Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Sebagian unsur terbentuk bersamaan dengan terbentuknya alam semesta


ini. Kita sering menemui unsur di sekitar kita. Apabila kita sebutkan satu
per satu akan sulit karena, sekarang telah ditemukan kurang lebih 118
unsur, baik alami atau buatan.Jika kita mempelajari satu demi satu
alangkah sulitnya. Hal inilah yang mendorong para ahli kimia untuk
berusaha mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat,
kenaikan massa atom, ataupun kenaikan nomor atom agar unsur-unsur
tersebutmudah dipelajari. (Purba, 2012)

Pengelompokkan unsur pun mengalami perkembangan dari


pengelompokkan unsuryang dilakukan oleh para ahli Arab dan Persia,
Lavoisier, Dalton,Dobereiner, Newlands,Mendeleeyev, Lothar Meyer,
Moseley hingga sistem periodik modern yang kita pakai hingga sekarang.
Puncak dari usaha tersebut tersebut adalah terciptanya suatu tabel unsur
yang disebut sistem periodik unsur.(Purba,2012)

1. 2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari cara mendeteksi
adanyaunsur hara nitrogen, fosfor dan kalium dalam tanah dan tanaman

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian Sistem Periodik Unsur

Sistem periodik unsur adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun


dengan aturan tertentu. Semua unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar
tersebut. Sistem periodik unsur disusun berdasarkan hukum periodik
modern yang menyatakan bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi
periodik dari nomor atomnya. Artinya, jika unsur-unsur disusun
berdasarkan kenaikan nomor atomnya, maka sifat-sifat tertentu akan
berulang secara periodik. (Purba, 2012)

2. 2 Perkembangan Sistem Periodik Unsur


Pada awalnya unsur-unsur dipelajari secara terpisah. Ketika jumlah unsur
yang ditemukan cukup banyak, hal ini menyulitkan para ilmuwan untuk
mempelajari. Kimiawan dari Arab dan Persia mulai mengelompokkan
unsur berdasarkan sifat kelogamannya. (Hermanto, 2009 )

Sifat Fisika Logam Sifat Fisika Non-Logam


Mengilap Tidak mengilap
Berwujud padat Dapat berwujud padat,
cair, atau gas
Mudah ditempa/dibentuk Rapuh dan sulit dibentuk
Penghantar listrik yang baik Bukan penghantar listrik
yang baik

Lavoisier masih menganggap cahaya dan kalori sebagai zat/unsur dan


beberapa senyawa sebagai unsur. Oleh Lavoisier berdasarkan sifat kimia
zat-zat dibagi menjadi unsur gas, logam, nonlogam, dan tanah.Menurut
Dalton, atom dari unsur yang berbeda mempunyai sifat dan massa atom
yang berbeda. Massa atom adalah perbandingan massa atom unsur tersebut
terhadap massa atom unsur hidrogen. Dalton kemudian mengelompokkan

2
36 unsur yang ada berdasarkan kenaikkan massa atomnya. Meskipun
kemudian penentuan massa atom tersebut salah. Berikut perkembangan
sistem periodik unsur.
2. 2. 1 Triade Dobereiner
Upaya untuk mengelompokkan unsur-unsur ke dalam kelompok-
kelompok tertentu sebenarnya sudah dilakukan para ahli sejak dulu,
tetapi pengelompokan masa itu masih sederhana. Pengelompokan
yang paling sederhana ialah membagi unsur ke dalam kelompok
logam dan nonlogam. (Partana, 2009)
Seiring perkembangan ilmu kimia, usaha pengelompokan unsur-
unsur yang semakin banyak tersebut dilakukan oleh para ahli
dengan berbagai dasar pengelompokan yang berbeda-beda, tetapi
tujuan akhirnya sama, yaitu mempermudah dalam mempelajari
sifat-sifat unsur. (Partana, 2009)
Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner melihat adanya
kemiripan sifat di antara beberapa unsur, lalu mengelompokkannya
menurut kemiripan sifat yang ada. Ternyata tiap kelompok terdiri
atas tiga unsur, sehingga disebut Triade. (Partana, 2009)

Triade 1 Triade 2 Triade 3 Triade 4 Tria


de 5
Li Ca S Cl Mn
Na Sr Se Br Cr
K Ba Te I Fe

Teori Oktaf Newlands


Tahun 1864, ahli Kimia asal Inggris bernama John Alexander
Reina Newlandsmengumumkan penemuannya yang disebut hukum
Oktaf. Unsur-unsur tersebut disusun berdasarkan kenaikan massa
atom relatifnya. Newlands mengamati ada pengulangan secara
teratur keperiodikan sifat unsur. Unsur ke-8 mempunyai sifat mirip

3
dengan unsur ke-1. Begitu juga unsur ke-9 mirip sifatnya dengan
unsur ke-2. (Permana, 2009)
Kecenderungan tersebut dinyatakan sebagai hukum Oktaf
Newland, yaitu: Jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan
massa atom maka sifat unsur tersebut akan berulang setelah unsur
kedelapan. Hukum ini juga mempunyai kelemahan karena hanya
berlaku untuk unsur-unsur ringan. Jika diteruskan, ternyata
kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Zn mempunyai sifat
yang cukup berbeda dengan Be, Mg, dan Ca. (Rahardjo, 2008)

