Larutan protein dalam basa
kuat yang diberi beberapa tetes larutan cuprisulfat encer akan membentuk
warna ungu dan reaksi ini diberi nama reaksi biuret. Senyawa biuret diperoleh
dengan cara memanaskan senyawa urea pada suhu kira-kira 1800C. Reaksi
biuret terjadi karena pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus –CO dan –NH
dari rantai peptida dalam suasana basa. Dipeptida dan asam-asam amino
(kecuali histidin, serin, dan tirosin) tidak memberi hasil positif terhadap uji ini.
Uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik. Sebagian besar
protein yang ditambahkan asam menyebabkan terbentuknya garam. Protein
dapat mengalami denaturasi irreversibel dengan adanya logam-logam berat
seperti Cu+2, Hg+2, atau Pb+2, sehingga mudah menguap (Yuliana, dkk, 2019).
II.2 Uraian Bahan
II.2.1 Asam Nitrat Pekat (FI Edisi VI, 2020)
Nama Resmi : ASAM NITRAT
Nama Lain : Nitrate Acid
RM/BM : HNO3 / 63,01
Rumus Struktur : (Pubchem, 2020)
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Penangas Air
III.1.2 Bahan
III.1.3 Sampel
A. Uji Xantoprotein
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Neraca analitik dikaliberasi sebelum digunakan
3. Ditimbang tepung kacang dan tepung tauge masing-masing 2 mg
4. Dimasukkan bahan yang telah ditimbang ke dalam tabung reaksi secara
terpisah
5. Dimasukkan aquades 10 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi lalu
digojok hingga larut
6. Ditetesi asam nitrat sebanyak 3 tetes ke masing-masing tabung reaksi
lalu digojok
7. Larutan tadi dimasukkan ke dalam penangas air selama 5 menit dengan
suhu 700C
8. Larutan dikeluarkan dari penangas dan ditetesi NaOH secukupnya lalu
digojok
9. Diamati perubahan warna yang terjadi
B. Uji Biuret
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Neraca analitik dikaliberasi sebelum digunakan
3. Ditimbang tepung kacang dan tepung tauge masing-masing 2 mg
4. Dimasukkan bahan yang telah ditimbang ke dalam tabung reaksi secara
terpisah
5. Dimasukkan aquadest 10 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi lalu
digojok hingga larut
6. Dimasukkan 2 ml tembaga sulfat ke dalam masing-masing tabung lalu
digojok
7. Dimasukkan 2 ml NaOH ke dalam masing-masing tabung kemudian
digojok
8. Diamati perubahan warna yang terjadi
C. Pengendapan dengan Logam Berat
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Neraca analitik dikaliberasi sebelum digunakan
3. Ditimbang tepung kacang dan tepung tauge masing-masing 2 mg
4. Dimasukkan bahan yang telah ditimbang ke dalam tabung reaksi secara
terpisah
5. Dimasukkan aquadest 10 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi lalu
digojok hingga larut
6. Ditambahkan 1 ml timbal asetat lalu digojok
7. Larutan dipanaskan di dalam penangas air selama 5 menit dengan suhu
700C
8. Diamkan beberapa saat lalu diamati endapan yang terbentuk
III.3 Skema Kerja
—Disiapkan
Tabung Tabung
Reaksi I Reaksi II
2 mg Kacang 2 mg
Kedelai Tauge
5 tetes asam
nitrat pekat
—Didinginkan
Larutan NaOH
—Diamati
Sampel
III.3.2 Uji Biuret
—Disiapkan
Tabung Tabung
Reaksi I Reaksi II
—Ditambahkan —Ditambahkan
2 mg Kacang 2 mg
Kedelai Tauge
—Ditambahkan
2 ml CuSO4
0,3%
—Digojok
2 ml Larutan
NaOH 10%
—Diamati
Sampel
III.3.3 Pengendapan dengan Logam Berat
—Disiapkan
Tabung Tabung
Reaksi I Reaksi II
—Ditambahkan —Ditambahkan
2 mg Kacang 2 mg
Kedelai Tauge
—Ditambahkan
10 tetes timbal
asetat
—Digojok
2 ml Larutan
NaOH 10%
—Dipanaskan
—Diamati
Sampel
BAB IV
Dilarutkan dalam
Aquadest 10 ml lalu
-
ditambahkan 2 ml
Ekstrak (tidak terjadi
tembaga sulfat lalu
Tauge perubahan
ditambahkan 2 ml
warna)
NaOH
IV.1.3 Pengendapan dengan Logam Berat
Dilarutkan dalam
Aquadest 10 ml lalu
ditambahkan timbal -
Ekstrak
asetat kemudian (tidak ada
Tauge
dipanaskan selama 5 endapan)
0
menit dengan 70 C
IV.2 Pembahasan
Prinsip dari praktikum kali ini adalah melakukan pengujian protein dengan
menggunakan metode uji Xantoprotein, uji Biuret dan Pengendapan dengan
Logam Berat. Uji Xantoprotein untuk mengetahui adanya gugus benzene dalam
suatu sampel, uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida
pada sampel, serta Pengendapan dengan Logam Berat untuk mengetahui
pembentukan senyawa yang tak larut antara protein dengan logam berat.
