OLEH :
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ?
2. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ?
3. Apa alasan diperlukannya kajian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ?
4. Sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ?
5. Bagaimana dinamika dan tantangan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ?
6. Apa efesiensi dan urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui apa itu Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
2. Mengetahui konsep dan urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
3. Mengetahui alasan diperlukannya kajian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
4. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat
5. Mengetahui dinamika dan tantangan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
6. Mengetahui efesiensi dan urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
II. Pembahasan
1. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat dapat berupa jati diri bangsa Indonesia
sebagai konteksnya, misal pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai
dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.
a. Pancasila sebagai Jati diri bangsa Indonesia
Pancasila pada hakikatnya merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa
Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsut-unsur kebudayaan luar yang sesuai
sehingga secara keseluruhannya terpadu menadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal
tersebut dapat dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang
disebut kausa materialisme karena nilai-nilai Pancasila sudah ada dan hidup sejak zaman
dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila
diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utamanya yaitu:
Nlai-nilai yang bersifat fundamental, unicersal, mutlak dan abadi dari Tuhan Yang Maha
Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaran-ajaran agama dalam kitab suci.
Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai yang
luhur budaya mastarakat.
b. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat.
Pengertian dari sistem itu sebdiri yaitu suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling kerjasama untuk sati tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
c. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu keratuan peradaban, dalam arti
setiap sila meruapakan unsur dari kesatuan Pancasila. Ileh karena itu, Pancasila meruapak
suatu ksatuan yang majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri senrdiri,
terlepas dari saila-sila lainnya. Disamping itu, diantara sila satu dengan yang lain tidak
saling bertentangan.
d. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarki Dan Berbentuk Piramidal
Hirarki dan Poramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang digunakan
untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan luas dan juga
dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan
luas dan isi sidarnya dari sila-sila sebelumnya. Secara ontologis hakikat Pancasila
mendasarkan setiap silanya pada landasan, yaitu: Tuhan, Manusia, satu, Rakyat, Adil.
Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat bangsa
Indonesia. Dengan demikianlah sila pertama adalah sifat dan keadaan negra harus sesuai
dengan hakikat Tuhan: sila dedua bersifat dan keadaan negera harus sesuai dengan hakikat
manusia, sila keriga sifat dan keadaan negara harus satu, sila keempat adalah sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat, dan sila kelima adalah sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakiat adil.
e. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan Saling
Mengkualifikasi.
Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkis Piramidal juga memiliki sifat
saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa setiap sila
terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila
senantiasa dikualifikasikan oleh keempai sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila
Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut: “SILA
KETUHANAN YANG MAHA ESA ADALAH BERKEMANUSIAAN YANG ADIL
DAN BERADAB, BERPERSATUAN INDONESIA, BERKERAKYATAN YANG
DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN
/PERWAKITAN DAN BERKEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA.
Contoh urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya yang berkaitan
dengan tugas menyusun/membentuk peraturan perundang-undangan. Orang yang bertugas
untuk melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuan, pengertian, pemahaman,
penghargaan, komitmen, penghayatan dan pola pengamalan yang lebih baik daripada warga
negara yang lain karena merekalah yang akan menentukan meresap atau tidaknya nilai-nilai
Pancasila ke dalam peraturan perundang-undangan yang disusun/dibentuknya. Contoh
lainnya, lulusan/output dari program studi energi di kemudian hari akan menentukan
kebijakan tentang eksplorasi, eksploitasi, industrialisasi, dan distribusi energi dijalankan.
Begitu pula dengan lulusan/output dari program studi perpajakan yang akan menjadi pegawai
pajak maupun bekerja di bidang perpajakan, mahasiswa lulusan prodi perpajakan dituntut
memiliki kejujuran dan komitmen sehingga dapat
memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan tempat bekerja secara
baik dan benar.
Demikian pula halnya bahwa keberadaan pendidikan Pancasila merupakan suatu yang
esensial bagi program studi di perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi suatu kewajaran
bahkan keharusan Pancasila disebarluaskan secara masif, antara lain melalui mata kuliah
pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Dalam hal ini, Riyanto (2009: 4) menyatakan
bahwa pendidikan Pancasila di perguruan tinggi merupakan suatu keniscayaan karena
mahasiswa sebagai agen perubahan dan intelektual muda yang di masa yang akan datang akan
menjadi inti pembangunan dan pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap
tingkatan lembaga-lembaga negara, badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga
infrastruktur politik, lembaga-lembaga bisnis, dan sebagainya.
III. PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat ialah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat berarti berpikir secara
mendalam dan berpikir sampai ke akar-akarnya dengan sungguh-sungguh tentang hakikat
sesuatu.
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri
dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang sama
untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia.
Susunan Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis, yaitu Unsur-unsur hakikat
manusia.
Pancasila sebagai suatu system filsafat berperan sebagai pedoman masyarakat dalam
bertingkah laku
DAFTAR PUSTAKA
http://how-bee.blogspot.co.id/2015/10/makalah-tentang-pancasila-sebagai.html
https://suparman11.wordpress.com/2014/10/22/pancasila-sebagai-sistem-filsafat/