2. 2. 3 Teori Mendeelev
Sesuai kegemarannya bermain kartu, seorang sarjana asal Rusia
bernama Dmitri Ivanovich Mendeleyev (1869) mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya tentang unsur, kemudian ia menulis
pada kartu-kartu. Kartu-kartu unsur tersebut disusun berdasarkan
kenaikan massa atom dan kemiripan sifat. Kartu-kartu unsur yang
sifatnya mirip terletak pada kolom yang sama yang kemudian
disebut golongan. Sedangkan pengulangan sifat menghasilkan
baris yang disebut periode. Berdasarkan pengamatannya terhadap
63 unsur yang sudah dikenal ketika itu, menyimpulkan bahwa
sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya
dan persamaan sifat. (Mulyani, 2009)

Dalam mengelompokkan unsur-unsur, Mendeleyev lebih


menekankan pada persamaan sifat unsur dibandingkan dengan
kenaikan massa atom relatifnya, sehingga terdapat tempat-tempat
kosong dalam tabel periodik tersebut. Tempat-tempat kosong ini
yang kemudian diramalkan akan diisi unsur-unsur yang waktu itu
belum ditemukan. Di kemudian hari ramalan itu terbukti dengan
ditemukannya unsur-unsur yang mempunyai sifat-sifat yang mirip
sesuai ramalannya, seperti ekasilikon. (Setyawati, 2010)

4
Mendeleyev menyajikan hasil kerjanya pada Himpunan Kimia
Rusia awal tahun 1869, dan tabel periodik Julius Lothar Meyer
baru muncul pada bulan Desember 1869. Sistem periodik
Mendeleev pertama kali diterbitkan dalam jurnal ilmiah Annalen
der Chemie pada tahun 1871. Hal penting yang terdapat dalam
sistem periodik Mendeleev antara lain sebagai berikut:
1. dua unsur yang berdekatan, massa atom relatifnya mempunyai
selisih paling kurang dua atau satu satuan;
2. terdapat kotak kosong untuk unsur yang belum ditemukan,
3. dapat meramalkan sifat unsur yang belum dikenal seperti
ekasilikon;
4. dapat mengoreksi kesalahan pengukuran massa atom relatif
beberapa unsur. (Setyawati, 2010)
Menurut Setyawati (2010) Sistem periodik Mendeleev ini
mempunyai kelemahan dan juga keunggulan.
Kelebihan Sistem Periodik Mendeleyev:
1. Dapat meramalkan tempat kosong untuk unsur yang belum
ditemukan (diberi tanda ?).
2. Menyajikan data massa atom yang lebih akurat, seperti Be dan
U.
3. Periode 4 dan 5 mirip dengan Sistem Periodik Modern.
Contoh: K dan Cu sama-sama berada di periode 4 golongan I.
Dalam Sistem Periodik Modern K digolongan IA dan Cu di
golongan IB.
4. Penempatan gas mulia yang baru ditemukan tahun 18901900
tidak menyebabkan perubahan susunan Sistem Periodik
Mendeleyev.
Kelemahan Tabel Periodik Mendeleyev sebagai berikut:
1. Panjang periode tidak sama dan sebabnya tidak dijelaskan.
2. Beberapa unsur tidak disusun berdasarkan kenaikan massa
atomnya, contoh : Te (128) sebelum I (127).

5
2. 3 Sistem Periodik Modern
Tahun 1914, Henry G. J. Moseley menemukan bahwa urutan unsur dalam
tabel periodik sesuai kenaikan nomor atom. Moseley berhasil menemukan
kesalahan dalam tabel periodik Mendeleev, yaitu ada unsur yang terbalik
letaknya. Penempatan Telurium dan Iodin yang tidak sesuai dengan
kenaikan massa atom relatifnya, ternyata sesuai dengan kenaikan nomor atom.
Telurium mempunyai nomor atom 52 dan iodin mempunyai nomor atom
53.(Purba, 2012)
Tabel periodik modern yang disebut juga tabel periodik bentuk panjang,
disusun menurut kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Tabel periodik
modern ini dapat dikatakan sebagai penyempurnaan Tabel Periodik
Mendeleyev. (Purba, 2012)
MenurutsTabel periodik bentuk panjang terdiri atas lajur vertikal
(golongan) yang disusunmenurut kemiripan sifat dan lajur horizontal (periode)
yang disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya.
Golongan
Golongan adalah unsur-unsur dalam SPU ke arah tegak (vertikal) ditulis
dalam angka Romawi terdiri atas 18 golongan. Secara garis besar unsur-unsur
dalam Tabel Periodik Modern dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1) Golongan Utama (A)
a) Golongan IA disebut alkali
b) Golongan IIA disebut alkali tanah
c) Golongan IIIA disebut golongan boron/aluminium
d) Golongan IVA disebut golongan karbon/silikon
e) Golongan VA disebut golongan nitrogen/fosfor
f) Golongan VIA disebut golongan oksigen/sulfur
g) Golongan VIIA disebut golongan halogen
h) Golongan VIIIA/O disebut golongan gas mulia/inert
2) Golongan Tambahan/Transisi (B)
a) Golongan Transisi terdiri dari golongan IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB,

