Anda di halaman 1dari 104

Tahap-Tahap Uji Salmonella (SNI-01-2332.

2-2006)
A. Tahap pra-pengkayaan

Metoda ini didasarkan pada analisa 25 g atau 225 ml contoh dengan perbandingan 1 : 9
untuk contoh dan media pengkayaan (lactose broth = LB). contoh yang akan diuji ,
kemudian di masukkan dalam wadah atau plastik stomacher steril dan ditambahkan
225 ml larutan Lactose Broth (LB). Homogenkan contoh (Stomacher) selama 2 menit
untuk dianalisa. Secara aseptis, pindahkan larutan contoh dalam wadah steril yang
sesuai. Inkubasi 24 jam 2 jam pada suhu 35C 1C. Lanjutkan pengujian sesuai
dengan prosedur.

Sampel Tuna sebelum ditimbang

Sampel Tuna setelah ditimbang, siap di uji pada tahap Pra-Pengkayaan
(25 g sampel + 225 ml Lactose Broth)


Tahap Pra-Pengkayaan sebelum diinkubasi


Setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35
o
C

B. Tahap pengkayaan

Kencangkan tutup wadah dan kocok perlahan contoh yang diinkubasi. Untuk produk
perikanan dengan tingkat kontaminasi tinggi, pindahkan 0,1 ml larutan contoh ke dalam
10 ml Rappaport-Vassiliadis (RV) medium dan 1 ml larutan contoh ke dalam 10 ml
Tetrathionate Broth (TTB); Untuk jenis produk perikanan lain, pindahkan 1 ml larutan
contoh ke dalam masing-masing 10 ml SCB dan 10 ml TTB

Tahap Pengkayaan: dari contoh pra-pengkayaan ke media pengkayaan
TTB dan RV. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada Waterbath
suhu 43
o
C (untuk TTB) dan 42
o
C (untuk RV)


Inkubasi media pengkayaan selektif sebagai berikut:
inkubasi RV medium selama 24 jam 2 jam pada suhu 42C 0,2C (Water bath);
Inkubasi TTB selama 24 jam 2 jampada suhu 43C 0,2C (Water bath);
inkubasi TTB dan SCB selama 24 jam 2 jam pada suhu 35C 1C (Inkubator).

C. Tahap Isolasi
Kocok tabung (dengan vortex) dan dengan mengggunakan jarum loop (3mm) gores
TTB yang diinkubasi ke dalam media HE, XLD dan BSA. Siapkan BSA sehari sebelum
digunakan dan simpan di tempat gelap pada suhu ruang. Gores ke dalam media yang
sama dari RV Broth atau SCB. Inkubasi cawan BSA, HE dan XLD selama 24 jam pada
suhu 35C 1C. Amati kemungkinan adanya koloni Salmonella.



D. Pengamatan morfologi Salmonella
Ambil 2 atau lebih koloni Salmonella dari masing-masing media Agar selektif setelah 24
jam 2 jam inkubasi. Koloni-koloni Salmonella yang khas (typical) adalah sebagai berikut:
Pada Hectoen Enteri (HE) Agar. Koloni hijau kebiruan sampai biru dengan atau
tanpa inti hitam. Umumnya kultur Salmonella membentuk koloni besar, inti hitam
mengkilat atau hampir seluruh koloni terlihat berwarna hitam.
Pada XLD Agar. Koloni merah jambu (pink) dengan atau tanpa inti hitam.
Umumnya kultur Salmonella membentuk koloni besar, inti hitam mengkilat atau
hampir seluruh koloni terlihat berwarna hitam.
Pada Bismuth Sulphite Agar (BSA). Koloni coklat, abu-abu atau hitam; kadang-
kadang metalik. Biasanya media di sekitar koloni pada awalnya berwarna coklat,
kemudian berubah menjadi hitam (halo effect) dengan makin lamanya waktu
inkubasi.

Koloni positif pada media selektif
HE (atas), BSA (kiri), dan XLD (kanan)

Koloni negatif pada media selektif
HE (atas), BSA (kiri), dan XLD (kanan)



Media TSI (merah) dan LIA (ungu) sebelum diinkubasi

LIA dan TSI positif setelah diinkubasi

Ambil secara hati-hati bagian tengah koloni dengan menggunakan jarum
inokulasi steril dan goreskan ke permukaan media TSI agar dengan cara
menggores agar miring dan menusuk agar tegak. Tanpa mengambil koloni baru,
gunakan jarum yang sama untuk menggores media LIA dengan cara menusuk
agar tegak lebih dahulu, setelah itu goreskan pada agar miring.
Inkubasi TSI dan LIA selama 24 jam 2 jam pada suhu 35C 1C dengan
membiarkan tutup sedikit kendur untuk mencegah terbentuknya H2S yang
berlebihan. Pada TSI, kultur Salmonella yang khas memberikan reaksi alkalin
(merah) pada goresan agar miring dan asam (kuning) pada tusukan agar tegak,
dengan atau tanpa H2S (warna kehitaman pada agar). Pada LIA, kultur
Salmonella yang khas memberikan reaksi alkaline (ungu) pada keseluruhan
tabung. Reaksi yang benar-benar kuning pada tusukan dinyatakan sebagai kultur
negatif. Jangan hanya melihat diskolorisasi pada tusukan untuk menyatakan
kultur negatif. Umumnya kultur Salmonella membentuk H2S pada LIA. Beberapa
kultur non Salmonella membentuk reaksi merah bata pada agar miring LIA.
Reaksi TSI dan LIA dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini:
Tabel 1. Reaksi biokimia Salmonella pada TSI dan LIA

Media Agar Miring
(goresan)
Agar Tegak
(tusukan)
Gas H
2
S
TSI Alkalin / K
(merah)
Asam / A
(kuning)
+ /- + /-
LIA Alkalin / K
(ungu)
Alkalin / K
(ungu)
+/- +

E. Identifikasi Salmonella
Uji Urease
Pindahkan 1 ose penuh dari TSI Agar miring ke dalam Urea Broth. Inkubasikan selama
24 jam 2 jam pada suhu 35C 1C.

Reaksi positif Salmonella: Urease(-), Indol (-), Dulcito (+),
Lactose (-), Sukrose (-) dan Citrat (SCA) positif

Uji Biokimia
a. Purple Broth base dengan 0,5% Dulcitol
Pindahkan 1 ose dari TSI ke dalam media dulcitol Broth. Kendurkan tutupnya dan
inkubasi selama 48 jam 2 jam pada suhu 35C 1C, tetapi amati setelah 24 jam.
Pada umumnya Salmonella memberikan hasil positif, ditandai dengan pembentukan
gas dalam tabung durham dan pH asam (kuning) pada media. Reaksi negatif ditandai
dengan tidak terbentuknya gas pada tabung durham dan warna ungu (bromocresol
purple sebagai indikator) pada seluruh media.

b. Tryptone Broth (TB)

Pindahkan 1 ose dari TSI ke dalam media Tryptone Broth. Inkubasi selama 24 jam
pada suhu 35C 1C dan selanjutnya ikuti prosedur di bawah ini:

Potasium Cyanida (KCN) Broth
Pindahkan 1 ose dari TB 24 jam kedalam media KCN Broth. Tutup tabung rapat-rapat
dan lapisi dengan kertas parafilm. Inkubasikan selama 48 jam 2 jam pada suhu 35C
1C tetapi amati setelah 24 jam. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya
pertumbuhan (ditandai dengan adanya kekeruhan). Umumnya Salmonella tidak tumbuh
pada media ini yang ditandai dengan tidak terjadinya kekeruhan.

Malonate Broth
Pindahkan 1 ose dari TB 24 jam kedalam media Malonate Broth. Inkubasikan selama
48 jam 2 jam pada suhu 35C 1C, tetapi amati setelah 24 jam. Kadang-kadang
tabung Malonate Broth yang tidak diinokulasi berubah menjadi biru. Oleh karena itu
gunakan Malonate Broth sebagai kontrol. Reaksi positif ditandai dengan perubahan
warna menjadi biru. Umumnya Salmonella memberikan reaksi negatif (hijau atau tidak
ada perubahan warna) pada Broth ini.
Uji Indol
Pindahkan 5 ml TB 24 jam kedalam tabung kosong dan tambahkan 0,2 ml 0,3 ml
Reagent kovacs. Amati segera setelah penambahan Reagen. Reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya cincin merah pada permukaan media. Umumnya Salmonella
memberikan reaksi negatif (tidak terbentuk cincin merah pada permukaan media).

Indol negatif (kiri) dan Indol positif (kanan)
reaksi Salmonella: Indol negatif


Reaksi positif Salmonella: KCN negatif dan Malonate negatif

Uji Serologi Polyvalent Somatic (O)
Ambil 1 ose kultur dari TSI (dari butir 8.3f) yang telah diinkubasikan selama 24 jam 48
jam dan letakkan diatas gelas preparat, kemudian tetesi dengan larutan saline 0,85%
steril dan emulsikan. Letakkan 1 tetes Salmonella Polyvalent Somatic (O) Antiserum
disamping suspensi koloni. Campurkan koloni Antiserum sedikit demi sedikit dengan
suspensi koloni sampai tercampur sempurna. Lakukan kontrol dengan menggunakan
larutan saline dan Antiserum. Miringkan campuran tersebut ke kiri dan ke kanan, dan
amati segera pada latarbelakang yang gelap. Amati hasil uji sebagai berikut:
Positif apabila terjadi penggumpalan pada larutan kultur dan tidak terjadi
penggumpalan pada larutan kontrol.
Negatif apabila tidak terjadi penggumpalan baik pada larutan kultur maupun larutan
kontrol.

Uji Biokimia Tambahan
Lakukan uji biokimia tambahan jika pada biakan tidak dapat diklasifikasikan sebagai
Salmonella sp.

a. Purple Lactose Broth
Pindahkan 1 ose dari TSI Agar miring yang telah diinkubasi selama 24 jam 48 jam
kedalam phenol red lactose atau purple Lactose Broth. Inkubasi selama 48 jam 2 jam
pada suhu 35C 1C, tetapi amati setelah 24 jam.
Positif, apabila terjadi pembentukan asam (kuning) dan gas pada tabung durham.
Apabila hanya terjadi pembentukan asam, maka dapat dinyatakan positif. Umumnya
Salmonella memberikan hasil negatif ditunjukkan dengan tidak terbentuknya gas pada
tabung durham dan warna merah (phenol red sebagai indikator) atau ungu (bromcresol
purple sebagai indikator) pada seluruh media.

b. Purple Sucrose Broth
Pindahkan 1 ose dari TSI Agar miring yang telah diinkubasi selama 24 jam 48 jam
kedalam Phenol red sucrose atau purple sucrose Broth. Inkubasi selama 48 jam 2
jam pada suhu 35C 1C, tetapi amati setelah 24 jam.
Positif, apabila terjadi pembentukan asam (kuning) dan gas pada tabung durham.
Apabila hanya terjadi pembentukan asam, maka dapat dinyatakan positif. Umumnya
Salmonella memberikan hasil negatif, ditunjukkan dengan tidak terbentuknya gas pada
tabung durham dan warna merah (phenol red sebagai indikator) atau ungu (bromcresol
purple sebagai indikator) pada seluruh media.
C. Medium MR-VP
Pindahkan 1 ose dari TSI Agar miring ke dalam media MR-VP Broth dan inkubasikan
selama 48 jam 2 jam pada suhu 35C 1C.
Lakukan Uji VP
Pindahkan 1 ml MR-VP Broth yang telah diinkubasi selama 48 jam 2 jam pada suhu
35C 1C ke dalam tabung reaksi steril dan inkubasikan kembali MR-VP Broth selama
48 jam 2 jam pada suhu 35C 1C untuk pengujian Methyl Red. Tambahkan 0,6 ml
Alpha Alphanaphtol dan kocok. Tambahkan 0,2 ml larutan 40% KOH dan kocok
kembali. Untuk mempercepat reaksi tambahkan sedikit Kristal kreatin, dan amati
hasilnya setelah 4 jam. Perubahan warna menjadi merah muda eosin sampai merah
mirah delima (ruby) pada media menunjukkan reaksi positif.Umumnya Salmonella
memberikan reaksi VP negatif.
Lakukan Uji MR
Tambahkan 5 tetes - 6 tetes indikator Methyl Red kedalam media MR - VP yang telah
diinkubasi selama 96 jam. Amati hasilnya dengan segera. Umumnya Salmonella
memberikan reaksi positif, ditandai dengan terjadinya difusi warna merah pada media.
Terjadinya warna kuning menunjukkan reaksi negatif.


VP negatif (kiri) dan VP positif (kanan)
Reaksi positif Salmonella: VP negatif

MR negatif (kiri) dan MR positif (kanan)
Reaksi positif Salmonella: MR positif
d. Simmon Citrat Agar
Pindahkan 1 ose dari TSI Agar miring kedalam media Simmon Citrate Agar miring
dengan cara menggores agar miring dan menusuk agar tegak. Inkubasikan selama 96
jam 2 jam pada suhu 35C 1C.
Positif, apabila terjadi pertumbuhan yang biasanya diikuti dengan perubahan warnadari
hijau menjadi biru. Umumnya Salmonella memberikan hasil citrate positif.
Negatif, apabila tidak ada atau sedikit sekali pertumbuhan dan tidak terjadi perubahan
warna.


Tabel 2. Reaksi Biokimia Salmonella
No. Pengujian
Hasil Reaksi Reaksi
Salmonella sp Positif Negatif
1

Glukosa (TSI)

Tusukan kuning Tusukan merah Positif
2
Lysine
Decarboxylase
(LIA)
Tusukan ungu Tusukan ungu Positif
3

H2S (TSI dan LIA)

Hitam Tidak hitam Positif
4 Urease
Warna ungu
sampai merah
Tidak ada
perubahan warna
Negatif
5
Lysine
Decarboxylase
Broth (LDB)
Warna ungu Warna kuning Positif
6 Dulcitol Broth
Warna kuning
atau ada gas
Tidak ada
perubahan warna
dan gas
Positif
b

7
KCN Broyh

Pertumbuhan
Tidak ada
pertumbuhan
Negatif
8 Malonate Broth Warna biru
Tidak ada
perubahan warna
Negatif
C

9 Uji Indol
Warna violet
pada
permukaan
Warna kuning pada
permukaan
Negatif
10
Uji Serologi
Polyvalent
Flagellar (H)
Penggumpalan
Tidak ada
penggumpalan
Positif
11
Uji Serologi
Polyvalent Somatic
(O)
Penggumpalan
Tidak ada
penggumpalan
Positif
12 Lactose Broth
Warna kuning
atau ada gas
Tidak ada
perubahan warna
dan gas
Negatif
C

13 Sucrose Broth
Warna kuning
atau ada gas
Tidak ada
perubahan warna
dan gas
Negatif
14
Uji Voges
Proskauer (VP)
Merah muda
sampai merah
Tidak ada
perubahan warna
Negatif
15
Uji Methyl Red
(MR)
Warna merah
menyebar
Warna kuning
menyebar
Positif
16 Simmons Citrate
Ada
pertumbuhan,
warna biru
Tidak ada
pertumbuhan dan
perubahan warna
Variabel
Catatan:
a
, 90% atau lebih positif dalam 1 atau 2 hari;
, 90% atau lebih negatif dalam 1 atau 2 hari;
v, variabel
b
Mayoritas dari kultur Salmonella arizonae: Negatif
C
Mayoritas dari kultur Salmonella arizonae: Positif
Tabel 3. Kriteria untuk kultur non Salmonella


No.

Pengujian Hasil (non Salmonella)
1

Urease Positif (warna ungu sampai merah)
2
Uji Indol dan
Polyvalent Flagellar (H)
Positif (warna merah pada permukaan
Negatif (tidak ada penggumpalan)
3
LDB dan
KCN
Negatif (warna kuning)
Positif (ada pertumbuhan)

4
Lactose Broth Positif (warna kuning ada gas)
a,b


5
Sucrose Broth Positif (warna kuning ada gas)
b

6
Uji VP
Uji MR
Positif (merah muda sampai merah)
Negatif (warna kuning menyebar)
Dengan:
a
Uji Malonate Broth positif lebih lanjut untuk menentukan jika biakan tersebut
Salmonella arizonae.
Lakukan uji Malonate Broth untuk menentukan adanya Salmonella arizonae
b
Jangan membuang kultur Broth yang positif jika LIA menunjukkan reaksi Salmonella
yang khas; lakukan pengujian lebih lanjut untuk menentukan adanya bakteri
Salmonella.

MEDIA Bag 3 (Bakteriologi)
Minggu, Maret 27, 2011 Mimin 1 comment
Media Identifikasi

Media identifikasi adalah perbenihan yang digunakan untuk
menentukan jenis bakteri. Biasanya digunakan beberapa media
bersama-sama.
1.Gula-gula.

Urutan :
-Tutup, kapas putih kuning: Glukosa
-Tutup, kapas putih ungu: Laktosa
-Tutup,kapas putih hijau : Manitol
-Tutup,kapas putih merah :Maltosa
-Tutup,Kapas putih biru :Sakarosa.
Positif memfermentasikan gula-gula :warna merah larutan berubah
menjadi kuning.
Ada tidaknya gas pada tabung durham glukosa juga harus dilihat.

