Anda di halaman 1dari 30

KECEPATAN DISOLUSI 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat

masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana,

disolusi adalah proses dimana zat padat melarut. Secara prinsip

dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Dalam

penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat terlibat

berbagai proses. Disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik fisik

sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media

disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi,

dan degradasi sediaan, merupakan sebagian dari faktor yang

mempengaruhi kerakteristik disolusi obat dari sediaan.

Obat dalam bentuk sediaan padat mengalami berbagai tahap

pelepasan dari bentuk sediaan sebelum diabsorpsi. Tahapan tersebut

meliputi disintegrasi, deagregasi dan disolusi. Disolusi didefinisikan

sebagai suatu proses melarutnya zat kimia atau senyawa obat dari

sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu. Maka kecepatan disolusi

dapat dinyatakan sebagai jumlah zat dalam bentuk padatan yang terlarut

dalam pelarut tertentu dengan satuan waktu. Prinsip disolusi dikendalikan

oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut.

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 2

Dalam bidang farmasi, pengetahuan mengenai kecepatan disolusi

atau kelarutan sangat diperlukan untuk membantu memilih medium

pelarut yang paling baik untuk zat atau kombinasi zat, membantu

mengatasi kesulitan kesulitan tertentu yang timbul pada waktu

pembuatan larutan farmasetis (di bidang farmasi), dan lebih jauh lagi,

dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kecepatan

disolusi paracetamol, menggunakan alat penentuan kecepatan disolusi

paracetamol dan menerangkan faktor faktor yang mempengaruhi

kecepatan disolusi paracetamol.

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari

bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif

sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung

dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum

diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah

bentuk padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep (Ansel

1985).

Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan

dalam cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang

diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat

diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu

tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu

obat tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat

tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan dalam usus

halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel 1985).

Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam

saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk

padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 4

mengalami disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini

mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel halus. Disintegrasi,

deagregasi dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan

melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan

(Martin 1993).

Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan

banyaknya suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu.

Persamaan kecepatan menurut Noyes dan Whitney sebagai berikut

(Ansel 1993) :

dM.dt-1 : Kecepatan disolusi

D : Koefisien difusi

Cs : Kelarutan zat padat

C : Konsentrasi zat dalam larutan pada waktu

h : Tebal lapisan difusi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi yaitu (Martin

1993) :

1. Suhu

Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu

zat yang bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi

zat.

Menurut Einstein,koefisien difusi dapat dinyatakan melalui

persamaan berikut (Martin 1993) :

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 5

D : koefisien difusi

r : jari-jari molekul

k : konstanta Boltzman

: viskositas pelarut

T : suhu

2. Viskositas

Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi

suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga

menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.

3. pH pelarut

pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang

bersifat asam atau basa lemah.

Untuk asam lemah:

Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat.

Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat.

Untuk basa lemah:

Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat.

Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat.

4. Pengadukan

Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi

(h). jika pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan

cepat berkurang.

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 6

5. Ukuran Partikel

Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif

menjadi besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.

6. Polimorfisme

Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme.

Struktur internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan

yang berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut

daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan disolusinya besar.

7. Sifat Permukaan Zat

Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat

bersifat hidrofob. Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan

permukaan antar partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga

zat mudah terbasahi dan kecepatan disolusinya bertambah.

Ada 2 metode penentuan kecepatan disolusi yaitu (Martin 1993) :

1. Metode Suspensi

Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut tanpa

pengontrolan terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil

pada waktu-waktu tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan

dengan cara yang sesuai.

2. Metode Permukaan Konstan

Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya

sehingga variable perbedaan luas permukaan efektif dapat

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 7

diabaikan. Umumnya zat diubah menjadi tablet terlebih dahulu,

kemudian ditentukan seperti pada metode suspensi.

Prinsip kerja alat disolusi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

(Dirjen POM 1995) :

1. Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau

bahan transparan yang inert, suatu batang logam yang digerakkan

oleh motor dan keranjang yang berbentuk silinder dan

dipanaskan dengan tangas air pada suhu 370C.

2. Alat yang digunakan adalah dayung yang terdiri dari daun dan

batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian

sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari

sumbu vertikel wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan

yang berarti.