6
VIIIB, VIIIB (VIII), IB, dan IIB.
b) Golongan Transisi Dalam ada dua deret yaitu Deret Lantanida dan
Deret Aktinida.
Pada periode 6 golongan IIIB terdapat 14 unsur yang sangat mirip
sifatnya, yaitu unsur-unsur Lantanida. Demikian juga pada periode 7 yaitu
unsur- unsur Aktinida. Supaya tabel tidak terlalu panjang, unsur-unsur tersebut
ditempatkan tersendiri pada bagian bawah sistem periodik. (Hartanto,
2009)
Golongan B terletak di antara Golongan IIA dan IIIA. Unsur-unsur yang
berada dalam satu golongan mempunyai persamaan sifat karena mempunyai
elektron valensi (elektron di kulit terluar) yang sama. (Hartanto, 2009)
Periode
Periode adalah susunan unsur-unsur SPU dalam bentuk horizontal yang
terdiri atas :
1. Periode 1 sebanyak 2 unsur
2. Periode 2 sebanyak 8 unsur
3. Periode 3 sebanyak 8 unsur
4. Periode 4 sebanyak 18 unsur
5. Periode 5 sebanyak 18 unsur
6. Periode 6 sebanyak 32 unsur
7. Periode 7 belum lengkap

2. 4 Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik


Konfigurasi elektron merupakan susunan elektron-elektron dalam kulit-
kulit atau subkulit-subkulit. Pengisian elektron dimulai dari tingkat energi

7
(kulit) yang paling rendah yaitu kulit K. Tiap kulit maksimum mampu
menampung 2n2 elektron, n adalah nomor kulit.
Kulit K (n = 1) maksimum menampung elektron 2 x 12 = 2
Kulit L (n = 2) maksimum menampung elektron 2 x 22 = 8
Kulit M (n = 3) maksimum menampung elektron 2 x 32 = 18
Kulit N (n = 4) maksimum menampung elektron 2 x 42 = 32

Jumlah kulit = nomor periode


Jumlah elektron valensi = nomor golongan

Hal yang sama berlaku untuk semua golongan utama (golongan A),
kecuali Helium (He) yang terletak pada golongan VIIIA
tetapi mempunyai elektron valensi 2. Adapun untuk unsur-
unsur golongan transisi (golongan B) tidak demikian halnya. Jumlah
kulit memang sama dengan nomor periode, tetapi jumlah
elektron valensi (elektron terluar) tidak sama dengan nomor
golongan. Unsur-unsur golongan transisi mempunyai 1 atau 2
elektron valensi. (Rahardjo, 2009)
2.5 Unsur Utama (Representatif)
Unsur-unsur utama adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya
b erakhir pada subkulit s atau subkulit p.
Aturan penomoran golongan unsur utama adalah:
a. Nomor golongan sama dengan jumlah elektron di kulit terluar.
b. Nomor golongan dibubuhi huruf A (sistem Amerika).
(Permana, 2009)
2.6 Unsur Transisi (Peralihan)
Unsur-unsur transisiadalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya
berakhir pada subkulit d. Berdasarkan prinsip Aufbau,
unsur-unsur transisi baru dijumpai mulai periode 4. Pada setiap periode
kita menemukan 10 buah unsur transisi, sesuai dengan jumlah
elektron yang dapat ditampung pada subkulit d. Diberi nama transisi

8
karena terletak pada daerah peralihan antara bagian kiri
dan kanan sistem periodik. Aturan penomoran golongan
unsur transisi adalah:
1. Nomor golongan sama dengan jumlah elektron pada subkulit s
ditambah d.
2. Nomor golongan dibubuhi huruf B.
2.7 Unsur Transisi Dalam
Unsur-unsur transisi dalamadalah unsur-unsur yang pengisian
elektronnya berakhir pada subkulit f. Unsur-unsur transisi-
dalam hanya dijumpai pada periode keenam dan ketujuh dalam
sistem periodik, dan ditempatkan secara terpisah di bagian
bawah. Sampai saat ini, unsur- unsur transisi-dalam belum
dibagi menjadi golongan-golongan seperti unsur utama dan
transisi. Unsur-unsur ini baru dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu unsur lantanida dan unsur aktinida. Unsur-unsur
lantanida (seperti lantanum), adalah unsur-unsur yang elektron
terakhirnya mengisi subkulit 4f dan unsur-unsur aktinida (seperti
aktinum), adalah usur-unsur yang elektron terakhirnya
mengisi subkulit 5f. (Permana, 2009)
2.8 Pembagian Unsur-Unsur Menurut Blok s, p, d, dan f
Berdasarkan kesamaan konfigurasi elektron, terluar dapat
dikelompokan unsur-unsur tersebut dalam blok berikut :
1. Blok s
Unsur yang mempunyai konfigurasi elektron terluar pada orbital s
terletak pada golongan IA dan IIA, kecuali unsur H dan He. Unsur-
unsur ini merupakan logam yang reaktif. Misal konfigurasi
elektron terluar adalah nsx, maka unsur tersebut terletak pada
golongan xA. (Harnanto, 2009)
2. Blok p
Unsur yang mempunyai konfigurasi elektron terluar pada orbital p,
terdapat dalam golongan IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA, dan

