PERCOBAAN 6
PEMISAHAN ZAT AKTIF DENGAN EKSTRAKSI FASE PADAT
Disusun oleh:
Muzdalifah 10060317018
M. Ilham Hardian 10060317019
Shafira Rizqika 10060317020
Muhammad Shofiyanta 10060317021
Nur karimah 10060317022
Shift/kel :E/3
Tanggal Praktikum : 27 Februari 2020
Tanggal Laporan : 5 Maret 2020
Nama Asisten : Nur Annisa, S. Farm.
I. Tujuan Percobaan
1. Dapat melakukan pemisahan paracetamol dari sediaan obat tradisional
(jamu) dengan mengunakan metode ekstraksi fase padat
2. Dapat melakukan analisis kualitatif hasil ekstraksi fase padat dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT)
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P,
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan
dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Bobot molekul : 151,16 g/mol
Bobot jenis : 1,293
Titik leleh : 169-170˚ C
Titik didih : > 500 ˚C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan : Analgetikum (pereda nyeri ringan) dan
antipiretikum (menurunkan suhu tubuh atau penurun
demam). ( Depkes RI, 2014 )
3. Aquadest
Pemerian : Cairan, jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Fungsi : Pembawa atau pelarut
Sterilisasi : Autoklaf 121˚C, 15 menit.
Inkompatibilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan
obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis
(penguraian dalam keberadaan air atau uap air) di suhu kamar yang
tinggi. Air dapat bereaksi cepat dengan logam alkali dan dengan logam
alkali dan oksida mereka, seperti kalsium oksida dan magnesium
oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk
hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan beberapa organik bahan
dan kalsium karbida. ( Depkes RI, 2014 )
4. C18 (Karbon Oktadesil)
Pemerian : Serbuk berwarna putih
Bobot molekul : 253,4. ( Depkes RI, 2014 )
5. Kloroform (CHCl3)
Nama resmi : CHOLOROFORNUM
Nama lain : Kloroform
Rumus molekul/BM : CHCl3/ 119,38
Pemerian : Cairan, mudah menguap, tidak berwarna;bau khas; rasa
manis dan membakar
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 200 bagianair;mudah larut
dalam etanol mutlak p, dalam minyak atsiri dan dalam minyak
lemak
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, bersumbat kaca,
terlindung dari cahaya
Kegunaan : eluen. ( Depkes RI, 2014 )
6. Ammonium hidroksida (NH4OH)
Nama resmi : AMMONIA
Nama lain : Ammonia hidroksida
Rumus molekul/BM : NH4OH / 35,05
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,menusuk kuat
Kelarutan : mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pelarut sampe. ( Depkes RI, 2014 )
7. Asam Format (HCO2H)
Nama lain :Asam format,asam aminat,asam hidrogen karboksilat
Rumus molekul :HCOOH
Berat Molekul :46,03 gr/mole.
Pemerian : Cairan tidak berwarna,bau sangat tajam,sangat korosif.
Bobot jenis :1,2 gr/cm
Kelarutan :dapat bercampur dengan air dan etanoli.
Kegunaan :sebagai zat tambahan. ( Depkes RI, 2014 )
Ekstrak
Waktu retensi
VIII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan isolasi senyawa paracetamol
yang terdapat didalam jamu. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa
bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit
batang, dan buah. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun.
Bahan kimia obat (BKO) merupakan zat-zat kimia yang
digunakan sebagai bahan utama obat kimiawi yang biasanya ditambahkan
dalam sediaan obat tradisional/jamu untuk memperkuat indikasi dari obat
tradisional tersebut (BPOM, 2013).
Beberpa tahun kebelakang banyak pedangan yang tidak
bertanggung jawab mencampurkan BKO kedalam jamu yang bertujuan
untuk meningkatkan khasiat dari jamu tersebut sehingga lebih berefek
daripada jamu yang tidak ditambahkan BKO Bahan-bahan kimia obat
tersebut dapat menimbulkan efek negatif di dalam tubuh pemakainya jika
digunakan dalam jumlah banyak karena dosis yang digunakanya tidak
jelas. Jamu yang asli menghasilkan efek farmakologi yang lama hal ini
dikarenakan jamu masih kompleks sehinga proses adsorbsi akan lama
sehingga efek yang dihasilkan juga akan lama. Sedangkan bahan kimia
obat merupakan senyawa tunggal sehingga mudah teradsorbsi sehingga
menghasilkan efek farmakologi yang cepat.
Jamu yang asli dan jamu yang ditambahkan BKO memang sulit
untuk dibedakan secara kasat. Oleh karena itu terdapat metode yang dapat
mengisolasi suatu senyawa yang dicurigai adalah BKO dalam jamu.
Metode ini adalah ekstraksi fase padat atau Solid Phase Extraction.