B. Uraian Bahan

1. Natrium Fosfat (Dirjen POM 1979 h. 37)

Nama resmi : DINATRII HYDRO

Nama lain : Dinatrium Hidrogen Fosfat

Pemerian : hablur, tidak berwarna, dan tidak

berbau.

Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : sebagai pelarut

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 8

2. NaH2PO4 (Dirjen POM 2014 h. 1727)

Nama resmi : NATRIUM FOSFAT MONOBASA

Berat molekul : 137,99

Rumus molekul : NaH2PO4

Pemerian : Kristal putih, tidak berbau.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah

larut dalam etanol.

Kegunaan : Larutan dapar

3. Na2HPO4 (Dirjen POM 2014 h. 1727)

Nama resmi : NATRIUM FOSFAT DIBASA

Berat molekul : 268,07

Rumus molekul : Na2HPO4

Pemerian : Serbuk putih atau kristal putih atau

hampir putih, tidak berbau.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih larut

dalam air panas, praktis tidak larut

dalam etanol.

Kegunaan : Larutan dapar

4. Parasetamol (Dirjen POM 1979 h. 37)

Nama resmi : ACETAMINOPHENUM

Nama lain : Asetaminofen, parasetamol

RM/BM : C8H9NO2 / 151,16

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 9

Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak

berbau, dan rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7

bagian etanol (95%) p, dalam 13

bagian aseton p, dalam 40 bagian

gliserol p dan dalam 9 bagian

propilenglikol p, larut dalam larutan

alkali hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi

dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai analgetikum, dan


antipirelikum.

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 10

BAB III

METODE KERJA

A. Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan selama praktikum yaitu apparatus,

gelas ukur, dan vial.

B. Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum adalah air suling,

larutan dapar natrium fosfat pH 5,8 yang berisi NaH2PO4 dan Na2HPO4,

paracetamol.

C. Cara Kerja

Pertama-tama, dibuat larutan dapar natrium fosfat sebanyak 1000

mL dengan pH 5,8, kemudian dimasukkan ke dalam bejana apparatus,

diatur apparatus pada suhu 37 C, lalu dimasukkan dapar natrium fosfat

ke dalam bejana. Jika suhu dapar natrium fosfat didalam bejana sudah

mencapai suhu 37 C maka dimasukkan 500 mg paracetamol dan

hidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm kemudian setelah itu

diambil sebanyak 5 mL larutan dapar natrium fosfat yang terdapat didalam

bejana yang berisi paracetamol pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30

menit setelah pengadukan. Disetiap selesai pengambilan sampel segera

di gantikan dengan 5 mL larutan dapar natrium fosfat yang masih ada.

Dimasukkan ke dalam vial yang diberi masing- masing label dengan

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 11

selang waktu yang berbeda, kemudian ditentukan kadar paracetamol yang

terlarut dari setiap sampel dengan cara spektrofotometer. Kemudian

dilakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap waktu terhadap

pengenceran yang dilakukan karena penggantian larutan dengan dapar

natrium fosfat. Ditabelkan hasil yang diperoleh dan dibuatkan kurva antara

konsentrasi paracetamol yang diperoleh dengan waktu untuk setiap

satuan waktu (dalam satu grafik).

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel pengamatan

Tabel kurva baku

Ppm Absorbansi
4 0,274
6 0,411
8 0,543
10 0,679
12 0,814
Keterangan : a = 0,005
b = 0,411
r = 0,999
Tabel waktu dan absorbansi (nilai y)
Waktu Absorbansi
0 -0,003
5 0,200
10 0,234
15 0,238
20 0,241
25 0,241
30 0,242

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 13

Tabel perhitungan disolusi


t y Konsentrasi Konsentrasi Fk obat Q
(C) ppm (C) mg terkoreksi
0 -0,003 0 0 0 0 0
5 0,200 2,893 13,018 0,072 13,09 3840,835%
10 0,234 3,397 15,286 0,156 15,422 3270,966%
15 0,238 3,456 15,552 0,242 15,796 3215,020%
20 0,241 3,501 15,754 0,329 16,083 3173,797%
25 0,241 3,501 15,754 0,416 16,17 3173,797%
30 0,242 3,516 15,822 0,504 16,326 3160,156%
Tabel perhitungan Q dan Q total