Gambar : +(gas), +,+, +, +
2.Sulfur Indol Motility (SIM)

-Sulfur H2S + : Bakteri dalam mediaberwarna hitam.
Contoh : Salmonella

Gambar : H2S dan indol positif
-Indol positif : Bila ditambah Larutan kovak/indol akan muncul warna
merah.
Contoh bakteri : E. coli
Gambar : Motility dan indol positif
(pertumbuhan Bakteri menyebar)
3.Simon Citrat (SC)
Kegunaan :
Untuk identifikasi mikroorganisme (terutama entrobacteriaceae dan
jenis fungi tertentu) berdasarkan kemampuan nya memetabolisme
citrate, sebagai sumber karbohidrat.
Prinsip kerja:
Metabolisme citrate menyebabkan alkalinitas dari medium,yang
diindikasikan dengan perubahan warna media dari PH indikator
bromothymol blue menjadi biru tua.
Kandungan :
Ammonium dihidrogen phospat, dipotasium hydrogen phospat,
NaCl, Bromothimol blue, agar.
Hasil positif : Warna media berubah menjadi biru tua.
Cara pembuatan:
Larutkan SC bubuk 22.5 g/L,autoclave 15 menit pada suhu 121
0
C,masukan ketabung miringkan sampai mengeras. PH 6.6 0.2
pada suhu 25
0
C.
Positif (+) :
Jika setelah ditumbuhi bakteri (24 jam suhu 37
0
C) warna media
yang hijau berubah menjadi biru.
Contoh :
Bakteri E coli (-), Pseudomonas aerogenosa (+)
Gambar SC (+) .
4.TSIA
Untuk identifikasi enterobactericeae.
PRINSIP:
Penurunan gula dan diiringi produksi asam dideteksi dengan PH
indikator phenol red, yang merubah warna dari merah-orange
menjadi kuning,pada alkalinitas berubah menjadi merah pekat.
Thiosulfat direduksi oleh hydrogen sulfidaa oleh beberapa spesies,
hydrogen sulfide bereaksi dengan iron salt membentuk besi sulfide
hitam.
Kandungan :
Pepton dari kasein, pepton daridaging, ekstrak yeast, ekstrak
daging, sodum clorida, sukrosa, glukosa, ammonium iron(III)
citrate,sodium thiosulfat, phenol red, agar-agar.
Pembuatan :
Larutkan TSIA bubuk 65 g/L aquades, pindahkan ke dalam tabung
reaksi, autoclaf 25 menit pada suhu 121
0
C,miringkan media
sampai mengeras.
PH 7.4 0.2 pada suhu 25
0
C
5.Nitrat Agar

Gambar : Nitrat Agar.
Hasil positif (+) : jika setelah ditumbuhi bakteri (24 jam suhu 37
0
C)
di genangi reagen reagen nitri I (2tts) dan regen nitrit II (2tts) akan
timbul warna merah-hitam.
*Tutup tabung : Merah biru

Gambar : Nitrat reduksi tes +
6. Urea
Untuk difrensiasi mikroorganisme yang dapat menurunkan/bereaksi
urea
Prinsip kerja:
Urea dihidrolisis menjadi karbon diokside dan ammoniak oleh enzim
urase. Ammonia yang dibentuk kemudian membuat media menjadi
alkali, reaksi ini dideteksi menggunakan indicator phenol red yang
mengubah warna kuning media menjadi ungu/merah.
Kandungan:
Pepton dari danging, glukosa, NaCl, Pottasium dihydrogen
phosphate, phenol red, agar-agar.
Pembuatan:
Larutkan urea bubuk 21 g/L akuades, autoclaf (15 menit 121
0
C),dinginkan sampai 45-55
0
C dan tambah 50 ml urea 40% dari
larutan urea 40% yang di saring dan disterilisasi. Diamkan dalam
keadaan miring sampai mengeras.
PH 6.8 0.2 pada suhu 25
0
C
Urea positif :
Klebiella, proteus, Enterobacter, Citobacter, .

Gambar : bakteri yang memfermentasiakan urea (urea +)
Positif :
Bila bakteri yang ditanam pada urea 24 jam inkubasi 37
0
C
membentuk warna ungu pada urea agar.
Contoh Bakteri yang urea + : Proteus, Morganella
* Tutup tabung : kapas ungu
7. Lysin Iron Agar (LIA).
Kegunaan :
Untuk deteksi bersama dari lycine decarboxilase (lCD) dan
hidrogensulfida indentifikasi dari bakteri citobacter, khususnya
salmonella dan Arizona.
Prinsip kerja :
Lysin di karboksilase oleh mikroorganisme member LCD positif
member amin cadaverin yang menyebabkan PH indicator
bromocresol ungu berubah warnanya menjadi violet. Karena
dekarboksilasi hanya terjadi pada media asam ( PH < 6.0 ),kultur
media harus diasamkan terlebih dahulu oleh fermentasi glukosa.
Oleh karena itu hanya dapat digunakan untuk difrensiasi
mikroorganisme yang dapat memfermentasi glukosa.
Mikroorganisme memfermentasi glukosa tapi LCD negative
,menyebabkan media berubah menjadi kuning. Perpanjangan
inkubasi alkalinitas dari permukaan media dapat terjadi perubahan
warna hasil menjadi violet. Produksi H2S menyebabkan
penghitaman media karena bentuk dari iron sulfide.
Pengecualian beberapa strain Proteus morganii,deaminase lysine
membentuk alfa ketokarbocilik acid, campuran ini berekasi dengan
iron salt dekat permukaan medium, dibawah pengaruh oksigen
berbentuk gabungan coklat kemerah-merahan.
Kandungan :
Pepton dari daging, ektrak yeast, glukosa (D+), Lysin
monohidroclorida, sodium thiosulfat, ammonium iron III citrate,
bromocrecol purple, agar-agar
Cara pembuatan:
Larutkan LIA bubuk 32g/L aquades, masukan kedalam tabung
raksi, autoclave 15 menit suhu121
0
C, miringkan hingga
mengeras,PH 6.7 0.2 pada suhu 25
0
C.

Gambar : LIA yang belum ditumbuhi bakteri
Positif (+) : Jika setelah ditumbuhi bakteri ( 24 jam inkubasi 37C)
warna agar bertambah ungu.
Negatif (-) : Jika setelah di tumbuhi bakteri ( 24 jam inkubasi 37 C )
agar berubah warna.
*Tutup tabung : merah

Gambar : LIA +

Gambar : LIA -
8.MIO agar

Gambar: MIO yang belum ditumbuhi bakteri
Positif : Sama seperti pada LIA, warna media jadi tambah pekat
*Tutup tabung : Kapas putih

Gambar : MIO ()
9.Arginin

Positif :Tidak berubah warna.
10.Phenil Alanin Agar (PAA)

Positif : Koloni bakteri pada PAA (sebelumnya inkubasi 24 jam) bila di tetesi FeCl3(Ferri
chloride 10% ) akan berwarna hijau-biru.

Gambar : PAA +
Contoh + :Proteus sp.
*tutup tabung : Putih hijau
11.Bile Aesculin agar (BE)

BE positif (+) : Jika setelah ditumbuhi bakteri ( 24 jam inkubasi 37
0
C) warna agar
menjadi berwarna hitam.
Contoh : S. fecalis.
*Tutup tabung : kapas biru hitam
Gambar : BE +
12.Nutrien gelatin

Kegunaan :
Menentukan perhitungan mikroba dari air atau deteksi mikroorganisme yang yang dapat
/menurunkan mengencerkan gelatin.
Prinsip kerja :
Mikroorganisme yang menurunkan gelatin menyebabkan pengenceran di sekitar koloni.
Kandungan :
Pepton dari daging, ekstrak daging, gelatin.
Cara pembuatan :
Larutkan secara sempurna gelatin bubuk 128 g/L, autoclave 10 menit 115
0
C,PH 7.4
0.2
Bakteri yang gelatinnya + : S. aureus ATCC 25923
S. marcescens ATCC 14756
P. aerugenosa ATTC 27853
B cereus ATCC 11778
13.Dnase Agar
Kegunaan : Untuk identifikasi mikroorganisme, khususnya Staphylococcus yang Dnase
+
Prinsip kerja :Koloni memproduksi Hidrolisa Dnase asam deoksiribonukleat isi dari
media ini berada di sekitar mereka. Kalau medium degenangi atau diasami dengan HCl
1N, DnA mengendap/kekeruhan dan zona terang terlihat disekitar koloni yang Dnase
positif
Kandungan :
Tryptose, NaCl,deoksi ribonukleat acid,agar.
Hasil positif (tersangka) :
Cara Kerja :
Cara pembuatan:
Larutkan 42 g/L aquades,autoclave 15 menit 121
0
C tuangkan ke plate.Ph 7.3 0.2
pada suhu 25 C
14.BCA (Bacillus Cereus Agar)
Kegunaan : identifikasi B. cerues
Positif : Jika setelah ditumbuhi bakteri ( 24 jam inkubasi 37C) warna media disekitar
koloni berubah menjadi biru.

Gambar : BCA +
15.Amilase
Bakteri Amilase nya + : Jika ditanam pada MH plate,setelah inkubasi 24 jam 37
0
C
digenangi lugol/gram B terdapat zona disekitar koloni.

Gambar: Amilase +
DOWNLOAD
Swab Test ditujukan untuk memeriksa permukaan dan menentukan konsentrasi tinggi residu
aktif yang tidak mudah terdeteksi oleh inspeksi visual. Swab test memiliki keunggulan,
yaitu kontaminan yang terdeteksi menandakan bahwa pembersihan kurang cukup, sehingga perlu
pembersihan ulang.

Swab artinya menyeka, merupakan suatu alat yang dapat dibuat dari sebatang lidi dan kapas
yang di puntal kayak cotton bud, tapi jangan pake cottton bud ya karena bisa leyot kalo kena
panas 121 C, jadi harus pake lidi kalo gak beli kit nya. Udah gitu tu swab di steril ya.

Medium yang digunakan untuk inokulasi adalah Lactose Broth. LB untuk perbanyakan
Salmonella dan bakteri coliform dari makanan, air susu, dan produk farmasi.

Ringkasan
LB sering digunakan sebagai media pra-pengayaan ketika pengujian makanan dan produk susu
untuk Salmonella spp. Dalam makanan kering atau diolah, spesies Salmonella dapat sublethally
terluka dan dalam jumlah yang rendah. Kehadiran lain bakteri serta komponen dari sampel
makanan dapat menghambat pertumbuhan dan pemulihan Salmonella. Pra-pengayaan
dalam media nonselektif seperti LB memungkinkan untuk perbaikan kerusakan sel,
mengencerkan zat beracun atau inhibisi, dan
memberikan keuntungan nutrisi Salmonella lebih dari bakteri lain.

LB secara luas digunakan dan termasuk banyak digunakan untuk prosedur pengujian makanan,
produk susu dan bahan lainnya. LB juga digunakan untuk mendeteksi organisme coliform dalam
air, produk susu, dan bahan lainnya.

Prinsip Kerja
Enzymatic Digest of Gelatin dan Ekstrak Daging Sapi menyediakan karbon dan sumber nitrogen
untuk pertumbuhan umum mikroorganisme. Laktosa merupakan sumber karbohidrat.
Fermentasi laktosa ditunjukkan oleh produksi gas.
Formula / Liter :
Intisari dari Gelatin enzimatik .............................................. ........ 5 g
Ekstrak Daging Sapi ....................................................................3 g
Laktosa ................................................. .....................................5 g
pH akhir : 6,9 0,2 pada 25 C

Cara kerja :
1. Larutkan 13 g menengah dalam satu liter air murni.
2. Aduk rata.
3. Bagikan ke tabung uji yang berisi tabung Durham.
4. Autoclave pada 121 C selama 15 menit.
Warna media di tabung reaksi : pucat terhadap cahaya kuning dan jelas dengan tidak untuk
cahaya endapan.
Inkubasi pada 35 2 C dan diperiksa untuk pertumbuhan setelah 1 - 2 hari inkubasi.

Hasil - Gas - Pertumbuhan
Enterococcus faecalis ATCC 19433 10 - 300 - Negatif - Baik
Escherichia coli ATCC 25922 10 - 300 - Positif - Baik
Klebsiella pneumoniae ATCC 13883 10 - 300 - Positif - Baik
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 10 - 300 - Miskin sampai Lumayan - Adil
Salmonella typhimurium ATCC 14028 10 - 300 - Negatif - Baik

Uji Prosedur
LB digunakan dalam tahap pra-pengayaan dari persiapan sampel makanan untuk isolasi
Salmonella spp.



1. Mentransfer g 25 atau 25 mL sampel bahan uji ke dalam wadah. Tambahkan 225 ml LB steril.
Campuran yang diperlukan untuk membuat suspensi homogen.Inkubasi pada 35 C selama 24
jam.
2. Transfer 1 mL suspensi untuk kaldu pengayaan yang sesuai, seperti Cairan Tetrathionate dan
Selenite sistin (SC). Inkubasi pada 35 C selama 24 jam.
3. Transfer loopful suspensi untuk tepat media agar-agar selektif, seperti Agar Hektoen enterik,
Agar XLD dan Bismut Agar sulfit. Inkubasi pada 35 C selama 24 jam.
Hasil
Pra-pengayaan, pengayaan selektif dan plating selektif meningkatkan
kemungkinan mengisolasi Salmonella dari makanan dan bahan lainnya.

Keterbatasan Prosedur
Karena variasi nutrisi, beberapa strain mungkin ditemui yang tumbuh buruk atau gagal
untuk tumbuh pada media ini.

BTW data di atas itu gak untuk uji swab yang untuk alat produksi y, sebentar sebentar gini loh,
kan lidi berkapas itu udah steril, kemudian secara aseptis lidi ajaib tersebut kita usapkan di
permukaan mesin sampe semua kapas kena permukaan mesin. Kemudian diamankan untuk
inokulasi di lactose broth. Kemudian inokulasikan lidi ajaib tersebut di dalam tabung reaksi
berisi lidi ajaib dan LB + durham tersebut, inkubasi 48 jam 37 C. Tabung yang positif gas
kemudian dipisah dari yang negatif, selanjutnya tanam di medium cair BGLB (Brilliant Green
Bile Broth).

Brilliant Green Bile Broth 2 % (BGLB) digunakan untuk mendeteksi bakteri coliform dalam air,
makanan, dan produk susu.

Ringkasan
Kelompok bakteri koliform termasuk fakultatif anaerob dan aerob, Gram-negatif, non-
sporeforming basil yang memfermentasi laktosa dan membentuk asam dan gas pada 35 C
dalam 48 jam. Anggota Enterobacteriacae yang mayoritas terdiri dari kelompok ini, tetapi
organisme seperti Aeromonas spp. juga dapat dimasukkan. Prosedur untuk mendeteksi dan
mengkonfirmasi koliform digunakan dalam pengujian air, makanan, produk susu dan lainnya
materials.BGLB 2% digunakan untuk mengkonfirmasi hasil tes positif dugaan hasil dari Lactose
Broth.

Prinsip Prosedur
Enzymatic Digest of Gelatin adalah sumber karbon dan nitrogen, digunakan untuk kebutuhan
pertumbuhan umum bakteri di BGLB 2%. Hijau Oxbile dan Brilliant menghambat bakteri
Gram-positif dan banyak bakteri Gram-negatif, selain coliform. Laktosa merupakan sumber
karbohidrat. Bakteri yang memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas terdeteksi.

Formula / Liter :
Intisari dari Gelatin enzimatik .............................................. ...... 10 g
Laktosa ................................................. .................................. 10 g
Oxbile ................................................. ..................................... 20 g
Brilliant Hijau ................................................ ..................... 0,0133 g
pH akhir : 7,2 0,2 pada 25 C

Cara kerja :
1. Larutkan 40 g menengah dalam satu liter air murni sampai merata.
2. Panas dengan agitasi untuk sepenuhnya melarutkan medium.
3. Bagikan ke tabung fermentasi.
4. Autoclave pada 121 C selama tidak lebih dari 15 menit.Untuk menghindari jebakan
gelembung dalam tabung fermentasi, autoklaf memungkinkan untuk mendinginkan
setidaknya 75 C sebelum pembukaan.

Penampilan Dehidrasi (serbuk) : hijau-krem.
Penampilan steril (1X): media berwarna zamrud hijau
dan jelas dengan tidak mengendapkan cahaya.
Penampilan steril (2X): media berwarna hijau sangat
gelap dengan highlight cokelat dan jelas, dengan tidak
untuk mengendapkan cahaya
Inkubasi pada suhu atmosfer yang tepat dan sebuah diperiksa untuk pertumbuhan pada 18 - 48
jam.
Pertumbuhan - Gas
Klebsiella pneumoniae ATCC 13883 10-300 - Baik sampai yang sangat baik - Positif
Enterococcus faecalis ATCC 29212 ~ 1000 - Ditandai untuk menyelesaikan penghambatan -
Negatif
Escherichia coli ATCC 25922 10-300 - Baik sampai yang sangat baik - Positif
Staphylococcus aureus ATCC 25923 ~ 1000 - Ditandai untuk menyelesaikan penghambatan-
Negatif

Uji Prosedur
Lihat referensi yang sesuai untuk instruksi spesifik untuk bahan yang sedang diuji.
1. Subkultur dari spesimen dugaan koliform positif dalam Lactose Broth pada BGLB 2%.
2. Inkubasi pada 35 C selama 48 jam
3. Periksa untuk gelembung (gas) dalam tabung fermentasi.



Hasil
Positif: Gelembung (gas) dalam tabung fermentasi.
Negatif: Tidak ada gelembung (gas) dalam tabung fermentasi.

Batasan Prosedur
Karena kebutuhan gizi yang berbeda-beda, beberapa strain mungkin ditemui yang tumbuh buruk
atau gagal untuk tumbuh pada media ini.

Kemudian jika gas positif dilanjut uji penegasan lagi menggunakan medium Tergitol (TGT)
Agar secara goresan di petri.

Tergitol 7 (TGT) Agar digunakan untuk isolasi selektif bakteri koliform. Tergitol Agar adalah
selektif untuk Escherichia coli dan anggota kelompok koliform.

SEJARAH
Pada tahun 1946, Pollard menunjukkan aksi bakterisidal Tergitol 7 terhadap bakteri Gram-
positif. Penambahan Tergitol 7 ke media yang terdiri dari polypeptone dan ekstrak ragi
meningkaatkan semua bakteri coliform, dan menghambat Gram-negatif pembentuk spora dan
organisme Gram-positif. Para
ahli kemudian dikembangkan oleh Chapman, yang penghitungan bakteri koliform adalah sekitar
30%
lebih tinggi daripada yang dilakukan pada media selektif lainnya.Rumus tersebut kemudian
dimodifikasi oleh penulis yang Chapman dengan menambahkan TTC (triphenyltetrazolium
klorida), yang berguna untuk pengakuan cepat (dalam pengenalan dini dan identifikasi
Escherichia coli). Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes menghasilkan koloni kuning
dikelilingi oleh halo kuning, sementara bakteri Gram-negatif (termasuk Proteus dan
Pseudomonas) lainnya memberikan koloni merah gelap.

PRINSIP
- Tergitol 7 menghambat bakteri Gram-positif, batas invasi oleh Proteus dan pemulihan bakteri
koliform.
- Bakteri Coliform membentuk koloni yang kuning atau oranye di dalam lingkaran kuning. Hasil
halo dari
pengasaman laktosa bawah filter membran dengan adanya indikator
berwarna,bromthymol biru.
- Strain lainnya membentuk koloni yang warna merah adalah karena pengurangan TTC untuk
formazan larut.
- Bakteri yang tidak memfermentasi laktosa membentuk koloni yang dikelilingi oleh lingkaran
cahaya biru.
PERSIAPAN
- Suspend 51,1 g menengah dehidrasi (BK123) dalam 1 liter air suling atau deionisasi.
- Perlahan-lahan mendidih, aduk perlahan sampai pencampuran sempurna.
- Dispense 100 ml dalam botol.
- Sterilisasi dalam autoklaf pada 121 C selama 15 menit.

INSTRUKSI UNTUK PENGGUNAAN
- Dinginkan dan mempertahankan media pada 44-47 C.
- Secara aseptik tambahkan 1 mL tambahan TTC 12,5 mg yang dilarutkan per botol.
- Menghomogenkan secara menyeluruh.
- Tuang ke dalam cawan Petri steril (lapisan agar-agar harus 5 mm tebal).
- Biarkan membeku pada permukaan yang dingin.
- Lakukan inokulasi dengann teknik streak.
- Inkubasi pada 36 C selama24 jam

Enzymatic Digest of Casein and Enzymatic Digest of Animal Tissue merupakan sumber nitrogen
dan mineral
Tergitol 7 Agar. Ekstrak Ragi merupakan persediaan vitamin esensial. Laktosa adalah
karbohidrat yang difermentasi. Laktosa yang difermentasi ditandai oleh perubahan warna
indikator pH, Bromthymol Biru. Tergitol 7 (natrium sulfat heptadecyl) menghambat
pertumbuhan mikroorganisme Gram-positif, bakteri pembentuk spora Gram-negatif,dan dipenuhi
dari Proteus spp. Agar-agar agen yang memperkuat.
Ketika TTC ditambahkan dalam medium, TTC berfungsi sebagai indikator dari pertumbuhan
bakteri. TTC secara cepat mereduksi red formazan yang tidak larut oleh banyak mikroorganisme.
Mikroorganisme yang memfermentasi laktosa secara terus menyediakan warna kuning untuk
koloni sampai kuning kehijauan. Bakteri non fermentasi laktosa tampak merah karena serapan
dan pengurangan/reduksi TTC.