9
VIII. Golongan unsur-unsur ini meliputi logam, metaloid,
dan non logam. Misal konfigurasi elektron terluar adalah npy, maka
unsur tersebut terletak pada golongan (2 + y) A. (Harnanto,
2009)

3. Blok d
Konfigurasi elektron terluar d terdapat dalam unsur-unsur
transisi, yaitu golongan IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, VIIIB,
IB, dan IIB. Misal konfigurasi elektron terluar adalah
nsx (n-d)z, maka unsur tersebut terletak pada golongan (x + z)
B. Jika x + z = 8, x + z = 9, dan x + z = 10, maka
unsur terletak pada golongan VIIIB; x + z = 11, maka
unsur terletak pada golongan IB; x + z = 12, maka unsur terletak
pada golongan IIB. (Harnanto, 2009)
4. Blok f .
Blok f merupakan golongan unsur lantanida dan aktinida.
Golongan ini disebut juga golongan transisi
dalam.(Harnanto, 2009)

2.9 Sifat-Sifat Periodik Unsur


Sifat keperiodikan unsur adalah sifat-sifat yang berubah secara
beraturan sesuai dengan kenaikan nomor atom unsur. Sifat periodik
yang akan dibahas di sini meliputi sifat atom yang
berhubungan langsung dengan struktur atomnya, mencakup jari-
jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron, dan
keelektronegatifan. (Setyawati, 2009)

10
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3. 1 Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada Senin, 13 November 2017 dan

bertempat di Laboratorium Kimia Dasar, Jurusan Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako.

3. 2 Alat dan Bahan

Pada praktikum kali ini digunakan alat berupa : tabung reaksi,


lumpang dan alu, rak tabung, pengayak, pemanas, pipa bengkok dan
gabus , gelas ukur 100 ml, pipet tetes, erlenmeyer, corong dan cawan
penguap. Serta bahan yang digunakan antar lain : tanah, kapur tohor,
kertas lakmus merah, indikator PP, air destilata, Reagen Nesler, asam
sulfat pekat,amoninum molibdat, natritum kobalti nirit, kacang kedelai,
kacang ijo,
dan spiritus bakar.

3. 3 Prosedur Kerja

3. 3. 1 Unsur Nitrogen A

1. Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, mengisi sesuai tabel

11
berikut.

Jenis Kode Tabung


Bahan
A B C D E F

Tanah 2g - - 2g - -
Kacang - 2g - - 2g -
Kedelai

Kacang Ijo - - 2g - -
Kapur 2g 2g 2g 2g 2g 2g
Tohor

2. Tabung A, B dan C diberi kertas lakmus merah pada

permukaan tabung, kemudian memanaskan dan mengamati

perubahan warna kertas lakmus.

3. Tabung D, E dan F disumbat dengan gabus yang dilengkapi

dengan pipa bengkok dan menghubungkannnya dengan

tabung lain yang berisi air murni.

4. Memanaskan tabung selama 30 menit dan mengeluarkan

tabung berisi air,kemudian tetesi dengan indicator PP.

Mengamati perubahan warna yang terjadi.

3. 3. 2 Unsur Nitrogen B

1. Memasukkan 20 gr tanah halus ke dalam erlenmeyer,

kemudian menambahkan 100 ml air destilata dan dikocok

selama 10 menit.

2. Menyaring campuran dan menampung filtratnya dalam

Erlenmeyer.

12
3.Menyumbang dengan gabus yang dilengkapi pipa bengkok.

pipa ini dihubungkan dengan tabung reaksi berisi 5 ml air

destilata.

4. Memanaskan selama 30 menit, memisahkan tabung berisi

air, kemudian ditetesi dengan reagen Nesler dan mengamati

perubahan warna yang terjadi.

5. Memindahkan cairan dalam Erlenmeyer pada butir d kedalam

cawan penguap, kemudian memanaskan hingga hampir kering,

lalu didinginkan.

6.Menambahkan 5 tetes asam sulfat pekat, kemudian memasukkan

ke dalam tabung reaksi yang berisi reagen difenil amin.

7. Mengamati dan mencatat warna larutan.

3. 3. 3 Unsur Fosfor

1. Menyiapkan 3 buah cawan porselen, kemudian diisi masing-masing

dengan 2 gr tanah, 2 gr bubuk kacang kedelai dan 2 gr bubuk

kacang ijo. Bahan-bahan dalam cawan, dibakar dengan api


bunsen.

2. Mendinginkan, kemudian menambahkan 10 ml asam nitrat pekat

dan memanaskan hingga mendidih.

3. Mendingnkan, kemudian menambahkan air destilata dengan

volume yang sama.

4. Menyaring, kemudian menampung filtratnya dalam tabung reaksi,

kemudian ditetesi dengan reagen ammonium molibdat dan

mengamati perubahan warna larutan.

3. 3. 4 Unsur Kalium

13
1. Memasukkan 10 gr tanah halus ke dalam Erlenmeyer,
kemudian

menambahkan 25 ml asam klorida 0,1 N dan mendidihkannya

selama 5 menit.

