Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN RESMI FTS NON SOLID

MODUL 3

SIRUP

Penyusun :

Nama Anggota :

1. Ade Fia Arianti ; C12019001

2. Agustian Hermansyah ; C12019003

3. Dani Riszki Amanda ; C12019010

4. Nia Safinda ; C12019032

Kelompok/Golongan : A1/A1
Hari/Jam Praktikum : Selasa, 15 Juni 2021
Dosen Pembimbing : Apt. Naelaz Zukhruf W.K., M.Pharm

LABORATORIUM FARMASI

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

2021
BAB I. PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Obat batuk termasuk dalam kategori obat bebas dan bebas terbatas yang secara umum berupa
sediaan sirup. Obat batuk sediaan sirup harus memenuhi persyaratan sebelum diedarkan ke
pasaran. Obat batuk sirup dengan kualitas yang baik dapat menghasilkan efek farmakologi atau
efek terapi apabila mencapai tempat aksinya dengan konsentrasi yang sesuai. Contoh persyaratan
kualitas obat yang harus dipenuhi menurut Farmakope Indonesia V tahun 2014 adalah syarat
kadar zat berkhasiat dan stabilitas obat. Stabilitas obat dapat diketahui dari ada atau tidaknya
penurunan kadar zat berkhasiat dalam obat atau terjadinya perubahan penampilan sediaan obat
selama penyimpanan hingga mencapai waktu kadaluwarsanya (Rohman & Gandjar, 2010).

Beberapa zat berkhasiat dalam obat batuk sirup adalah parasetamol, parasetamol merupakan
derifat asetanilida yang digunakan sebagai analgetik-antipiretik. Parasetamol sebagai obat
golongan analgetik-antipiretik yang pada saat ini banyak digunakan oleh masyarakat.
Parasetamol dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman. Umumnya obat dalam bentuk cair
lebih disukai daripada bentuk padat karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam
pemberian dosis, pemberian lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar,
aman dan juga mudah diatur penyesuaian dosis untuk anak (Arisandi, 2008 ).

Sirup parasetamol sering digunakan sebagai antipiretik buat anak-anak, bahkan sebagian
orang menyediakannya sebagai stokdirumah untuk menjaga jika anak mereka demam.
Penggunaan sirup parasetamol hanya mengobati gejala, sehingga tidak diminum hingga habis.
Hal ini menyebabkan obat masih tersisa banyak dan konsumen cenderung untuk menyimpan sisa
dari obat tersebut. Sebagian tetap menyimpan disuhu kamar sebagian lagi menyimpan didalam
lemari pendingin.Keberhasilan pengobatan tergantung pada kadar zat aktif yang dapat mencapai
tempat aksi. Kadar yang kurang dari dosis efektif akan mempersulit penyembuhan penyakit. Hal
ini bisa terjadi karena pemberian dosis yang kurang atau karena terjadinya penurunan kualitas
obat selama penyimpanan. Dengan demikian kontrol kualitas dan penetapan waktu kadaluwarsa
obat sangat diperlukan (Arisandi, 2008 ).

Jalur utama degradasi yang menyebabkan parasetamol tidak stabil adalah peristiwa hidrolisis
yang memecah parasetamol menjadi paminofenol dan asam asetat, dan hal ini dapat terjadi
selama penyimpanan obat, sehingga kontrol kualitas dan penetapan waktu kadaluwarsa obat

1
sangat diperlukan, selain itu penting untuk memformulasikan obat sedekat mungkin dengan pH
optimumnya untuk memperoleh sediaan yang lebih stabil selama penyimpanan (Connors, et
al.,1986).

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara membuat sediaan sirup serta mengevaluasi stabilitas fisiknya ?
2. Bagaimana cara menginterpretasikan data hasil pembuatan sediaan sirup ?
III. Tujuan Formulasi
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sediaan sirup
2. Mahasiswa mampu membuat sediaan sirup serta dapat mengevaluasi stabilitas
fisiknya
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan data hasil pembuatan sediaan sirup
IV. Manfaat Formulasi

Mahasiswa dapat memformulasikan paracetamol dalam sediaan sirup dan dapat


mengevaluasi stabilitas dari sediaan sirup paracetamol.Serta dapat menginterpretasikan data hasil
dari pembuatan sirup.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PRAFORMULASI
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
I. Farmakokinetika

Paracetamol (asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang


sama dan telah digunakan sejak 1983. Efek antipiretik tersebut ditimbulkan oleh gugus
aminobenzen.Paracetamol bersifat antipiretik dan analgetik tetapi sifat anti inflamasinya lemah
sekali.