Cara kerja yang dilakukan dalam uji Xantoprotein yaitu, disiapkan 2 tabung
reaksi yang sudah dilabeli dengan tabung reaksi 1 dan 2. Kemudian dimasukkan
sampel berupa ekstrak kacang kedelai dan ekstrak tauge ke masing-masing
tabung reaksi. Selanjutnya sampel dilarutkan dalam aquades 10 ml. Setelahnya
kita masukkan 3 tetes asam nitrat ke dalam masing-masing tabung lalu dikocok.
Penambahan asam nitrat untuk membentuk endapan berwarna putih setelah
dipanaskan. Kemudian ditambahkan larutan NaOH untuk menciptakan suasana
basa sehingga terbentuk perubahan warna yang lebih terlihat.
Cara kerja yang dilakukan dalam uji Biuret yaitu, disiapkan 2 tabung reaksi
yang sudah dilabeli dengan tabung reaksi 1 dan 2. Kemudian dimasukkan
sampel berupa ekstrak kacang kedelai dan ekstrak tauge ke masing-masing
tabung reaksi. Selanjutnya sampel dilarutkan dalam aquades 10 ml. Kemudian
ditambahkan 2 ml tembaga sulfat ke dalam masing-masing sampel lalu digojok.
Penambahan larutan tembaga sulfat ke dalam sampel bertujuan untuk
membentuk warna ungu pada sampel. Kemudian ditambahkan NaOH untuk
memberi suasana basa pada sampel. Terakhir diamati perubahan warna yang
terjadi.
Cara kerja dalam Pengendapan dengan Logam Berat yaitu, disiapkan 2 tabung
reaksi yang sudah dilabeli dengan tabung reaksi 1 dan 2. Kemudian dimasukkan
sampel berupa ekstrak kacang kedelai dan ekstrak tauge ke masing-masing
tabung reaksi. Selanjutnya sampel dilarutkan dalam aquades 10 ml.
Selanjutnya, ditambahkan 1 ml timbal asetat untuk membentuk denaturasi
irreversibel dengan Pb2+ setelah dipanaskan.
Pada uji Xantoprotein kedua sampel menunjukkan hasil yang positif dimana
terjadi perubahan warna menjadi kuning cerah hal ini diakibatkan karena
protein yang mengandung cincin benzena (tirosin, triftopan dan fenilalanin)
akan membentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu
dipanaskan. Warna yang cerah dihasilkan oleh senyawa nitro yang terbentuk
dalam suasana basa sehingga terjadi ionisasi (Yuliana, 2017).
Pada uji Biuret kedua sampel menunjukan hasil yang negatif karena tidak
terjadi perubahan warna sampel menjadi ungu. Padahal seharusnya terjadi
perubahan warna karena kacang kedelai dan tauge mengandung ikatan peptida
dari protein. Perubahan warna terjadi karena pembentukan kompleks Cu2+
dengan gugus –CO dan –NH dari rantai peptida dalam suasana basa (Yuliana,
2017).
Pada uji Biuret digunakan prinsip yaitu menyiapkan 2 tabung reaksi kemudian
dimasukkan sampel tepung kacang hijau dan taude ke masing-masing tabung
lalu dilarutkan dalam aquadest kemudian dipanaskan lalu ditambahkan timbal
asetat dan dikocok.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu dengan mengetahui dan memahami cara
uji identifikasi protein terhadap suatu bahan, seorang farmasis dapat melakukan
uji ini terhadap beberapa bahan yang akan dijadikan bahan tambahan sediaan
farmasi untuk mengidentifikasi senyawa proteinnya sehingga mampu
menciptakan formula yang baik dan benar sebagai suplemen protein tambahan
untuk tubuh dan dapat didistribusikan ke masyarakat dengan baik. Hal inilah
yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam percobaan ini adalah uji Xantoprotein
dilakukan untuk menguji adanya asam amino tirosin, triftopan atau fenilalanin
yang terdapat dalam protein. Uji Biuret dilakukan untuk mengidentifikasi
ikatan peptida pada protein dalam sampel. Pengendapan dengan Logam Berat
dilakukan untuk menguji pembentukan senyawa yang tak larut antara protein
dengan logam berat. Hasil yang didapatkan dari sampel ekstrak kedelai dan
tauge pada uji xantoprotein yaitu positif karena terjadi perubahan warna
menjadi lebih kuning. Pada uji Biuret hasil yang didapatkan negatif karena
tidak terjadi perubahan warna. Pengendapan dengan Logam Berat memberikan
hasil positif pada sampel ekstrak kacang kedelai dan hasil negatif pada sampel
ekstrak tauge.
V.2 Saran
Sebaiknya praktikan melakukan praktikum secara luring agar mendapat lebih
banyak ilmu dan keterampilan dengan melakukan sendiri uji protein.
DAFTAR PUSTAKA
Atma, Y. (2018). Prinsip Analisis Komponen Pangan: Makro & Mikro Nutrien.
Yogyakarta : Deepublish.
Department of Health and Human Services. (2020). PubChem. USA : National Library
of Medicine.
Elygio, dkk. (2017). Karakteristik Curd Berbahan Dasar Ekstrak Kacang Hijau (Vigna
radiata) dengan Whey Tahu Kedelai (Glycine max) sebagai Bahan
Penggumpal. Universitas Diponegoro.
Rohman, A., dan Sumantri. (2017). Analisis Makanan. Yogyakarta : UGM Press.
Wijayanti, N. (2017). Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi. Malang : UB Press.