Ektraksi fase padat termasuk kedalam salah satu metode ekstraksi
yang merupakan ektraksi cair padat. Dikatakan ekstraksi cair padat karena
menggunakan pelarut pengekstrak berupa padatan (sorben). Pada
praktikum ini digunkan sorben berupa C18. Keunggulan SPE
dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah: proses ekstraksi lebih
sempurna, pemisahan analit dari penganggu yang mungkin ada menjadi
lebih efisien, mengurangi pelarut organik yang digunakan, fraksi analit
yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan, mampu menghilangkan
partikulat, dan lebih mudah diotomatisasi. Karena SPE merupakan proses
pemisahan yang efisien maka untuk memperoleh recovery yang tinggi
(>99%) pada SPE lebih mudah dari pada ekstraksi cair-cair. Dengan
ekstraksi cair-cair diperlukan ekstraksi beberapa kali untuk memperoleh
recovery yang tinggi, sedangkan dengan SPE hanya dibutuhkan satu tahap
saja untuk memperolehnya.
SPE memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-
cair yaitu dengan menggunakan SPE proses ekstraksi menjadi lebih
sempurna, pemisahan analit dari matriks menjadi lebih efisien,
mengurangi pelarut organic yang digunakan. SPE merupakan proses
pemisahan yang efisien sehingga recovery yang tinggi (>99%) lebih
mudah dicapai jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair. Selain itu
kerugian SPE adalah banyaknya jenis cartridge (berisi penjerap tertentu)
yang beredar di pasaran sehingga reprodusibilitas hasil bervariasi jika
menggunakan cartridge yang berbeda dan juga adanya adsorpsi yang
bolak-balit pada cartridge SPE.
Pertama-tama dilakukan tahap pengkondisian. Tahap ini bertujuan
untuk membuka pori-pori pada cartridge C18 sehingga memudahkan
proses pada tahap elusi. Selain itu tahap ini juga bertujuan untuk membuat
suasana yang sama agar tidak terjadi perubahan kimia selama proses
pengerjaan. Pada tahap ini pelarut yang digunakan harus pelarut yang
memiliki daya elusi yang kuat contohnya methanol, asetonitril, karbon
disulfide. Pada percobaan ini digunakan pelarut methanol dan air sebanyak
masing-masing 1,5 ml yang dimasukkan kedalam cartridge C18 dan
dibiarka menetes sampai habis dan di tampung pada vial pengkondisian.
Seharusnya pada vial ini tidak terdapat analit karena cairan yang
dimasukkan kedalam cartridge C18 tidak mengandung sampel
paracetamol.
Selanjutnya dilanjutkan dengan tahap retensi atau penjerapan.
Tahap ini bertujuan untuk menjerap analit dan mengeluarkan atau
mengelusi matriks. Matriks adalah komponen lain selain analit yang ikut
terelusi. Pada tahap ini diharapkan analit terjerap pada sorben karena
kesamaan sifat antara sorben dengan analit. Sorben bersifat non polar
sehingga efektif untuk analit yang bersifat semipolar hingga non polar.
Dalam hal ini paracetamol bersifat semipolar sehingga akan terjadi
interaksi antara paracetamol dengan cartridge C18 dan mempunyai afinitas
yang tinggi sehingga paracetamol akan terjerap pada cartridge C18.
Pelarut yang digunakan pada tahap ini bersifat asam. Digunakan pelarut
asam karena pelarut asam dapat mengurangi jumlah matriks sehingga yang
terjerap hanya analit. Pelarut asam yang digunakan adalah asam format.
Pemilihan ini berdasarkan hasil optimasi dari berbagai percobaan. Selain
itu pelarut yang digunakan pada tahap ini harus mempunyai daya elusi
yang rendah sehingga dapat menjerap analit lebih lama. Hasil pada tahap
ini ditampung dalam vial hasil retensi. Seharunya pada vial ini tidak
terdapat analit karena diharapkan analit terjerap sempurna pada cartridge
C18.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, paracetamol yang
terkandung dalam sampel jamu simulasi dapat diisolasi dengan metode
SPE menggunakan cara catridge, hal tersebut terbukti setelah dilakukan
analisis kualitatif dengan KCKT yang menunjukkan waktu retensi puncak
larutan elusi sebesar 3,030 yang hampir mendekati standar paracetamol
seperti yang tercantum pada beberapa literatur.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Kee, J.L., and Hayes E.R., 1996, Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan,
140-151, Alih Bahasa Peter Anugerah. EGC, Jakarta.
Watson dan David, G., 2009, Analisis Farmasi: Buku Ajar untuk Mahasiswa
Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi, Diterjemahkan dari Bahasa Inggris
oleh Winny, R., Syarief, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Katzung, B.G. 2011. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
LAMPIRAN