Formula / Liter :
Intisari dari Kasein enzimatik .............................................. ..... 2,5 g
Intisari dari Jaringan enzimatik Hewan ........................................2,5 g
Ekstrak Ragi ................................................ ............................. 3 g
Laktosa ................................................. .................................. 10 g
Tergitol 7 ................................................ ................................ 0,1 g
Bromthymol Biru ................................................ ................ 0,025 g
Agar ................................................. ....................................... 15 g
pH akhir : 6,9 0,2 pada 25 C

Cara kerja :
1. Campur 33 g menengah dalam satu liter air murni.
2. Panasi dengan agitasi dan mendidihkan selama satu menit untuk benar-benar melarutkan
medium.
3. Autoclave pada 121 C selama 15 menit.

Inkubasi pada 35 C dan diperiksa untuk pertumbuhan setelah 18 - 24 jam.

Pertumbuhan - Warna koloni TANPA TTC - Warna koloni DENGAN TTC
Enterobacter aerogenes ATCC13048 (10 - 300) - koloni kuning - koloni merah
Enterococcus faecalis ATCC29212 103 - koloni kuning kehijauan - dihambat
Escherichia coli ATCC 25922 10 - 300 - koloni kuning - pusat
koloni oranye
Pseudomonas aeruginosa ATCC27853 10 - 300 - dihambat
Salmonella typhimurium ATCC 14028 10 - 300 - koloni biru - koloni biru
Staphylococcus aureus ATCC 25923 103 - dihambat


Uji Prosedur
Dengan tidak adanya TTC, E. coli menghasilkan koloni kuning dengan lingkaran cahaya
kuning; coliform lain menghasilkan koloni warna kuning sampai kuning-hijau. Bakteri non-
fermentor menghasilkan koloni biru. Dengan menambahkan TTC, E. coli menghasilkan
koloni kuning, coliform lain menghasilkan koloni kuning-hijau, sementara non-fermentor
menghasilkan koloni merah.


Keterbatasan Prosedur
1. Beberapa strain mungkin ditemui yang tumbuh buruk atau gagal untuk tumbuh pada media ini.
2. Tuangan piring tidak memberikan hasil yang memuaskan.
3. Biarkan petri mengering dengan tutup sedikit terbuka selama 1 - 2 jam.
4. Pengurangan TTC adalah reaksi ireversibel yang menghasilkan senyawa formazan larut.


PENGENDALIAN KUALITAS
- Warna serbuk : beige menjadi bubuk kehijauan
- Warna medium : biru-hijau agar-agar.

Koloni yang disangka kemudian di tanam di media triple sugar iron agar (TSI), SIM (Sulfite
Indole Motility), dan SC (Simmons Citrate).


TSI adalah medium diferensial yangmengandung laktosa, sukrosa, sejumlah
kecil glukosa (dekstrosa), sulfat besi, dan indikator pH merah fenol. Hal ini
digunakan untuk membedakan enterics berdasarkan kemampuan untuk
mengurangi karbohidrat dan fermentasi sulfur.
Seperti dengan cairan fermentasi fenol merah, jika organisme
dapat memfermentasi salah satu dari tiga gula yang hadir
dalam medium, medium akan berubah kuning. Jika suatu organisme hanya
dapat memfermentasi dekstrosa, jumlah kecil dekstrosa dalam medium yang
digunakan oleh organisme dalam sepuluh jam pertama inkubasi. Setelah
itu, reaksi yang menghasilkan asam beralih di bidang aerobik miring, dan menengah
didaerah tersebut berubah warna menjadi merah, menunjukkankondisi
basa. Daerah anaerobik miring, seperti pantat, tidak akan kembali ke
keadaan alkali, dan mereka akan tetap kuning.Hal ini terjadi dengan Salmonella
dan Shigella.
CATATAN:
SIM menengah harus dibaca setelah inkubasi hanya 24 jam karena waktu
inkubasi yang lebih lama dapat menyebabkannegatif
palsu. Fermentor kuat seperti Escherichia coli dan Entrobacter cloacae akan
memfermentasi semua gula yang tersedia dan kemudian mulai menggunakan asam
amino. Ini akan menghasilkan kelompok amina dan menyebabkan medium untuk
mengubah alkali.
Jika organisme dapat mengurangi belerang, gas hidrogensulfida yang dihasilkan akan
bereaksi dengan besi untuk membentuk besi sulfida, yang muncul
sebagai endapan hitam.Jika endapan terbentuk, dapat masker setiap asam
/ alkalihasil. Pengurangan sulfur memerlukan lingkungan yang asam,sehingga
jika endapan hitam hadir, fermentasi beberapaterjadi. Jika gagang miring ini dikaburkan
oleh endapan, lihat di bagian atas miring untuk menentukan
apakah organismefermentasi dekstrosa bisa saja (merah), atau jika
dapatmemfermentasi laktosa baik dan / atau sukrosa (kuning).
Jika fermentasi menghasilkan gas, Anda mungkin melihat celahdalam medium,
atau seluruh kemiringan dapat dinaikkan di atas bagian bawah tabung tes.



Enterobacter cloacaeexhibits
fermenation of glucose and gas
production but no sulfur
reduction.

This would be read K/A,G.
Staphylococcus aureusexhibits
acidic fermentation.
This would be read A/A.
Salmonella
typhimuriumferments glucose &
reduces sulfur.



Would be read K/A, H2S.

Micrococcus luteus uses the
amino acids and does not grow
in the butt of the slant.

This would be read K/NC.
Bacillus megateriumfermented
sugars but didn't grow in the
anaerobic area of the butt.

This would be read A/NC.
Enterobacter
aerogenesfermented the sugars
but turned to the amino acids.

This would be read as K/A.


Results (slant/butt) Symbol Interpretation
Red/yellow K/A
Glucose fermentation only; Peptone
catabolized
Yellow/yellow A/A
Glucose and lactose and/or sucrose
fermentation
Red/red K/K No fermentation; Peptone catabolized
Red/no color change K/NC No fermentation; Peptone used aerobically
Yellow/yellow with bubbles A/A,G
Glucose and lactose and/or sucrose
fermentation; Gas produced
Red/yellow with bubbles K/A,G Glucose fermentation only; Gas produced
Red/yellow with bubbles and
black precipitate
K/A,G, H2S
Glucose fermentation only; Gas produced;
H2S produced
Red/yellow with black precipitate K/A, H2S Glucose fermentation only; H2S produced
Yellow/yellow with black
precipitate
A/A, H2S
Glucose and lactose and/or sucrose
fermentation; H2S produced
No change/no change NC/NC No fermentation

A=acid production; K=alkaline reaction; G=gas production; H2S=sulfur reduction






Intinya E.coli tuh kalo
TSIA : lerengnya kuning ato merah, dasarnya kuning, terbentuk gas
SIM : sulfida bisa +/- udah gitu indol juga bisa +/-, udah gitu bisa motil ato g
SC selalu +

PENDAHULUAN
Dalam mikrobiologi dipelajari berbagai mikroorganisme, hubungan antara seksamanya dan juga
kelompok organismelainya, guna pengendalian peranan dan kesehatan serta kesejahteraan
manusia dan hewan. Pada dasarnya mikrooranisme sangat berhubungan dengan kesehatan yaitu
penyebab penyakit. Berbagai penyakit yang disbabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, dan
jamur.
Samonellosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella yang dapat menginfeksi
hewan dan manusia dengan tanda-tanda septikemia gastro enteritis dan diare. Hewan sehat dapat
bertindak sebagai pembawa bakteri. Salmonella Sp. yang menjadi sumber penularan bagi hewan
lain terutama pada saat kondisi badannya lemah.
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada hewan dan manusia.
Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia dan hewan disebut mikosis, yaitu mikosis
superficial dan mikosis sistemik. Mikosis superfisial merupakan mikosis yang menyerang kulit,
kuku dan rambut terutama. Sedangkan mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang
alat-alat dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus dan
vagina (Aanonimus,2009).
Mycetoma adalah penyakit yang disebabkan oleh Streptomyces sp dengan gejala klinik Lesi
bengkak dan lokal di lokasi trauma. Ada beberapa abses, sinus pengeringan, dan nanah dengan
butiran . Jamur Streptomyces juga berperan penting dalam kesehatan dan industri karena
Streptomyces mensintesis antibiotik. Lebih dari 50 antibiotik diisolasi dari spesies Streptomyces
(Anonimus, 2010).
KASUS I .
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI

Sampel : Swab Tenggorokan Ayam
1. A. Anamnesa
Nama pemilik : Andi
Jenis hewan : Ayam broiler
Umur : 28 hari
Kelamin : Betina
Alamat Pasien : Pasar Lamnyong
Lamanya menderita sakit : 5 hari
Status Gizi : Kurang baik
1. B. Diagnosa Laboratorium
Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara melakukan swab pada tenggorokan ayam dengan
menggunakan lidi kapas steril, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi Nutrient
Broth (NB), lidi kapas steril sedikit dipatahkan untuk menghindari kontaminasi dan
dihomogenkan. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam termos yang berisi es lalu dibawa ke
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Setelah
sampai di Laboratorium Mikrobiologi, dari sampel tersebut dilakukan pewarnaan sederhana
untuk melihat ada atau tidaknya bakteri yang terdapat pada sampel tersebut. Setelah dilakukan
pewarnaan sederhana, kemudian sampel diinkubasikan ke dalam inkubator pada suhu 37
0
C
selama 18-24 jam.
1. C. METODE / UJI/ TEST YANG DILAKUKAN
1) Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada tidaknya bakteri. Prosedur pewarnaan
sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan juga untuk melihat
bentuk, ukuran dan pemetaan mikroorganisme. Pada uji ini hanya digunakan 1 macam zat warna
untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Pada umumnya
pewarnaan ini menggunakan zat warna seperti Crystal Violet, Methylen Blue, Safranin (Fuchsin)
dan Malachit Green.
Cara Kerja:
Buat sediaan
a) Bersihkan kaca object dengan sepotong kapas yang dibasahi dengan alkohol 70 %.
b) Diambil satu tetes NaCl fisiologis, teteskan di atas object glass.
c) Homogenkan tabung yang berisi suspensi bakteri, kemudian dengan menggunakan ose
steril diambil supensi bakteri dan diteteskan ke atas object glass yang telah ditetesi NaCl
fisiologis.
d) Ratakan suspensi bakteri dengan NaCl fisiologis.
e) Fiksasi di atas api bunsen.
1. Pewarnaan sederhana
a) Genangi dengan salah satu zat warna (methilen blue, air fuchsin, safranin) selama 1-2
menit.
b) Buang sisa zat warna, cuci dengan air mengalir,sampai zat warna hilang.
c) Keringkan di udaraAmati di bawah mikroskop dengan, pembesaran 1000x.
2) Penanaman Bakteri Pada Media NA (Nutrient Agar)
Media ini berfungsi untuk mendapatkan koloni yang terpisah dari biakan bakteri dan untuk
melihat morfologi kolon dari bakteri.
Cara Kerja:
1. Ose dipanaskan di api bunsen lalu didinginkan sejenak.
2. Dengan menggunakan ose diambil suspensi kuman dari biakan NB, kemudian digoreskan
pada media NA dengan menggunakan metode gores (dilakukan di dekat nyala api
bunsen).
3. Diinkubasikan pada suhu 37
0
C dalam inkubator selama 18-24 jam.
4. Diamati morfologi koloni yang terbentuk.
3) Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan differensial yang sangat berguna dan merupakan tahap
penting dalam mengidentifikasi bakteri. Pewarnaan ini memisahkan bakteri menjadi kelompok
Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif akan terlihat berwarna ungu dan bakteri
Gram negatif berwarna merah.
Cara Kerja:
1) Buat Sediaan
1. Bersihkan kaca object dengan sepotong kapas yang dibasahi dengan Alkohol 70 %.
2. Diambil satu tetes NaCl fisiologis, teteskan di atas object glass
3. Diambil sebahagian koloni bakteri yang terpisah dari media NA dengan menggunakan
ose yang steril yang telah didinginkan terlebih dahulu, dan letakkan di atas object glass.
4. Ratakan koloni dengan NaCl fisiologis.
5. Fiksasi diatas.
2) Pewarnaan Gram
1. Genangi sedian dengan Gentian Violet pada object glass dan biarkan selam 3-5 menit.
2. Cuci dengan air mengalir.
3. Genangi sedian dengan larutan lugol selama 1 menit.
4. Cuci dengan air mengalir.
5. Lunturkan dengan Alkohol 96 % selama 10 detik sampai zat warna hilang.
6. Cuci dengan air mengalir.
7. Genangi sediaan dengan larutan safranin selama satu menit.
8. Cuci dengan air mengalir.
9. Keringkan sediaan di udara atau tekan perlahan-lahan dengan kertas saring.
10. Tetesi sediaan dengan minyak emersi lalu amati di bawah mikroskop dengan pembesaran
1000x
4) Penanaman Pada Media Mc. Conkey
Cara kerja :
1. Sediakan plate agar Mc. Conkey
2. Ambil ose, lalu disterilkan di atas nyala api bunsen sampai berpijar dengan sudut 45
0
C.
3. Dengan menggunakan ose yang sudah steril, diambil sebagian bakteri dari NA, kemudian
digoreskan pada media NA dengan menggunakan metode gores (dilakukan di dekat nyala
api bunsen).
4. Diinkubasikan media Mc. Concey ke dalam inkubator pada suhu 37
0
C selama 18-24 jam.
5) Penanaman Pada NA Miring
Subkultur untuk mendapatkan biakan murni dapat dilakukan pada agar miring.
Cara Kerja:
1. Dengan menggunakan ose steril sentuhkan mata ose yang steril tersebut pada sebagian
dari koloni yang terpisah dari koloni yang sama yang terdapat pada media agar.
2. Penanaman pada agar miring dilakukan dengan membuat goresan yang berkelok-kelok
pada permukaan agar miring.
3. Kemudian inkubasikan ke dalam inkubator pada suhu 37
0
C selama 18-24 jam.
6) Penanaman pada media BGA (Brilian green Agar)
Cara kerja :
1. Sediakan plate agar BGA
2. Ambil ose, sterilkan dengan cara panaskan mata ose di atas nyala api bunsen sampai
berpijar dengan sudut 45
0
C.
3. Dengan menggunakan mata ose yang terlebih dahulu didinginkan, diambil biakan bakteri
dari NA miring yang telah diinkubasikan pada suhu 37
0
C selama 18-24 jam.
4. Amati tumbuh tidaknya koloni bakteri.
7) Uji Biokimia
1. a. Simmons Citrat Agar
a) Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan dari NA miring, lalu ditanam pada
media Simmons citrat dengan cara digores secara zig zag pada permukaannya.
b) Diinkubasikan pada suhu 37
0
C selama 24 jam.
1. b. TSIA (Triple Sugar I ron Agar)
a) Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan dari NA miring, lalu ditanam pada media
TSIA dengan cara menusuk ose sampai sepertiga dasar tabung. Kemudian diangkat dan digores
secara zig zag pada permukaannya.
b) Diinkubasikan pada suhu 37
0
C selama 24 jam.
1. c. Indol
a) Dengan menggunakan ose steril, diambil sebagian koloni dari NA miring lalu
diinokulasikan pada media indol dengan cara diaduk, kemudian diinkubasikan pada suhu suhu
37
0
C selama 24 jam.
b) Pada media indol ditambahkan 1-2 tetes reagen kovacs.
1. d. SIM (Sulfid I ndol Mortility)
a) Dengan menggunakan ose steril, diambil koloni dari biakan Mc. Conkey agar, kemudian
ditanam pada media SIM dengan cara menusuk ose tegak lurus.
b) Inkubasikan pada suhu 37
0
C selama 24 jam.
1. e. Gula-gula (Glukosa, Sukrosa, Laktosa dan Mannitol)
a) Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan dari NA miring, kemudian ditanam pada
media Glukosa, Sukrosa, Laktosa dan Manitol dengan cara mengaduk dengan ose secara
perlahan-lahan dipermukaan tabung. Lalu dihomogenkan.
b) Diinkubasikan pada suhu 37
0
C selama 24 jam.
1. f. Uji Sensitifitas Terhadap Antibiotik
a) Sediakan Mueller Hinton Agar (MHA).
b) Swab yang steril dicelupkan ke dalam biakan bakteri pada Nutrient Broth, kemudian
diswab ke seluruh permukaan media MHA dengan merata dibiarkan selama 5 menit.
c) Selanjutnya diletakkan 4 jenis cakram disk antibiotik (Vancomisin, Tetrasiklin,
Streptomisin dan Gentamisin).
d) Kemudian diinkubasikan pada suhu 37
0
C selama 24 jam.
1. D. HASIL PENGAMATAN
2. 1. Pewarnaan Sederhana (Simple staining)
Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri dalam sampel.
Pada pewarnaan sederhana digunakan satu macam zat warna yang bersifat basa yaitu gentian
violet. Pewarnaan ini terjadi karena kation zat warna berkaitan dengan anion protoplasma
bakteri. Hasil pewarnaan sederhana dapat di lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pewarnaan sederhana dengan pembesaran 1000x.
Pada pewarnaan sederhana, setelah diamati di bawah mikroskop terlihat adanya bakteri dengan
bentuk basil pendek dan ada beberapa bakteri lain yang berbentuk kokus hal ini membuktikan
bahwa sampel yang diuji terdapat bakteri.
1. 2. Penanaman pada media Nutrien Agar (NA)
Hasil pengamatan pada media nutrient agar (NA) yang telah ditanam dari biakan media nutrient
broth (NB) dapat dilihat pada Gambar 2
.
Gambar 2. Penanaman bakteri pada media nutrient agar (NA)
Pada media nutrient agar (NA), dapat diamati morfologi dari koloni bakteri yang telah tumbuh.
Morfologi dari koloni tersebut dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengamatan pertumbuhan koloni bakteri pada media nutrient agar (NA)
Bentuk
Diameter
(mm)
Tepi
koloni
Permukaan Konsistensi Warna Medium
Bulat 2 mm Rata Cembung mengkilat
Putih
kekuningan
Tidak
berubah
Nutrient Agar (NA) merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji
biasa dari air, sewage, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri,
dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Media ini berbentuk padat yang
digunakan untuk pembiakan bakteri sehingga ditemukan koloni bakteri yang berjenis sama
sehingga dapat diketahui bentuk, ukuran, konsistensi, warna koloni bakteri, serta perubahan
medium sebelum dilakukannya uji lanjutan.
1. 3. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri bersifat Gram positif atau Gram
negatif. Hasil dari pewarnaan Gram yang telah dilakukan terlihat bahwa bakteri berwarna merah.
Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut bersifat Gram negatif. Hasil pewarnaan Gram dapat
dilhat pada gambar 3. Pada pewarnaan Gram bakteri terlihat berbentuk basil pendek dan
berwarna merah.

