Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN VI

UNSUR TRANSISI

Nama : J. Sari Dwi Ambarwati

Stambuk : A25119038

Kelas :C

Kelompok : 2

Asisten : Dewi Masyitha

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
LEMBAR KOREKSI

PERCOBVAAN VI

UNSUR TRANSISI

Nama : J. Sari Dwi Ambarwati

Stambuk : A25119038

Kelas :C

Kelompok : 2

Asisten : Dewi Masyitha

n Hari/ tanggal koreksi keterangan


o
PERCOBAAN VI

UNSUR TRANSISI

I.TUJUAN PERCOBAAN

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat ion kompleks.

II. DASAR TEORI

unsur-unsur deret peralihan utama (kadang-kadang disebut juga unsur-unsur “kelompok d”)
mengandung atom-atom atau ion-ion dengan orbital d yang belum terisi penuh. Sedangkan unsur-unsur
peralihan dalam mengandung atom-atom dengan orbital f yang belum penuh. Kedua deskripsi ini cocok
untuk semua unsur-unsur pada bagian tengah tabel berkala. Sehingga lebih dari separuh unsur-unsur
yang telah ditemukan termasuk dalam deret peralihan atau peralihan dalam. Sifat kimia unsur-unsur ini
penting secara teoritis maupun secara praktis. Satu sifat penting unsure peralihan ialah kemampuannya
untuk membentuk ion kompleks. Sifat-sifat unsure peralihan pertama ( Z=21 sampai Z=29), titik cair
yang tinggi, daya hantar listrik yang baik, dan kekerasan sedang sampai tinggi adalah akibat dari cepat
tsedianya elektron dan orbital untuk elektron dan orbital untuk bembentuk ikatan logam. Potensi
elektroda baku meningkat sesuai dengan meningkatnya nomor atom sepanjang deret
peralihan( petrucci,1987).

Unsure-unsur transisi memiliki karakteristik konfigurasi elektronik (n-1) d n−10 ns1−2,tidak


penuh pada orbital d bagi atom atau ionnya. Energi elektro pada orbital (n-1)d isi selalu lebih rendah
dibandng dengan energy electron dalam orbital ns 2,dengan pengecualian stabilitas lebih tinggi pada
konfigurasi penuh atau setengah penuh. Peran orbital (n-1)d ini menentuksn tingkat oksidasi yang
bervariasi, pembentukan senyawa kompleks, dan sifat magnetic spesies yang bersangkutan. Unsure
transisi berperan sebagai katalisator baik dalam bentuk unsurnya maupun dalam bentuk senyawa
kompleksnya(UNY,2003).

Unsur-unsur transisi deret pertama adalah unsur-unsur logam transisi yang terletak pada
periode paling atas dalam kelompok logam transisi pada tabel periodik unsure. unsure-unsur ini
memiliki electron valensi pada orbital d sehingga memiliki beberapa sifat seperti katalis, warna larutan,
dan kemagnetannya. Unsure-unsur ini meskipun struktur geometri senyawa kompleksnya lebih mudah
diprediksi dari pada senyawa kompleks golongan lantanida, dari kiri ke kanan mempunyai jumlah
electron valensi, jumlah electron pada orbital d, maupun inti efektif, jari-jari kation yang berbeda-beda
sehingga memiliki reaktifitas yang berbeda pada anion tertentu. Pada beberapa kasus, reaktifitas ion-
ion logam transisi berhubungan dengan sifat kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionya.
Reaktifitas suatu senyawa dapat diamati dari adanya perubahan warna maupun terbentuknya endapan.
Reaktifitas suatu senyawa khususnya yang mengandug ion logam transisi tergantung beberapa faktor,
misalnya muatan dan jari-jari ion, serta konfigurasi elektron di orbital d. reaktifitas berbeda dengan
kestabilan, dimana reaktfitas lebih ditekankan pada kecpatan terjadinanya suatu reaksi kimia dengan
zat lain sedangkan kestabilan difokuskan pada nilai K yang dihasilkan suatu reaksi. Suatu senyawa
dapat bersifat labil akan bereaksi lebih cepat daripada senyawa yang inert(Khunur,2012).