Waktu Konsentrasi (mg) Q


0 0 0
5 13,018 3840,835%
10 15,286 3270,966%
15 15,552 3215,020%
20 15,754 3173,797%
25 15,754 3173,797%
30 15,822 3160,156%
Q = 19334,571%
Tabel perhitungan obat terdisolusi dan AUC

Waktu obat terkoreksi AUC


0 0 0
5 13,09 32,545
10 15,422 70,76
15 15,796 77,095
20 16,083 78,265
25 16,170 78,77
30 16,326 78,94
AUC = 416,375

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 14

2. Perhitungan

a. Menit ke-5

Perhitungan konsentrasi (ppm)


ya
x=
b

0,2000,005
x=
0,0674

x = 2,893 ppm

Perhitungan konsentrasi (mg)

2,893
x= x 900 x Fp
1000

2,893
x= x 900 x 5
1000

x = 13,018 mg

Perhitungan Fk

V dipipet
Fk = x C mg + Fk sebelumnya
V medium

5
= x 13,018 + 0
900

= 0,072

Perhitungan obat terkoreksi

obat terkoreksi = C + Fk

= 13,018 + 0,072

= 13,09

Perhitungan Q

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 15

900
Q= x 100 %
C

5
= x 100 %
13,018

= 3840,835 %

b. Menit ke-10

Perhitungan konsentrasi (ppm)


ya
x=
b

0,2340,005
x=
0,0674

x = 3,397 ppm

Perhitungan konsentrasi (mg)

3,397
x= x 900 x Fp
1000

3,397
x= x 900 x 5
1000

x = 15,286 mg

Perhitungan Fk

V dipipet
Fk = x C mg + Fk sebelumnya
V medium

5
= x 15,286 + 0,072
900

= 0,156

Perhitungan obat terkoreksi

obat terkoreksi = C + Fk

= 15,286 + 0,156

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 16

= 15,422

Perhitungan Q

500
Q= x 100 %
C

5
= x 100 %
15,286

= 3270,966 %

c. Menit ke-15

Perhitungan konsentrasi (ppm)


ya
x=
b

0,2380,005
x=
0,0674

x = 3,456 ppm

Perhitungan konsentrasi (mg)

3,456
x= x 900 x Fp
1000

3,456
x= x 900 x 5
1000

x = 15,552 mg

Perhitungan Fk

V dipipet
Fk = x C mg + Fk sebelumnya
V medium

5
= x 15,552 + 0,156
900

= 0,242

Perhitungan obat terkoreksi

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 17

obat terkoreksi = C + Fk

= 15,552 + 0,242

= 15,794

Perhitungan Q

500
Q= x 100 %
C

5
= x 100 %
15,552

= 3215,020 %

d. Menit ke-20

Perhitungan konsentrasi (ppm)


ya
x=
b

0,2410,005
x=
0,0674

x = 3,501 ppm

Perhitungan konsentrasi (mg)

3,501
x= x 900 x Fp
1000

3,501
x= x 900 x 5
1000

x = 15,754 mg

Perhitungan Fk

V dipipet
Fk = x C mg + Fk sebelumnya
V medium

5
= x 15,754 + 0,242
900

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 18

= 0,329

Perhitungan obat terkoreksi

obat terkoreksi = C + Fk

= 15,754 + 0,329

= 16,083

Perhitungan Q

500
Q= x 100 %
C

5
= x 100 %
15,754

= 3173,797 %

e. Menit ke-25

Perhitungan konsentrasi (ppm)


ya
x=
b

0,2410,005
x=
0,0674

x = 3,501 ppm

Perhitungan konsentrasi (mg)

3,501
x= x 900 x Fp
1000

3,501
x= x 900 x 5
1000

x = 15,754 mg

Perhitungan Fk

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 19

V dipipet
Fk = x C mg + Fk sebelumnya
V medium

5
= x 15,754 + 0,329
900

= 0,416

Perhitungan obat terkoreksi

obat terkoreksi = C + Fk

= 15,754+ 0,416

= 16,170

Perhitungan Q

500
Q= x 100 %
C

5
= x 100 %
15,754

= 3173,797 %

f. Menit ke-30

Perhitungan konsentrasi (ppm)


ya
x=
b

0,2420,005
x=
0,0674

x = 3,516 ppm

Perhitungan konsentrasi (mg)