2. Menyaring kemudian menguapkan filtratnya hingga kering dan

bakar residunya.

3. Mendinginkan, kemudian menambahkan air panas sebanyak

25 ml, menyaring kembali dan menampung filtratnya dalam

tabung reaksi.

4. Menambahkan beberapa jenis larutan natrium kobalti nitrat.

BAB IV

URAIAN BAHAN

4. 1Tanah

Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.

14
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air
sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga
juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan tumbuh.
Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi
sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan
bergerak.

Tanah berasal dari pelapukanbatuan dengan bantuan organisme,


membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah
dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah
sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai
horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-
proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.

Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di
Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk
yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim,
organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring
dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut
terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.

4.2 Kapur Tohor

Kapur tohor, atau dikenal pula dengan nama kimia kalsium oksida (CaO),
adalah hasil pembakaran kapur mentah (kalsium karbonat atau CaCO3) pada suhu
kurang lebih 90 derajat Celcius.[5] Jika disiram dengan air, maka kapur
tohor akan menghasilkan panas dan berubah menjadi kapur padam (kalsium
hidroksida, CaOH)[6]

Saat kapur tohor disiram dengan air, terjadi reaksi sebagai berikut:

CaO (s) + H2O (l) Ca(OH)2 (aq) (Hr = 63.7 kJ/mol of CaO)

Reaksi kapur tohor dengan air yang memberikan energi berupa panas,
telah lama diketahui dan dimanfaatkan untuk memasak dengan biaya yang
murah. Catatan mengenai hal ini sudah dibuat oleh Al Razi dari Persia,
namun belum terpikirkan untuk kegunaannya dalam memasak. Barulah pada
era Victoria potensinya mulai disadari sebagai pengganti bahan bakar yang
umum. Dan kini dipertimbangkan untuk makanan kaleng yang bisa
memanaskan dirinya sendiri.[7] Kapur tohor yang dipanaskan hingga suhu 2400
derajat Celcius menghasilkan cahaya terang. Sifat ini dimanfaatkan dalam
pembuatan panggung teater sebelum adanya lampu listrik.[8]

15
Kapur tohor dengan sifat basanya juga dimanfaatkan dalam pembuatan
telur bitan.

4.3 Lakmus

Lakmus adalah campuran zatpewarna berbeda yang larut dalam air yang
diekstrak dari lumut. Campuran ini sering diserap ke dalam kertas saring
untuk menghasilkan salah satu bentuk tertua dari indikator pH, yaitu kertas
lakmus, yang digunakan untuk menguji kadar keasaman bahan.

Kertas yang mengandung campuran tersebut (disebut sebagai kertas


lakmus) adalah suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika
dicelupkan kedalam larutan asam atau basa. Warna yang dihasilkan
sangat dipengaruhi oleh kadar pH dalam larutan yang ada. Campuran
lakmus memiliki nomor CAS 1393-92-6 dan mengandung 10 hingga 15
zat warna yang berbeda. Komponen kimia yang paling sering digunakan
dalam lakmus hampir serupa dengan campuran yang dikenal sebagai
orsein, tetapi dengan proporsi yang berbeda. Berbeda dengan orsein, konstituen
utama lakmus memiliki massa molekul rata- rata 3300.[1] Indikator asam-basa
pada lakmus memiliki sifat seperti kromofor 7- hidroksifenoksazon.[2]
Beberapa fraksi lakmus diberi nama yang khas termasuk eritrolitmin
(atau eritrolein), azolitmin, spaniolitmin, leukoorsein, dan leukazolitmin.
Azolitmin menunjukkan efek yang hampir sama dengan lakmus.[3] Warna
kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa, dan larutan bersifat
netral berbeda. Ada dua macam kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan
lakmus biru. Sifat dari masing-masing kertas lakmus tersebut sebagai
berikut.

Kertas lakmus biru berubah warna menjadi merah di bawah kondisi asam
dan kertas lakmus merah menjadi biru di bawah kondisi basa atau alkali,
dengan perubahan warna yang terjadi di atas rentang pH 4.58.3
pada 25 C (77 F). Kertas lakmus pada keadaan netral berwarna ungu.

4. 4 Indikator PP

Fenolftalein ((Inggris)phenolphtalein) adalah pewarna yang berperan


sebagai indikator pH.[2] Fenolftalein adalah senyawa kimia dengan
rumus molekul C20H14O4 dan sering ditulis sebagai "HIn" atau "pp" dalam
notasi singkat. Fenolftalein sering digunakan sebagai indikator dalam
titrasi asambasa. Untuk aplikasi ini, ia berubah warna dari tak berwarna
dalam larutan asam menjadi merah muda dalam larutan basa.

16
Fenolftalein sedikit larut dalam air dan biasanya dilarutkan dalam alkohol
untuk digunakan dalam berbagai percobaan. Senyawa ini bersifat asam
lemah yang dapat membebaskan ion H+ dalam larutan. Molekul
fenolftalein tidak berwarna, dan ion fenolftalein berwarna merah muda.
Jika basa ditambahkan ke dalam fenolftalein, kesetimbangan molekul
ion bergeser ke kanan, menyebabkan ionisasi lebih banyak karena
pembebasan ion H+. Hal ini diprediksi menurut prinsip Le Chatelier.