Dalam senyawa, unsure transisi selalu memiliki bilangan oksidasi positif dan nilainya dapat
bervariasi dari +1 sampai +8. Ada beberapa hal penting, yang pertama kebanyakan unsure transisi
mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi. Kedua, kestabilan unsure transisi cenderung yang
memiliki bilangan oksidasi tinggi, umumnya bilang oksidasi tertinggi unsure ini mempunyai sama
dengan golongannya. Ketiga, unsure transisi bagian bawah cenderung mempunyai lebih dari satu
bilangan oksidasi yang stabil(Syukri,1999).
III. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:

a. Alat:
 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Cawan penguap
 Penagas listrik
 Pipet tetes
b. Bahan:
 Kristal CuSO5.5H2O
 Larutan CuSO4 0,25 M
 Larutan NaOH 2 M
 Larutan NH4OH 1 M
 Larutan HCl 2 M
 Larutan NH4Cl 2 M
 Aquades
IV. PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:

a. Perlakuan 1
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memasukkan Kristal CuSO5.5H2O kedalam cawan penguap.
3. Memanaskan Kristal CuSO5.5H2O menggunakan penangas listrik.
4. Mendinginkan cawan penguap yang telah dipanaskan.
5. Menambahkan 2 tetes aquades.
6. Mencatat hasil pengmatan pada tabel hasil pengamatan.

b. Perlakuan 2
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memasukkan 1 ml larutan CuSO4 0,25 M kedalam masing-masing 3 buah tabung reaksi.
3. Menambahkan 1 ml larutan NaOH 2 M kedalam tabung reaksi 1.
4. Menambhakan 1 ml larutan NH4Cl 1 M kedalam tabung reaksi 2.
5. Menambahkan 1 ml larutan HCl 2 M kdalam tabung reaksi 3.
6. Menambahkan 1 ml aquades kedalam tabung reaksi 3.
7. Menambahkan 1 ml larutan NH4Cl 2 M kedalam tabung reaksi 3.
8. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.
V. REAKSI

Reaksi-reaksi yang diperoleh dalam percobaan adalah sebagai berikut:

1. CuSO5.5H2O (s) Cu2+¿ ¿(aq) + SO 42−¿¿ (aq) + 5H2O(l) (keenan,1984).

2. CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) Cu(OH)2(s) + Na2SO4(aq)

3. CuSO4(aq) + 2NH4OH(aq) (Cu(NH3)4)SO4(s) + 4H2O(l)

4. CuSO4(aq) + NH4Cl(aq) CuCl2(aq) + (NH4)2SO4(s)


VI. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan pada percobaan adalah sebagai berikut:

a. Perlakuan 1

No perlakuan Hasil pengamatan


.
1. Kristal CuSO5.5H2O dipanaskan Warna berubah dari biru menjadi
putih tulang
2. Kristal CuSO5.5H2O didinginkan + aquades Warna berubah dari putih tulang
menjadi biru muda