3,516
x= x 900 x Fp
1000

3,516
x= x 900 x 5
1000

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 20

x = 15,822 mg

Perhitungan Fk

V dipipet
Fk = x C mg + Fk sebelumnya
V medium

5
= x 15,822 + 0,416
900

= 0,504

Perhitungan obat terkoreksi

obat terkoreksi = C + Fk

= 15,822 + 0,504

= 16,326

Perhitungan Q

500
Q= x 100 %
C

5
= x 100 %
16,326

= 3160,156 %

Q = 19834,571 %

% total
% terdisolusi = x 100
500

19834,571 %
= x 100
500

= 3966,914 %

3. Perhitungan II

Perhitungan AUC

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 21

13,018+0
[AUC] tn = (5 0)
2
tn-1
= 32,545

15,286+13,018
[AUC] tn = (10 5)
2
tn-1
= 70,76

15,552+15,286
[AUC] tn = (15 10)
2
tn-1
= 77,095

15,754+15,552
[AUC] tn = (20 15)
2
tn-1
= 78,265

15,754+15,754
[AUC] tn = (25 20)
2
tn-1
= 78,77

15,822+15,754
[AUC] tn = (30 25)
2
tn-1
= 78,94

Perhitungan luas bidang A

Luas bidang A = AUC = 416,375

Perhitungan luas bidang AB

bobot ratarata
Luas bidang A + B = x 500
bobot sampel

599
= x 500
590

= 508,05 mg

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 22

Perhitungan % ED

Luas bidang A
% ED = x 100%
Luas bidang A+B

416,375
= x 100%
508,05

= 81,955 %

B. Pembahasan

Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat

masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana,

disolusi adalah proses dimana zat padat melarut. Secara prinsip

dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Dalam

penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat terlibat

berbagai proses.

Disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik fisik sediaan,

proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi ke

dalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi, dan

degradasi sediaan, merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi

kerakteristik disolusi obat dari sediaan.

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kecepatan

disolusi dari paracetamol dan mengetahui cara penggunaan alat uji

disolusi.

Dalam bidang farmasi, pengetahuan mengenai kecepatan disolusi

atau kelarutan sangat diperlukan untuk membantu memilih medium

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 23

pelarut yang paling baik untuk zat atau kombinasi zat, membantu

mengatasi kesulitan kesulitan tertentu yang timbul pada waktu

pembuatan larutan farmasetis (di bidang farmasi), dan lebih jauh lagi,

dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian.

Pada percobaan ini ada 2 alat yang digunakan yaitu alat uji

disolusi tipe 2 (dayung) dan spektrofotometer.

Prinsip kerja dari alat uji disolusi tipe 2 (dayung) yaitu pada saat

tablet dimasukkan ke dalam medium disolusi maka tablet akan mengalami

proses disolusi sesuai dengan lama waktu disolusi tablet tersebut.

Prinsip kerja dari spektrofotometer yaitu sinar/cahaya yang datang

melalui sampel sebagian akan diserap terhitung sebagai absorban (A) dan

sebagian lagi dipantulkan terhitung sebagai transmitan (% T).

Pada percobaan ini, akan dilihat disolusi parasetamol dengan

menggunakan medium larutan dapar natrium fosfat pH 5,8. Dalam

percobaan ini digunakan larutan dapar natrium fosfat pH 5,8 sebagai

media disolusinya karena mau dikondisikan seperti didalam lambung

manusia yang dimana kita tau lambung memiliki suasana asam. Volume

dari labu disolusi yang digunakan adalah 1000 ml. Kemudian suhu yang

digunakan yaitu dipertahankan agar tetap 37C, agar sesuai dengan suhu

tubuh manusia. Hal ini sebagai pembanding jika obat tersebut berada

dalam tubuh manusia. Selain itu alat disolusi juga diatur kecepatan

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 24

putarannya sebesar 50 rpm karena ini diumpamakan sebagai kecepatan

gerak peristaltik lambung.

Pemipetan larutan dilakukan pada waktu-waktu yang berbeda yaitu

menit ke- 0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui pada menit ke berapa parasetamol tersebut

dapat terdisolusi dengan baik pada medium pelarutnya. Waktu yang

digunakan yaitu 30 menit karena waktu yang digunakan paracetamol

untuk dapat terdisolusi adalah 30 menit.

Setelah diambil 5 ml larutan dapar natrium fosfat, dimasukkan lagi

larutan dapar natrium fosfat 5 ml sebagai penggantinya. Hal ini diibaratkan

dalam tubuh manusia, yang mana ketika ada cairan yang keluar maka

akan segera tergantikan.

Setelah dipipet tiap-tiap interval waktu, paracetamol dimasukkan ke

dalam vial untuk ditampung kemudian dimasukkan didalam kuvet lalu

ditentukan nilai absorban paracetamol dan juga larutan dapar natrium

fosfat pH 5,8 dengan menggunakan spektrofotometer.

Pemipetan dilakukan pada waktu yang berbeda-beda untuk

melihat kapan paracetamol berdisolusi dengan optimal pada medium

pelarut.

Pada saat suatu sediaan obat masuk ke dalam tubuh, selanjutnya

terjadi proses absorbsi ke dalam sirkulasi darah dan akan didistribusikan

ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif pada sediaan obat

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 25

tersebut memiliki pelarut yang cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga

akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya.

Hasil yang diperoleh pada percobaan untuk data kurva baku pada

4 ppm absorbannya 0,274, 6 ppm absorbannya 0,411, 8 ppm

absorbannya 0,543, 10 ppm absorbannya 0,679, dan 12 ppm

absorbannya 0,814. % ED paracetamol yang dipraktikumkan sebesar

81,955 %. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa semakin banyak

waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk berdisolusi maka semakin

tinggi pula konsentrasi (Kadar) zat tersebut dalam cairan (media pelarut).

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil persentase

disolusi rata-rata obat parasetamol sebesar 81,955 % %. Hal ini sesuai

dengan literatur Ditjen POM yang menyatakan bahwa hasil disolusi obat

parasetamol adalah tidak kurang dari 80%.

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 26

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa

1. Semakin banyak waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk

berdisolusi maka semakin tinggi pula konsentrasi (Kadar) zat tersebut

dalam cairan (media pelarut).

2. Persentase disolusi rata-rata obat parasetamol sebesar 81,955 % %.

Hal ini sesuai dengan literatur Ditjen POM yang menyatakan bahwa

hasil disolusi obat parasetamol adalah tidak kurang dari 80%.

B. Saran

Sebaiknya dalam praktikum, praktikan harus lebih aktif dan saling

bekerja sama dalam kelompok. Praktikan juga harus lebih teliti dalam

dalam melakukan pengamatan agar meminimalisir adanya kesalahan.

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 27

DAFTAR PUSTAKA

Ansel. 1985., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press, Jakarta.

Ansel. 1989., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press, Jakarta.

Ditjen POM, 1979., Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Ditjen POM, 1995., Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Ditjen POM, 2014., Farmakope Indonesia, Edisi V, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Martin, Alfred, 1993., Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press,


Jakarta.

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 28

LAMPIRAN GAMBAR

Alat yang digunakan sperktro

Alat waterbath shaker

Hasil setelah pengadukan pada

waterbath shaker

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 29

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

Diisi gelas kimia 1000 mL dengan larutan dapar fosfat

Diatur waterbath shaker pada suhu 30C, letakkan gelas kimia ke dalam

waterbath shaker

Jika suhu larutan dapar di dalam bejana sudah mencapai suhu 30C,

dimasukkan 500 mg paracetamol dan dihidupkan motor penggerak pada

kecepatan 50 rpm

Diambil sebanyak 5 mL dapar fosfat dari bejana setiap selang waktu 1, 5,

10, 15, 20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan

sampel, segera digantikan dengan 5 mL dapar fosfat.

Ditentukan kadar paracetamol yang terlarut dari setiap sampel dengan

cara spektrofotometer

Dilakukan koereksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap waktu

terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian larutan

dengan larutan dapar fosfat

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088
KECEPATAN DISOLUSI 30

Dilakukan percobaan yang sama untuk suhu 400 C dan

500CdanDitabelkan hasil yang diperoleh

Buat kurva antara konsentrasi paracetamol yang diperoleh dengan waktu

untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik).

HANIFA SALEH ADINDA DWI AYU D. RASYID


15020160088

Anda mungkin juga menyukai