Fenolftalein juga digunakan sebagai obat. Aktivitasnya di dalam tubuh


adalah akan dilarutkan oleh garam dan empedu pada usus kecil. Senyawa ini
memiliki aktivitas laksatif sehingga digunakan sebagai obat
pencahar. Aktivitas laksatifnya disebabkan oleh perangsangan pada usus besar.
Fenolftalein mulai bekerja 4 hingga 8 jam setelah pemberian, tanpa efek
samping sakit perut dan kejang-kejang. Efek samping dari
fenolftalein adalah menimbulkan gangguan bagi ginjal. Fenolftalein sebanyak 10
hingga 15 % akan diserap oleh tubuh dan bersifat sedikit beracun bagi
tubuh.Pemakaian fenolftalein dapat menyebabkan urin menjadi berwarna
kemerahan karena fenolftalein juga merupakan indikator pH yang bersifat basa.
enolftalein dapat disintesis dari kondensasi anhidrida ftalat dengan
dua ekivalen fenol di bawah kondisi asam. Proses ini ditemukan oleh Adolf von
Baeyer pada tahun 1871.

4.5 Air Suling

Air suling adalah air yang berasal dari proses distilasi (penyulingan). Air
suling dengan tingkat kemurnian tinggi (ultrapure distilled water) dapat
diperoleh dengan melakukan penyulingan ulang air suling
biasa.Kemudian air hasil penyulingan kedua kali tersebut dialirkan melalui
sistem saringan dengan karbon aktif dan tabung deionisasi. Air suling dapat
dimanfaatkan sebagai larutan elektrolit untuk mengisi tabung elektroliser.[2]
Larutan ini akan dicampur sodium bikarbonat (NaOH).[2] Volume air suling
yang digunakan tergantung pada volume tabung yang digunakan.[2]Air

17
mineral juga dapat digunakan sebagai pengganti air suling, namun hal ini akan
membuat risiko rusaknya elektroda semakin tinggi.[2] Hal ini disebabkan
kandungan logam dan mineral dalam air mineral masih cukup tinggi.

Air suling juga digunakan untuk membilas berbagai peralatan untuk


analisislaboratorium.

4. 6 Reagen Nessler

KALIUM tetraiodomerkurat(II) ialah senyawa anorganik yang terdiri dari


kation kalium dan anion tetraiodimerkurat(II). Senyawa ini terutama digunakan
sebagai reagen Nessler, suatu larutan 0,09 mol/L kalium
tetraiodomerkurat(II) (K2[HgI4]) dalam 2,5 mol/L KOH, digunakan
untuk mendeteksi ammonia.

Nama IUPAC senyawa ini adalah Kalium tetraiodo-merkurat(II). Nama


lainnya adalah Merkuri kalium iodida, reagen Nessler (komponen dasar).

Sifat-sifat Reagen Nessler

Rumus molekul: HgI4K2


Berat molekul: 786,40 gr/mol
Penampilan: Kristal kuning
Bau: Tidak berbau
Densitas: 4,29 gr/cm3
Kelarutan dalam air: Sangat larut
Kelarutan dalam pelarut lain: Larut dalam alkohol, eter dan

Aseton.

Bahaya: MSDS eksternal untuk reagen Nessler.

Anion lain: Merkuri(II) iodida

4.7 Asam sulfat

H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi dunia
asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan
seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih
mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.

18
Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida,
misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam
dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-
logam yang ada dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap
berwarna cerah yang beracun. Oksidasi besi sulfida pirit oleh
oksigen molekuler menghasilkan besi(II), atau Fe2+:

2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O 2 Fe2+ + 4 SO42 + 4 H+

Fe2+ dapat kemudian dioksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+:

4 Fe2+ + O2 + 4 H+ 4 Fe3+ + 2 H2O

Fe3+ yang dihasilkan dapat diendapkan sebagai hidroksida:

Fe3+ + 3 H2O Fe(OH)3 + 3 H+

4.8 Asam nitrat

Senyawa kimiaasam nitrat(HNO3) adalah sejenis cairankorosif yang tak


berwarna, dan merupakan asamberacun yang dapat menyebabkan luka
bakar. Larutan asam nitrat dengan kandungan asam nitrat lebih dari 86% disebut
sebagai asam nitrat berasap, dan dapat dibagi menjadi dua jenis asam,
yaitu asam nitrat berasap putih dan asam nitrat berasap merah.

Asam nitrat murni (100%) merupakan cairan tak berwarna dengan berat
jenis 1.522 kg/m. Ia membeku pada suhu -42 C, membentuk kristal-
kristal putih, dan mendidih pada 83 C. Ketika mendidih pada suhu kamar,
terdapat dekomposisi (penguraian) sebagian dengan pembentukan nitrogen
dioksida sesudah reaksi:

4HNO3 2H2O + 4NO2 + O2 (72 C)

yang berarti bahwa asam nitrat anhidrat sebaiknya disimpan di bawah 0 C


untuk menghindari penguraian. Nitrogen dioksida (NO2) tetap larut dalam asam
nitrat yang membuatnya berwarna kuning, atau merah pada suhu yang
lebih tinggi. Manakala asam murni cenderung mengeluarkan asap putih ketika
terpapar ke udara, asam dengan nitrogen dioksida terlarut
mengeluarkan uap berwarna coklat kemerah-merahan, yang membuatnya
dijuluki "asam berasap merah" atau "asam nitrat berasap". Asam nitrat berasap
juga dirujuk sebagai asam nitrat 16 molar (bentuk paling pekat asam
nitrat pada temperatur dan tekanan standar).

Asam nitrat bercampur dengan air dalam berbagai proporsi dan distilasi
menghasilkan azeotrop dengan konsentrasi 68% HNO3 dan titik didih

19
120,5 C pada 1 atm. Terdapat dua hidrat padat yang diketahui, yaitu
monohidrat (HNO3H2O) dan trihidrat (HNO33H2O).

Nitrogen oksida (NOx) larut dalam asam nitrat dan sifat ini memengaruhi
semua sifat fisik asam nitrat yang bergantung pada konsentrasi oksida
(seperti tekanan uap di atas cair, suhu didih, dan warna yang
dijelaskan di atas).

Peningkatan konsentrasi asam nitrat dipengaruhi oleh penguraian termal


maupun cahaya, dan hal ini dapat menimbulkan sejumlah variasi yang tak
dapat diabaikan pada tekanan uap di atas cairan karena

Asam nitrat dibuat dengan mencampur nitrogen dioksida (NO2) dengan


air. Menghasilkan asam nitrat yang sangat murni biasanya melibatkan
distilasi dengan asam sulfat, karena asam nitrat membentuk sebuah
azeotrop dengan air dengan komposisi 68% asam nitrat dan 32% air. Asam
nitrat kualitas komersial biasanya memiliki konsentrasi antara 52%
dan 68% asam nitrat. Produksi komersial dari asam nitrat melalui proses
Ostwald yang ditemukan oleh Wilhelm Ostwald.

Asam nitrat dapat dibuat dengan mereaksikan 200 gram potasium


nitrat(KNO3) ke dalam larutan asam sulfat (H2SO4) 96% 106 ml, kemudian
mendistilasi campuran ini di titik didih asam nitrat (83 C) sampai hanya
tersisa kristal putih potasium hidrogen sulfat (KHSO4), di tabung reaksinya.

4.9 Asam Klorida

Asam Kloridaadalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia


adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung.
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus
ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan
yang sangat korosif.

Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering
digunakan dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawanPersiaAbu
Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan
sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu
filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber,
Priestley, and Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern.

4.10 Sodium Kobaltinitrit

Sodium Kobaltinitritadalah senyawa koordinasi dengan rumus Na 3 Co


(NO 2 ) 6 . Anion garam berwarna kuning ini terdiri dari pusat kobalt (III) N-
sampai enam ligan nitrito.Ini adalah reagen untuk uji kualitatif untuk ion kalium
dan amonium.

20
Senyawa ini dibuat dengan oksidasi garam kobalt (II) dengan adanya
natrium nitrit :

4 [Co (H 2 O) 6 ] (NO 3 ) 2 + O 2 + 24 NaNO 2 4 Na 3 [Co (NO 2 ) 6 ] + 8


NaNO 3 + 4 NaOH + 22 H 2 O

4.11 Kedelai

Kedelai, adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan


dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe.
Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500
tahun yang lalu di Asia Timur.

Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyaknabati dunia.


Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai
praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.

Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
Filum: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Subfamili: Faboideae
Glycine
Genus:
(L.) Merr.
Spesies
Glycine max
Glycine soja

4.12 Kacang hijau

Kacang hijau (Vigna radiata) adalah sejenis palawija yang dikenal


luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan
(Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari
sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di
Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan
legum, setelah kedelai dan kacang tanah.

21
Bagian paling bernilai ekonomi adalah bijinya. Biji kacang hijau direbus
hingga lunak dan dimakan sebagai bubur atau dimakan langsung. Biji matang
yang digerus dan dijadikan sebagai isi onde-onde, bakpau, atau gandas turi.
Kecambah kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan
Asia Timur dan Asia Tenggara dan dikenal sebagai tauge. Kacang hijau bila
direbus cukup lama akan pecah dan pati yang terkandung dalam bijinya akan
keluar dan mengental, menjadi semacam bubur. Tepung biji kacang
hijau, disebut di pasaran sebagai tepung hunkue, digunakan dalam
pembuatan kue-kue dan cenderung membentuk gel. Tepung ini juga dapat
diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun.

Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Vigna
Spesies: V. radiata
Nama binomial
Vigna radiata

4.13 Metanol

Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimiaCH3OH. Ia merupakan bentuk
alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan
yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun
dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). metanol
digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan
sebagai bahan additif bagi etanol industri.

Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.


Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan
bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.

Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon


dioksida dan air adalah sebagai berikut:

22
2 CH3OH + 3 O2 2 CO2 + 4 H2O

Metanol digunakan secara terbatas dalam mesin pembakaran dalam,


dikarenakan metanol tidak mudah terbakar dibandingkan dengan bensin.
Metanol juga digunakan sebagai campuran utama untuk bahan bakar
model radio kontrol, jalur kontrol, dan pesawat model.

Salah satu kelemahan metanol jika digunakan dalam konsentrasi tinggi


adalah sifat korosif terhadap beberapa logam, termasuk aluminium. Metanol,
meskipun merupakan asam lemah, menyerang lapisan oksida yang biasanya
melindungi aluminium dari korosi:

6 CH3OH + Al2O3 2 Al(OCH3)3 + 3 H2O

Ketika diproduksi dari kayu atau bahan oganik lainnya, metanol organik
tersebut merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan
hidrokarbon. Namun mobil modern pun masih tidak bisa menggunakan BA100
(100% bioalkohol) sebagai bahan bakar tanpa modifikasi. Metanol juga
digunakan sebagai pelarut dan sebagai antibeku, dan fluida pencuci kaca
depan mobil.

23
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1 Hasil Pengamatan

5. 1. 1 Nitrogen Organik

1. Setelah pemanasan, kertas lakmus pada :

- Tabung berkode A berwarna merah (tidak berubah)

- Tabung berkode B berwarna merah (tidak berubah)

- Tabung berkode C berwarna merah (tidak berubah)

2. Setelah ditetesi dengan indikator PP :

- Tabung berkode D berwarna ungu

- Tabung berkode E berwarna tidak berwarna

- Tabung berkode F berwarna tidak berwarna

5. 1. 2 Nitrogen Amoniak

Setelah penambahan reagen difenil amin, larutan berwarna bening

yangmenunjukkan adanya unsur nitrogen dalam tanah.

5. 1. 3 Fosfor

- Filtrat dari tanah ditambahkan reagen ammonium molibdat


tidak

terjadiperubahan warna (tetap berwarna bening).

- Filtrat dari kacang kedelai ditambah ammonium molibdat tidak


terjadi

perubahan warna (tetap berwarna kekuningan).

- Filtrat dari kacang ijo ditambah reagen ammonuium molibdat


tidak

terjadi perubahan warna (tetap berwarna kecoklatan).

24
5. 1. 4 Kalium

Filtrat ditambahkan dengan reagen natrium kobaltinitrit larutan


menjadi

berwarna kekuningan.

5. 2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan untuk mendeteksi adanya unsur hara
nitrogen,
fosfor, dan kalium dalam tanah dan tanaman.
Pada praktikum ini, dilakukan tiga kali percobaan, yaitu pengujian
nitrogen

Pada pengujian tabung A, yang mengandung 2 gr tanah dan 2 gr kapur


tohor,
dengan pemanasan serta menggunakan indikator universal berupa kertas
lakmus
merah, tidak ditemukan perubahan warna pada sampel uji tersebut.
Selanjutnya,
pada pengujian tabung B, yang mengandung 2 gr kacang kedelai dan 2 gr
kapur
tohor dengan pemanasan dan menggunakan indikator kertas lakmus
merah,
tidak ditemukan perubahan warna pada sampel uji tersebut. Dan yang
terakhir,
pada pengujian tabung C, yang berisi sampel 2 gr kacang ijo dan 2 gr
kapur tohor,
juga tidak ditemukan perubahan warna pada kertas lakmus merah tersebut.

Pada pengujian dengan menggunakan indikator PP, pada tabung D yang


mengandung 2 gr sampel tanah dan 2 gram sampel kapur tohor, terdapat
perubahan warna pada larutan yaitu berwarna ungu. Pada tabung E yang
mengandung 2 gr kacang kedelai dan 2 gr kapur tohor, larutannya tidak
berwarna (bening). Serta pada tabung F yang mengandung 2 gr kacang ijo
dan 2 gr kapur tohor juga menghasilkan warna larutan yang berwarna
bening.

25
Pada pengujian nitrogen nitrat amoniak, ke-tujuh tabung reaksi yang
mengandung sampel tanah, kacang kedelai, kacang ijo serta kapur tohor
ditambahkan reagen difenil amin, larutan berubah warna menjadi bening.
Hal ini
menunjukkan bahwa adanya unsur nitogen pada ke-tujuh larutan tersebut.

26
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa didalam


tanah terdapat unsur hara nitrogen,fosfor, dan kalium, hal itu dapat dilihat
dengan adanya reaksi perubahan warna setelah ditetesi dengan beberapa
larutan.

6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah bila praktikum yang dilakukan
menggunakan bahan-bahan yang berbahaya sebaiknya menggunakan kaos
tangan demi keselamatan para praktikan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyars. 2009. Mari Belajar Kimia Jilid 2 untuk
SMA-MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA
dan MA. Jawa Tengah: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Setyawati, Arifatun Arifah. 2009. Mengkaji Fenomena Alam untuk Kelas X
SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu Alam.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

28
LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN II

SISTEM PERIODIK UNSUR

DISUSUN OLEH :

NAMA : INDRIANI

STAMBUK : G 301 17 046

KELOMPOK : II (DUA)

29
ASISTEN : RAHMAWATI

LABORATORIUM KIMIA DASAR

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU,2017

30
31
32

Anda mungkin juga menyukai