b. Perlakuan 2

No perlakuan Hasil pengamatan


.
1. Tabung 1: Warna berubah dari biru muda
-1 ml larutan CuSO4 0,25 M + 1 ml larutan menjadi biru tua dan membentuk
NaOH 2 M. gumpalan.
2. Tabung 2: Warna berubah dari biru muda
-1 ml larutan CuSO4 0,25 M + 1 ml larutan menjadi pudar.
NH4OH 1 M.
3. Tabung 3:
-1 ml larutan CuSO4 0,25 M + 1 ml larutan HCl 2 -tetap berwarna biru muda.
M.
-1 ml larutan CuSO4 0,25 M + 1 ml larutan HCl 2 -tetap/tidak berubah.
M + 1 ml aquades.
-1 ml larutan CuSO4 0,25 M + 1 ml larutan HCl 2 -warna biru muda memudar dan
M + 1 ml aquades + 1 ml larutan NH4Cl 2 M. terdapat butiran-butiran.
VII. PEMBAHASAN
Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan
koordinasi yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion atau atom pusat dengan ligan( gugus pelindung ).
Ikatan kovalen yang terjadi merupakan ikatan kovalen ( terdapat pasangan electron yang digunakan
bersama ) dimana pasangan electron yang digunakan berasal dari satu atom. Ion atau atom pusat
sebagai penerima electron disebut asam lewis sedangkan ligan sebagai penerima pasangan electron
sehingga disebut basa lewis(Chang,2004).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat dari ion kompleks( Tim Penyusun
Kimia Dasar Lanjut,2020).
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat dari ion kompleks dan untuk
mengetahui ciri-ciri terbentuknya senyawa koordinasi atau senyawa kompleks logam golongan transisi
yaitu ion Cu2+¿ ¿( Tim Penyusun Kimia Dasar Lanjut,2020).
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah dengan cara memanaskan kristal CuSO5.5H2O untuk
melepas hidratnya kemudian didinginkan dan ditetesi Aquades untuk melihat ligan yang mengelilingi
atom pusat. Dan dengan cara mereaksikan larutan CuSO4 dengan larutan NaOH, NH4Cl, HCl,
NH4OH dan Aquades untuk mengetahui terbentuknya senyawa kompleks atau senyawa koordinasi
yang ditandai dengan perubahan warna larutan( Tim Penyusun Kimia Dasar Lanjut,2020).
Perlakuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Perlakuan 1; mula-mula menyiapkan alat dan bahan yang akan digunaka. Kemudian
memasukkan kristal CuSO5.5H2O kedalam cawan penguap. Setelah itu panaskan kristal
CUSO5.5H2O kedalam penangas listrik. Fungsi dari pemanasan yaitu untuk melepaskan hidrat
dari kristal CuSO5.5H2O. Setelah dipanaskan, dinginkan kristal CuSO5.5H2O kemudian tetesi
dengan Aquades yang berfungsi untuk membersihkan kristal untuk melihat apakah ligan tetap
terikat pada atom pusat.
b. Perlakuan ke 2; mula-mula menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian
mengambil 3 buah tabung reaksi kemuadian beri lebel untuk mempermudah identifikasi larutan
yang akan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Setelah itu memasukkan 1 ml larutan CuSO4
0,25 M kedalam 3 buah tabung reaksi tadi. Larutan CuSO4 ( Cu2+¿ ¿ ini digunakan sebagai
sampel uji dalam pembentukan senyawa kompleks. Selanjutnya menambahkan 1 ml larutan
NaOH 2 M kedalam tabung reaksi 1, 1ml larutan NH4OH 1 M kedalam tabung reaksi 2, dan 1
ml larutan HCl 2 M, 1 ml aquades, dan 1 ml larutan NH4Cl 2M kedalam tabung reaksi 3.
Fungsi penambhan ini adalah untuk mengetahui proses terbentuknya senyawa koordinasi atau
senyawa kompleks dari larutan CuSO4 Dengan larutan yang ditambhakan , yang ditandai
dengan adanya perubahan warna dan endapan pada larutan(Tim Penyusun Kimia Dasar
Lanjut,2020).

Hasil dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut; pada perlakuan I, setelah
kristal CuSO5.5H2O dipanaskan warnanya berubah dari putih tulang menjadi biru muda. Dan pada
percobaan II, diperoleh hasil pada tabung reaksi 1 setelah larutan CuSO4 0,25 M ditambahkan dengan
larutan NaOH 2 M terjadi perubahan warna dari biru muda menjadi warna biru tua dan terbentuk
gumpalan. Pada tabung reaksi 2, setelah larutan CuSO4 0,25 M ditambahkan larutan NH4OH 1 M
warna larutan berubah dari biru muda menjadi memudar. Dan pada tabung reaksi 3, setelah larutan
CuSO4 0,25 M ditambahkan larutan HCl 2 M dan juga aquades tidak terjadi perubahan apapun pada
larutan ( warna lrutan tetap biru muda ), tapi setalah ditambahkan larutan NH4Cl 2 M terjadi
perubahaan yaitu warna larutan memudar dan terdapat butiran-butiran( Tim Penyusun Kimia Dasar
Lanjut,2020).