Gambar 3. Pewarnaan Gram pembesaran 1000x
Bakteri Gram negatif akan terlihat berwarna merah, hal ini dikarnakan oleh bakteri Gram
negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, yaitu hanya 1-2 lapisan. Oleh sebab itu,
maka pori-pori pada dinding sel Gram negatif cukup besar dan karena permeabilitasnya yang
tinggi memungkinkan terjadinya pelepasan komplek ungu kristal yodium. Dalam proses
pewarnaan Gram, pencucian dengan alkohol akan menyebabkan terekstrasinya lipid pada bakteri
Gram negatif. Hal ini menyebabkan komplek ungu kristal yodium yang telah memasuki dinding
sel pada langkah awal pewarnaan dapat terekstraksi. Sedangkan pada bakteri Gram positif,
mempunyai lapisan dinding sel yang kaku dengan lapisan peptidoglikanyang terdiri dari 30
lapisan. Permeabilitas dinding sel bakteri gram positif yang rendah mengakibatkan kompleks
ungu Kristal-yodium (UKY) tidak dapat keluar setelah pencucian dengan alkohol. Kandungan
lipid Gram positif yang rendah, maka dinding selnya akan terhidrasi akibat pemberian alkohol,
sehingga pori-pori mengecil, permeabilitas berkurang dan komplek UK-Y tidak dapat
terekstraksi.
1. 4. Penanaman pada Mc Conkey Agar
Mc. Conkey merupakan media selektif untuk kuman, karena yang dapat tumbuh hanya kuman
Gram negatif, sedangkan Gram positif dihambat pertumbuhannya oleh garam empedu dan
neutral red.

Gambar 4. Koloni bakteri pada media Mc. Conkey
Dari hasil pengamatan koloni berbentuk bulat, warna kuning, tepi beraturan, permukaan
cembung. Mc. Conkey Agar adalah media selektif, mengandung zat penghambat berupa garam
empedu dan neutral red. Media ini digunakan untuk pembiakan bakteri dari famili
Enterobakteriacea dan semua bakteri Gram negatif yang dapat atau tidak memfermentasikan
laktosa.
1. 5. Penanaman pada nutrient agar (NA) miring
Pada penanaman NA miring terlihat koloni berwarna putih. Media ini berfungsi untuk
mendapatkan biakan bakteri yang murni dan juga berfungsi untuk stock bakteri. Biakan bakteri
pada nutrient agar (NA) miring dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Biakan bakteri pada media nutrient agar (NA) miring
1. 6. Penanaman pada BGA (Brilian green Agar)
Media ini sangat selektif untuk isolasi Salmonella sp dan Salmonella typhy yang akan
terlihat berwarna merah dikelilingi zona merah. Pseudomonas dihambat, tetapi jika tumbuh
menyerupai koloni Salmonella berwarna merah. Untuk menetapkan kontaminan tersebut
Salmonella atau Pseudomonas diperlukan konfirmasi dengan media lain.

Gambar 6. Koloni bakteri pada media BGA
1. 7. Uji Biokimia
Hasil uji biokimia yang diamati setelah 24 jam adalah

Gambar 7. Hasil uji biokimia dan gula-gula (glukosa, laktosa, sukrosa, dan manitol)
Hasil uji biokimia dan gula-gula (glukosa, laktosa, sukrosa, dan manitol) dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Hasil uji biokimia dan gula-gula (glukosa, laktosa, sukrosa, dan manitol)
TSIA Simmons
Citrate
SIM Indol MR VP Glukosa Laktosa Manitol Sukrosa
(+) H
2
S
(merah
(+)
berubah
Motility (-) cicin
hijau
(+)
berubah
(-) tidak
berubah
(+)
adanya
(-) tidak
berubah
(+)
berubah
(-) tidak
berubah
hitam) warna
menjadi
Biru
warna
menjadi
merah
warna gas dan
terjadi
sedikit
perubahan
warna
warna warna
menjadi
kuning
dan ada
gas
warna
- Uji TSIA
Pada uji TSIA positif menunjukkan media slant berubah menjadi kuning karena bakteri
bersifat asam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gupte (1990) yang menyatakan bahwa pada
fermentasi daerah slant bakteri tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa. Hasil fermentasi pada
daerah butt/tegak berubah berwarna kuning menandakan bakteri memfermentasi glukosa. Pada
media TSIA, hasil positif juga dapat ditunjukkan dengan perubahan warna media TSIA menjadi
warna hitam. Perubahan ini menandakan bahwa bakteri yang terdapat pada media TSIA tersebut
menghasilkan gas H
2
S. hasil uji biokimia pada TSIA dapat dilihat pada Gambar 8.

Media TSIA Hasil TSIA ( Positif)

Gambar 8. Hasil uji biokimia pada TSIA
- Uji Simmons Citrat Agar
Uji Simmons Citrat Agar digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme
menggunakan citrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Media ini merupakan
medium sintetik dengan NA citrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NHA
+
sebagai sumber N
dan Brom Thymol Blue sebagai indikator pH. Pada uji ini menunjukkan reaksi positif. Hal ini
ditandai dengan adanya perubahan warna media dari hijau menjadi biru. Ini karena dasar dari
medium mampu dihilangkan sehingga terjadi peningkatan pH yang nantinya akan menambah
warna media dari hijau menjadi biru bila keadaan menjadi alkalin. Hasil uji biokimia simmons
Citrat agar dapat dilihat pada Gambar 9.
Media Simmons Citrat Agar Hasil uji Simmons Citrat Agar (Positif)

Gambar 9. Hasil uji biokimia Simmons Citrat Agar
- Uji SIM
Uji SIM dilakukan untuk pergerakan bakteri. Penanaman dilakukan dengan cara menusuk
ose yang mengandung bakteri secara tegak lurus sampai ke seperempat dari dasar tabung. Pada
uji ini terlihat pergerakan (motility) pada media yang ditusuk dengan ose dan warna media SIM
berubah menjadi hitam. Hasil uji biokimia pada media SIM dapat dilihat pada Gamabar 10.
Media SIM Hasil uji SIM (Motility)

Gambar 10. Hasil uji biokimia SIM
- Uji Indol
Indol adalah senyawa yang mengandung nitrogen yang terbentuk sebagai hasil
pemecahan amino tryphosphat. Pentingnya uji Indol ialah karena hanya beberapa jenis bakteri
yang dapat membentuk indol dan produk ini dapat di uji sehingga dapat digunakan sebagai
identifikasi yang digunakan sebagai trythophan adalah media trypton. Pada uji indol yang telah
dilakukan diperoleh hasil yang Negatif (-), yaitu ditandai dengan terbentuknya cincin hijau. Hal
ini menandakan bahwa bakteri tersebut tidak menggunakan triptopan sebagai sumber energinya,
sehingga bakteri tersebut tidak mapu menghasilkan indol (cincin merah). Hasil uji biokimia indol
dapat dilihat pada Gambar 11.
Larutan Indol hasil uji Indol (Negatif) cicin hijau

Gambar 11. Hasil uji biokimia Indol
- UJI MR-VP
Uji MR yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang positif yaitu ditandai dengan
terjadinya perubahan warna indikator menjadi merah. Genus bakteri seperti bakteri Escherichia,
Salmonella, proteus dan Aeromonas mampu mempermentasikan glukosa dan menghasilkan
banyak sekali asam laktat, asetat, suksina dan format di samping CO
2
, H
2
dan etanol. Akumulasi
asam-asam ini menurunkan pH sampai 5,0 atau kurang. Bila indikator merah metil ditambahkan
pada biakan tersebut dengan pH serendah itu, maka indikator tersebut menjadi merah. Hal ini
manandakan bahwa organisme yang bersangkutan adalah peragi asam campuran (mixed acid
fermenter). Hasil uji MR-VP dapat dilihat pada Gambar 12.
Larutan MR-VP Hasil MR (Positif) Hasil VP ( Negatif)

Gambar 12. Uji MR-VP
- Uji Gula- gula
Uji gula-gula dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri yang mampu mempermentasi
karbohidrat. Pada uji gula-gula terjadi perubahan warna pada manitol yamg merubah warna
ungu menjadi warna kuning dan juga terlihat adanya pembentukan gelembung gas pada tabung
Durham. Pada uji glukosa tidak terjadi perubahan warna, tetapi terlihat adanya pembentukan
gelembung gas. Pada uji laktosa dan sukrosa memperlihatkan hasil yang negatif yaitu tidak
terjadinya perubahan warna dan tidak terlihat adanya pembentukan gelembung gas pada tabung
Durham. Perubahan warna yang terjadi menandakan bahwa bakteri ini membentuk asam dari
fermentasi glukosa. Pembentukan gelembung gas yang terjadi pada tabung Durham disebabkan
oleh adanya reaksi permentasi karbohidrat (Hadioetomo, 1985). Hasil uji gula- gula (laktosa,
glukosa, sukrosa dan manitol) dapat dilihat pada Gambar 13.

Larutan gula- gula lakosa, glukosa, sukrosa dan manitol Hasi uji gula- gula lakosa,
glukosa, sukrosa dan manitol

Gambar 13 . Hasi uji gula- gula (lakosa, glukosa, sukrosa dan manitol)
Uji Sensitifitas terhadap Antibiotik
Uji sensitifitas dilakukan pada permukaan MHA (Mueller Hinton Agar). Mueller Hinton
Agar merupakan media diferensial yang digunakan untuk melakukan uji sensitifitas terhadap
beberapa antibiotik yang dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dari nutrient bruth
(NB) dengan menggunakan lidi kapas steril. Lalu diusapkan merata pada seluruh permukaan
media MHA. Kemudian ditempelkankan beberapa disk antibiotik di atas permukaan media MHA
dengan jarak tertentu dan diinkubasikan ke dalam incubator selama 24 jam pada suhu 37
0
C.
Antibiotik yang di gunakan pada uji sensitifitas adalah streptomisin, tetrasiklin, vankomisin dan
gentamisisn. Hasil uji sensitivitas dapat di lihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Uji sensitivitas pada media MHA
Keterangan :
A. Antibiotik Vancomisin 30 g
B. Antibiotik Streptomisin 30 g
C. Antibiotik Tetrasiklin 30 g
D. Antibiotik Gentamisin 30 g
Pada Gambar 12 terlihat bahwa antibiotik Strepoimisin dan Vancomisin tidak
memperlihatkan adanya zona hambat. Antibiotik Gentamisin dan Tetrasiklin mampu
menunjukkan adanya zona hambat, akan tetapi zona hambat yang tersentuk belum tergolong
sensitif. Antibiotik Gentamisin mempunyai zona hambat 10 mm dan Tetrasiklin mempunyai
zona hambat 3 mm. Antibiotik Streptomisin dan Vancomisin tidak memperlihatkan adanya zona
hambat. Zona hambat antibiotik terhadap bakteri dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Zona hambat antibiotik terhadap bakteri
No Jenis Antibiotik (Kode) Dosis Diameter Zona Hambat (mm)
1 Tetrasiklin (TE 30) 30g Resistent
2 Vankomisin (VA 30) 10g Resistent
3 Gentamisin (CN 10) 30g 10 mm (Resistent)
4 Streptomisin (S 10) 10g 3,0 mm (Resistent)
Berdasarkan toksisitas selektif, ada antimikroba yang yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan ada yang bersifat membunuh
mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Berdasarkan spektrumnya, antimikroba dibagi
menjadi dua, yaitu spektrum sempit dan spektrum luas (Tjay dan Rahardja, 2002). Tetrasiklin
dan Gentamisin merupakan antibiotik spekrum luas, sedangkan Streptomisin dan Vancomisin
merupakan antibiotik spekrum sempit (Anonimus, 2007).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki
khasiat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri (Tjay dan Rahardja,
2002). Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang penggunaannya pada akhir-akhir ini
telah menurun karena meningkatnya masalah resistensi bakteri (Gould, 2003).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dapat dibagi menjadi lima kelompok.
Mekanisme tersebut adalah 1). mengganggu metabolisme sel bakteri. 2). menghambat sintesis
dinding sel bakteri. 3). mengganggu permeabilitas membran sel bakteri. 4). menghambat sintesis
protein sel bakteri dan 5). menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel bakteri (Tjay dan
Rahardja, 2002). Tetrasiklin bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri pada
ribosom (Anonimus, 2007). Tetrasiklin termasuk antibiotik yang bersifat bakteriostatik yaitu
mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
1. E. DIAGNOSA
Berdasarkan Hasil identifikasi yang telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, maka bakteri
yang ditemukan dari sampel swab tengorokan pada ayam broiler adalah bakteri Salmonella sp.
1. F. DIFERENSIAL DIAGNOSA
E. coli . dan Shigella

1. G. KESIMPULAN KASUS
Setelah dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri terhadap swab tenggorakan ayam, maka dapat
disimpulkan bahwa bakteri ini termasuk kepada genus Salmonella sp. Hal ini ditandai dengan
sifat koloni bakteri pada media NA, hasil pewarnaan Gram negatif, penanamam pada media
BGA positif dan kemudian pada uji biokomia menghasilkan TSIA positif yaitu ditandai dengan
terjadinya perubahan warna merah menjadi hitam (positif H
2
S), Simmons Citrat positif (biru),
SIM Motility (berflagella), Indol negatif ( cicin hijau), MR positif (merah) VP negatif. Pada uji
gula-gula menghasilkan glukosa positif, laktosa negatif, manitol positif, sukrosa negatif.
Pada uji sensitifitas, Tetrasiklin, Vancomisin, Gentamisin dan Streptomisin sudah resisten
terhadap bakteri Salmonella sp.
G. PEMBAHASAN KASUS
Etiologi
Salmonella sp merupakan bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya salmonellosis.
Salmonellosis merupakan infeksi bakteri Salmonella yang sering terdapat pada unggas seperti
ayam. Penyebab salmonellosis pada unggas dapat berasal dari Salmonella anatum, Salmonella
typhimurium dan Salmonella enteritidis. Dari ketiga jenis bakteri ini, yang paling banyak
dijumpai di Indonesia adalah Salmonella typhimurium dan Salmonella enteritidis (Anonimus,
2006)

Morfologi dan sifat Salmonella sp
Salmonella sp berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan Gram bersifat Gram
negatif, besar koloni rata-rata 24 mm dan mempunyai flagel. Bakteri ini tumbuh pada suasana
anaerob pada suhu optimum 37,5
0
C dan pH pertumbuhan 6-8. Pada umumnya isolat bakteri
salmonella dikenal dengan sifat-sifat gerak positif, reaksi terhadap permentasi manitol positif,
reaksi indol dan vagos proskauer menunjukkan hasil yang negatif dan TSIA positif (Anonimus,
1994).
Patogenesis Salmonella sp
Patogenitas Salmonellosis dapat terjadi melalui telur yang berasal dari induk yang telah
menderita salmonellosis. Penularan penyakit juga dapat terjadi secara kontak lansung antara anak
ayam yang menderita salmonellosis dengan anak ayam yang lainnya yang dipelihara secara
bersama. Selain itu, penularan penyakit juga dapat terjadi melalui pakan, air minum dan
peralatan kandang yang tercemar feces yang mengandung bakteri Salmonella (Anonimus, 2006).
Infeksi salmonella hampir selalu berawal dari makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Penyakit ini kadang-kadang bersifat endemik pada suatu peternakan. Hewan
yang masih muda lebih sering dan lebih mudah terinfeksi. Salmonella menginfeksi lapisan epitel
ileum dan kolon dan dapat bertahan. Kejadian enterokolitis dan diare terjadi karena memakan
salmonella Kolonisasi pada intestinum bagian bawah dengan invaginvasi mukosa. Produksi
sitotoksin. Radang akut dengan atau tanpa ulcer. Sintesis prostaglandin, produksi enterotoksin,
sintesa proinflamatory sitotoksin dari sel epitel. Dengan invasi pada mukosa, aktifnya adenilat
siklase dan terjadi peningkatan siklik AMP menginduksi sekresi sehingga terjadi peningkatan
cairan yang menyebabkan diare. Infeksi intestinal akan menyebar menjadi bakterimia atau
septisemia (Carter dan Wise, 2004).

Gejala klinis
Unggas yang menderita Salmonellosis memperlihatkan gejala-gejala sebagai berikut:
Ayam tampak lesu dan mengantuk
Nafsu makan menurun
Tampak kedinginan dan suka berderombol dengan sesama kawannya yang sakit.
Terjadi diare
Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit Salmonellosis antara
lain:
Memelihara sanitasi kandang dan mesin tetas.
Anak ayam dan telur tetas yang dibeli hendaknya berasal dari pembibitan yang bebas dari
penyakit Salmonella.
Ayam yang menderita Salmonellosis hendaknyaa tidak dijadikan bibit.
Menguburkan atau membakar bangkai ayam yang mati karena menderita Salmonellosis.

Terapi
Pengobatan yang terbaik dilakukan dengan antibiotika yang sebelumnya didahului
dengan pemeriksaan kepekaan kuman. Biasanya antibiotika khloramfenikol, neomisin, ampisilin,
sediaan sulfanamida atau nitrofuran cukup baik digunakan untuk praktek. Kombinasi obat-obat
tersebut misalnya khloramfenikol yang disuntikkan dibarengi dengan nitrofuran yang diberikan
secara oral akan memberikan hasil yang baik (Subronto, 1985).
KASUS II
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR
Hari pertama (5 Februari 2010)
1. A. ANAMNESA
Nama pemilik : FKH Unsyiah
Jenis hewan : Sapi
Umur hewan : 2 Tahun
Jenis kelamin : Betina
Alamat pasien : Jl. Inong Balee Darussalam
Status gizi : Kurang Baik
Gejala klinis : Bulu kusam, lemah dan anoreksia
B. DIAGNOSA LABORATORIUM
Cara pengambilan sampel
Diambil kira-kira 1 gram feses sapi kering dan dimasukan ke dalam larutan Buffer
Pepton Water (BPW)
Diinkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam
Metode / Uji / Tes yang dilakukan
Hari kedua
1. Penanaman ke Sabourauds Dextrose Agar (SDA)
Prosedur kerja :
1 ml sampel di Pepton Water dimasukan ke dalam cawan Petri steril.
Tambahkan SDA steril ke dalam cawan Petri kira-kira 15 ml dan homogenkan.
Inkubasikan pada suhu ruangan selama 4-7 hari, bila belum tumbuh tunggu selama 14
hari. Bila sudah 5 hari tidak ada pertumbuhan ulangi lagi.
2. penanaman pada Slide Culture
Dibuat potongan SDA ukuran l x l x l cm dan diletakkan di atas objek glass
Lalu tutup dengan cover glass
Letakan dalam cawan Petri steril dengan di alasi pipet
Lakukan penanaman jamur dengan menempelkan jamur pada keempat sisi
Basahi kapas dengan akuades dan letakan di SDA
Lalu di ingkubasikan pada suhu kamar selama 3 sampai 5 hari atau sampai 7 hari
C. HASIL PENGAMATAN
1. Pembiakan pada Sabourauds Dextrose Agar (SDA)
Hasil pengamatan:
Sabourauds Dextrose Agar (SDA) adalah media sintetik yang diciptakan oleh Raymond
Sabouraud. SDA mengandung dekstrosa, pepton dan bahan agar (dengan kadar gula relatif tinggi
dan pH rendah). Media ini terbukti sangat baik untuk pembiakan jamur secara umum
(Anonimus, 2004). Koloni jamur dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Koloni jamur pada hari keenam pengamatan
Koloni jamur dapat dilihat pada SDA yaitu pada hari kelima setelah penanaman, namun
bentuk koloni baru bisa diamati dengan baik pada hari keenam. Pada SDA, koloni terliahat
berbentuk tidak teratur, permukaan halus, berwarna putih kekuningan, tepi koloni cembung dan
permukaan agak licin.
1. Slide Culture
Hasil pengamatan:
Pengamatan Slide Culture terlihat jamur yang tumbuh berwarna putih melekat pada sisi
slide. Pada pemeriksaan mikroskopis tampak sel ragi (blastosfora) satu persatu tumbuh
sepanjang pseudohyphae.

A B
Gambar 16. Hasil pengamatan pada slide agar yang tidak diwarnai (A) dan yang di warnai (B)
pada mikroskop dengan pembesaran 40x.
D. DIAGNOSA
Streptomyces sp.
E. DEFERENSIAL DIAGNOSA
Nocardia

F. KESIMPULAN KASUS
Berdasarkan bentuk morfologi dan hasil pengamatan di bawah mikroskop, disimpulkan bahwa
jamur yang yang diamati adalah Streptomyces sp.

G. PEMBAHASAN KASUS
Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil, sehingga tidak mampu
melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, jamur hanya bias hidup sebagai parasit pada organisme
hidup lain atau sebagai saprofit pada benda organis mati. Untuk proses perbanyakannya, jamur
membentuk sel-sel yang disebut spora, yang resisten terhadap lingkungan yang kurang
menguntungkan bagi kehidupannya. Bila keadaan membaik, terutama suhu dan kelembaban,
spora dapat tumbuh lagi dan membentuk mycelium (Gerhardt, dkk., 1984).
Klasifikasi Ilmiah
Domain : Bakteri
Phylum : Actinobacteria
Orde : Actinomycetales
Famili : Streptomycetaseae
Genus : Streptomyces
Spesies : Streptomyces somaliensis, Streptomyces griseus

Streptomyces sp biasa berhabitat di tanah dan berfungsi sebagai pengurai sisa-sisa makhluk
hidup. Streptomyces bertanggung jawab pada metabolisme banyak senyawa berbeda meliputi
gula, alkohol, asam amino dan senyawa aromatik dengan memproduksi enzim hidrolitik
ekstraseluler. Streptomyces juga berperan penting dalam kesehatan dan industri karena
Streptomyces mensintesis antibiotik. Lebih dari 50 antibiotik diisolasi dari spesies Streptomyces
(Anonimus, 2010).
Mikroorganisme ini penghasil antibiotik meliputi golongan bakteri, Actinomycetes, fungi dan
beberapa mikroba lainnya. Kira-kira 70 % antibiotic dihasilkan oleh Actinomycetes, 20 % oleh
fungi, dan 10 % oleh bakteri. Actinomycetes merupakan penghasil antibiotik, terutama dari jenis
Streptomyces (Bleomisin, Eritromisin, Josamisin, Kanamisin, Neomisin, Tetrasiklin) dan masih
banyak lagi.
Karakter Streptomyces yang penting untuk klasifikasi berdasarkan morfologi
dan reaksi biokimianya adalah:
a. Morfologi, meliputi struktur miselium substrat, pembentukan miselium aerial,
struktur dan percabangan sporofor, ukuran dan bentuk spora dan ornamen spora.
b. Kultur, meliputi pertumbuhan pada berbagai media, warna miselium substrat
dan aerial, pembentukan pigmen.
c. Biokimia, meliputi penggunaan sumber karbon, aktivitas diastatik, kemampuan
protealitik (diukur dari pencairan gelatin, serum tanah, casein dan koagulasi serta peptonisasi
susu), penggunaan senyawa N, pembentukan oksidase (tirosinase dan laktase) da reduktase
(reduksi nitrat, reduksi sulfat)
d. Sensitivitas terhadap antibiotik dan terhadap faga
e. Reaksi serologi
f. Komposisi kimia
Streptomyces mempunyai kemampuan memproduksi senyawa antimikrobia yang
bermanfaat, seperti streptomisin dihasilkan dari Streptomyces griseus untuk menyembuhkan
tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Streptomyces violaceusniger
berperan antagonistik terhadap beberapa fungi patogen tanaman. Selain itu Streptomyces isolat
rizosfer menunjukkan penghambatan terhadap jamur pathogen . Sampai akhir tahun 1974 kurang
lebih 95%, antibiotik dihasilkan Actinomycetes berasal dari genus Streptomyces, misalnya
streptomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Streptomyces yang terbukti mampu menghasilkan
macam-macam antijamur seperti Amfoterisin B yang diisolasi dari Streptomyces nodosus,
Kandisidin yang diisolasi dari Streptomyces griseus dan Nistatin yang diisolasi dari
Streptomyces noursei (Arin, 2009).
1. 1. Streptomyces somaliensis
Steptomyces sebagian besar spesies tidak patogen. Akan tetapi Streptomyces somaliensis pebab
Mycetoma dengan gejala klinik lesi dan bengkak lokal di lokasi trauma. Ada beberapa abses,
sinus pengeringan, dan nanah dengan butiran (Baron, 1996).

Epidemiologi
Spesies Streptomyces ditemukan di seluruh dunia di tanah. Streptomices berperan
penting dalam ekologi tanah dan sebagai produsen antibiotik.. Mycetoma terjadi terutama di
daerah tropis dan subtropis.
Diagnosa
Diagnosisa berdasarkan fitur klinis mycetoma dan butiran nanah karakteristik, sudah
bisa dikonfirmasi oleh isolasi dan identifikasi mikroorganisme. Bila diisolasi, koloni
Streptomyces kecil (berdiameter 1-10 mm), terpisah-pisah seperti liken dan seperti kulit atau
butirus (mempunyai konsistensi seperti mentega), mula-mula permukaannya relative licin tetapi
kemudian membentuk semacam tenunan miselium udara yang dapat menampakkan granularnya,
seperti bubuk, beludru, atau flokos, menghasilkan berbagai macam pigmen yang menimbulkan
warna pada miselium vegetatif, miselium udara dan substrat (Ariningsih, 2009).
Pengobatan
Pengobatan dengan antibiotik jangka panjang dan pembedahan.
1. 2. Genus Streptomyces griseus
Streptomyces merupakan genus terbesar dari Actinobacteria dan merupakan genus dari keluarga
streptopmycetaceae. Bakteri ini termasuk kedalam Gram positif dengan tinggi GC konten,
Sedangkan Streptomyces griseus merupakan spesies dari Streptomyces.
Fisiologi dan Morfologi
Streptomyces griseus merupakan jenis alkaliphilic, organisme ini dapat tumbuh diberbagai pH (
5-11), tetapi pertumbuhan optimal dari bakteri ini ada pada temperature 25-35 C dan pada pH 9.
S. griseus mempunyai peptinogen yang tebal, lipid, Spura rantai yang Reflexible,Memiliki spora
pada subtract mycelium,Sebagai pemanfaatan garam sitrat dan dapat memproduksi obat
antikanker Streptocin.
Taksonomi
Spesies ini pertamakali ditemukan oleh waksman dan Henrici pada tahun 1984. S.griseus
memiliki GC konten yang tinggi di genomnya dengan rata-rata tinggi 72,2 %. Taksonomi dari S.
griseus bermula dari rumitnya sistematika mikroba yang ada pada S.griseus. S.griseus memiliki
rRNA 16S, rRNA 16 ini yang digunakan untuk mengenali jenis bakteri tersebut.
Peranan Bagi Lingkungan
Pada tahun 1944 Waksman mengisolasi antibiotik baru dari Streptomyces griseus. Streptomyces
griseus merupakan jamur yang dapat menghasilkan streptomisin dan S.fradiae menghasilkan
antibiotik neomisin. obat ini mempunyai efek anti tuberkulosis pada binatang percobaan dan
kemudian digunakan sebagai Obat Anti Tuberkulosis yang pertama pada manusia. Selain
menghasilkan streptomisin dan S.fradiae bakteri ini juga menghasilkan enzim proteoliti yang
dimana enzim ini dapat digunakan untuk penyamak kulit, penyamakan merupakan proses untuk
mengubah kulit hewan (sapi, kambing) menjadi kulit yang lembut sehingga dapat di gunakan
untuk membuat sepatu dan tas.
Streptomycetes mempunyai peranan penting dalam proses penguraian dari bahan organik
terutama dalam hal pengomposan. Beberapa spesies dari Streptomyces terlibat dalam sebuah
hubungan simbiotik dengan genus attini ants. Attini ants merupakan bakteri yang berfungsi
sebagai perkembangbiakan jamur dengan bakteri ini maka akan mempermudah untuk
mengembiakan jamur. Sedangkan fungsi dari streptomyces adalah untuk memproduksi toxin
yang digunkan untuk memlihara agar jamur tesebut tidak ditumbuhi rumput ( Anonimus, 2009).

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem
tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang
selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup
memerlukan bahan makanan. Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk
mendapatkan energi. Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya
membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut
disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang proses penyerapanya disebut proses nutrisi (Suriawiria,
1985).
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi
dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen,
oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan
sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya
dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi
yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh
berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan
bersih dan higienis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba
agar pertumbuhannya terkendali (Anonymous, 2006).

Gambar : Mikroba ( Sumber : trianda.herisonsurbakti.com)

Menurut Waluyo (2005), peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun
sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi).
Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon,
sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. Selain itu, secara
umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk
sintesis biologik oranisme baru (Jawetz, 2001).
Pertumbuhan mikoorganisme tergantung dari tersedianya air. Bahan-bahan yang terlarut dalam
air, yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi,
adalaah bahan makanan. Tuntutan berbagai mikroorganisme yang menyangkt susunan larutan
makanan dan persyaratan lingkungan tertentu, sangat berbeda-beda. Oleh sebab itu
diperkenalkan banyak resep untuk membuat media biak untuk mikroorganisme. Pada dasarnya
sesuatu larutan biak sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat-syarat berikut. Di dalamnya
harus tersedia semua unsur yang ikut serta pada pembentukan bahan sel dalam bentuk berbagai
senyawa yang dapat dioloah (Schlegel, 1994).
Peran Nutrisi Sebagai Dasar Kehidupan Pada Mikroba

Sumber : Juno Biotechcers
Mayoritas komponen seluler adalah karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, fosfor dan elemen ini
merupakan penyusun utama membran, protein, asam nukleat dan struktur seluler lainnya.
Elemen ini diperlukan paling banyak oleh mikroba untuk menyusun komponen selulernya. Oleh
karena itu disebut makronutrien. Elemen lainnya yang sedikit diperlukan oleh mikroba untuk
menyusun komponen selulernya disebut mikronutrien. Elemen lainnya yang sangat sedikit
(bahkan tidak terukur) diperlukan sel untuk menyusun komponen seluler, tetapi harus hadir
dalam nutrisinya disebut trace elemen. Semua elemen yang diperlukan oleh mikroba dipaparkan
dalam bab selanjutnya. Faktor pertumbuhan merupakan molekul organik yang penting bagi
pertumbuhan tetapi tidak mampu disintesis oleh mikroba sendiri seperti vitamin dan asam amino.
( Arudewangga, 2010)
Semua organisme memerlukan karbon, energi dan elektron untuk aktivitas metabolismenya, dan
bakteri telah dikelompokkan berdasarkan metode memperoleh dan mengunakan ketiga
komponen tersebut. Karbon merupakan komponen utama dan penting bagi sistem hidup
khususnya sebagai kerangka makromolekul seluler. Mikroba yang memperoleh karbon dari
karbon dioksida disebut autotrof, sedangkan mikroba yang memperoleh karbon dari molekul
organik disebut heterotrof. Energi untuk keberlangsungan reaksi seluler dapat berasal dari
konversi cahaya atau reaksi oksidasi senyawa organik maupun anorganik. Mikroba fototrofik
mampu mengkonversi cahaya menjadi energi kimia, sedangkan kemotrofik memperoleh energi
dari oksidasi kimiawi baik organik maupun anorganik. Dalam memperoleh energi diperlukan
sumber elektron. Mikroba yang memperoleh elektron dari senyawa organik, disebut organotrof,
sedangkan yang memperoleh elektron dari senyawa anorganik disebut litotrof. ( Arudewangga,
2010)
Jenis-jenis nutrisi yang diperlukan mikroba
Mikroorganisme teramat khusus dalam hal sifat-sifat faali. Berkenaan dengan hal tersebut
persyaratan zat gizinya pun juga bersifat khusus. Ribuan macam medium dianjurkan untuk
pembiakannya. Penentuan medium biakan harus berdasarkan persyaratan nutrisi bagi
mikroorganisme yang bersangkutan. Persyaratan nutrisi dalam bentuk zat-zat kimia diperlukan
untuk pertmbuhan dan fungsi normal. Berikut ini persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme:
Semua organisme hidup membutuhkan sumber energi
Beberapa bentuk kehidupan, seperti tumbuhan hijau dapat menggunakan energi cahaya, hal
tersebut dinamakan dengan fototrof. Sedangkan yang lain, seperti hewan berantung pada
oksidasi senyawa-senyawa kimia untuk memperoleh energinya. Makhluk-makhluk semacam
yang disebutkan terakhir disebut dengan kemotrof. Semua organism hidup terbagi menjadi
fototrof dan kemotrof.
Semua oganisme hidup membutuhkan karbon
Sejumlah organisme membutuhkan sejumlah karbon dalam bentuk senyawa karbon dioksida,
tetapi kebanyakan diantarannya juga membutuhkan beberapa senyawa karbon organik, seperti
gula dan karbohidrat. Tumbuhan, alga, dan beberapa kuman berklorofil membutuhkan karbon
dioksida dan mengubahnya menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis. Ditinjau dari segi
nutrisi, semua organisme yang disebutkan diatas adalah organism ototrof. Bila mereka
memperoleh energinya dari cahaya maka disebut organisme fotoototrof, dan bila memperoleh
energinya dengan cara mengoksidasi senyawa kimia, maka disebut organisme kemoototrof.
Mikroorganisme yang lain tidak dapat menggunakan karbon dioksida sebagai sumber karbon dan
hidupnya bergantung pada organisme ototrof untuk memproduksi karbohidrat dan senyawa-
senyawa organik lain yang digunakan sebagai makanan. Organisme yang membutuhkan
senyawa-senyawa organik lain sebagai sumber karbonnya disebut organissme heterotrof . ( Lud
Waluyo, 2004)
Organisme yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa
organik menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidasi, CO
2
, sebagai satu-
satunya sumber utama karbon selular. Perubahan CO
2
, menjadi
unsur pokok sel organik adalah proses reduktif, yang memerlukan pemasukan bersih energi.
Karena itu, di dalam golongan faali ini, sebagian besar dari energi yang berasal dari cahaya atau
dari oksidasi senyawa anorganik yang tereduksi harus dikeluarkan untuk reduksi CO
2
sampai
kepada tingkat zat organik.
Semua organisme lain memperoleh karbonnya terutama dari zat gizi organik. Karena
kebanyakan substrat organik adalah setingkat dengan oksidasi umum sebagai unsur pokok sel
organik, zat-zat itu biasanya tidak usah menjalani reduksi pertama yang berguna sebagai sumber
karbon sel. Selain untuk memenuhi keperluan biosintetik akan karbon, maka substrat organik
harus memberikan keperluan energetik untuk sel itu. Akibatnya sebagian besar daripada karbon
yang terdapat pada substrat organik memasuki lintasan lintasan metabolisme yang menghasilkan
energi dan akhirnya dikeluarkan lagi dari sel, sebagai CO
2
(hasil utama dalam metabolisme
pernapasan yang menghasilkan energi atau sebagai campuran CO
2
dan senyawa organik). Jadi,
substrat organik biasanya mempunyai peran gizi yang lengkap. Pada waktu yang bersamaan,
berguna sebagai sumber karbon dan sumber energi. Banyak mikroorganisme dapat menggunakan
senyawa senyawa organik tunggal untuk memenuhi keperluan kedua zat gizi tersebut seluruhnya.
Akan tetapi, yang lain tidak dapat tumbuh bila hanya diberi satu senyawa organik dan mereka
memerlukan bermacam-macam jumlah senyawa tambahan sebagai zat gizi. Tambahan zat gizi
organik ini mempunyai fungsi biosintetik semata-mata, yang diperlukan sebagai pelopor unsur-
unsur pokok sel organik tertentu yang tidak dapat disintesis oleh organisme tersebut. Zat itu
disebut faktor tumbuh. (Anonymous, 2010)
Mikroorganisme teramat beragam baik dalam hal macam maupun jumlah senyawa organik yang
dapat mereka gunakan sebagai sumber utama karbon dan energi. Keanekaragaman ini
diperlihatkan secara nyata bahwa tidak ada senyawa organik yang dihasilkan secara alamiah
yang tidak dapat digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh beberapa mikroorganisme.
Karena itu, tidaklah mungkin untuk memberikan secara singkat sifat-sifat kimiawi sumber
karbon organik untuk mikroorganisme. Variasi yang luar biasa mengenai keperluan akan karbon
adalah salah satu segi fisiologis yang paling menarik dalam mikrobiologi.
Kebanyakan organisme yang bergantung pada sumber-sumber karbon organik memerlukan CO
2

pula sebagai zat gizi dalam jumlah yang sangat kecil, karena senyawa ini digunakan dalam
beberapa reaksi biosentitik. Akan tetapi, karena CO
2
biasanya dihasilkan dalam jumlah banyak
oleh organisme yang menggunakan senyawa organik, persyaratan biosintetik dapat terpenuhi
melalui metabolisme sumber karbon organik dan energi. Sekalipun demikian, peniadaan CO
2

sama sekali sering kali menangguhkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
media organik, dan beberapa bakteri dan cendawan memerlukan konsentrasi CO
2
yang relatif
tinggi di dalam atmosfer (5-10 %) untuk pertumbuhan yang memadai dalam media organik.

Semua organisme hidup membutuhkan nitrogen
Tumbuhan menggunakan nitrogen dalam bentuk garam nitrogen anorganik seperti kalium nitrat,
sedangkan hewan membutuhkan senyawa nitrogen organik, seperti protein dan produk
perurainnya, yakni peptida dan asm-asam amino tertentu. Beberapa kuman sangat beragam
terhadap kebutuhan nitrogen; beberapa menggunakan nitrogen atmosferik, beberapa tumbuh
pada senyawa nitrogen anorganik, dan yang lain membutuhkan nitrogen dalam bentuk senyawa
nitrogen organik. (Suriawiria, 1999)
Semua organisme hidup membutuhkan belerang (sulfur) dan fosfor
Persyaratan akan zat sulfur pada hewan secara khas dipenuhi oleh senyawa-senyawa sulfur
organik. Sedangkan persayaratan akan sulfur pada tumbuhan secara khas dipenuhi melalui
senyawa-senyawa anorganik. Fosfor biasanya diberikan sebagai fosfat yaitu garam-garam fosfat.
Belerang adalah komponen dari banyak substansi organik sel. Belerang membentuk bagian
struktur beberapa koenzim dan ditemukan dalam rantai samping cisteinil dan merionil protein.
Belerang dalam bentuk asalnya tidak dapat digunakan oleh tumbuhan atau hewan. Namun,
beberapa bakteri autotropik dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO
4
2-
). Kebanyakan
mikroorganisme dapat menggunakan sulfat sebagai sumber belerang, mereduksi sulfat menjadi
hidrogen sulfida (H
2
S). Beberapa mikroorganisme dapat mengasimilasi H
2
S secara langsung dari
medium pertumbuhan tetapi senyawa ini dapat menjadi racun bagi banyak organisme.
Semua organisme hidup membutuhkan beberapa unsure logam. Natrium, kalium,
magnesium, mangan, besi, seng, tembaga, dan kobalt
Berbagai unsur tersebut digunakan untuk pertumbuhan yang normal, tidak terkecuali kuman.
Jumlah yang dibutuhkan biasanya amat kecil dan diukur dalam satuan ppm (part per million =
persejuta).
Semua organisme hidup membutuhkan vitamin
Vitamin adalah senyawa organik khusus yang penting untuk pertumbuhan. Kebanyakan vitamin
berfungsi membentuk subsansi yangmengaktifkan enzim. Dalam aspek nutrisi akan vitamin pada
bakteri menunjukkan pola yang beragam. Meskipun bakteri membutuhkan vitamin didalam
proses metaboliknya yang normal, beberapa mikroba mampu mensintesis seluruh kebutuhan
vitaminnya.
Semua organisme hidup membutuhkan air
Air pada organisme berfungsi untuk membantu fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya.
Untuk mikroorganisme, semua nutrient harus dalam bentuk larutan sebelum dapat memasuki
selnya. ( Lud Waluyo, 2004)
Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium (Mg
2+
) dan ion ferrum
(Fe
2+
) juga ditemukan pada turunan porfirin yaitu: magnesium dalam molekul klorofil, dan besi
sebagai bagian dari koenzim sitokrom dan peroksidase. Mg
2+
dan K
+
keduanya sangat penting
untuk fungsi dan kesatuan ribosom. Ca
2+
dibutuhkan sebagai komponen dinding sel gram positif,
meskipun ion tersebut bebas untuk bakteri gram negatif. Banyak dari organisme laut
membutuhkan Na
+
untuk pertumbuhannya. Dalam memformulasikan medium untuk pembiakan
kebanyakan mikroorganisme, sangatlah penting untuk menyediakan sumber potassium,
magnesium, kalsium, dan besi, biasanya dalam bentuk ion-ion (K
+
, Mg
2
+
, Ca
2
+
, dan Fe
2
+
).
Banyak mineral lainnya seperti: Mn
2
+
, Mo
2
+
, Co
2
+
, Cu
2
+
, dan Zn
2
+
dibutuhkan, dan mineral ini
kerapkali terdapat dalam air kran atau sebagai kontaminan dari kandungan medium lainnya.
Semua organisme hidup membutuhkan oksigen
Untuk sel, oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat dalam CO
2
dan
dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banyak organisme yang tergantung dari oksigen
molekul (O
2
atau dioksigen). Oksigen yang berasal dari molekul oksigen hanya akan
diinkorporasi ke dalam substansi sel kalau sebagai sumber karbon digunakan metana atau
hidrokarbon aromatik yang berantai panjang. Menilik hubungannya dengan oksigen dapat
dibedakan sekurang-kurangnya tiga kelompok organisme, organisme aerob obligat yang mampu
menghasilkan energi hanya melalui respirasi dan dengan demikian tergantung pada oksigen.
Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan bekas oksigen. Untuk
organisme ini O
2
bersifat toksik. Mikroorganisme anaerob fakultatif tumbuh dengan adanya O
2

udara, jadi bersifat aerotoleran; tetapi organisme ini tidak dapat memanfaatkan O
2
, tetapi
memperoleh energi semata-mata dari peragian. Jenis bakteri anaerob fakultatif lain
(Enterobacteriaceae) dan banyak ragi dapat beralih dari peroleh energi dengan respirasi (dengan
adanya O
2
) ke peragian (tanpa O
2
).
Tabel Kebutuhan Oksigen Pada Mikoorganisme
Tipe Sumber energi untuk
pertumbuhan
Sumber karbon
untuk
pertumbuhan
Contoh genus
Fototrof
Fotoautotrof
Fotoheterotrof

Cahaya
Cahaya

Co
2

Senyawa organik

Chromatium
Rhodopseumdomonas
Kemotrof
kemoautotrof

kemoheterotrof

Oksidasi senyawa
organik
Oksidasi senyawa
organik


Co
2


Senyawa organik

Thiobacillus esherich

Jenis Nutrisi
Nutrien dalam media perbenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis
biologik organisme baru. Nutrient diklasifikasikan berdasarkan elemen yang mereka suplai.
Sumber Karbon
Tumbuhan-tumbuhan dan beberapa bakteri mampu mengunakan energi fotosintetik untuk
mereduksi karbondioksida pada penggunaan air. Organisme ini termasuk kelompok autotrof,
makhluk hidup yang tidak membutuhkan nutrient organik untuk pertumbuhannya. Autotrof lain
adalah khemolitotrof, organisme yang menggunakan substrat anorganik seperti hidrogen atau
thiosulfat sebagai reduktan dan karbondioksida sebagai sumber karbon.
Heterotrof membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon organik tersebut
harus dalam bentuk yang dapat diasimilasi. Contohnya, naphthalene dapat menyediakan semua
karbon dan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan respirasi heterotropik, tetapi sangat
sedikit organisme yang memiliki jalur metabolik yang perlu untuk asimilasi naphthalene.
Sebaliknya, glukosa, dapat membantu pertumbuhan fermentatif atau respirasi dari banyak
organisme. Adalah penting bahwa substrat pertumbuhan disuplai pada tingkatan yang cocok
untuk galur mikroba yang akan ditumbuhkan. Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah reaksi
biosintesis. Banyak organisme respiratif menghasilkan lebih dari cukup karbondioksida untuk
memenuhi kebutuhannya, tetapi yang lain membutuhkan sumber karbondioksida pada medium
pertumbuhannya (Jawetz, 2001).
Keperluan akan Zat Karbon
Organisme yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa
organik menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidas, CO
2
, sebagai satu-
satunya sumber utama karbon selular. Perubahan CO
2
, menjadi unsur pokok sel organik adalah
proses reduktif, yang memerlukan pemasukan bersih energi. Karena itu, di dalam golongan faali
ini, sebagian besar dari energi yang berasal dari cahaya atau dari oksidasi senyawa anorganik
yang tereduksi harus dikeluarkan untuk reduksi CO
2
sampai kepada tingkat zat organik.
Semua organisme lain memperoleh karbonnya terutama dari zat gizi organik. Karena
kebanyakan substrat organik adalah setingkat dengan oksidasi umum sebagai unsur pokok sel
organik, zat-zat itu biasanya tidak usah menjalani reduksi pertama yang berguna sebagai sumber
karbon sel. Selain untuk memenuhi keperluan biosintetik akan karbon, maka substrat organik
harus memberikan keperluan energetik untuk sel itu. Akibatnya sebagian besar daripada karbon
yang terdapat pada substrat organik memasuki lintasan lintasan metabolisme yang menghasilkan
energi dan akhirnya dikeluarkan lagi dari sel, sebagai CO
2
(hasil utama dalam metabolisme
pernapasan yang menghasilkan energi atau sebagai campuran CO
2
dan senyawa organik). Jadi,
substrat organik biasanya mempunyai peran gizi yang lengkap. Pada waktu yang bersamaan
berguna sebagai sumber karbon dan sumber energi. Banyak mikroorganisme dapat menggunakan
senyawa senyawa organik tunggal untuk memenuhi keperluan kedua zat gizi tersebut seluruhnya.
Akan tetapi, yang lain tidak dapat tumbuh bila hanya diberi satu senyawa organik dan mereka
memerlukan bermacam-macam jumlah senyawa tambahan sebagai zat gizi. Tambahan zat gizi
organik ini mempunyai fungsi biosintetik semata-mata, yang diperlukan sebagai pelopor unsur-
unsur pokok sel organik tertentu yang tidak dapat disintesis oleh organisme tersebut. Zat itu
disebut faktor tumbuh.
Mikroorganisme teramat beragam baik dalam hal macam maupun jumlah senyawa organik yang
dapat mereka gunakan sebagai sumber utama karbon dan energi. Keanekaragaman ini
diperlihatkan secara nyata bahwa tidak ada senyawa organik yang dihasilkan secara alamiah
yang tidak dapat digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh beberapa mikroorganisme.
Karena itu, tidaklah mungkin untuk memberikan secara singkat sifat-sifat kimiawi sumber
karbon organik untuk mikroorganisme. Variasi yang luar biasa mengenai keperluan akan karbon
adalah salah satu segi fisiologis yang paling menarik dalam mikrobiologi.
Bila keperluan karbon organik mikroorganisme tersendiri dipelajari, beberapa memperlihatkan
tingkatan serbaguna yang tinggi, sedangkan yang lain teramat khusus. Bakteri tertentu dari
golongan Pseudomonas misalnya, dapat menggunakan setiap salah satu diantara lebih dari 90
macam senyawa organik sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Pada ujung lain dalam
spektrum terdapat bakteri yang mengoksidasi metan, yang hanya dapat menggunakan dua
substrat organik, metan dan methanol, dan bakteri pengurai selulose tertentu hanya dapat
menggunakan selulose.
Kebanyakan (dan barangkali semua) organisme yang bergantung pada sumber-sumber karbon
organik memerlukan CO
2
pula sebagai zat gizi dalam jumlah yang sangat kecil, karena senyawa
ini digunakan dalam beberapa reaksi biosentitik. Akan tetapi, karena CO
2
biasanya dihasilkan
dalam jumlah banyak oleh organisme yang menggunakan senyawa organik, persyaratan
biosintetik dapat terpenuhi melalui metabolisme sumber karbon organik dan energi. Sekalipun
demikian, peniadaan CO
2
sama sekali sering kali menangguhkan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada media organik, dan beberapa bakteri dan cendawan memerlukan
konsentrasi CO
2
yang relatif tinggi di dalam atmosfer (5-10 %) untuk pertumbuhan yang
memadai dalam media organik.
Sumber Nitrogen dan Belerang
Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam nukleat, yaitu sebesar lebih kurang 10
persen dari berat kering sel bakteri. Nitrogen mungkin disuplai dalam bentuk yang berbeda, dan
mikroorganisme beragam kemampuannya untuk mengasimilasi nitrogen. Hasil akhir dari seluruh
jenis asimilasi nitrogen adalah bentuk paling tereduksi yaitu ion ammonium (NH
4
+
).
Banyak mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat (NO
3
) dan nitrit
(NO
2
) secara reduksi dengan mengubahnya menjadi amoniak (NH
3
). Jalur asimilasi ini berbeda
dengan jalur dissimilasi nitrat dan nitrit. Jalur dissimilasi digunakan oleh organisme yang
menggunakan ion ini sebagai elektron penerima terminal dalam respirasi, proses ini dikenal
sebagai denitrifikasi, dan hasilnya adalah gas nitrogen (N
2
), yang dikeluarkan ke atmosfer.
Kemampuan untuk mengasimilasi N
2
secara reduksi melalui NH
3
, yang disebut fiksasi nitrogen,
adalah sifat untuk prokariota, dan relatif sedikit bakteri yang memiliki kemampuan metabolisme
ini. Proses tersebut membutuhkan sejumlah besar energi metabolik dan tidak dapat aktif dengan
adanya oksigen. Kemampuan fiksasi nitrogen ditemukan pada beragam bakteri yang berevolusi
sangat berbeda dalam strategi biokimia untuk melindungi enzim fixing-nitrogen nya dari
oksigen.
Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan NH
4
+
sebagai sumber nitrogen utama, dan
banyak organisme memiliki kemampuan untuk menghasilkan NH
4
+
dari amina (R-NH
2
) atau dari
asam amino (RCHNH
2
COOH). Produksi amoniak dari deaminasi asam amino disebut
ammonifikasi. Amoniak dimasukkan ke dalam bahan organik melalui jalur biokomia yang
melibatkan glutamat dan glutamine.
Seperti nitrogen, belerang adalah komponen dari banyak substansi organik sel. Belerang
membentuk bagian struktur beberapa koenzim dan ditemukan dalam rantai samping cisteinil dan
merionil protein. Belerang dalam bentuk asalnya tidak dapat digunakan oleh tumbuhan atau
hewan. Namun, beberapa bakteri autotropik dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO
4
2-
).
Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan sulfat sebagai sumber belerang, mereduksi
sulfat menjadi hidrogen sulfida (H
2
S). Beberapa mikroorganisme dapat mengasimilasi H
2
S
secara langsung dari medium pertumbuhan tetapi senyawa ini dapat menjadi racun bagi banyak
organisme.
Kedua unsur ini yaitu belerang dan nitrogen terdapat dalam sel dalam bentuk tereduksi, sebagai
gugus sulfhidril dan amino. Sebagian besar mikroorganisme mampu menampung unsur-unsur ini
dalam bentuk oksida dan mereduksi sulfat dan juga nitrat. Sumber nitrogen yang paling lazim
untuk mikroorganisme adalah garam-garam ammonium. Beberapa prokariot mampu mereduksi
nitrogen molekul (N
2
atau dinitrogen). Mikroorganisme lain memerlukan asam-asam amino
sebagai sumber nitrogen, jadi yang mengandung nitrogen organik. Tidak semua mikroorganisme
mampu mereduksi sulfat, beberapa diantaranya memerukan H
2
S atau sistein sebagai sumber S.
Keperluan Akan Nitrogen dan Belerang
Nitrogen dan belerang terdapat pada senyawa organik sel terutama dalam bentuk yang terinduksi
masing-masing sebagai gugus amino dan sulfhidril. Kebanyakan organisme fotosintetik
mengasimilasi kedua unsur ini dalam keadaan anorganik yang teoksidasi, sebagai nitrat dan
sulfat, jadi penggunaan biosintetiknya meliputi reduksi pendahuluan. Banyak bakteri
nonfotosintetik dan cendawan dapat juga memenuhi keperluannya akan nitrogen dan belerang
dari nitrat dan sulfat. Beberapa mikroorganisme tidak dapat mengadakan reduksi salah satu atau
kedua anion ini dan harus diberikan unsur dalam bentuk tereduksi. Keperluan akan sumber
nitrogen yang tereduksi agak umum dan dapat dipenuhi oleh persediaan nitrogen sebagai garam-
garam ammonium. Keperluan akan belerang tereduksi lebih jarang, bahan itu dipenuhi dari
persediaan sulfida atau dari senyawa organik yang mengandung satu gugus sulfhidril (misalnya
sisteine).
Persyaratan akan nitrogen dan belerang sering kali juga dapat diperoleh dari zat gizi organik
yang mengandung kedua unsur ini dalam kombinasi organik yang tereduksi (asam amino atau
hasil penguraian protein yang lebih kompleks, seperti pepton). Tentu saja, senyawa-senyawa
seperti itu dapat menyediakan sumber karbon organik dan energi, sekaligus memenuhi keperluan
selular akan karbon, nitrogen, belerang, dan energi. Beberapa bakteri dapat juga memanfaatkan
sumber nitrogen alam yang paling banyak, yaitu N
2
. Proses asimilasi nitrogen ini disebut fiksasi
nitrogen dan meliputi reduksi permulaan N
2
menjadi amino.
Sumber Phospor
Fosfat (PO
4
3-
) dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah koenzim seperti
NAD, NADP dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A), komponen
dinding sel (teichoic acid), beberapa polisakarida kapsul dan beberapa protein adalah bergugus
fosfat. Fosfat selalu diasimilasi sebagai fosfat anorganik bebas (P
i
).
Sumber Mineral
Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium (Mg
2+
) dan ion ferrum
(Fe
2+
) juga ditemukan pada turunan porfirin yaitu: magnesium dalam molekul klorofil, dan besi
sebagai bagian dari koenzim sitokrom dan peroksidase. Mg
2+
dan K
+
keduanya sangat penting
untuk fungsi dan kesatuan ribosom. Ca
2+
dibutuhkansebagai komponen dinding sel gram positif,
meskipun ion tersebut bebas untuk bakteri gram negatif. Banyak dari organisme laut
membutuhkan Na
+
untuk pertumbuhannya. Dalam memformulasikan medium untuk pembiakan
kebanyakan mikroorganisme, sangatlah penting untuk menyediakan sumber potassium,
magnesium, kalsium, dan besi, biasanya dalam bentuk ion-ion (K
+
, Mg
2
+
, Ca
2
+
, dan Fe
2
+
).
Banyak mineral lainnya (seperti Mn
2
+
, Mo
2
+
, Co
2
+
, Cu
2
+
, dan Zn
2
+
) dibutuhkan: mineral ini
kerapkali terdapat dalam air kran atau sebagai kontaminan dari kandungan medium lainnya.
Pengambilan besi dalam bentuk hidroksida yang tak larut pada pH netral, difasilitasi pada
banyak bakteri dan fungi dengan produksi senyawa siderofor yang mengikat besi dan
mendukung trasnportasinya sebagai kompleks terlarut. Semua ini meliputi hydroxymates (-
CONH
2
OH) yang disebut sideramines, dan turunan catechol (seperti 2,3-
dihydroxybenzolyserine). Siderofor yang dibentuk plasmid memainkan peranan utama dalam
sifat invasi beberapa bakteri patogen.
Sumber Oksigen
Untuk sel oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat dalam CO
2
dan
dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banya organisme yang tergantung dari oksigen
molekul (O
2
atau dioksigen). Oksigen yang berasal dari molekul oksigen hanya akan
diinkorporasi ke dalam substansi sel kalau sebagai sumber karbon digunakan metana atau
hidrokarbon aromatic yang berantai panjang. Menilik hubungannya dengan oksigen dapat
dibedakan sekurang-kurangnya tiga kelompok organisme: organisme aerob obligat yang mampu
menghasilkan energi hanya melalui respirasi dan dengan demikian tergantung pada oksigen.
Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan bekas oksigen. Untuk
organisme ini O
2
bersifat toksik. Mikroorganisme anaerob fakultatif tumbuh dengan adanya O
2

udara, jadi bersifat aerotoleran; tetapi organisme ini tidak dapat memanfaatkan O
2
, tetapi
memperoleh energi semata-mata dari peragian. Jenis bakteri anaerob fakultatif lain
(Enterobacteriaceae) dan banyak ragi dapat beralih dari peroleh energi dengan respirasi (dengan
adanya O
2
) ke peragian (tanpa O
2
).
Banyak, kalau tidak sebagian besar, jenis bakteri aerob, bersifat mikroaerofil, artinya mereka
memang memerlukan O
2
untuk mendapatkan energi, tetapi tidak tahan terhadap tekana parsial
udara (0,20 bar), tetapi hanya tahan terhadap tekanan parsial 0,01 sampai 0,03 bar.
Air
Air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah sebagai sumber
oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat
pengangkut dalam metabolisme.
Sumber energi
Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang dapat
dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari.
Sumber aseptor elektron
Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari substrat.
Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada suatu zat yang dapat
menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor elektron. Aseptor elektron
ialah agensia pengoksidasi. Pada mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah
O2, senyawa organik, NO3-, NO2-, N2O, SO4 =, CO2, dan Fe3+.
Faktor tumbuh
Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai
prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber karbon
yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya diperlukan dalam
jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam metabolisme, faktor tumbuh
digolongkan menjadi asam amino, sebagai penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai
penyusun asam nukleat; dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim.
Fungsi Unsur Nutrisi untuk Mikroba

Gambar : Contoh Mikroba Pengurai
Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel unsur tersebut di berikan
kepada medium sebagai kation garam anornagilk yang jumlahnya berbeda-beda tergantung pada
keperluannya. Beberapa golongan mikroba misalnya diatomae dan alga tertentu memerlukan
silika (Si) yang biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan
kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya. Natrium dalam kadar
yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup di laut, algae hijau biru, dan bakteri
fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh kation monovalen yang lain. Jasad
hidup yang dapat menggunakan sumber nutrient dalam bentuk padat tergolong dalam tipe
holozoik, sedang yang menggunakan nutrient didalam bentuk cairan tergolong ke dalam tipe
holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan sumber nutrient dalam bentuk padat, tetapi
bahan tersebut harus diencerkan terlebih dahulu diluar sel dengan pertolongan enzim
ekstraseluler.
Unsur utama, sumber dan fungsi mereka dalam sel bakteri

Gambar : Bakteri Pelarut Fosfat (Sumber : pupuk hayati.co.id)

Elemen
% dari berat
kering
Sumber Fungsi
Karbon 50
Kompleks organik atau
CO

2
material Utama dari bahan selular
Oksigen 20
H
2
O, Kompleks organik,
CO
2, dan O
2

Konstituen dari sel dan sel bahan
air; O
2 adalah
menerima elektron
dalam respirasi aerobik
Nitrogen +14
NH
3,
NO
3,
Kompleks
organik, N
2

Konstituen dari asam amino, asam
nukleik nucleotides, dan
coenzymes
Hidrogen 8
H
2
O, Kompleks organik,
H
2

Utama dari organik memanjang
dan sel air
Fosfor 3 anorganik Fosfat (PO
4)

Konstituen dari asam nukleik,
nucleotides, phospholipids, LPS,
teichoic asam
Belerang 1
SO
4, H
2
S, S
o,
belerang
organik memanjang
Konstituen dari cysteine,
methionine, glutathione, beberapa
coenzymes
Kalium 1 Kalium GARAM dapur
Utama selular anorganik gigih dan
cofactor untuk enzim tertentu
Magnesium 0.5 0,5 Magnesium GARAM dapur
Anorganik selular dengan gigih,
cofactor tertentu untuk reaksi
enzimatis
Kalsium 0.5 0,5 Kalsium GARAM dapur
Anorganik selular dengan gigih,
cofactor untuk enzim tertentu dan
komponen endospores
Besi 0.2 0,2 GARAM dapur besi Komponen tertentu cytochromes
dan nonheme-besi dan protein
yang cofactor untuk beberapa
reaksi enzimatis

Penggolongan Mikroba Berdasarkan Nutrisi Dan Oksigen
1. Berdasarkan sumber karbon
Berdasarkan atas kebutuhan karbon jasad dibedakan menjadi jasad ototrof dan heterotrof. Jasad
ototrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk anorganik, misalnya CO2 dan
senyawa karbonat. Jasad heterotrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk
senyawa organik. Jasad heterotrof dibedakan lagi menjadi jasad saprofit dan parasit. Jasad
saprofit ialah jasad yang dapat menggunakan bahan organik yang berasal dari sisa jasad hidup
atau sisa jasad yang telah mati. Jasad parasit ialah jasad yang hidup di dalam jasad hidup lain dan
menggunakan bahan dari jasad inang (hospes)-nya. Jasad parasit yang dapat menyebabkan
penyakit pada inangnya disebut jasad patogen.

Gambar : Bakteri Patogen (Sumber : biobakteri.wordpress.com)
2. Berdasarkan sumber energi
Berdasarkan atas sumber energi jasad dibedakan menjadi jasad fototrof, jika menggunakan
energi cahaya; dan khemotrof, jika menggunakan energi dari reaksi kimia. Jika didasarkan atas
sumber energi dan karbonnya, maka dikenal jasad fotoototrof, fotoheterotrof, khemoototrof dan
khemoheterotrof. Perbedaan dari keempat jasad tersebut sbb:
Jasad Sumber Karbon Sumber Energi
Fotoototrof
Fotoheterotrof
Khemotrof
Zat anorganik
Zat organik
Zat anorganik
Cahaya matahari
Cahaya matahari
Oksidasi zat anorganik
khemoheterotrof Zat organik Oksidasi zat organik
3. Berdasarkan sumber donor elektron
Berdasarkan atas sumber donor elektron jasad digolongkan manjadi jasad litotrof dan organotrof.
Jasad litotrof ialah jasad yang dapat menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa
anorganik seperti H2, NH3, H2S, dan S. jasad organotrof ialah jasad yang menggunakan donor
elektron dalam bentuk senyawa organik.
4. Berdasarkan sumber energi dan donor elektron
Berdasarkan atas sumber energi dan sumber donor elektron jasad dapat digolongkan menjadi
jasad fotolitotrof, fotoorganotrof, khemolitotrof, dan khemoorganotrof. Perbedaan keempat
golongan jasad tersebut sbb:
Jasad Sumber Energi Sumber Donor
Elektron
Contoh
Fotolitotrof
Fotoorganotrof
Khemolitotrof
Khemoorganotrof
Cahaya
Cahaya
Oksidasi zat
anorganik
Oksidasi zat organik
Zat anorganik
Zat organik
Zat anorganik
Zat organik
Tumbuhan tingkat
tinggi, alga
Bakteri belerang
fotosintetik
Bakteri besi, bakteri
hidrogen, bakteri
nitrifikasi
Jasad heterotrof
5. Berdasarkan kebutuhan oksigen
Berdasarkan akan kebutuhan oksigen, jasad dapat digolongkan dalam jasad aerob, anaerob,
mikroaerob, anaerob fakultatif, dan kapnofil. Pertumbuhan mikroba di dalam media cair dapat
menunjukkan sifat berdasarkan kebutuhan oksigen.
Obligat aerob Fakultatif anaerob Obligat anaerob Aerotoleran/Anaerob Mikroaerofil Jasad aerob
ialah jasad yang menggunakan oksigen bebas (O2) sebagai satusatunya aseptor hidrogen yang
terakhir dalam proses respirasinya. Jasa anaerob, sering disebut anaerob obligat atau anaerob
100% ialah jasad yang tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir
dalam proses respirasinya. Jasad mikroaerob ialah jasad yang hanya memerlukan oksigen dalam
jumlah yang sangat sedikit. Jasad aerob fakultatif ialah jasad yang dapat hidup dalam keadaan
anaerob maupun aerob. Jasad ini juga bersifat anaerob toleran. Jasad kapnofil ialah jasad yang
memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar CO
2
tinggi.
Interaksi Antar Jasad Dalam Menggunakan Nutrien
Jika dua atau lebih jasad yang berbeda ditumbuhkan bersama-sama dalam suatu medium, maka
aktivitas metabolismenya secara kualitatif maupun kuantitatif akan berbeda jika dibandingkan
dengan jumlah aktivitas masing-masing jasad yang ditumbuhkan dalam medium yang sama
tetapi terpisah. Fenomena ini merupakan hasil interaksi metabolisme atau interaksi dalam
penggunaan nutrisi yang dikenal sebagai sintropik atau sintropisme atau sinergitik. Sebagai
contoh ialah bakteri penghasil metan yang anaerob obligat tidak dapat menggunakan glukosa
sebagai substrat, tetapi bakteri tersebut akan segera tumbuh oleh adanya hasil metabolisme
bakteri anaerob lain yang dapat menggunakan glukosa. Contoh lain ialah biakan campuran yang
terdiri atas dua jenis mikroba atau lebih sering tidak memerlukan faktor tumbuh untuk
pertumbuhannya. Mikroba yang dapat mensintesis bahan selnya dari senyawa organik sederhana
dalam medium, akan mengekskresikan berbagai vitamin atau asam amino yang sangat penting
untuk mikroba lainnya. Adanya ekskresi tersebut memungkinkan tumbuhnya mikroba lain.
Kenyataan ini dapat menimbulkan koloni satelit yang dapat dilihat pada medium padat. Koloni
satelit hanya dapat tumbuh kalau ada ekskresi dari mikroba lain yang menghasilkan faktor
tumbuh esensiil bagi mikroba tersebut. Bentuk interaksi lain adalah cross feeding yang
merupakan bentuk sederhana dari simbiose mutualistik. Dalam interaksi ini pertumbuhan jasad
yang satu tergantung pada pertumbuhan jasad lainnya, karena kedua jasad tersebut saling
memerlukanm faktor tumbuh esensiil yang diekskresikan oleh masing-masing jasad.
Media Sebagai Sumber Nutrisi Mikroba
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan (nutrisi) yang di perlukan mikroorganisme untuk pertumbuhan.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-melekul kecil yang dirakit untuk
menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolate mikroorganisme
menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komponen media pertumbuhannya.
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme
tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang
bersangkutan. Untuk menumbuhkan mikroorganisme yang kita inginkan, yang pertama harus
dilakukan adalah memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium
atau bahan yang akan digunakan.
Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam bentuk padat, semi-
padat dan cair. Media biakan harus berisi zat hara dan mempunyai keadaan fisik yang sesuai
pertumbuhan bakteri. Nutrisi yang berbeda di dalam media biakan di gunakan untuk
pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan. Pada umumnya
nutrisi atau kandungan unsure dalam media biakan yang dibutuhkan oleh bakteri adalah sumber
energi, karbon, nitrogen, sulfur, fasfor, unsur-unsur logam, vitamin dan air.
Bahan-bahan media biakan
1. Bahan dasar
a. Air (H
2
O) sebagai pelarut
b. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi sebagai pemadat media. Agar sulit di degradasi oleh
mikroorganisme pada umunya dan mencair pada suhu 45
0
C.
c. Glatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Glatin adalah polimer asam aminio
yang diproduksi dari kologen. Kekurangannya adalah lebih banyak jemis mikroba yang mampu
menguraikan dibandingkan agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai pemadat
media. Silica gel khususnya digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof
abligat.
2. Nutrisi atau zat makanan
a. Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu
berupa unsur malro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelekat/trace
element.
b. Sumber karbon dan energi yang dapat di peroleh berupa semyawa organic atau anorganik
sesuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber karbon organik antara lain
dari karbohidrat, lemak, protein, dan asam organic.
c. Smber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain. Sejumalah
mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
d. Vitamin-vitamin.
3. Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke dalam medium dengan tujuan tertentu,
msalnya phenol red (indicator asam basa) ditambahkan untuk indicator perbahan pH akibat
produksi asam organic hasil metabolisme.
Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media
a. Agar, dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari rumput
laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling). Jika dicampur dengan air dingin, agar tidak
akan larut, untuk melarutkannya harus diasuk dan dipanasi.
b. Peptone, adalah produk hidrolisis protein hewani aau nabati seperti otot, liver, darah, susu,
kasein, laktobumin, gelatin, dan kedelai.
c. Meat extract, mengandung basa organic terbuat dari otak, limpa, plasenta, dan daging sapi.
d. Yeast extract, terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast extract
mengandung asam amino yang lengkap dan vitamin (B complex).
Karbohidrat, ditambahkan untuk memperkaya asam amino dan gas dari karbohidrat. Jenis
karbohidrat yang umumnya digunakan adalah amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa,
manitol, dan lain-lain. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.
Macam-macam media pertumbuhan:
1). Berdasarkan konsistensi ataupun kepadatannya, medium terbagi tiga bagian, yaitu :
1. Medium cair/broth/liquid yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah
NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
2. Medium setengah padat (semi solid medium) yaitu media yang mengandung agar 0,3-
0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid
dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media
tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang
tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk
cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini
dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi
oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen
meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata
diseluruh media.
3. Medium padat (solid medium) yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah
dingin media menjadi padat..
Contoh : endo agar, PDA, Nutrient agar
2). Medium berdasarkan komposisi
a) Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya
secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
b) Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti,
misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang.
Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi
senyawa penyusunnya.
c) Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui
secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar,
Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.
3). Media berdasarkan tujuan
a) Medium umum, yaitu medium yang dapat ditumbuhi berbagai jenis mikroorganisme.
Contoh : NA (nutrient agar) umum untuk bakteri, PDA (potato dextrose agar) dan toge umum
untuk jamur.
b) Medium diferensial, yaitu medium yang hanya ditumbuhi berbagai jenis mikroba, salah
satu jenis memberikan cirri yang khas sehingga dapat segera diketahui berbeda dari yang lain.
Contoh : Blood Agar, EMB agar, dll.
c) Medium pengaya, yaitu medium yang kaya akan nutrient tertentu sehingga dapat
menumbuhkan dan memperbanyak sel dengan cepat. Contoh: medium Tetrathionat Broth, dll.
d) Media diperkaya (Enrichment media), merupakan media yang mengandung komponen
dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum,
kunuing telur.Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang
ditambah dalam media initidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak,
tetapi membutuhkan komponenkompleks, misalnya Blood Tellurite Agar , Blle Agar, Serum
Agar, dll.
Media Selektif/penghambat merupakan media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah
suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan
merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Misalnya Luria Bertani Medium yang
ditambah Amphisilin untuk merangsang E .coli resisten antibiotik dan menghambat kontaminan
yang peka, Ampicilline.Salt Broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuh streptococcus
agalactioe yang toleran terhadap garam.
Adapun beberapa definisi tentang media diperkaya/selektif diantaranya :
Media diperkaya ( Enrichment media) merupakan media yang diperlukan untuk
oganismeyang memerlukan makanan tambahan.
Media diperkaya digunakan untuk memperbanyak bakteribaik di dalam Specimen
maupun koloni-koloni yang kecil.
Media diperkaya Eksklusif digunakan segolongan bakteri yang lain termasuk dalam
media iniantaralain Azide Broth, Selenite Broth.
Media Selektif merupakan media yang digunakan untuk membedakan golongan
sehinggadapat dipilih, koloni bakteri yang ada. Contoh : Endo Plate.
Medium untuk menumbuhkan mikroorganisme ada berbagai macam. Mikroorganisme dapat
tumbuh sesuai dengan medium yang digunakan. Berikut adalah berbagai medium yang sering
digunakan :
Nutrien Agar(NA)

Sumber : (wikipedia.org/wiki/Nutrient_agar)
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk
pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme
heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan
agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti
uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan
sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Pada pembuatan
medium NA ini ditambahkan pepton agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N
2
(Dwidjoseputro, 1994). Agar yang digunakan dalam proses ini untuk mengentalkan medium
sama halnya dengan yang digunakan pada medium PDA yang juga berperan sebagai media
tumbuh yang ideal bagi mikroba (Schlegel, 1993). Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan
disterilisasi dengan autoklaf pada 121C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang
dibutuhkan.
Dalam percobaan warna NA sebelum dilarutkan dalam aquades adalah coklat, dan setelah
dilarutkan dalam aquades berubah menjadi kekuning-kuningan dan terdapat endapan. Jadi untuk
menghilangkan endapan tersebut maka dipanaskan dalam penangas air dengan tabung
Erlenmeyer disumbat dengan alat penyumbat. Setelah sterilisasi warna medium menjadi agak
coklat

Potato Dextrose Agar (PDA)

Gambar : Fusarium roseum on Potato Dextrose Agar (PDA)
(Sumber : forestryimages.org)
PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga
digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA
mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan
2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk
pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air
yang telah didestilasi. Tetapi pada praktikum kali ini PDA dilarutkan pada 50mL air dengan
perhitungan :

3950 = 1000x
x =
x = 1,95gr
jadi PDA yang digunakan untuk 50 ml aquades adalah 1,95gr.
Serbuk PDA berwarna kuning karena merupakan ekstrak kentang yang pada dasarnya berarna
kuning. serbuk dicampur dan dipanaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan
media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121C selama 15 menit. setelah disterilisasi dalam
autoklaf medium berwarna kecoklatan dan didapat endapan berwarna putih. Dinginkan hingga
suhu 40-45C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir 5,6+0,2.). Setelah didinginkan,
medium dapat ditanami bakteri (Schegel, 1993)

Plate Count Agar (PCA)

Gambar : Listeria monocytogenes pada PCA (Sumber: mikrobiyoloji.org)
PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan.
PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic hydrolisate, yeast extract,
dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15
menit pada suhu 121C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis
mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang
menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai
vitamin B kompleks.
Selain medium di atas masih terdapat medium lain yang juga memiliki fungsi untuk
menumbuhkan kultur mikroorganisme, yaitu :

Lactose Broth

Gambar : Kaldu hasil laktosa (Sumber: marietta.edu)
Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air,
makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae
dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef
menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber
karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan
pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform. Lactose broth dibuat dengan
komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa.

Fermentasi laktosa menyebabkan produksi asam dan perubahan dalam indikator pH ke warna
kuning. Jika laktosa tidak difermentasi media tetap merah. Produksi gas ditunjukkan oleh
akumulasi dalam tabung Durham (panah).
Nutrient Broth (NB)

Gambar : media nutrient agar (NA) yang telah ditanam dari biakan media nutrient broth (NB)
Sumber: mulyadiveterinary.wordpress.com

Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama
dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai berikut.
1. Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades.
2. Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama.
3. Atur pH sampai 7,0.
4. Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml.
5. Sterilisasi dengan autoklaf
EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)

Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi
untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan
Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna
gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak
berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun
demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P.
Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat
baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli. Agar EMB (levine)
merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri coli dengan
memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin dan metilin bklue
sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan
yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih
cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya
digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau
tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan
jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air.

Gambar : Salmonella enteritidis tumbuh di EMB Agar (Sumber : microbiologyatlas.kvl.dk)

MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)
MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk
memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS
agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk
beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS
agar tidak sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta
jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS agar mengandung:
1. Protein dari kasein 10 g/L
2. Ekstrak daging 8,0 g/L
3. Ekstrak ragi 4,0 g/L
4. D (+) glukosa 20 g/L
5. Magnesium sulfat 0,2 g/L
6. Agar-agar 14 g/L
7. dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L
8. Tween 80 1,0 g/L
9. Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L
10. Natrium asetat 5 g/L
11. Mangan sulfat 0,04 g/L
MRSB merupakan media yang serupa dengan MRSA yang berbentuk cair/broth


Trypticase Soy Broth (TSB)

(Sumber : totallyfreeimages.com)
Setelah 24 jam, menunjukkan pertumbuhan kolonial kasar, dan halus pada bakteri Enterobacter
cloacae.

TSB adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan penumbuhan
bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen
laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Media TSB
mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen
lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme.
Dekstrosa adalah sumber energi dan natrium klorida mempertahankan kesetimbangan osmotik.
Dikalium fosfat ditambahkan sebagai buffer untuk mempertahankan pH.
APDA
Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah khamir dan yeast yang
terdapat dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media yang
sesuai. Adanya asam tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat. APDA dibuat
dengan merebus kentang selama 1 jam/45 menit, agar dilelehkan dalam 500 ml air. Campurkan
ekstrak kentang dalam agar lalu ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada APDA jadi ini juga
ditambah asam tartarat.
VRBA (Violet Red Bile Agar)
VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri Enterobactericeae. Agar VRBA
mengandung violet kristal yang bersifat basa, sedangkan sel mikroba bersifat asam. Bila kondisi
terlalu basa maka sel akan mati. Dengan VRBA dapat dihitung jumlah bakteri E.coli. Bahan-
bahan yang dibutuhkan untuk membuat VRBA adalah yeast ekstrak, pepton, NaCl, empedu,
glukosa, neutral red, kristal violet, agar). Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dengan 1
liter air yang telah didestilasi. Panaskan hingga mendidih sampai larut sempurna. Dinginkan
hingga 50-60C. Pindahkan dalam tabung sesuai kebutuhan, pH akhir adalah 7,4. Campuran
garam bile dan kristal violet menghambat bakteri gram positif. Yeast ekstrak menyediakan
vitamin B-kompleks yang mendukung pertumbuhan bakteri. Laktosa merupakan sumber
karbohidrat. Neutral red sebagai indikator pH. Agar merupakan agen pemadat.
PGYA
Media ini berfungsi untuk isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir. Dengan adanya
dekstrosa yang terkandung dalam media ini, PGYA dapat digunakan untuk mengidentifikasi
mikroba terutama sel khamir. Untuk membuatnya, semua bahan dicampur dengan ditambah
CaCO3 terlebih dahulu sebanyak 0,5 g lalu dilarutkan dengan akuades. Kemudian dimasukkan
dalam erlenmeyer dan disumbat dengan kapas lalu disterilisasi pada suhu 121C selama 15
menit.


Kajian Religius Tentang Peran dan Fungsi Nutrisi Pada Mikroba
Didalam Al-Quran allah telah berfirman pentingnya penyerapan nutrisi bagi makhluk ciptaanya,
termasuk golongan mikroorganisme. Meskipun makhluk yang sangat kecil, tapi mikroorganisme
juga merupakan makhluk ciptaan allah. Hal ini tercantum dalam beberapa surat didalam Al-
Quran diantaranya adalah:
QS. Al-Furqan: 2
Artinya:
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak
ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya(Qs. Al-Furqan:2).
Maksud dari ayat tersebut adalah Bahwa allah lah pemilik dari segela sesuatu yang ada di
bumi, dan segala sesuatu itu telah ditentukan batasan-batasannya dengan sangat detail
dan seadil-adilnya.
QS. Al-Ankabut : 60
Arinya:
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya
sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Ankabut : 60)
Maksud dari ayat diatas dalah bahwa allah yang mengurusi segala sesuatu
(termasuk rezeki) baik benda mati maupun benda hidup, karena Allah maha
mendengar lagi maha mengetahui.
QS. Al-Hijr : 20
Artinya :
Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan
(Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi
rezki kepadanya.
QS. Al-Maidah : 88
Artinya :
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu,
dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

QS. An-Nahl : 114
Artinya :
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.
Dari beberapa ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT sangat menganjurkan makan
makanan yang bergizi dimana dengan makanan atau nutrient yang bergizi, akan terjadi proses
nutrisi yang juga bagus kepada semua mahluknya termasuk kepada mikoorganisme, namun
semua mahluknya tidak boleh khwatir akan kekurangan bahan makanan karena Allah SWT yang
akan menjamin makanan atau rezeki yang diberikan kepada mereka termasuk juga akan
menjamin sember daya makanan kepada mikroorganisme, makhluk terkecil yang Allah SWT
ciptakan.

DAFTAR PUSTAKA
Adam,M. 2000. Mikro Biologi Dasar. Jakarta : Erlangga
Buckle.2007.Mikrobiologi Terapan. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Framesti.2010. Dasar-Dasae Mikrobiologi. Jakarta: Jantaran
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Hadiutomo. 1990.Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
Plezar.2006. Dasar-Dasar-Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
Rusdimin.2003. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Pt Gramedia.
Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Stanier Roger, Edward Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1. Bharata Karya
Aksara. Jakarta.
Suriawiria, unus. 1999. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Aksara.
Tryana, S.T. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang Prees. Malang.
Fizahazny. 2008. Pengantar Temtamg Bakteri html. http// wordpress.com/ (Diakses tanggal 25
Nopember 2011)
Rizky.2008.http://ngecat bakteri makulrizki.blogspot.com/2008/02/materi kuliah html. (Diakses
tanggal 24 Nopember 2011)
Anonymous. 2006. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. (Online).
(http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-mikroba/)
(Diakses Tanggal 5 Desember 2011)
Anonymous. 2008. http//.id Wikipedia. Org/wiki.pewarnaan, gram.
Anonymous. 2011. Html pewarnann makalh dan skripsi. http//www. blogspot.com/2010/26
pewarnaan. (Diakses tanggal 1 Desember 2011)
Anonymous.2010. Jenis-Jenis Pemindahan Mikroba http:// www.scrib.com./ doc/403051141
(Diakses tanggal 25 Nopember 2011)
Anonymous. 2007. Morfologi Koloni Bakteri http://www.scrib.com/doc/ 15546953(diakses
tanggal 25 Nopember 2011)

Microbiology Laboratories
Microbes in our world and what they do.
Main menu
Home
Site search
Strain ID
GS Junior Use
User log-in

/inst/index.php?m NTEwMjI3ODk2Zm login_block Users uname

User name
Password
Keep me logged in on this computer
Log in

Users
The log-in option you chose is not available at the moment. Please contact the site administrator
for assistance.
Do you need to...
Create an account? Recover your account information?
14-2 Isolation and identification of an unknown enteric
(99942 Reads)
Table of Contents| Chapter Article List| Printable Version | Printable Chapter
[Prev] | [Next]
Period 1
Materials
Saline suspension of two enterics (differing in abilities to ferment lactose and/or produce
hydrogen sulfide) plus a non-enteric (Pseudomonas)
2 plates of Modified MacConkey Agar
Optionally, plates of Brilliant Green Agar and/or XLD Agar also may be available.
Record the number of your unknown.
1. Streak the mixed unknown onto each plate. Be sure to streak for isolated colonies!
2. Incubate the plates at 37C. If the next period is two or more days away, bring the plates to the
stage for incubation.)
Period 2
Materials
3 or more slants of Kligler Iron Agar (KIA)
(Optionally, slants of Lysine Iron Agar (LIA) may also be available.)
Demonstrations of various enterics on selective-differential plating media
Figure 14-1 Examples of various enterics

Some examples of typical enterics growing on various media. These various media are explained
very well by John Lindquist.
Figure 14-2 A typical initial streak plate

The appearance of a streak plate (enlarged for easy viewing) after 24 hours of incubation. You
should be able to discern three colony types.
1. Observe the demonstrations of some enterics Figure 14-1 (including Salmonella and Shigella) on
various plating media used in the isolation of enterics. The instructor will provide explanatory
material.
2. Examine your streak plates carefully, Figure 14-2. Note the characteristics and colors associated
with only the well-isolated colonies. The three different organisms should be easy to
differentiate on the Modified MacConkey Agar. Label each of the different chosen colonies by
number or letter and record in your notes the appearance of each. (Also, indicate the specific
medium of isolation if media in addition to MacConkey Agar were used.)
(1)How is a non-lactose-fermenting organism able to grow on MacConkey Agar?
(2)At this point, would you expect to be able to differentiate between enterics and other
organisms (such as Pseudomonas) on the plates? Why or why not?
3. Inoculate each chosen colony into the same-numbered tube of KIA by the use of the needle as
follows: First, stab the "butt" of the medium all the way to the bottom and then streak along the
top of the slanted portion from bottom to top. (If LIA is also used, the medium is inoculated in
like manner.)
4. If the next period is more than one day away, place the KIA tubes in the baskets on the stage.
The tubes will be refrigerated and then placed in the 37C incubator a day before the next period.
For the proper interpretation of KIA, it is very important that the reactions in the tubes be
recorded for just one day of incubation.
Period 3
Materials
2 slants of Phenylalanine Agar
2 tubes of Lactose Fermentation Broth
2 tubes of MR-VP Broth
2 tubes of Motility Indole Ornithine (MIO) Medium
2 slants of Simmons Citrate Agar
2 tubes of Lysine Decarboxylase Broth
2 tubes of Decarboxylase Control Broth
4 tubes of sterile mineral oil
Demonstration of KIA reactions
Figure 14-3 Reactions in KIA


corresponding tube no. above 1 2 3 4* 5
deamination of amino acids
(aerobic alkaline rx.)
+ + + + +
glucose fermentation (minor acid
rx.)
+ + + +
lactose fermentation (major acid
rx.)
+ +
H
2
S production (black color) + +**
typical examples
Pseudomonas
(a non-
enteric)
Morganella
Providencia
Shigella
Citrobacter
Salmonella
Proteus
Edwardsiella
E. coli
Enterobacter
Klebsiella
H
2
S+ E. coli
lactose+
Salmonella
Tube 4: Much gas is often seen for this tube, evidenced by cracks in the medium. Also, lactose
fermenters which are methyl red-negative may show a "reversion" toward an alkaline reaction
as neutral products are formed from some of the acid. This appears as shown in Tube 4A where
a slight reddening of the slant occurs as the alkaline deamination reaction becomes no longer
over-neutralized by acid from fermentation. How might such a tube appear after two or more
days of incubation? (Recall the methyl red test.)

** Tube 5: Enough acid can be produced to cause the black iron sulfide precipitate to break
down and not be seen. In this case, the tube will look like no. 4.
Photo and text courtesy of John Lindquist, University of Wisconsin-Madison
1. Observe the demonstration of reactions in KIA, Figure 14-3. Note how Salmonella and Shigella
differ from each other and how they are similar to certain other enterics in the medium.
2. Observe your tubes of KIA. Discard the tube for any isolate which is negative for glucose
fermentation (red slant and orange butt). This is the non-enteric (Pseudomonas) to which you
need not pay any more attention. The remaining tubes should differ in the indication for lactose
fermentation (yellow slant if positive) and/or H
2
S production (black color throughout the "butt"
if positive). Retain two clearly-different tubes (discarding the rest, if any) and record the
reactions carefully. These two slant cultures are your enteric isolates to identify and will provide
the inocula for the next step.
3. From each tube of KIA, inoculate each of the media listed under Materials, above. Carefully
stab-inoculate (with the needle) the tube of MIO and do not mix! All of the other media should
be inoculated in "normal" fashion; do not stab-inoculate the slants.
4. Overlay each inoculated tube of Lysine Decarboxylase Broth and Decarboxylase Control Broth
with sterile mineral oil as you did in Experiment 4-3 for Glucose O/F Medium.
What is the principle behind the development of anaerobic conditions in media overlayed
with mineral oil? Consider the oxygen relationship of these organisms. (Recall what was
done in setting up the enrichment for photosynthetic bacteria)
5. Incubate the tubes as follows:
o Unless you are coming into lab tomorrow, bring the MIO and Phenylalanine Agar to the
front of the lab for one-day incubation (immediate refrigeration followed by incubation
at 37C for one day prior to the next period).
o Place all of the other tubes in the 37C incubator. These media may be examined at any
time after one day of incubation except for the MR-VP Broth which must be incubated
for at least two days before any tests are made.
Period 4
Materials
Dropper bottles of FeCl
3
, methyl red and Kovacs reagent
Be sure to consult with your neighbors such that positive and negative reactions can be seen for
each of the media.
Figure 14-4 Reactions in phenylalanine agar

Positive and negative reaction in phenylalanine agar. Ec - E. coli showing a negative reaction on
phenylalanine agar. Mm - Morganella morganii showing a positive reaction on phenylalanine
agar.
Figure 14-5 Lactose fermentation broth

Positive and negative reactions in lactose fermentation broth. Pf - Pseudomonas fluorescens a
negative reaction in lactose fermentation broth. Kp - Klebsiella pneumoniae a positive reaction in
lactose fermentation broth.
Figure 14-6 Methyl red reactions

Negative, equivocal, and positive reactions in the methyl red test. Strains of Enterobacter will
give a negative reaction in methyl red, while Klebsiella will give a negative to equivocal
(orange) reaction. Salmonella, Escherichia, Citrobacter, Proteus, Morganella and Providencia
will all give positive reactions.
Figure 14-8 MIO reactions

corresponding tube no. above (tubes arranged in pairs with Kovacs
reagent added to right tube in each pair)
1 2 3
deamination of amino acids (aerobic alkaline rx.) + + +
motility (cloudiness disregarding stab line) + +
decarboxylation of ornithine (anaerobic alkaline rx.) + +
indole production (red color with Kovacs reagent) + +
glucose fermentation (acid rx.) + + +
typical examples
Klebsiella
oxytoca
Enterobacter
aerogenes
Escherichia
coli
The various reactions found in MIO medium. This medium tests for three different properties at
once. Motility, indole production and ornithine decarboxylation. Photo and table couresy of John
Lindquist. For more information, see the web page written by John.
Figure 14-9 Simmon citrate medium

Positive and negative reactions in Simmons citrate medium. Strains of Enterobacter, Klebsiella,
Salmonella, Citrobacter and Providencia are positive, while strains of Escherichia, Shigella and
Morganella are negative.
Figure 14-10 Lysine Debarboxylation

Positive and negative reactions in the lysine decarboxylation test. This test involves two tubes.
One containing lysine (Lysine Decarboxylase Broth - LDB) and the other (Decarboxylase
Control Broth - DCB), a control, having the identical medium, but no lysine. DCB and LDB are
both rich media supplemented with glucose. Enterics will ferment the glucose causing an acidic
reaction. Enterics that can decarboxylate lysine will cause a net alkaline reaction, and turn the
medium purple. 1 - a non-enteric, note the inability to ferment glucose in DCB. 2 - a positive
reaction. DCB turns acidic due to the fermentation of glucose, while LDB turns purple due to
carboxylation of lysine. 3 - a negative reaction. Both broths are yellow due to fermentation of
glucose, but lysine is not decarboxylated.
1. Phenylalanine Agar. Add about one-half dropperful of the FeCl
3
solution. If deamination of
phenylalanine has taken place, the reagent will react with the phenylpyruvic acid formed, and a
dark green color will appear in the slant region. Figure 14-4 shows + and - reactions for
phenylalanine agar.
2. Lactose Fermentation Broth. Any degree of yellow color indicates fermentation. How does the
result compare with what was seen in KIA and the original isolation medium? Figure 14-5 shows
+ and - reactions for Lactose Fermentation Broth
o A slight amount of yellow color with little or no gas should be recorded as a weakly-
positive reaction. Such organisms probably would have appeared lactose-negative on
MacConkey Agar and KIA.
o A whitish color in the bottom half of the tube is due to reduction of the pH indicator and
is not an indication of acid.
3. MR-VP Broth. (Be sure that this medium was incubated for at least two days.) Add a half-
dropperful of the methyl red reagent to the tube. Do not mix; just let the reagent form a layer at
the top of the medium. Figure 14-6 shows the + and - methyl red reactions
o Red color: Positive reaction, indicative of mixed-acid fermentation; pH has dropped and
remained at or below 4.4.
o Yellow color: Negative reaction, indicative of butanediol fermentation; pH has dropped
and then risen to 6.2 or above.
o Orange color: Record as an "equivocal" reaction.
4. The Voges-Proskauer (VP) Test: (This test is not run routinely in this course, but the procedure is
given here for those interested or in case it is done optionally.) A second tube of MR-VP Broth is
inoculated and incubated. Then, 12 drops of alpha-naphthol reagent and 4 drops of 40% KOH
are added. Results are noted after 10-30 minutes:
o Red color: Positive reaction for the presence of neutral products (acetoin and/or 2,3-
butanediol), indicative of butanediol fermentation. Such organisms are usually methyl
red-negative.
o Yellowish color: Negative reaction, indicative of mixed-acid fermentation. Such
organisms are usually methyl red-positive.
5. Motility Indole Ornithine (MIO) Medium.
6. MIO - Motility. Observe for cloudiness in the medium (growth away from the stab line). For a
non-motile organism, growth may be seen along cracks in the medium caused by gas
production, but there will be clear pockets of no growth. Figure 14-8 shows various reactions for
MIO medium.
7. MIO - Ornithine Decarboxylation. Observe the lower three-quarters (anaerobic region) of the
medium for change in color of the pH indicator; growth must be present in this part of the tube.
o Gray, blue or purple color: Positive reaction for ornithine decarboxylation - formation of
a highly alkaline product, overneutralizing the acid produced from glucose fermentation.
o Yellow color: Negative reaction. Yellow color is due to acid production from glucose
fermentation.
8. MIO - Indole Production. As for the Tryptone Broth (Exp. 7), add about one-half dropperful of
Kovacs reagent to the medium. A red ring indicates production of indole from the breakdown of
tryptophan.
9. Simmons Citrate Agar, Figure 14-9. If utilization of citrate (the sole carbon and energy source in
the medium) has taken place, an alkaline reaction results. The pH indicator turns bright blue in
the slant region.
10. Decarboxylase Control Broth, Figure 14-10. This medium is identical to the following medium
except that that lysine is not included. All enterics should be able to grow in this anaerobic
medium, fermenting the glucose and producing acid, resulting in a yellow color. A strict aerobe
such as Pseudomonas will not grow, in which case the medium will remain somewhat purple in
color.
11. Lysine Decarboxylase Broth Figure 14-10. (If growth and acid production are not seen in the
control broth, results in this medium are meaningless.)
o Gray, blue or purple color (a color "darker" than that of the corresponding control):
Positive reaction for lysine decarboxylation - formation of a highly alkaline product,
overneutralizing the acid produced from glucose fermentation.
o Yellow color (identical to the corresponding control): Negative reaction.
[Prev] | [Next]
Table of Contents| Chapter Article List| Printable Version Printable Chapter

Anda mungkin juga menyukai