Paracetamol merupakan obat analgesik non narkotik yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis prostaglandin terutama di Sistem Saraf Pusat (SSP). Paracertamol sudah digunakan
secara luas dalam bentuk sediaan tunggal atau dikombinasi dengan obat lain melalui resep dokter
yang dijual bebas. Paracetamol dapat ditoleransi dengan baik karena tidak memiliki efek
samping aspirin sehingga obat ini dapat diperoleh tanpa resep dokter.

Parasetamol di absorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan waktu paruh plasma antara 1-3 jam. Dalam
plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma.Obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom
hati.Sebagian parasetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil
lainnya dengan asam sulfat (Wilmana & Gan, 2008).

Sebagian kecil paracetamol mengalami proses N-hidroksilasi yang diperantai sitokrom P450
yang membentuk N-asetil-benzokuinoneimin, yang merupakan suatu senyawa yang sangat
reaktif. Metabolit ini bereaksi dengan gugus sulfihidril pada glutaion.

II. Indikasi

Obat dengan kandungan zat aktif paracetamol digunakan untuk meredakan gejala demam
dan nyeri pada berbagai kondisi penyakit seperti tifoid, demam dongue dan infeksi saluran
kemih.Paracetamol juga dapat digunakan pada keluhan osteoarthritis, nyeri kepala, nyeri
punggung belakang, nyeri pada gigi dan nyeri pasca operasi.

3
III. Kontra Indikasi

Penggunaan paracetamol terutama jika dalam waktu jangka panjang maka perlu diperhatikan
pada psaien dengan riwayat penyakit hepar kronis dekompensata dan penyakit hipersensititas.

IV. Efek Samping

Dibawah ini merupakan efek samping yang mungkin saja dapat muncul setelah Anda
mengkonsumsi obat dengan kandungan paracetamol.

 Demam
 Sakit tenggorokan
 Muncul ruam kulit yang terasa gatal
 Tubuh terasa lemah
 Nyeri punggung
 Timbul memar pada kulit
 Kulit atau mata berwarna kekuningan.

II. Tinjauan Sifat Fisika-Kimia Obat


1. Paracetamol
a. Rumus molekul : C8H9NO2
b. Berat molekul : 151,16
c. Struktur kimia :

d. Nama lain : acetaminophen, p-acetamidophenol, N-acetilpminophenol


(NAPAP)
e. Organoleptis : berbentuk serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau, dan
rasa sedikit pahit.
f. Kelarutan : larut dalam air mendidih, alkohol, aseton, gliserol, propilenglikol,
kloroform, metil alkohol, dan tidak larut dalam benzena dan eter.

4
g. Titik lebur : 168oC - 172⁰C
h. Sisa pemijaran : tidak lebih dari 0,1 % (Dirjen POM, 1995)
i. Stabilitas : stabil pada ph >6, tidak stabil pada ph asam atau pada kondisi
alkaline.

2. Sukrosa
a. Rumus molekul : C6 H12 O6.H2O
b. Berat molekul : 198,17
c. Struktur kimia :

d. Organoleptis : berbentuk kristal, raa manis, berwarna putih, hampir tidak


berbau
e. Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
agak sukar larut dalam etanol (95%) P mendidih, sukar larut dalam etanol
(95%) P.
f. Titik lebur : 146oC (Dirjen POM, 1979 hal 725)
3. Asam Sitrat
a. Rumus molekul : C6H8O7.H2O
b. Berat molekul : 210,14
c. Struktur kimia :

d. Organoleptis : hablur tidak berwarna atau serbuk putih,tidak berbau,rasa


sangat asam, agak higroskopik,merapuh dalam udara kering dan panas.

5
e. Kelarutan : larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam1,5 bagian
etanol(95%) P, sukar larut dalam eter P.
f. Inkompatibilitas : asam sitrat income dengan potassium tartrat, alkali dan
alkali tanah karbona, asetat dan sulfide income terhada pengoksida bais,
pereduksi dan nitrat berpotensi meledak akan terurai jika dikombinasikan
dengan logam berat.
g. Higroskopis : asam sitrat bersifat higroskopis yang mampu meningkatkan
kadar air dalam serbuk sehingga menyebabkan serbuk mudah lembab.
h. Titik lebur : 153⁰C
4. Propilenglikol
a. Rumus molekul : C3H8O2
b. Berat molekul : 76,10
c. Struktur kimia :

d. Organoleptis : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau rasa agak
manis, higroskopik
e. Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol(95%)P, dan dengan
kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter
minyak tanah P, dan dengan minyak lemak
f. Stabilitas : higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
lindungi dari cahaya, di tempat dingin dan kering. Pada suhu yang tinggi
akan teroksidasi menjadi propion aldehid asam laktat, asampiruvatdan asam
asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin atau air
g. Titik lebur : -59⁰C
h. Inkompatibilitas : dengan bahan pengoksidasi seperti kalium permanganat.
(FI III ed 1979, hal 534)
5. Perasa melon (essensial melon)
a. Organoleptis : berwarna hijau, memiliki rasa menyerupai melon, berbau
melon, dan cairan jernih
6
b. Kelarutan : mudah larut dalam alkohol 90 %, asam aseat glasial.
c. Penyimpanan : dapat disimpan dalam wadah gelas plastik.
6. Aquadest
a. Organoleptis : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
b. Berat molekul : 18,02
c. Rumus molekul : H2O
d. Struktur kimia :

e. Kelarutan : larut dalam sebagian pelarut polar.


f. Stabilitas : air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk fisik
(es,air, dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat
penyimpanan dan penggunaannya.
g. Titik lebur : 0oC
h. Inkompatibilitas : air dapat bereaksi dengan obat- obatan dan eksipien lain
yang rentan terhadap hidrolisis dekomposisi dalam keberadaan air atau uap
air) pada saat suhu ditinggikan. Air dapat bereaksi dengan logam alkali dan
bereaksi cepat dengan alkali tanah dan oksidanya, seperti kalsium
hidroksida dan magnesium hidroksida. Air juga bereaksi dengan garam
anhidrat untuk membentuk garam hidrat dengan berbagai komposisi, dan
dengan beberapa organik bahan dan kalsium karbida.
7. Sunset yellow
a. Rumus kimia : C16H10N2Na2O7S2
b. Berat molekul : 452,37
c. Struktur kimia :

d. Organoleptis : berwarna kuning

7
e. Kelarutan : larut dalam air
f. Kegunaaan : pewarna sintetik bersifat asam yang mengandung kelompok
kromofor NN dan CC.digunakan sbagai pewarna makanan, kosmetik, dan
medikasi.
g. Titik didih : 836,6OC

8. Natrium sitrat
a. Nama lain : titanium sitrat, trisodium sitrat
b. Rumus molekul : Na3C6H5O7
c. Berat molekul : 258, 06 g/mol
d. Struktur kimia :

e. Organoleptis : hablur tidak berwarna, berbentuk serbuk


f. Kelarutan : dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam air mendidih, tidak larut dalam etanol (Farmakope Indonesia)
g. Stabilitas : sodium sitrat dihidrat merupakan bahan yang stabil. Larutan berair
dapat disterilisasi dengan autoklaf, pada penyimpanan larutan dapat
menyebabkan pemisahan partikel padat kecil dari wadah kaca. Bahan curah
harus disimpan dalam wadah kedap udara dan ditempat sejuk dan kering.
h. Inkompatibilitas : kalsium, garam strontium, basis, agen pereduksi, dan zat
pengoksidasi.
i. Titik lebur : 300oC

III. Bentuk Sediaan, Dosis, dan Cara Pemberian


a. Bentuk sediaan : sirup
b. Dosis :
Anak (1-2 tahun):3-4 kalisehari1 sendok takar (@5 mL).
Anak (2-6 tahun):3-4 kalisehari1-2sendoktakar (@5ml-10 ml).
Anak (6-9 tahun):3-4 kalisehari2-3sendoktakar (@10 ml-15 ml). Anak (9-12

8
tahun):3-4 kalisehari3-4sendoktakar (@15 ml-20 ml).
c. Cara pemberian : Diminum sebelum atau sesudah makan.

B. FORMULASI
I. Permasalahan
Parasetamol memiliki sifat sukar larut dalam air, sehingga air yang tersedia tidak cukup
untuk melarutkan parasetamol yang diperlukan. Parasetamol juga memiliki rasa yang
pahit sehingga tidak acceptable untuk anak-anak serta parasetamol memiliki range pH
yang sempit.
II. Penanganan Masalah
Dari permasalahan yang ada, sifat sukar larut parasetamol dalam air dapat diatasi dengan
menambahkan kosolven yang mampu membantu melarutkan parasetamol.Rasa yang
pahit juga dapat ditutupi dengan menambahkan pemanis yang cukup banyak dan pH
yang sempitdapat diatasi dengan menambahkan zat pendapar untuk menjaga stabilitas
pH parasetamol.
III. Formula Yang Akan Dibuat

Nama bahan Rentang Jumlah (gram) Fungsi


Parasetamol 120 mg/5 1,44 Zat aktif
Ml
Propilenglikol 30% 18 Kosolven, dan

pengawet
Sukrosa 60% 36 Pemanis
Asam sitrat 2% 1,2 Bufferdan
antioksidan
Essensial 0,5% 0,3 Perasa
melon
Sunset yellow Qs 3 tetes Pewarna
Natrium sitrat 2% 1,2 g Dapar
Aquadest Ad 100 % Ad 60 mL Pembawa/pelarut

Penimbangan bahan
1. Paracetamol :

9
120 mg
×60=¿ 1,44 g
5 ml
2. Propilenglikol :
30
30 %= ×60=¿ 18 g
100
3. Sukrosa :
60
60 %= ×60=¿ 36 g
100
4. Asam Sitrat :
2
2 %= ×60=¿ 1,2 g
100
5. Essensial melon
0,5
0,5 % = x 60 = 0,3 g
100
6. Sunset yellow :
Qs = 3 tetes
7. Natrium Sitrat :
2
2%= ×60=¿ 1,2 mg
100
8. Aquadest :
60 – (18+36+1,2+1,2) = 3,6 ml

10
BAB III. PELAKSANAAN
I. Cara Kerja
 Formulasi

Hitung dan timbang semua bahan yang dibutuhkan

Cara membuat sirupus simplek: ditimbang sukrosa dan 0,25 gram metil paraben,
kemudian dilarutkan metil paraben ke dalam air panas 100 mL, tambahkan sukrosa
dan diaduk sampai homogen.

Dilarutkan parasetamol ke dalam air mendidih yang diambil dari larutan stok

Ditambahkan propilenglikol ke dalam larutan parasetamol

Dilarutkan asam sitrat dan natrium sitrat dengan air larutak stok

Ditambahkan dengan sirupus simplex

Ditambahkan essensial melon dan sunset yellow ke dalam campuran diaduk


sampai homogeny

Ditambahkan akuades sampai 60 Ml

Dimasukkan ke dalam botol lalu dilakukan evaluasi sediaan sirup parasetamol

 Evaluasi Sediaan
a. Uji Organoleptis

Evaluasi organoleptis sirup dilakukan dengan menilai perubagan rasa, warna, dan bau

11
b. Uji Kejernihan

Uji dilakukan secara visual oleh mahasiswa dengan mengamati sediaan.Hasil uji sediaan
sirup seharusnya jernih, dan tidak mengandung pengotor di dalamnya.

c. Uji homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara menempatkan sirup sebanyak 1 tetes diatas
kaca objek kemudian ditekan dengan kaca objek diatasnya dan diamati dibawah cahaya untuk
melihat distribusi partikel.
d. Bobot jenis

Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer.Pada suhu ruang, piknometer yang
kering dan bersih ditimbang (A gram).Kemudian diisi dengan air dan ditimbang kembali (A1
gram).Air dikeluarkan dari piknometer dan piknometer dibersihkan.Sediaan lalu diisikan dalam
piknometer dan timbang (A2 gram). Bobot jenis sediaan dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

Bobot jenis = A2 - A x BJ air pada suhu ruangan


A1 - A

e. Viskositas

Siapkan tiga buah tabung, lalu isi masing-masing tabung dengan emulsi yang telah
dibuat.Siapkan satu bola yang telah diketahui massanya.Kemudian jatuhkan bola pada tabung,
catat waktunya dengan 10x percobaan pada tiap-tiap tabung.Buatlah grafik s terhadap t untuk
sediaan sirup.Hitung viskositas cairannya.

f. Pengukuran pH

Suspensi ditentukan dengan menggunakan pH meter digital. Kalibrasi alat, lalu elektroda
dari pH meter digital dicelupkan ke dalam suspensi, biarkan selama 30 detik, catat nilai pH yang
muncul pada layar alat.

g. Volume terpindahkan

12
Botol 60 mL yang sebelumnya telah di kalibrasi.Sediaan sirup yang telah dibuat kemudian
dimasukkan ke dalam 60 mL sampai batas kalibrasi.Tuang kembali sirup dalam gelas ukur untuk
mengetahui volume terpindahkan serta ketepatan dalam melakukan kalibrasi.

h. Uji stabilitas sediaan

Sediaan sirup disimpan pada temperatur kamar diamati selama 3 hari dan dicatat apakah
terbentuk endapan atau tidak.

II. Kemasan Brosur dan Etiket


 Kemasan

 Brosur

 Etiket

13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel hasil penimbangan

No Nama bahan Bobot teoritis Bobot penimbangan


(gram) (gram)
1 Paracetamol 1,44 1,441
2 Propilenglikol 18 18,01
3 Sukrosa 36 36,05
4 Asam sitrat 1,2 1,27
5 Essesensial melon 0,3 0,32
6 Sunset yellow 3 tetes 3 tetes
7 Natrium sitrat 1,2 1,25
8 Akuades Ad 60 ml 3,3 ml

Tabel hasil pengujian mutu sediaan sirup

No Prosedur pengujian Spesifikasi yang ditetapkan Hasil yang ditetapkan


1 Uji organoleptis Warna kuning Warna : putih kekuningan
Bau seperti melon Bau : melon
Rasa manis Rasa : sedikit asam
2 Uji kejernihan Hasil uji seharusnya jernih Sirup yang dihasilkan jernih
dan tidak mengandung dan tidak ada pengotornya
pengotor didalamnya
3 Uji homogenitas Sirup yang baik yaitu stabil, Sirup homogen dan jernih
homogen, tidak keruh serta tidak leruh
bebas dari kontaminasi dan
pertumbuhan mikroba. ( FI
edisi IV)
4 Bobot jenis BJ sirup yaitu 1,3 g/ml Hasil bobot jenis dari sirup
(Anonim, 1979) sebesar 1,073 g/ml.
Jadi, tidak memenuhi
persyaratan.
5 Viskositas Sediaan sirup dipasaran Hasil perhitungan viskositas
memiliki nilai viskositas sebesar 1.915,62 Cps.

14
1,811 Cps. (Pratama, 2014) Jadi, nilai viskositas dari
sirup ini tidak memenuhi
persyaratan
6 Pengukuran pH pH sirup memiliki syarat 4,5 Nilai pH sirup yang
– 5,1 (United States dihasilkan sebesar 3.
Pharmacopeial, 2010)
nilai pH yang dianjurkan
untuk sirup adalah berkisar
antara 4-7 (FI Edisi III, 1995)
7 Volume terpindahkan Larutan yang dikemas dalam Setelah sirup dipindahkan,
wadah asli jika dipindahkan volume masih tetap sama
dari wadah asli harus sesuai yaitu 60 mL, sesuai yang di
yang tertera di etiket. (FI etiket
edisi IV, 1995)

Perhitungan bobot jenis dan viskositas

a. Bobot jenis
- A (pikno kosong) = 18,738 g
- A1 (pikno + air) = 43,803 g
- A2 (pikno + sirup) = 45,855 g
- Berat air = A1 – A = 43,803 g – 18,738 g = 25,065 g
- Kerapatan air = 0,9967 g/ml
berat air 25,065
- Volume piknometer = kerapatan air = 0,9967 = 25,148 ml

- Berat sirup = A2 – A = 45,855 – 18,738 = 27,117 g


berat sirup 27,117
- Kerapatan sirup = volume pikno = 25,148 = 1,07 g/ml
kerapatan sirup 1,07
- Bobot jenis = kerapatan air = 0,9967 =1,073g/ml

b. Viskositas
- t1 = 1,59
15
- t2 = 1,17
- t3 = 1,12
Rata-rata = 1,33
- Diameter kelereng = 1 cm
- r kelereng = 0,5 cm
- ρ1 (berat kelereng) = 5,268 g
- ρ2 (volume cairan) = 60 ml
- h = 19 cm
2. r 2 x ( ρ 1−ρ 2 ) g x t 2. ( 0,5 )2 x ( 5,268−60 ) 1000 x 1,33 0,5 x 54,732 x 1330
- π= = =
h 19 19
= 1.915,62 Cps

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini di lakukan pembuatan sediaan larutan. SIRUP ADALAH CAIRAN
YANG KENTAL DAN MEMILIKI KADAR GULA TERLARUT YANG TINGGI, TETAPI
HAMPIR TIDAK MEMILIKI KECENDERUNGAN UNTUK MENGENDAPKAN KRISTAL.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan
air suling kecuali di nyatakan lain. Larutan yang dibuat berupa sirup yang mengandung
paracetamol. Tujuan dibuatnya sirup tersebut supaya zat aktif dari paracetamol yang rasanya
pahit bisa di sukai anak-anak karena mempunyai rasa manis, warna dan aroma yang menarik dan
dapat diabsorbsi dengan cepat dan sempurna oleh saluran cerna. Sirup paracetamol mempunyai
khasiat sebagai analgetik antipiretik.

Dalam pembuatan sirup paracetamol ini, di lakukan metode pelarutan dengan pemanasan.
Sirup yang dibuat dengan cara ini dibutuhkan waktu yang relaif cepat dan komponen sirup tidak
rusak atau menguap oleh pemanasan. Zat aktif yang digunakan pada praktikum ini adalah
paracetamol dan bahan tambahan yang digunakan Propilenglikol, Sukrosa, Asam sitrat, Essensial
jeruk, Sunset yellow, Natrium sitrat dan Aquadest. Fungsi dari semua zat tambahan tersebut
dapat mempengaruhi hasil pembuatan sirup tersebut. Karena rasa paracetamol yang pahit, maka
di tambah bahan tambahan pemanis yaitu sukrosa. Sediaan akhir yang sesuai dengan persyaratan

16
menginginkan bahwa tidak ada pertumbuhan bakteri sampai waktu kadaluwarsa nya, sehingga
penggunaan pengawet di perlukan. Pada praktikum ini pengawet yang digunakan adalah
propilenglikol. Setelah sediaan sirup dibuat sesuai formula, kemudian sediaan tersebut dilakukan
evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan meliputi, uji organoleptis, uji kejernihan, uji
homogenitas, bobot jenis, viskositas, pengukuran PH, volume terpindahkan, uji stabilitas
sediaan.

1. Uji organoleptis

Tujuan uji organoleptis ini adalah untuk pengawasan mutu terhadap bahan mentah, produk,
komoditas dan pengembangan produk. Pada pengujian organoleptis, yaitu menguji sediaan
warna, bau, dan rasanya. Pada praktikum yang dilakukan, warna sediaan sirup memiliki warna
putih kekuningan, memiliki bau melon, dan rasanya sedikit asam. Warna putih kekuningan
ditimbulkan dari penambahan pewarna atau essense kuning namun pewarnanya kurang banyak
sehingga warnanya putih kekuningan, bau melon ditimbulkan dari essense tadi, dan rasa yang
sedikit asam dikarenakan kurangnya pemanis dalam sedian sirup tersebut. Hasil uji organoleptis
pada praktikum ini tidak memenuhisyara tyang telah ditentukan yaitu mengenai warna dan
rasanya karena pada syarat sediaan sirup harusnya sirup berwarna kuning dan rasanya manis.

2. Uji Kejernihan

Tujuan untuk dapat mengetahui kejernihan suatu sediaan. Pada praktikum yang dilakukan
hasil yang diperoleh pada uji kejernihan yaitu tidak terlihat lagi partikel-partikelnya, semuanya
larut dengan baik dan terlihat jernih. Hasil tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan yaitu
jernih dan tidak mengandung pengotor di dalamnya.

3. Uji homogenitas

Tujuan uji homogenitas yaitu untuk mengetahui homogen atau tidaknya suatu sediaan.
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara menempatkan sirup sebanyak 1 tetes diatas kaca
objek kemudian ditekan dengan kaca objek diatasnya dan diamati dibawah cahaya untuk melihat
ditribusi partikel. Dari praktikum dilakukan diperoleh hasil bahwa sirup yang dibuat homogen
dan jernih tidak keruh. Hasil tersebut memenuhisyaratyang telah ditentukan bahwa sirup yang
baik yaitu stabil homogen tidak keruh serta bebas dari kontaminasi dan pertumbuhan mikroba
( F1 edisi 1V).
17
4. Bobot jenis

Prinsipnya yaitu perbandingan berat piknometer yang berisi sampel dengan berat
piknometer yang diisi dengan air. Tujuannya untuk dapat mengukur bobot jenis dari suatu
sediaan. Bobotjenisdiukurdenganmenggunakanpiknometer.Padasuhu ruang, piknometer yang
kering dan bersih ditimbang (A gram). Kemudian diisi dengan air dan ditimbang kembali (A1
gram). Air dikeluarkan dari piknometer dan piknometer dibersihkan. Sediaan lalu diisi ke
dalam piknometer dan timbang (A2gram). Bobot jenis sediaan dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
A 2− A
Bobot jenis = × BJ air pada suhu ruang.
A 1− A
Pada praktikum yang telah di lakukan menghasilkan nilai bobot jenis sebesar 1,07 g/ml.
Hasil tersebut tidak memenuhi syarat sirup yang ditetapkan bahwa bobot jenis sirup yaitu
1,3 g/ml (Anonim, 1979).
5. Viskositas
Tujuan dari viskositas adalah untuk melihat kestabilan sirup yang dihasilkkan. Viskositas
merupakan pernyataan tahanan cairan untuk mengalir dari suatu sistem dibawah tekanan yang
digunakan. Semakin kental suatu cairan, makan semakin besar kekuatan yang di perlukan
untuk mengalir. Menurut Najarudin et al. (2018), viskositas memiliki hubungan yang
berbanding lurus dengan jumlah total padatan yang terlarut. Banyaknya total padatan terlarut
yang tinggi diikuti dengan lamanya waktu pemanasan akan meningkatkan kekentalan sirup
karena terjadi pemekatan sehingga waktu alir sirup lebih lama (Akbar et al.,2017). Viskositas
sirup dapat terjadi karena adanya ikatan antar partikel yang kuat, semakin kuat ikatan antar
partikel akan semakin meningkatkan nilai viskositasnya.
Dalam praktikum ini uji viskositas di lakukan dengan cara di siapkan tiga buah tabung, lalu
isi masing-masing tabung dengan emulsi yang telah dibuat. Siapkan satu bola yang telah
diketahui massanya. Kemudian jatuhkan bola pada tabung, catat waktunya dengan 10x
percobaan pada tiap-tiap tabung. Kemudian hitung viskositas cairannya.
Dalam praktikum ini viskositas cairan yang di hasilkan sebesar 1.915,62 cps. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa sediaan sirup tidak memenuhi persyaratan viskositas sirup yang
telah ditetapkan karena sediaan sirupnyamemiliki kekentalan yang besar sehingga cairan sukar
mengalir. Syarat viskositas sediaan sirup dipasaran memiliki nilai viskositas 1,811 cps

18
(Pratama,2014).
6. Pengukuran pH
Pada praktikum ini pengukuran pH menggunakan pH stik. Pengujian pH merupakan salah
satu parameter yang penting karena nilai pH yang stabil dari larutan menunjukkan bahwa
proses distribusi dari bahan dasar dalam sediaan merata. Pengukuran pH dilakukan dengan
cara, sirup ditentukan dengan menggunakan pH stik. pH stik dicelupkan ke dalam suspensi,
biarkan selama beberapa detik, catat nilai pH. Pada praktikum yang dilakukan di peroleh PH
sebesar 3. Nilai pH yang dianjurkan untuk sirup adalah berkisar antara 4 – 7 (Anonim, 1995).
Pada pengujian pH sirup yang dihasilkan tidak memenuhi parameter nilai pH yang
dipersyaratkan. Berarti pada praktikum yang dilakukan distribusi dari bahan dasar sediaan
sirup tidak merata sehingga tidak menghasilkan pH yang stabil dan tidak memenuhi
persyaratan pH sediaan sirup.
7. Volume terpindahkan
Prinsip dari volume terpindahkan yaitu membandingkan volume awal sediaan dengan
volume akhir sediaan yang dipindahkan untuk mengetahui kemudahan sediaan untuk dituang.
Tujuannya untuk dapat mementukan volume terpindahkan suatu sediaan. Sediaan sirup yang
telah dibuat kemudian dimasukkan kedalam botol 60mL sampai batas kalibrasi. Tuang kembali
sirup dalam gelas ukur untuk mengetahui volume terpindahkan serta ketepatan dalam melakukan
kalibrasi. Kemudian amati berapa volume sediaan hasil tuangan tadi apakah terjadi pengurangan
atau tidak. Pada hasil praktikum yang dilakukan volumenya tidak mengalami pengurangan masih
tetap 60 mL sehingga memenuhi persyaratan volume terpindahkan suatu sediaan sirup yaitu
larutan yang dikemas dalam wadah asli, jika di pindahkan dari wadah asli harus sesuai yang
tertera pada etiket (F1 ed 1V,1995).

8. Uji stabilitas sediaan


Uji stabilitas dilakukan dengan cara sediaan sirup disimpan pada temperature kamar diamati
selama 3 hari dan dicatat apakah terbentuk endapan atautidak. Dari hasil praktikum didapatkan
bahwa tidak terbentuk endapan pada sediaan sirup yang dibuat sehingga memenuhi
persyaratan uji stabilitas sediaan sirup. Syarat uji stabilitas sirup yaitu tidak terbentuk endapan
pada suhu kamar selama 3 hari.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

19
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sukrosa. Kandungan
sakarosa dalam sirup antara 50 dan 65%, akan tetapi umumnya diantara 60 dan
65%.
2. Sirup parasetamol sebagai obat golongan analgetik-antipiretik yang pada saat ini
banyak digunakan oleh masyarakat. Parasetamol dianggap sebagai zat antinyeri
yang paling aman
3. Hasil evaluasi uji organoleptis dari sirup paracetamol kurang sesuai dengan
spesifikasi karena warna yang dihasilkan berwarna putih kekuningan dan rasanya
sedikit asam
4. Hasil uji kejernihan dan homogenitas memenuhi persyaratan yaitu jernih dan
homogen tidak ada pengotor didalamnya
5. Hasil uji bobot jenis sebesar 1,073 g/mL tidak memenuhi persyaratan karena
melebihi spesifikasi yang ditetapkan yaitu 1,3 g/mL
6. Hasil uji viskositas sebesar 1.915,62 Cps tidak memenuhi persyaratan karena
hasilnya melebihi spesifikasi yang seharusnya 1,811 Cps
7. Pengukuran pH yang dihasilkan 3 sehingga tidak sesuai harusnya rentang pH pada
sirup berkisar antara 4,5 – 5,1.
8. Hasil untuk volume terpindahkan sesuai persyaratan, karena ketika sirup
dipindahkan ke dalam gelas ukur volumenya sama sesuai etiket.

B. Saran
Dari hasil praktikum tentang pembuatan sirup yang mengandung paracetamol disarankan
melakukan prosedur pembuatan sirup paracetamol dengan memperhatikan standar dan
mutunya, sehingga didapatkan sirup yang baik yang memenuhi persyaratan evaluasi sediaan.

DAFTAR PUSTAKA

20
Akbar Purnomo Setiady dan Usman, Husaini. 2017. Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press
Arisandi. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Pustaka buku murah
Connors, K. A., Amidon G. C., and Stella V. J., 1986, Stabilitas Kimiawi Sediaan. Farmasi,
Edisi II, diterjemahkan oleh Didik Gunawan, 251-259, IKIP. Semarang.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional Edisi 2
Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka,
Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik.Jakarta
Departemen kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III .
Badan Pengawas Obat dan Makanan : Jakarta.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Pratama. 2014. Sistem Informasi dan Implementasinya. Bandung: Informatika Bandung.
Syamsuni. 2007. Ilmu Resep. Jakarta : EGC
United States Pharmacopeia (USP) Convention. 2017. United States Pharmacopeia
(USP) National Formulary 40 NF-35.
Wilmana, P.F., Gan, S., 2008. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi
Nonsteroid Dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Di Dalam; Farmakologi
Dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Yohana, Anis, dkk. 2009. Farmasetika Dasar Konsep Teoritis dan Aplikasi Pembuatan
Obat. Widya Padjajadjaran : Bandung

LAMPIRAN

21
Penimbangan asam sitrat sebanyak
Penimbangan paracetamol sebanyak 1,441
1,271 gram
gram

Berat piknometer + sirup Berat piknometer + air

22
Uji homogenitas sirup menggunakan kaca
objek, hasilnya jernih dan homogeny tidak
ada pengotor didalamnya.
Berat piknometer kosong

Pengujian viskositas menggunakan


Hasil dari formula sirup yang telah
kelereng dimasukkan ke dalam gelas
dimasukkan ke dalam botol 60 mL
ukur

23
24

Anda mungkin juga menyukai