Berdasarkan pada literature yang diperoleh ( Fitroni,Dkk.2013) hasil pada perlakuan 1 sudah
sesuai dimana kristal CuSO5.5H2O yang berwarna biru ketika dipanaskan akan menjadi putih. Hal ini
dikarenakan hidrat pada kristal leleh/hilang dengan adanya pemanasan. Dan ketika didinginkan dan
ditambah dengan aquades menjadi warna biru kembali. Hal ini karena ligan ( H2O ) kembali terikat
oleh atom pusat ( CuSO4 ). Dan pada perlakuan 2 diperoleh literature sebagai berikut; pada tabung
reaksi 1 hasil dari perlakuan sudah relative sama dengan literatur ( Syifa ,N, dkk.2017 ) dimana ketika
larutan CuSO4 ditambah atau direaksikan dengan larutan naoh maka akan terbentuk larutan berwarna
biru tua dan endapan. Dimana Na2SO4 sebagai filtrate dan Cu(OH)2 sebagai endapan. Pada tabung
reaksi 2, hasil perlakuan tidak sesuai dengan literature ( Muhfadhoh,M.2019) dimana ketika larutan
CuSO4 direaksikan dengan larutan Amonium Hidroksida ( NH4OH ) maka larutan akan membentuk
endapan warna biru muda, dan ketika ditetesi larutan NH4OH secara berlebih akan terbentuk larutan
berwarna biru tua dan endapannya larut dan terbentuknya air ( H2O ). Pada keadaan ini memenuhi
syarat senyawa koordinasi yaitu larutnya endapan dan warna kembali seperti semula. Dalam reaksi ini,
Cu bertindak sebagai atom pusat karena menerima pasangan electron dari ligan. Sedangkan NH3
berperan sebagai ligan karena menyumbangkan 4 pasangan electron pada Cu. Maka terbentuklah
senyawa kompleks. Hal ini tentu saja berbeda dengan hasil percobaan dimana warna yang dihasilkan
adalah biru pudar tanpa adanya endapan. Dan pada tabung reaksi 3, hasil yang diperoleh dalam
percobaan sudah relatif sama dengan literature ( Huda,R,2014 ) dimana larutan CuSO4 ketika
direaksikan dengan larutan NH4Cl akan membentuk endapan ( NH4 )2SO4 berwarna putih. Hasil ini
sudah relative sama dengan hasil pada percobaan dimana diperoleh laruran berwarna biru pudar dan
terdapat butiran.

Kesalahan dalam percobaan ini adalah kurang telitinya dalam mengukur volume dari larutan
(perlakuan 2, tabung 2) dan adanya pererbedaan konsentrasi larutan yang digunakan pada percobaan
dengan literature( Muhfadhoh,M.2020).
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa ion kompleks
adalah ion yang tersusun dari ion pusat dan dikelilingi oleh ion atau molekul yang disebut ligan. Antara
atom pusat dan ligan terjadi ikatan kordinasi. Pada perlakuan yang berperan sebagai atom pusat adalah
unsure Tembaga Cu.
DAFTAR PUSTAKA

Chang,Raymond.(2004). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Ed. Ke-3. Jakarta: Erlangga

Fitroni,Dkk.(2013). JURNAL TEKIK POMIST VoL.2,NO. 1. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh


November

Huda,R. (2014). JURNLA PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN KOMPLEKS CU.


[Online].Tersedia.https://www.academia.edu/6984030/Pembuatan_Kompleks_Cu Diakses Pada Rabu,
29 April 2020

Keenan,Charles W.(1984). Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Khunur,M,Dkk.(2012). Diktat Praktikum Kimia Anorganik.


[Online].Tersedia.Http://Prananto.Lecture.Ub.Ac.Id/Files/2011/Diktat_Praktikum_Kimia_Anorg
anik_2012.Pdf. Diakses Pada 30, April 2020

Muhfhadoh,M.(2019).LAPORAN PRAKTIKUM SENYAWA KOORDINASI.


[online].tersedia.https://www.academia.edu/40884728/LAPORAN_PRAKTIKUM
SENYAWA_KOORDINASI. diakses pada Rabu, 29 april 2020

Petrucci,Ralph.H.(1987). Kimia Dasar Prinsip Dan Terapan Modern. Edisi Ke-4. Jilid 1.

Jakarta: Erlangga

Syifa, Nabila.(2017). STOIKIOMETRI.[online].tersedia.https://prezi.com/zkjcgwj7exxv/stoikiometri

Syukri,S.(1999). Kimia Dasar 1. Bandung: ITB

Tim Penyusun.(2020). Penuntun Praktikum Kimia Dasar Lanjut. Palu:Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai