Anda di halaman 1dari 94

BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

BUKU AJAR FARMASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID DALAM


URAIAN UMUM

DISUSUN OLEH ;

apt. Rustam T., S.Si., M.Kes

D-III FARMASI
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
BAB I
2017
SOLUTIO (LARUTAN)

1
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

A. PENGERTIAN LARUTAN
1. Dalam FI. III
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung suatu bahan kimia yang terlarut,
kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.

2. Dalam FI. IV
Larutan adalah sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling.

3. Lachman
Larutan adalah suatu zat dalam pelarut tertentu atau campuran 2 atau lebih zat yang
homogen membentuk larutan yang jernih.

4. Parrot
Larutan adalah secara fisika kimia merupakan suatu campuran yang homogen
antara 2 atau lebih zat.

5. Hoover
Larutan adalah suatu proses transformasi yang memungkinkan perubahan dari suatu
fase ke fase yang lain. Dalam hal ini adalah fase padat menjadi fase cair.

6. Martin
Larutan adalah suatu proses termodinamika stabil yang terdiri dari 2 atau banyak
komponen, biasanya berupa gas, cair atau padat. Disebut komponen karena terbagi rata
dalam bentuk molekul ion.

Secara umum larutan adalah sediaan cair yang terdiri dari satu atau lebih zat terlarut yang
larut dalam pelarut yang sesuai.
Untuk membuat suatu larutan, perbandingan antara pelarut (solvent) dan zat terlarut
(solute) tidak terbatas asal saja batas kelarutan tidak terlewati.
pelarut lain akan terjadi

Tipe tipe larutan sebagai berikut :


1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan pekat, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang yang dapat
larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas
kelarutannya didalam air pada temperatur tertentu.

Keuntungan dari sediaan obat yang diformulasikan dalam bentuk larutan adalah sbb:
a. Mudah digunakan untuk anak kecil dan orang dewasa yang sulit menelan tablet atau kapsul.
b. Lebih cepat bereaksi dibandingkan tablet yang harus pecah terlebih dahulu sebelum
terabsorpsi.
c. Absorbsinya cepat dan tidak tertunda.
d. Dosis seragam dapat dicapai bila dibanding dengan bentuk sediaan emulsi atau suspensi,
dimana dosis tidak tepat lagi bila tidak dikocok terlebih dahulu.
e. Lebih aman penggunaannya dalam hal-hal tertentu.

2
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

f. Dapat menutupi rasa yang kurang nyaman dengan penambahan sirup atau pemanis lainnya,
sehingga disukai oleh anak-anak.

Adapun kerugian bentuk sediaan obat jenis larutan ini adalah :


a. Banyak obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan bila disimpan dalam
waktu yang agak lama.
b. Bau yang tidak enak sulit dihilangkan.
c. Rumit penggunaannya karena menggunakan sendok.
d. Pecahnya wadah akan menyebabkan berkurangnya isi.

Menurut mekanisme dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :


1) Larutan yang langsung/direct.
Misalkan kita larutkan KBr dalam air kemudian bahan pelarutnya kita uapkan, maka
akan kita dapatkan kembali KBr. Pelarut disini semata-mata peristiwa fisika bukan kimia.

2) Larutan tidak langsung/indirect.


Misalkan kita larutkan zeng dalam asam sulfat encer, sesudah itu diuapkan bahan
pelarutnya, kita dapati bukan bahan asalnya, tetapi hasil dari peristiwa kimia, yaitu sengsulfat
(ZnSO4). Disini zeng tidak larut secar fisika,
Untuk mendapatkan suatu larutan dibutuhkan solvent (pelarut) dan solute (zat terlarut).
Solvent yang biasa dipakai adalah :
1) Air untuk macam-macam garam.
2) Spiritus, misalnya untuk melarutkan kamfer, iodium, menthol.
3) Gliserin, misalnya untuk melarutkan tanin, zat samak, borax, fenol.
4) Eter, misalnya untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat.
5) Minyak, misalnya untuk melarutkan kamfer, mentol.
6) Parafin liquidum, misalnya untuk melarutkan cera, cetacium, minyak-minyak, camphora,
menthol, chlorobutanol.
7) Chloroform, misalnya untuk melarutkan minyak-minyak, alkaloida basa.

8) Eter minyak tanah untuk melarutkan minyak-minyak lemak


Perbandingan antara solute dan solvent, disebut konsentrasi dari larutan tersebut
biasanya dinyatakan dengan (%). Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti 1 g zat padat atau 1
ml zat dalam sejumlah ml pelarut.

Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah berikut :
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
Istilah kelarutan
untuk melarutkan
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1-10
Larut 10-30
Agak sukar larut 10-100
Sukar larut 100-1000
Sangat sukar larut 1000-10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

Dikenal pula untuk air yang biasa digunakan dalam melarutkan zat ada beberapa istilah antara
lain :
- Air Biasa (aqua)

3
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

- Air Murni (aquadest) dengan pH 5-6


- Air untuk injeksi, bebas pirogen
- Air Steril untuk injeksi
- Air yang mengandung bakteriostatik, sering digunakan untuk injeksi.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN


Kelarutan suatu zat terutama tergantung atas 2 faktor, yaitu luasnya permukaan dan
kecepatan difusi. Umumnya zat dengan molekul besar (Acidum Citricum) kecepatanya kecil
dibanding dengan zat dengan molekul kecil (Kali Iodidum). Dengan penggerusan kristal
sampai halus akan memperluas permukaan, sedangkan dengan pemanasan tidak hanya
kelarutanya bertambah besar tetapi juga menaikan kecepatan difusi.

Daftar kelarutan (1 gram zat dalam x ml pelarut) zat organik dalam air dan alkohol.
Nama obat air alkohol
Atropini sulfat 0,5 5
Codeinum 120 2
Codeini sulfas 30 1280
Codeini phosphas 2,5 325
Morphini sulfas 16 565
Luminal 1000 8
Luminal Natrium 1 10
Procaini Hydrochloridum 1 15
Sulfadiazinum 13000 Agak sukar larut
Natrii Sulfadiazinum 2 Sedikit larut

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :


1. Sifat dari solute atau solvent
Solut yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam
anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula.
Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform.

2. Cosolvensi.
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan
pelarut lain atau modifikasi pelarut misalnya Luminal tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam campuran air-gliserin atau solutio petit.

3. Kelarutan.
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, zat yang sukar larut memerlukan
banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air.
 Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl.
 Semua garam nitrit larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi subnitras.
 Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut)
b. Tidak larut dalam air
 Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)2CO3.
 Semua oksida dan hidroksi tidak larut , kecuali KOH, NaOH, NH4OH, dan Ba(OH)2.
 Semua garam phospat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO.
4. Temperatur

4
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Dalam farmakope disebutkan mengenai suhu dari air hangat 600 sampai 700 C dan air
panas mempunyai suhu 800 sampai 950 C kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh suhu, umumnya
kenaikan suhu menyebabkan bertambahnya kelarutan suatu zat.
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikan, zat tersebut dikatakan
bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

Zat terlarut + pelarut + panas larutan.


Ada beberapa zat yang kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut
dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan
panas.
Zat terlarut + pelarut larutan + panas
Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat, minyak atsiri, gas-gas yang
larut.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan,
misalnya : Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri, Zat yang terurai, misalnya natrii
bicarbonas, Saturatio, Senyawa-senyawa calsium, misalnya aqua calcis.

5. Salting out
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibandingkan zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contoh :
a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan
NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri
dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
b. Reaksi antara papaverin HCl dengan solutio charcot menghasilkan endapan papaverin
base.

6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : riboflavin (vitamin B 2) tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman riboflavin +
basa NH4)

7. Pembentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut
dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya : iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
KI + I2 KI3
HgI2 + 2KI K2HgI4
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :
- Ukuran partikel ; makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas permukaan
solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat.
- Suhu ; umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute.
- Pengadukan.

5
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

C. CARA MENGERJAKAN OBAT DALAM LARUTAN

I. FORMULA SUATU LARUTAN TERDIRI DARI :


1) Bahan berkhasiat : fenobarbital, Acetaminofen, kodein, efedrin, dll.
2) Bahan pelarut : Air, Alkohol, Gliserin, Propilenglikol, sorbitol, dll.
3) Bahan Adjuvan
a. Pengawet : Nipagin, Nipasol, Asam benzoat, Asam sorbat, dll.
b. Pengaroma : semua jenis oleum.
c. Pemberi rasa : Asam sitrat.
d. Pemanis : Gula, Sakarin, Gliserol, Sorbitol.
e. Pewarna : Amaran, Sakarin, Karmin, Tartrasin, dll.
f. Penambah kelarutan : Gliserin, propilenglikol, (solvensi).
4) Antioksidan (zat yang digunakan untuk mencegah terjadi oksidasi : Na. Meta trisulfit, Na.
pirofosfat (sterilisasi + antioksidan)
5) Larutan Buffer (bila perlu) : untuk mencegah agar potensi zat berkhasiat tidak berkurang
dan zat berkhasiat tidak rusak oleh asam atau basa, dapat pula merubah zat yang kurang
aktif menjadi aktif, biasanya di dalam sediaan steril.

Cara pembuatan larutan :


a. Periksa DM-nya (Jika ber DM) over atau tidak.
b. Lihat kelarutan zat khasiatnya dari buku-buku resmi. Misalnya : zat larut pada air dingin
atau air panas, apakah jika dengan air panas tidak terjadi incomp, ataukah bila zat
khasiatnya tidak larut periksa bentuk garamnya, mungkin lebih mudah larut.
c. Lebih baik menggunakan erlenmeyer daripada baker glass. Umumnya erlenmeyer lebih
baik karena isinya dapat dikocok sambil diaduk.
d. Untuk zat yang sukar larut tetapi tidak menguap sebaiknya digerus lebih dulu baru
ditimbang. Penyerbukan yang dilakukan setelah penimbangan akan menyebabkan
kekuatanya berkurang, sebab akan sukar memindahkan serbuk dari lumpang.
e. Untuk zat yang mudah menguap seperti air kloroform dan aqua menthae piperita
sebaiknya tidak ikut dipanaskan. Sebaiknya sebagian air digunakan untuk melarutkan
bahan yang lebih pekat dan sebagian lainya dipanaskan untuk melarutkan bahan-bahan
tertentu. Cukupkan volumenya setelah dingin.
f. Untuk zat yang higroskopis sebaiknya ditimbang dengan gelas arloji.
g. Larutan yang dilarutkan dengan pemanasan jika akan ditambah dengan air yang tidak
panas, dinginkan lebih dahulu baru ditambah air dingin.
h. Minyak menguap ditambahkan pada saat terakhir.
i. Jangan menggunakan satu kali pengukuran dalam pembuatan larutan.
j. Keadaan zat khasiat harus dipertimbangkan dalam pengerjaan.
k. Pilihlah gelas yang akan menampung larutan akhir sediaan, beberapa larutan hampir
jenuh atau jenuh tidak dapat dibuat dalam jumlah total apabila gelas terlalu kecil.
l. Sisa-sisa serbuk yang terdapat di dalam leher atau bagian lain dari gelas harus dicuci
dengan sejumlah cairan.
m. Larutan yang telah dipanaskan harus didinginkan terlebih dahulu sebelum sampai
volume akhir, karena kontraksi yang terjadi pada saat pendinginan akan menyebabkan
perubahan konsentrasi.

Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya. Diantaranya adalah:
a. Natrium bikarbonat, harus dilakukan dengan cara gerus tuang. (aanslibben)

6
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

b. Natrium bikarbonat + natrium salisilat. Natrium bikarbonat digerus tuang, kemudian ditambah
natrium salisilat. Untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada larutan harus ditambahkan
natrium pyrophosphat sebanyak 0,25% dari berat larutan.
c. Sublimat (HgCl2), untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-
kocok dalam air panas, kemudian disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan kelarutan
sublimat, tetapi menurunkan daya baktericidnya. Kadar sublimat dalam obat mata 1 : 4000
d. Kalium permanganat (KMnO4), KMnO4 dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses
pemanasan akan terbentuk batu kawi ( MnO 2), oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok-
kocok dituangkan kedalam botol atau bisa juga disaring dengan gelas wol.
e. Seng klorida, melarutkan seng klorida harus dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena
jika airnya sedikit demi sedikit maka akan terbentuk seng oksid klorid yang sukar larut dalam
air. Bila terdapat asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian air kemudian tambahkan
asam salisilat dan sisa air baru disaring.
f. Kamfer, kelarutan dalam air 1 ; 650. Dilarutkan dengan spiritus fortior ( 95%) 2 X berat kamfer
dalam botol kering kocok-kocok kemudian tambahkan air panas sekaligus , kocok lagi.
g. Tanin, tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin. Tetapi tanin selalu mengandung hasil
oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam
gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahkan. Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin
dalam air kocok baru tambahkan gliserin .
h. Ekstrak opium dan ekstrak ratanhiae, dilarutkan dengan cara ditaburkan kedalam air sama
banyak, diamkan selama ¼ jam.
i. Perak protein, dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan selama ¼ jam, ditempat yang
gelap.
j. Succus liquiritae
a) Dengan gerus tuang (aanslibben), bila jumlahnya kecil.
b) Dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.
k. Calcium Laktat dan Calcium Glukonat, kelarutan dalam air 1 : 20 Bila jumlah air cukup, setelah
dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi. Bila air tidak cukup disuspensikan dengan
penambahan PGS dibuat mixtura agitanda.
l. Codein :
a) Direbus dengan air 20 x -nya, setelah larut diencerkan sebelum dingin

R/ Codein 2 g

Codein HCl = 2 g x ,1,17= 2,34 g

b) Dengan alkohol 96% sampai larut , lalu segera encerkan dengan air.
c) Diganti dengan HCl codein sebanyak 1,17 x -nya. Codein adalah basa kuat yang akan
melepaskan NH3 apabila dalam larutan terdapat amonii chloridum.
m. Bahan-bahan obat yang berkhasiat keras harus dilarutkan tersendiri.
n. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dengan air hasil pengenceran yang diambil
paling sedikit adalah 2 CC
o. Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 x-nya kemudian tambahkan HCl encer.
Larutkan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
p. Nipagin dan Nipasol, kelarutan 1 : 2000
Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air
Nipasol berfungi sebagai pengawet untuk larutan minyak
a) Dilarutkan dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan

7
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

b) Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukan dalam sediaan yang diawetkan.
q. Fenol, diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah
yang diambil 1,2 x jumlah yang di minta.
100 ml Fenol 80 g air ad 100 ml

R/ Fenol 2 g

2 x 1,2 = 2,4 g

II. CARA PENIMBANGAN ZAT CAIR


Cairan yang akan digunakan, jika tidak dinyatakan lain satuannya, selalu ditimbang dan
tidak boleh diambil
R/ Oleum Ricini 10 g
Aquadest 5 g= 5 ml
Bj=1

dengan ukuran isi (gelas ukuran), kecuali kalau diminta dalam ukuran isi, mengigat BJ-
nya sama dengan air, untuk mempercepat atau memudahkan pekerjaan, dapat diambil dengan
gelas ukur.

jumlah tetesan (biasanya obat keras), maka dimasukan pertama sekali kedalam botol,
karena kalau terjadi kesalahan dapat diulangi lagi, tanpa membuang seluruh cairan yang sudah
dicampurkan.

Tetapi cairan yang cepat menguap diteteskan terakhir dengan hati-hati.


Pemilihan botol untuk wadah bagian bawah botol obat tertulis angka yang menyatakan isi
(volume botol ). Tapi harus diingat bahwa botol obat bukan alat pengukur, angka tersebut
menyatakan besarnya volume kira-kira, maka penting cairan selalu ditimbang.

III. CARA PENYARINGAN


Cairan yang akan diserahkan ke pasien harus jernih, bila terdapat kotoran yang tidak
larut harus disaring. Untuk larutan obat minum atau kulit penyarian dilakukan dengan
menggunakan
kapas hidrofil sedangkan untuk cuci mata atau tetes mata digunakan kertas saring yang cocok.
Larutan koloidal seperti protargol, Argentum colloidale tidak disaring bila diperlukan
diendapkan dan dituang larutan jerni

D. MACAM-MACAM SEDIAAN LARUTAN OBAT


PEMBAGIAN LARUTAN
Menurut kekuatan fisikokimia, larutan dapat dibagi dalam 3 kelompok yang besar, antara lain :
a. Larutan Mikromolekuler
Merupakan suatu larutan yang terdiri atas mikro unit ( satuan terkecil ) berupa molekul atau
ion, seperti air, alkohol, ion Na, ion Cl, sukrosa dan gliserin. Kelompok ini juga meliputi larutan dengan

8
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

komponen dimer, trimer atau bentuk ion berpasangan. Kriteria utama yang membedakan
kelompok ini dengan yang lain adalah ukuran partikel solut dan solvent. Pada umumnya ukuran
partikelnya adalah 1 - 10 F.

b. Larutan Micellar
Merupakan larutan yang partikel solutnya terdiri a tas ion atau
molekul solut yang berbentuk agregat a tau misel. Sifat yang nampak dari larutan ini
yaitu kejernihan atau kekentalan menyerupai larutan mikromolekuler tetapi nilai/harga sifat fisika
seperti tekanan uap, tekanan osmotik, konduktansi dan lainnya yang diukur memperlihatkan
perbedaan dengan nilai dari larutan mikromolekuler.

c. Larutan Makromolekuler
Merupakan sistem larutan yang solutnya terdispersi secara molekuler seperti dalam larutan
mikromolekuler, tetapi berbeda dalam satu aspek yang panting. Ukuran dan beret molekul
makromolekuler sangat basar dan mempunyai sifat yang unik. Contoh dari kelompok ini adalah
larutan akasia, CMC, dan albumin.

TIPE LARUTAN
Menurut tipe larutan, larutan dapat diklasifikasikan sbb :
a. Larutan sederhana.
Larutan sederhana adalah larutan yang dibuat dengan melarutkan satu zat padat dalam
pelarutnya dan digunakan dalam pengobatan.
- Garam yang mudah larut tidak dibuat larutan pekat, maka dibuat secara bertingkat dengan
pengadukan ( sedikit saja pelarut yang dipakai ) kemudian encerkan dan cukupkan volumenya
sesuai yang diinginkan.
- Bila garam-garam yang lambat larut akan dibuat agak pekat, maka zat dilarutkan dalam lum-
pang dengan pengadukan dan digunakan air panas.
- Bila zat berbentuk bubuk halus seperti, asam borat yang cenderung mengapung, maka zat
dibasahi terlebih dahulu dengan sedikit pelarut nya.
Contohnya Larutan sederhana formaldehid.

b. Larutan Majemuk
Larutan Majemuk adalah larutan yang diperoleh dengan melarutkan zat yang tidak dapat larut
hanya dalam air tetapi dalam campuran pelarut, Contoh : Iodium sedikit larut dalam air maka
ditambah KI untuk membantu kelarutannya.

c. Larutan Persediaan ( Larutan Stok)


Larutan stok adalah larutan yang dibuat tidak untuk digunakan langsung
d. Larutan Encer
Adalah larutan yang sejumlah kecil suatu bahan dalam larutannya.

e. Larutan Pekat
Adalah larutan yang mengandung suatu bahan dalam jumlah yang besar di dalam
larutannya.

9
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

f. Larutan jenuh
Adalah larutan yang tepat larut pada, batas kelarutannya ( pelarut yang sedikit dapat
melarutkan semua zat yang dapat larut pada temperatur tertentu ).Atau adalah larutan yang
mengandung jumlah maksimum suatu zat yang dapat digabungkan dalam air pada temperatur
dan tekanan tertentu.
Contoh : Larutan jenuh asam borat dan Larutan jenuh KI.

g. Larutan Lewat Jenuh (Supersaturated Solutio)


Larutan Lewat Jenuh adalah larutan yang mengandung sejumlah zat yang lebih
besar dari batas kelarutannya dalam air pada temperatur kamar. Larutan ini tidak stabil
menyebabkan kembali ke larutan jenuh yang stabil.
Contoh : 1 g zat larut dalam 3 ml larutan pelarutnya, maka dilarutkan 1,59 dalam 3 ml
pelarut tersebut dengan pemanasan.

Ada berbagai macam pembagian sediaan larutan obat antara lain :


1. Berdasarkan penggunaan obat, maka larutan dapat dibagi menjadi :
A. Larutan Oral
B. Larutan Non Oral

a. Penggunaan Larutan Oral meliputi :


1. Sirup.
2. Mixtura
3. Potio
4. Eliksir
5. Linctus
6. Netralisasi, Saturasi Dan Potio Effervescent.
7. Guttae (drop)
b. Penggunaan Non Oral meliputi ;
1. Penggunaan dalam mulut dan tenggorokan
a) Gargle
b) Moutwashes
c) Throat spray
d) Throat paint
e) Collutarium, obat cuci mulut
f) Litus oris
g) Guttae oris

2. Yang dimasukkan kedalam lubang tubuh.


a) Collyrium
b) Guttae Ophthalmicae.
c) Nasal spray
d) Nasal Drop
e) Douche
f) Enema
g) Ear drop
h) Inhalasi

3. Yang digunakan pada permukaan tubuh.


a) Kolodium

10
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

b) Paint
c) Lotion
d) Liniment
e) Ephitema

c. Berdasarkan pelarutnya
a. Pelarut air : sirup, aqua aromatik
b. Pelarut alkohol : spiritus aromatik, eliksir, preparat galenika

LARUTAN ORAL

1. SIRUP.
Menurut FI.III, sirup adalah sediaan cair yang menggunakan 65 bagian sukrosa dalam
larutan metil paraben 0,25 % b/v secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian sirup.
Menurut parrot, sirup adalah : larutan gula di dalam air yang pekat atau hampir jenuh.
Didalam literatur lain dikatakan, sirup adalah sediaan cair dalam bentuk larutan yang
mengandung sukrosa dengan kadar 64-66 %, yang dapat pula ditambahkan zat berkhasiat dan
zat beraroma.

Sirup umumnya dapat dibagi menjadi 3 macam sirup yaitu ;


o Sirup simplex mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 % b/v
o Sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan
digunakan untuk pengobatan
o Sirup pewangi tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap
lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.

Ada 2 macam sirup berdasarkan kegunaannya ;


o Sirup yang tidak mengandung bahan obat, hanya berfungsi sebagai pembawa meliputi
: sirup cherry. Sirup cocoa, sirup tolubalsem, dll.
o Sirup yang mengandung bahan obat (sirup medisinal)
Contoh : sirup efedrin sulfat, sirup klorafeniramin maleat, sirup piperazin sitrat.

Ada 3 macam sirup berdasarkan cara pembuatannya yaitu ;


o Pengadukan
Sirup orange merupakan salah satu contoh sirup yang dibuat dengan cara
pengadukan tanpa pemanasan.
Tinctur kulit orange yang manis dan asam sitrat dicampur dengan talk dan
berangsur-angsur ditambah dengan air murni sambil diaduk, lalu disaring. Kemudian
ditambahkan sukrosa ke dalam filtrat tersebut. Pelarut disempurnakan dengan
pengadukan. Pemanasan dihindari karena flavor dapat dirusak dengan hilangnya minyak
menguap orange (merupakan bahan pengaroma dan sedikit asam). Penyimpanan harus

11
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

dalam wadah yang tertutup rapat sebab terpen-terpen dalam minyak orange dapat mudah
teroksidasi menghasilkan rasa yang kurang enak.

o Pengadukan dan pemanasan


Sirup USP dapat dibuat dengan cara ini yaitu dengan menambahkan sukrosa ke
dalam air mendidih, walaupun sering menjadi pucat. Adanya pemanasan mengakibatkan
larutan sukrosa mengalami hidrolisis menjadi dekstrosa dan fruktosa. Jika larutan gula
dipanaskan berlebihan, rasa manis akan rusak dan terjadi karamelisasi (warnanya coklat
tua) .
o Perkolasi
Sirup USP juga dapat di buat dengan cara : sukrosa dimasukkan ke dalam
perkolator yang mempunyai suatu lapisan kapas yang longgar di atas saluran keluar. Air
murni ditambahkan dan diatur tetesan perkolat sampai tetap dan teratur. Gula yang
digunakan adalah bentuk granul karena keadaan lembab gula cenderung menghabat
perkolator. Jika perlu, perkolat dikembalikan ke dalam perkolat sampai sukrosa larut.

2. MIXTURA (CAMPURAN)
Yang dimaksud dengan Mixtura secara umum adalah Campuran dari obat-obat
dengan sesuatu cairan, mungkin suatu larutan, mungkin juga campuran biasa, yang dipakai
lazimnya per oral.
MIXTURA adalah cairan air atau Hydroalcoholic yang terbuat dari campuran cairan
sesamanya, cairan dengan extracta atau cairan dengan bahan-bahan yang tidak larut (bahan
padat) dimana bahan-bahan ini tersuspendeer sangat halus dan umunya dipakai sebagai obat
dalam. Tetapi ada juga Mixtura yang dipakai sebagai obat luar .
Mixtura dikatakan homogen, apabila tidak kelihatan bagian-bagian dari bahan-bahan
tersebut didalam campurannya.

Jadi Mixtura kalau diperinci, dapat dibagi atas :


 Campuran sesama cairan
Beberapa contoh mixtura :
o Yang dipakai sebagai obat dalam adalah Iulapia dan Essentia Anticholerica F.M.I.
o Yang dipakai sebagai obat luar adalah Liquor Kresoli Saponatus dan Minyak
Gandapura F.M.I

 Campuran dengan extracta


Sebagian kecil dari sari dengan air membentuk suatu campuran atau larutan yang jernih.
Contoh Extractum Siccum, Extractum Spissum, Extractum Liquidum
 Campuran dengan bahan-bahan padat
Terbagi atas 2 bagian :
o Bahan padat ini terbentuk karena interaksi dari pencampuran dua atau lebih bahan-
bahan cair. Sediaan atau obat ini tidak boleh disaring.
o Bahan-bahan padat yang dicampurkan dengan cairan-cairan dimana bahan padat ini tak
larut, tetapi terbagi halus.
Beberapa contoh Mixtura golongan ini adalah Potio Alba Contra Tussim (O.B.P)
dan Solutio Aluminii acetatis Cum Plumbi Sulfate (Liq. Burowi)

3. POTIO
Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral). Selain berbentuk
larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi. Potio merupakan suatu sediaan yang

12
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

dimaksud untuk diminum dan dibuat sedemikian rupa sehingga digunakan sebagai pemberi
dosis tunggal dalam volume atau jumlah yang banyak, atau pemberian dosis tunggal dalam
volume umumnya adalah 50 ml, 150 ml, 200 ml dan 300 ml. (contohnya : OBH .

4. ELIXIR
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan
(pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan
sebagai pelarut digunakan campuran air-etanol. etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat.
Pada elixir dapat pula ditambahkan glycerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk
pengganti gula bisa digunakan sirup gula.
Eliksir biasanya mengandung bahan obat keras, dan manjur seperti antibiotik,
antihistamin dan sedatif. Formulanya enak dan biasanya amat stabil, rasa pahit dan rasa
memualkan serta bau yang kurang enak dapat ditutupi dan diberi warna yang bagus sehingga
enak dipandang. Namun eliksir merupakan produk yang kurang menarik bila dibanding
dengan Mixtura.
Eliksir dibuat dengan melarutkan bahan obat dalam pelarut yang sesuai, pada
umumnya zat-zat yang larut dalam alkohol dilarutkan dalam alkohol dan bahan-bahan yang
larut dalam air dilarutkan kedalam air, kemudian dicampurkan dengan menambahkan larutan
air ke dalam larutan alkohol (bila alkohol ke air akan menghasilkan larutan yang keruh) dalam
eliksir, talk digunakan sebagai bahan penyaring untuk mengabsorbsi setiap kelebihan minyak
yang ada, karena bila kelebihan minyak tidak dihilangkan maka eliksir akan menjadi keruh.
Pada umumnya, eliksir terbagi atas 2 kelompok, yaitu : yang tidak berkhasiat obat dan
yang berkhasiat obat.
a. Eliksir yang tidak berkhasiat sebagai obat (hanya sebagai pembawa)
Contoh : Aromatik eliksir, Benzaldehid eliksir, dan Iso alkoholik eliksir
b. Eliksir yang berkhasiat sebagai obat
 Sedatif : Fenobarbital eliksir, Amobarbital eliksir.
 Stomachikum : Gliserinated Gentian eliksir, Iron Quinen Strikinin eliksir,
Iron Quinen Stikinin PO4 eliksir.
 Ekspektoran : Terpen hidrat eliksir, Terpen hidrat kodein eliksir (kadar alkohol 39 –
44 %)
 Antihistamin : difenhidramin eliksir.

5. LINCTUS.
Linctus adalah sediaan cair yang digunakan untuk mencegah masuk angin
dan
kebanyakan mengandung bahan aktif yang mempunyai aksi sedatif dan beberapa
diantaranya bereaksi ekspektoran, dan sebagai bahan pembawa adalah sirup.

6. NETRALISASI, SATURASI DAN POTIO EFFERVESCENT.


a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral contoh : Solutio Citratis,
magnesici, Amygdalas Ammonicus. Pembuatan : seluruh bagian asam direaksikan dengan
bagian basanya bila perlu reaksi dipercepat dengan pemanasan.
b. Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi
gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
Pembuatan :
o Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Misalnya NaHCO 3
digerus tuang kemudian masuk botol.
o Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.

13
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

o 2/3 bagian asam masuk ke basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati
lewat botol, segera tutup dengan sampage knop sehingga gas yang terjadi tertahan.

c. Potio Effervecent adalah saturatio yang CO2-nya lewat jenuh.


Pembuatan ;
Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio
Langkah ke 3 seluruh bagian asam dimasukan kedalam basa dengan hati-hati, segera
tutup dengan sampage knop.
Gas CO2 disini dimaksudkan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-
kadang dimaksudkan untuk menyegarkan rasa minuman (corrigensia).

Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent adalah :
- diberikan dalam botol yang kuat berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap dengan
tutup gabus yang rapat atau karet, kemudian diikat (chapagne knop).
- Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut, Karena tidak boleh dikocok,
pengocokan dapat menyebabkan pecahnya botol karena botol berisi gas dalam jumlah
besar.

Penambahan bahan-bahan :
1) Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asamnya.
o Zat netral dalam jumlah kecil
Kalau jumlahnya besar, dibagi kebagian asam dan basa menurut perbandingan jumlah
airnya.
o Zat-zat yang mudah menguap
o Ekstrak dalam jumlah kecil dan garam alkaloid
o sirup

2) Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa.


o Garam dari asam yang sukar larut misalnya : Natrii Benzoas, Natrii Salicylas.
o Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium dan amonium harus
ditambahkan kedalam bagian basanya, bila tidak terbentuk endapan kalium atau
amonium dari asam tartrat.

Untuk melihat beberapa bagian asam atau basa diperlukan/dapat dipakai tabel
saturasi dan netralisasi dalam farmakope Belanda Edisi V sebagai berikut :

R/ Asam salisilat 100 mg


Amonia qs
Sirop 10 ml
Aqua ad 100 ml

tabel Saturasi dan Netralisasi (Ph. Belanda V)


Untuk 10 bagian Asam Asam Asetat Asam Asam Asam
Amygdalat Encer Sitrat Salisylat Tartrat
Ammonia 8,9 58,8 4,1 8,1 4,41
Kallium Karbonat - 144,7 10,1 20,0 10,9
Natrium Karbonat - 69,9 4,9 9,7 5,2
Natrium Bikarbonat 18,1 119,0 8,3 16,4 8,9
Untuk 10 bagian Ammonia Kallium Natrium Natrium

14
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

karbonat Karbonat Bikarbonat


Asam Amygladalat 11,2 - - 5,5
Asam Asetat Encer 1,7 0,7 1,43 0,84
Asam Sitrat 24,0 9,9 20,4 12,0
Asam Salisylat 12,3 5,0 10,4 6,1
Asam Tartrat 22,7 9,2 19,1 11,2

7. GUTTAE (DROP)
Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi,
apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan
yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan oleh farmakope Indonesia. Biasanya obat
diteteskan ke dalam makanan atau minuman atau dapat diteteskan langsung kedalam mulut.
Dalam perdagangan dikenal pediatric drop yaitu obat tetes yang digunakan untuk
anak anak atau bayi.
Obat tetes sebagai obat luar, biasanya disebutkan tujuan pemakaianya misalnya :
eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga.

LARUTAN NON ORAL


1. Penggunaan Dalam Mulut Dan Tenggorokan
a) GARGARISMA (OBAT KUMUR).
Obat kumur adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat yang harus di encerkan
dahulu sebelum digunakan, di maksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau
pengobatan infeksi tenggorokan misalnya pharyngitis, laryngitis yang acut/chronic, absces
dan lain-lain.
Tujuan utama penggunaan obat kumur adalah di maksudkan agar obat yang
terkandung dalamnya dapat langsung terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan, dan
tidak dimaksudkan agar obat itu menjadi pelindung selaput lendir. Karena itu obat berupa
minyak yang memerlukan Zat pensuspensi dan obat yang bersifat lendir tidak sesuai untuk di
jadikan obat kumur.
Penandaan pada etiket harus juga tertera:
a. Petunjuk pengenceran sebelum di gunakan.
b. “Hanya untuk kumur, tidak di telan’’
Contoh sediaan obat kamur : Gargarisma Antisepticum (FOI) dan Zinci chloridi
Gargarisma ( FN.78/FOI/CMN).

b) MOTHWASHES
Merupakan sediaan yang digunakan untuk membersihkan dan memberi bau yang
harum pada mulut, serta dibuat sangat segar khususnya untuk pasien bed ridden. Contohnya
Pencuci mulut alkali fenol, Pencuci mulut hidrogen peroksida, Pencuci mulut sodium fenborat
(Na2BO4), Timol liserin mouthwashes.
Mouthwases (pencuci mulut) umumnya mengandung bahan-bahan seperti
deodoran, antiseptik, analgetik lokal, dan astrigen (ZnSO 4 dan ZnCl mouthwashes), tetapi
kerap kali berupa sediaan yang sederhana seperti garam Cl dalam NaCl mouthwashes
ataupun garam Cl dan NaHCO3 dalam pipermint dan air kloroform.

c) THROAT SPRAY (PENYEMPROT TENGGOROKAN)

15
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Throat spray merupakan sediaan yang mengandung antibiotik yang digunakan


untuk keadaan seperti laringitis
faringitis dan tonsilitis.
Larutan disemprotkan ke dalam tenggorokan diharapkan untuk mengobati paru-
paru. Contoh : - Adrenalin dan Atropin Spray untuk mengurangi asam.

d) TROAT PAINT (PENCAT TENGGOROKAN)


Adalah sediaan yang digunakan untuk infeksi mulut dan tenggorokan. Contoh
Sodium Paint untuk pharyngitis dan tonsilitis dan Kristal Violet Paint untuk sariawan.
Fenol gliserin dilarutkan dengan volume sama dengan gliserol untuk mengurangi
efek terapeutik dan mempunyai efek analgetik, Sementara asam tannat bereaksi sebagai
adstringen dan gliserin bereaksi melegakan tenggorokan.

e) COLLUTARIUM, OBAT CUCI MULUT


Collutio/kolutorium biasanya merupakan larutan pekat dalam air yang mengandung
deodoran, antiseptika lokal atau astrigen yang bekerjanya dalam mulut, bukan untuk ditelan,
gunanya untuk pembersih mulut.
Penandaan :
o Jika kolutorium harus diracik dahulu sebelum digunakan, maka etiket harus disebutkan
cara pengencerannya.
o Harus diberikan tanda yang jelas yaitu untuk obat cuci mulut, tidak boleh ditelan.

f) LITUS ORIS .
Litus oris adalah : cairan yang agak kental dan pemakaiannya secara disapukan
atau ditutulkan dalam mulut. Contoh sediaan Litus oris : Boroglycerolinum (FOI), larutan 10
%. Borax dalam gliserin.

g) GUTAE ORIS
Tetes mulut adalah obat yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih
dahulu dengan air untuk dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.

2. Yang Dimasukkan Kedalam Lubang Tubuh


a) COLLYRIUM :
Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis, yang digunakan
untuk pencuci / membersihkan mata, dapat ditambahkan buffer dan pengawet. Wadah
yang dipakai
dapat wadah gelas ataupun plastik yang tertutup kedap.
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, sering hingga jernih, masukkan
dalam wadah, tutup dan sterilkan dengan cara sterilisasi A, B dan C, pidahkan ke dalam wadah
steril secara aseptik. Alat dan wadah yang digunakan dalam kolirium harus bersih dan steril.
Pada etiket harus juga tertera :
1. Masa penggunaan setelah botol dibuka tutupnya
2. “obat cuci mata”
Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling lama 24
jam setelah botol dibuka tutupnya, sedangkan yang mengandung zat pengawet dapat
digunakan paling lama 7 hari setelah tutup botol dibuka.

16
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

b) GUTTAE OPHTHALMICAE.
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat
dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia
dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan
iritasi atau goresan pada kornea.
Hal –hal ini yang perlu diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :
o Nilai isotonisitas.
Secara ideal obat tetes mata harus memiliki nilai isotonis sama dengan larutan
NaCl 0,9 % b/v, tetapi mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara
dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi yang setara dengan larutan NaCl 2,0 % b/v.

o Pendaparan.
Tujuan penggunaan pendaparan larutan obat mata adalah untuk mencegah kenaikan
pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah kaca. Hal tersebut
dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Selain itu penambahan dapar juga
dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya garam-garam alkaloid.

o Pengawet.
Pengawet yang dianjurkan : Nipagin dan Nipasol, Fenil merkuri, fenil etil alkohol,
Benzalkonium klorid, Klorbutanol, fenil etil alkohol.
Untuk penggunaan pada pembedahan, selain steril larutan obat mata tidak boleh
mengandung antibakteri karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringan mata.
o Pengental.
Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih lama kontak
dengan jaringan. Larutan obat mata dikentalkan harus bebas dari partikel yang dapat
terlihat contoh ; metil selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alkohol.
Syarat-syarat obat tetes mata :
o Umumnya Isotonik dan Isohidrik
o Obatnya harus stabil secara kimia
o Tidak boleh mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata. Harus mempunyai
aktivitas terapi yang optimal.
o Harus jernih dan bebas zarah asing
o Harus bebas dari mikroorganisme yang hidup dan tetap tinggal demikian selama
penyimpanan yang diperlukan.
Syarat steril ini sangat penting untuk mata yang luka baik karena operasi maupun
karena kecelakaan.
Syarat zat pengawet untuk larutan obat tetes mata :
o Tidak bersifat bakteriostatik. Terutama bakteriostatik terhadap pseudomonas aeruginosa,
karena sangat berbahaya pada mata yang terinfeksi.
o Tidak boleh mengiritan jaringan mata, kornea dan konjugativa pada pemakaian ulang
o Harus kompatibel dengan kebanyakan obat
o Tidak menimbulkan alergi atau kelewat sensitif.
o Dapat mempertahankan aktivitasnya dalam kondisi yang normal.

Dapar (cairan pembawa) sedapat mungkin mempunyai pH lebih kurang 7,4 sesuai pH
cairan lakrimal pada mata. Mengenai pH fisiologis cairan tetes mata ada pendapat lain yaitu :
o Gyorffy : pH 6,3 -8,4

17
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

o Oguchi & Nakashima : 8,4 -8,6.

c) NASAL SPRAY (PENYEMPROT HIDUNG)


Merupakan larutan berupa semprotan yang digunakan pada hidung untuk mengurangi
rasa sesak dihidung dan sebagai pencegahan infeksi yang mungkin terjadi pada hidung.
Tujuan adalah : untuk menahan larutan dalam saluran hidung. Telah diketahui bahwa
nasal spray berbeda dengan throat spray. Cairan untuk hidung terdiri dari : Guttae Nasales =
Nose drops, Nebula = Spray ataupun Collunaria. Collunaria biasanya medianya adalah air atau
minyak lemak, termasuk paraffinum. Liquidum dan pemakaiannya khusus pada daerah dalam
hidung ( sebagai pencuci hidung ). Kebanyakan bahan-bahan obat yang dipakai ialah
Antibiotika dan Sulfonamida, Vasoconstrictor, Germicida dan Antiseptica, begitupun Local
Anestesica.
Cairan pembawa umumnya digunakan air. Cairan pembawa sebaiknya mempunyai pH
5,5 sampai 7,5. Kapasitas dapar sedang, isotonis dan hampir isotonis. Minyak lemak atau
minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.

d) NASAL DROP (TETES HIDUNG)


Merupakan larutan berupa tetesan yang digunakan dalam hidung. Satu-satunya yang
resmi adalah tetes hidung efedrin yang digunakan untuk mengurangi pengembangan mukosa
hidung Kadang-kadang digunakan sediaan minyak untuk memperpanjang aksi obat, tetapi kini
dianjurkan menggunakan pembantu air.
Hidung adalah suatu filter (saringan) yang kebersihannya dijaga oleh sillia (bulu getar)
yang bereaksi menggerekan lapisan mukosa secara konstan menuju pharinx.
Aksi sillia dipengaruhi oleh :
o Larutan iso osmotik dengan NaCl 0,9 % dalam tetes hidung.
o pH asam menghampiri netral, dimana kemampuan membuffer dari mukosa hidung adalah
rendah dan larutan alkali kuat seperti tetes-tetes yang mengandung sulfur amida yang
tidak dibuffer dapat menyebabkan bahaya atau kerusakan pada silia. Hal ini dalam
beberapa hal dapat diatasi dengan menggunakan buffer fosfat pH 6,5 sebagai pembantu.
o Larutan yang viskositasnya sama dengan mukosa hidung, yakni : metil selulosa (matosel)
0,5 % kadang-kadang digunakan untuk mengurangi encernya tetes hidung.

e) DOUCHE.
Douche adalah larutan obat yang digunakan untuk mencuci rongga tubuh. Umumnya
ke dalam vagina. baik untuk pengobatan, maupun untuk membersihkan. Khususnya Douche
ini dipakai untuk penyuntikan urogenitaal apparrat (vaginal tract). Larutan –larutan ini
mengandung bahan-bahan pencuci antiseptika.
Untuk memudahkan, kebanyakan Douche ini dibuat dalam bentuk kering atau padat
(serbuk, tablet) yang kalau hendak dipergunakan dilarutkan dalam sejumlah air
tertentu.
Dapat juga diberikan yang telah dibuat larutan kental, yang nantinya diencerkan seperlunya.
Vaginal Douche dipergunakan antara lain : untuk membersihkan vagina.

f) ENEMA/CLYSMA/LAVEMENT
yaitu cairan yang pemakaiannya Per rectum/colon yang gunanya untuk
membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat ataupun systematis.
Enema yang dipakai untuk membersihkan misalnya penolong pada sembelit atau
pembersih faces yang mengeras sebelum operasi, tidak boleh mengandung zat lendir.

18
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Selain untuk membersihkan, Enema juga dipergunakan untuk pengobatan, misalnya


untuk efek Carminative, Adstrigent, Emolient, untuk Diagnostik, Sedative, Anthelminte dan
lain-lain.

g) EAR DROP (CAIRAN UNTUK TELINGA).


Ear drop (tetes telinga) merupakan larutan yang digunakan pada telinga dengan cara
meneteskan larutan tersebut pada telinga.
Kebanyakan ear drop adalah larutan sederhana yang umumnya mengandung bahan
obat untuk :
o Mencegah infeksi ringan dan infeksi akut, Misalnya : Kloramfenikol untuk mencegah infeksi
ringan. Penggunaan antibiotik sistemis untuk mencegah infeksi akut.
o Melunakkan lemak. Seperti ; H2O2 dan NaHCO3
o Pembersih sesudah infeksi, Misalnya : air spirit.
o Mengeringkan permukaan, Contoh : Adstrigen, Aluminium asetat.
o Antiseptik dan Anastetik, Misalnya fenol.
Cairan yang dipakai ke dalam telinga ini biasanya larutan-larutan Antibiotika,
sulfonamida, Local anestetica, Peroksida, Fungicida dan larutan-larutan yang mengandung
asam bor, Nacl, glycerin dan propyleneglycol (irrigating solution). Glycerine dan propyleneglycol
seiring dipakai sebagai Solventia, sedangkan alkohol dan minyak tumbuh-tumbuhan kadang
dipakai. Kekentalan glycerine propyleneglycol menyebabkan cairan ini pantas sekali sebagai
pelarut, karena melekat baik pada bagian-bagian dalam dari telinga .

h) INHALATIONES
Yang dimaksud dengan Inhalatio yaitu cairan atau larutan yang nantinya di jadikan
kabut dan dipergunakan dengan cara menghisapnya sampai mencapai alat pernafasan
(respiratory tract).

Menurut farmakope Indonesia Ed. III


Inhalationes (Inhalasi) adalah sediaan yang dimaksudkan untuk disedot melalui
hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan.
Tetesan atau butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai
Bronkioli. Inhalasi juga meliputi sediaan yang mengandung obat yang mudah menguap atau
serbuk halus atau kabut yang digunakan memakai alat semprot mekanik.
Penandaan jika mengandung bahan yang tidak larut pada etiket harus juga tertera
“kocok dahulu”.
Larutan yang dipergunakan dengan cara menginhaler disebut juga spray, atau lebih
umum ialah Aerosol atau inhalation.
Aerosolum (aerosol). Menurut Farmakope Indonesia Ed. III adalah sediaan yang
mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan, berisi Propelan
atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, dapat
digunakan untuk obat luar atau untuk obat dalam dengan menggunakan propelan yang cocok.
Jika digunakan sebagai obat dalam atau secara Inhalasi, aerosol diperlengkapi dengan
pengatur dosis. Aerosol boleh mengandung bahan pensuspensi, emulgator dan pelarut
pembantu. Bagian-bagian yang penting dari suatu aerosol adalah wadah, propelan, konsentrat
yang mengandung zat berkhasiat, katup dan aktuator.
Bahan – bahan obat yang dipakai untuk Inhalation atau Aerosol antara lain :
Antibiotika, termasuk Bacitracine, Penicilline dan Tetracycline. Juga bahan-bahan seperti
Ephinephrine, Aminophyline dan isoproterenol. Begitupun Antihisthaminika seperti Benadryl.

19
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Sebagai contoh preparat inhalation atau spray atau Aerosol antara lain ; Sol.
Adrenalini ad Inhalationem (CMN), Terramycin Aerosol, Inhalatio Composita, Inhalatio
menthae Composita, Inhalatio Thymoli Composita.

3. YANG DIGUNAKAN DIPERMUKAAN TUBUH :


a) Collodium
Ada 2 collodium yang resmi digunakan, yaitu : untuk pengobatan dan bukan untuk
pengobatan.
Contohnya :
- Flexible Collodium BPC dan
- Asam Salisilat Collodium BPC sering digunakan sebagai pelarut kutil dan dapat juga
berfungsi pengawet.

b) Paint
Paint adalah larutan yang digunakan untuk mensterilkan kulit pada ginekologi,
dimana pelarutnya harus cepat diuapkan.
Sejumlah kecil alkohol dan aseton dibutuhkan untuk melarutkan warna dalam
magana Paint (castellani), tetapi larutan organik kemudian tidak menyebabkab rasa yang tidak
enak bila digunakan untuk menghilangkan infeksi jamur atau fungi.

c) Lotion.
Lotion (lotio) adalah sediaan cair yang berupa suspensi atau dispersi untuk pemakaian
luar biasanya mempunyai bentuk serbuk halus dengan maksud digunakan untuk
memulas
Sediaan ini digunakan untuk kulit rambut dan harus diberi tanda yang menunjukkan
bahwa mudah terbakar. Penandaannya : obat luar, kocok dahulu sebelum penggunaan.

d) Liniment.
Liniment adalah suatu sediaan yang mengandung zat analgetik yang penggunaanya
dioleskan kemudiaan dipijat.
Bahan pembantu dalam liniment terdiri atas :
o Larutan alkohol dengan konsentrasi yang tinggi sebagai liniment yang lunak,dan.
o Minyak seperti dalam champor Liniment BPC. Namun yang mula-mula bertindak sebagai
pelarut adalah alkohol yang menyebabkan penetrasi obat ke dalam kulit.
Liniment tidak digunakan untuk kulit yang luka karena sangat mengiritasi apalagi jika
pelarutnya adalah alkohol. Penandaan pada label : tidak digunakan untuk kulit dan hanya
untuk pemakaian luar.

e) EPITHEMA/OBAT KOMPRES
Ephitema adalah cairan yang dipakai untuk mendangkan rasa dingin pada tempat-
tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan
osmose digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. Dalam pasaran Ephitema dikenal
dengan nama obat kompres. Cairan yang dipakain sebagai pembasa pada balutan (kompres
basa) misalnya Liquor burowi, Solutio Rivanol, campuran boorwater-rivanol.

E. PERHITUNGAN FARMASI
Dalam farmasi kita harus mengetahui dan mengerti tentang konsentrasi. Metode yang
paling umum digunakan untuk menyatakan adalah persentase (%). Dan kalau tidak dinyatakan
lain maka % adalah b/b, kecuali alkohol adalah v/v.

20
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Farmakope Indonesia Edisi IV memberikan 3 bentuk persen yaitu :


1. Persen bobot per bobot (b/b)
Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram campuran atau larutan.
2. Persen bobot per volume (b/v)
Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan, sebagai pelarut
dapat digunakan air atau pelarut lain.
3. Persen volume pervolume (v/v)
Menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan Pernyataan persen
tanpa penjelasan lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah padat, yang
dimaksud adalah b/b, untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam cairan
yang dimaksud adalah b/v dan untuk larutan cair di dalam cairan yang
dimaksud adalah v/v dan untuk larutan gas dalam cairan yang dimaksud adalah
b/v.

Persen b/v mungkin merupakan hal yang aneh bagi profesi kesehatan, karena
menimbulkan masalah pada waktu tertentu. Bila dalam larutan tertulis 0,2 % b/v
dimana mengandung 0,2 gram obat per 100 ml larutan, maka diketahui bahwa tiap 5
ml ( 1 sendok teh/sendok kecil) yang diambil untuk pasien mengandung 10 mg obat.
Konsentrasi b/b digunakan dalam prosedur laboratorium, agar konsentrasi
tidak berubah dengan perluasan atau hasil kontraksi dari perubahan suhu
sebagaimana yang dilakukan dengan Molar dan Normal larutan. Molal mengandung 1
ml solut dilarutkan dalam 1000 g solvent. Setiap sirup yang mengandung 513 g
sukrosa dilarutkan dalam 1000 g air atau 1,5 m (Molal)

I. Perhitungan Etanol.
Yaitu mengubah atau mengencerkan kadar etanol yang lebih tinggi menjadi kadar
yang lebih rendah. Perlu diketahui bahwa apabila kita mencampur 2 larutan yang
berbeda berat jenisnya (termasuk etanol/spiritus ) akan terjadi penyusutan volume yang disebut
dengan kontraksi.
Spiritus atau etanol adalah campuran alkohol absolut dengan air. Umumnya
dinyatakan dalam persen b/b atau v/v, sehingga :

1. 50 gram etanol 0 % b/b artinya larutan mengandung :


0
alkohol absolute x 50 gram = 0 gram
100
air 50 gram - 0 gram = 50 gram

2. l00 ml etanol 70 % v/v artinya larutan mengandung :


70
alkohol absolute x l00 ml = 70 ml
100
air bukan l00 ml - 70 ml = 30 ml, tetapi lebih besar dari 30 ml (hal ini dapat dihitung)

3. l00 ml etanol 70 % b/b, jumlah alkohol absolute tidak bisa langsung dihitung.
Disini harus kita sejeniskan terlebih dahulu. U n t u k m e n g e t a h u i n y a d a p a t
d i p e r g u n a k a n t a b e l p a d a Farmakope edisi IV.
etanol 70 % b/b = etanol 76,91 % v/v = BJ 0,8658
Volume larutan = 200 ml

21
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

70
alkohol absolute = x l00 ml = 70 ml
100
Berat larutan = 0,8658 x l00 ml = 86,58 gram
70
Alkohol absolut = x 86,58 g = 60,606 gram
100
Berat air = 86,58 g — 60,606 g = 25,974 gram

Latihan
1. 300 gram etanol 95 % b/b , berapa ml dan gram alkohol absolutnya ?
Jawab :
95
alkohol absolute = x 300 gram = 285gram
100

95 % b/b = 96,79 % v/v = BJ 0,8020


300/0,8020 = 374,06 ml
96 , 79
alkohol absolute = x 374,06 ml
100
= 362,05 ml

2. l500 liter etanol 77,79 % v/v, berapa ml dan gram alko hol
absolutnya?
Jawab :
77.79
Alkohol absolute = x 1500 ml = ll66,85 ml
100
77,79 % v/v = 71 % b/b = BJ 0,8634
Berat larutan = 0.8634 x 1500 ml = 1295,l gram
7l
Alk. Absolute = x 1295,l gram = 9 1 9,5 gra m
100

3. 550 gram etanol 73,3 % v/v berapa gram dan ml alkohol absolutnya
Jawab :
73,3 % v/v 66 % b/b = 0,8753
66
alkohol absolute = x 550 gram =363
100
550
volume larutan = = 628,35 ml
0,8753
73 ,3
alkohol absolute = x 628,35 ml = 4 60,58 ml
100

4. 0,5 liter etanol 57 % b/b berapa ml dan gram alkohol absolutnya


Jawab ;
57 % b/b = 64,8 % v/v = BJ 0,8964
64 , 8
Alkohol = x 500 ml = 324 ml
100
Berat larutan = 500 x 0,8964 = 448 gram
57
Alkohol absolut = x 448 gram = 255,36 gram
100

22
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

5. 500 ml etanol BJ 0,8364


Jawab :
BJ 0,8364 = 87,8 % v/v = 82 % b/b

87 , 8
alkohol absolute = x 500 ml = 439 ml
100
volume larutan = 500 x 0,8364 = 418,2 gram

82
alkohol absolute = x 418,2 g = 34 2,9gram
100
Kegunaan menghitung alkohol absolut adalah untuk mencari kadar

contoh soal :
berapa % b/b kadar etanol yang diperoleh kalau kita mencampurkan 50 gram etanol 70% v/v
dengan air l00 ml?
Penyelesaian :
50 gram etanol 70 % v/v = 62,44 % b/b alkohol abs.
62,44/l00x 50 = 3l, 22 g.
3l , 2 2
Kadar campuran x 100 % = 20,81% b/b
50+l00
Atau menggunakan rumus :

B 1 x K1 + B 2 x K 2 = B 3 x K 3

50 x 3l,22, + l00 x 0 = l50 x K 3


3l , 22
K3 = x 100 % = 20,81 % b/b
l 50
Apabila tabel yang dimaksud tidak ada dalam daftar maka harus dilakukan
interpolasi.

Cara :
Misalkan yang hendak diketahui % b/b dan BJ etanol 90,5 % v/v.
Ambil 1 tabel yang terdekat diatasnya. Dengan perbandingan biasa kita dapat
membuat tabel baru :
BJ b/b v/v
0,8271 85,69 90

0,5 1 0,0034 1,3 90,5

0,8237 86,99 91

Perbandingan 0,5/1 = ½
% b/b = 85,69 + ( ½ x 1,3)

23
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

= 85,89 + 0,65
= 86,34
BJ = 0,8271 + ( ½ x 0,0034 )
= 0,8271 + 0,0017
= 0,8254
Jadi etanol 90,5 % v/v = etanol 86,34 % b/b; BJ = 0, 8 254
Latihan soal
1. Interpolasi dari BJ 0,9003
2. Interpolasi dari 66,5 % b/b
3. Tentukan % b/b, % v/v dan BJ dari campuran ;
1500 gram etanol 60 % v/v + l00 ml air
4. Hitunglah % b/b, % v/v dan BJ campuran ;
100 g spiritus dilutus + 100 gram air
5. Hitung berapa gram air yang ditambahkan pada campuran 500 ml spiritus 96
% v/v + air sampai 1 liter
6. Dibutuhkan 1 liter spiritus 60 % b/b dalam persediaan kita mempunyai
spiritus fortior. Berapa ml air yang diperlukan.
7. Dibutuhkan etanol 40 % v/v dalam persediaan terdapat 300 ml spiritus fortior
dan 200 ml spiritus dilutus.
8. Tentukan BJ dari campuran sama berat spiritus dilutus dan air.
9. Tentukan BJ dari campuran sama volume spiritus dilutus dan air

Contoh soal kontraksi.


Dicampurkan 100 ml spiritus dilutus dengan 100 ml air.
Berapa ml hasil yang akan didapat dan hitungkan kontraksinya?
100 ml x 70 % v/v + 100 ml 0 % v/v ?

Berat campuran :
= (100 x 0,8837) g + 100 g 88,37 + 100
= 188,37 g (x) % b/b
Etanol absolut ;
6 2 , 44
= x 88,37 = 55,18 g
1 00
55 ,18
Kadar = x 100 % = 29, 29 % b/b
188 , 37
BJ 0,9545 (hasil interpolasi), maka volume sebenarnya
188 ,37
(volume praktis) = = 197,35 ml
0,9545
Volume teoritis Vt = V1 + V2
=100 ml + 100 ml
=200 ml
Kontraksi = Vt – Vp
= 200 ml – 197,35 ml
= 2,65 ml

24
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

2 ,65
% kontraksi = x 100 % = 1,33 %
200
Kontraksi tidak boleh lebih dari 3,6 %
Latihan soal
1. Hitunglah kontraksi bila dicampur etanol absolut dengan air sama jumlah dengan volumenya.
2. Hitunglah kontraksi dalam % jika dicampur 200 ml spiritus dilutus dengan 300 ml
spiritus 95 % v/v.
3. Hitunglah kontraksi bila dicampur masing-masing 100 g spiritus 95 % v/v,
100 g spiritus dilutus dan 200 g air.

II. Hitungan Pengenceran Bukan Etanol.


Pengenceran bukan etanol yaitu mengubah atau mengencerkan kadar zat yang lebih
tinggi di dalam larutan atau serbuk menjadi kadar yang lebih rendah dengan menambahkan bahan
penambah lain yang kadarnya lebih rendah. Kadar zat aktif dalam suatu campuran dapat
dinyatakan dalam berbagai bentuk, antara lain dalam persen (%); permil ( 0/00); ppm (part per
million) atau bpj (bagian per sejuta); dalam perbandingan antara zat zat yang bercampur; dan
dalam perbandingan zat aktif dengan campuran.
Ketika mencari kadar zat di dalam suatu campuran, sering ditemui volume, bobot, dan
bobot jenis. Hubungan antara ketiganya ditunjuukkan dalam rumus berikut:

bobot G
volume = ;v=
bobot jenis BJ
Keterangan :
Satuan bobot yang digunakan adalah kilogram (kg) dan gram (g), dan satuan volume yang
digunakan adalah liter (1) dan mililiter (ml).
Hendak dibuat 300 gram larutan yang mengandung 10 % NaCl dengan mempergunakan larutan
yang mengandung 50% NaCl. Berapa jumlah larutan 50 % yang harus dipakai dan berapa air yang
harus ditambahkan ?
Untuk menyelesaikan soal ini, tentukan dulu :
1. Mana bagian yang membentuk dan maka yang terbentuk.
2. Komponen yang belum kita ketahui kita misalkan X
3. Zat aktif yang membentuk sama dengan yang terbentuk.
4. Berat zat yang membentuk harus sama dengan yang terbentuk.
5. Kalau terdapat selisih berat antara zat terbentuk dengan yang membentuk maka selisishnya
adalah zat penambahan.

Jawab.

X gram 50 % = 300 gram 10 %


50
Zat aktif (za) = x X = 0,5 X
100
10
Z.A = x 300 = 30 g
100
0,5 X = 30
30
X = g = 60 g
0 ,5
Zat penambahan (air) ) = 300 – 60 = 2 40 g

25
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Latihan soal

1. Hitung berapa gram zat penambahan diperlukan pada pembuatan 400 gram campuran
dengan kadar 20 %, bila yang tersedia 200 gram zat 25 % dan zat 15 % yang
belum diketahui jumlahnya.
Jawab.
X g x 15 % + 200 g x 25 % 400 g x 20%
Z.A (15/00 x X) + (25/100 x 200) 20/100 x 400
Z.A 0,5 X + 50 = 80
0,15 X = 80 – 50
30
X = = 200
0 ,5
Zat 15% diambil sebanyak 200 g
Zat penambahan sebanyak 400 – (200 + 200) = 0 g

2. Hitung berapa gram larutan NaCl 50 % harus ditambahkan pada 5 g larutan NaCl 5 % supaya
diperoleh 50 g larutan NaCl l5 % ?
Jawab :
( 5 g x 5 %) + (X g x 50 %) 50 g x l5 %
5 50
Z.A ( x5)+( xX) l5/100 x 50
100 100
0, 25 + 0,5 X = 7,5
X = 7,5 - 0, 25
X =
Larutan NaCl 50 % yang diambil l4,5 g
Zat penambah 50 – (5 + l4,5) = 30,5 g.

3. Hitunglah berapa g larutan glukosa 15% dan glukosa 25 % harus ditambahkan pada
200 g larutan glukosa supaya diperoleh 600 g larutan glukosa 18%.
Jawab :
Glukosa 15 % = X
Glukosa 25 % = (600 – 200) – X
X x 15 % + (400 - X ) x 25 % + 200 x 20 %
600 x 18 %
0,15 X + 100 – 0, 25 X + 40 = 108
0,15 X - 0, 25 X = 108 – (100 + 40)- 0,1 X = - 32
Jumlah glukosa 15 % = 320 g
Jumlah glukosa 25 % = 400 -3 20 = 80 g

4. 50 mg alkaloid belladon dicampur denga 1 gram extract belladon yang mengandung 1,5 %
alkaloid belladon. Berapa g campuran extract belladon 1,3 % yang diperoleh dan berapa gram
zat penambahannya.
Jawab :
50 x 100 % x 1,5 % X x 1,3 %
50 + 15 = 0,013
65
X = = 5000 mg = 5 g
0,013
Campuran yang diperoleh 5000 mg = 5 g

26
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Zat penambahnya = 5000 – (1000 +X 50) = 3950 mg = 3,95 g

BAB II
SUSPENSI
A. PENGERTIAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair.
Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma . yang sesuai dan
ditujukan untuk penggunaan or al. B eber apa suspensi yang diberi etiket

27
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat
langsung digunakan sedangkan y a n g l a i n b e r u p a c a m p u r a n p a d a t y a n g h a r u s
dIkonstitus ikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera
sebelum digunakan. Sediaan seperti i ni disebut " Untuk Suspensi oral"
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk p e n g g u n a a n k u l i t .
b e b e r a p a s u s p e n s i y a n g d i b e r i e t i k e t sebagai "lotio” termasuk dalam kategori
ini.
Suspensi t etes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel -
partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan ke telinga bagian luar.
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang
m e n g a n d u n g p a r t i k e l - p a r t i k e l y a n g t e r d i s p e r s i d a l a m c a t r a n pembawa
untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau,
penggumpalan. bila untuk dosis ganda harus mengandung bakterisida.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secar a intravena atau kedalam
larutan spinal .
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi ster il setelah penambahan bahan
pembawa yang sesuai.
Selain itu pengertian Suspensi adalah sediaan yang , menlindungi bahan obat
padat dalam bentuk halus dan tidak larut. terdispersi dalam cairan pembawa. zat yang ter
dispersi harus halus. tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan-lahan.
endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditamhbahkan zat tambahan untuk,
menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi, harus menjamin sediaan mudah
digojog dan dituang.

B. BAHAN PENSUSPENSI
a) Pengertian tentang bahan pensuspensi
Bahah pensuspensi adalah : substansi yang menaikkan viskositas
suspensi sehingga memperlambat/menunda sedimentasi.
Pemilihan bahan pensuspensi yang tepat dapat memberikan ali ran yang karakteristik
pada suatu sistem polifase. Karakteristik bahan pensuspensi yang ideal adalah Harus
terapetik netral, Secara kimia stabil pada rentang pH yang luas, Menghasilken viskositas
memadai pada konsentrasi rendah, Memberikan kestabilan fisika pada sistem polifase.

b) Sifat umum bahan pensuspensi


Penstabil suspensi dapat diklasifikasilkan menurut asalnya, yaitu yang berasal dari
alam yang sintetik. Kebanyakan yang berasal dari alam secara kolektif disebut gom
yakni suatu istilah yang telah diperluas pada produk - produk sintetis seperti metil
selulosa (MC) dan karboksi metil selulosa ( CMC ).

PEMBAGIAN BAHAN PENSUSPENSI


1. Hidrokoloid alam yang berasl dari tanaman.
a. Akasia
b. Tragakan
c. Chondrus

28
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

d. Algin
e. Guar gom (non ionik)

2. Derivat selulose yang penting sebagai penstabil suspensi


a. MC (non ionik)
b. CMC
c. Hidroksi etil selulosa

3. Tanah liat ( Clays )


a. Bentonit (Al silikat )
b. Veegum (Mg Al silikat )
c. Attapulgite
d. Silika koloidal
e. Alumina koloidal ( Al hid.roksida )

4. Polimer-polimer sintetis
a. Karbopol
Karbopol 934 yang nama kimianya karboksi vinil polimer dari BM yang sangat
tinggi. Viskositasnya turun bila terkena cahaya. penurunan oksidatif ini dapat dihindari
dengan penambahan anti oksidan atau dengan menghindari cahaya pada penyimpanan.
Carbapol 943 berbentuk serbuk, yang terdispenseer dalam air, menghasilkan
suatu larutan asam yang sedikit kental. Apabila keasaman ini dinetralkan dengan sedikit
alkali, misalnya Natrium karbonat, akan terdapat keadaan kental yang cukup tinggi.
Dengan kadar 0,5 % dipergunakan dalam Calamine Lotion.
b. Polioks
Polimerisasi PEG sampai BM beberapa juta dari di mensi koloidal dapat terdispersi
dan mengentalkan air.

5. Penstabil yang lain


a. Emulsa cetil alkohol
Emulsa cair yang mempunyai viskositas agak besar yang bila ditambahkan pada
suspensi akan berfungsi sebagai penstabil. Dibuat dengan melarutkan Na lauril sulfat
dalam air, dipanaskan sampai 550C dan larutan panas ini ditambahkan pada cetil alkohol
yang sudah dilebur dan diaduk sampai membeku.
b. Lipokoloid
Lipokoloid adalah senyawa yang mengentalkan pelarut yang bukan air, Karbopol
934 yang sudah di netralkan juga merupakan pengental yang efektif untuk gliserin, glilcol-
glikol dan alkohol.
Salah satu yang paling efektif sebagai penstabil suspensi untuk cairan non
polar adalah silicon dioksid yang dibuat secara spesifik dan efektif dalam konsentrasi
1-2 %.

c) B a h a n p e n s u s p e n s i ( s u s p e n d i n g a g e n t ) di kelompokkan menjadi 2 yaitu :


1. Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom
dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk
mucilago a t a u l e n d i r , d e n g a n t e r b e n t u k n y a m u c i l a g o m a k a viskositas
cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan
mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan, proses fermentasil bakteri .

29
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan


 Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis
 Satu botol ditambah de ngan asam dan dipanaskan, kemudian keduannya
disimpan ditempat yang sama.
 Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan
asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat
dibanding dengan botol tanpa pemanasan.

Termasuk golongan gom adalah :


 ACASIA ( PULVIS GUMMI ARABICI)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air.
tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari
mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu zat yang
menyebabkan pH t e r s e b u t m e n j a d i d i l u a r 5 – 9 a k a n m e n y e b a b k a n
penurunan viskositas yang nyata.
Mucilago gom arab dengan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama
dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakterl' sehingga dalam suspensi harus
ditambahkan zat pengawet.

 CHONDRUS
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartma mamilosa,
dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari
chondrus disebut caragen yang banyak dipakai oIeh industri makanan.
caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri,
jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.

 TRAGACANTH
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat
lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan
pemanasan, Mucilago tragacanth lebih kental dari mucilago dari gom arab.
Mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan
sebagai emulgator.

 ALGIN
Istilah algin atau alginat diberikan pada derivat asam alginat yang diperoleh dari
lumut laut. Asam alginat adalah suatu poligliseronoid. Dalam farmasi digunakan
garam asam alginat yang larut dalam air, anionik dan stabil pada pH 5 dan lebih
dari 5. Pada pH kurang dari 4, asam alginat akan mengendap.
Algin adalah tipe khas koloid hidrofilik yang diperoleh dari tanaman, dan seperti agar,
chondrus, pektin dan tragakan berupa karbohidrat. Mereka mempunyai BM tinggi tetapi larut
dalam air dan sangat terhidrasi disebabkan ikatan hidrogen dari gugus hidroksilnya dengan air.

GOLONGAN BUKAN GOM


Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat. T anah
li at yang se ring diper gunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada
3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke
dalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan
peggojokan Peristiwa ini disebut tiksotrofi. K a r e n a p e r i s t i w a t e r s e b u t ,
K e k e n t a l a n c a i r a n a k a n bertambah sehingga stabilitas dari suspensi

30
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

menjadi lebih baik.


Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga
penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan
menaburkannya pada campuran suspensi. K e b a i k a n b a h a n s u s p e n s i
d a r i t a n a h l i a t a d a l a h t i d a k dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi
dari bakteri, k a r e n a b a h a n - b a h a n t e r s e b u t m e r u p a k a n s e n y a w a
anorganik, bukan golongan karbohidrat.

2. Bahan pensuspensi sintesis


 Derivat selulosa
T e r m a s u k d a l a m g o l o n g a n i n i a d a l a h m e t i l s e l u l o s a (methosol,
tylose). karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. D i b e l a k a n g d a r i
nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol
1 5 0 0 . A n g k a i n i menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan
yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti
kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus
dan tidak beracun , sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam
farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan
bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.

 Golongan organik polimer


Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama
dagang suatu pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut
dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit
pemakalannya.Sehingga b a h a n t e r s e b u t b a n y a k d i g u n a k a n s e b a g a i
b a h a n pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang balk diperlukan kadar
± I %. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan viskositas dar i larutannya.

BEBERAPA BAHAN PENSUSPENSI YANG SPESIFIK


Namun ada juga literatur yang membagi yang lebih spesifik, Bahan-bahan
pensuspensi yang diuraikan di bawah ini merupakan prototipe dari klasnya masing-masing.
Semuanya di pakai secara luas dalam pengobatan dan dapat untuk pemakai an internal.
Walaupun khas berupa bahan pensuspensi tetapi karena persamaan-persamaan dalam
struktur dengan bahan pengemulsi maka bahan pensuspensi tertentu dapat digunakan de -
ngan teknik tersendiri untuk membuat emulsi,

1) GELATIN
Gelatin ( parmagel ) diperoleh melalui hidrolisa sebagian kollagen yang berasal dari kulit,
jaringan dan tulang- tulang binatang. Gelatin terdiri dari rantai polipeptida dengan panjang yang
berbeda. Beberapa dari asam amino di dalam gelatin adalah diamino karboksilat dan yang lain
adalah mono amino asam dikarboksilat (ikatan peptida melibatkan satu asam amino dan satu gugus
asam karboksilat).

2) METIL SELULOSA TYLOSE, METHECOL.


Campuran airnya jernih, tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna, chemically inert,
mantap pada pH yang berbeda, nontoxic, tidak merangsang, physiogically inert, resistens
terhadap serangan-serangan bakteri, mantap terhadap panas dan cahaya. Biasanya
dipergunakan dalam lotio yang mengandung tidak lebih 70 % alkohol, larutan Tylose akan
menggumpal pada suhu 50o, tetapi akan kembali bentuknya (cair kental) apabila sudah

31
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

mendingin kembali. Tylose banyak sekali dipergunakan untuk suspensi-suspensi dari Barium
untuk roentgenopgraphy.
Derivat sellulosa yang digunakan dalam farmasi sebagai pensuspensi adalah
polimer-polimer rantai panjang dimana gugus R sudah dieterifikasi pada gugus hidroksil.

R = H --------------------------------- sellulosa
R = CH 3 ------------------------------ Metil sellulosa,
R = CH 2 COONa-------------------- Na CMC
3) Na CMC ( SODIUM CARBOXI METHYL CELLULOSE)
Na CMC yang larut dalam air d an digunakan dalam farma si adalah sellulosa
yang telah disubstitusi dengan Na carboksi metil. Derajat substitusi mengontrol
kelarutannya & panjang molekulnya mengontrol viskositas untuk tiap ting kat substitusi.
Tipe viskositas dari Na CMC terdiri dari tipe rendah, medium ( sedang ) den tinggi.
misalnya Na CMC P-75-L menunjukkan bahwa Na CMC sudah di murnikan sampai
derajat premium ( P ), nomornya menunjukan derajat substitusi 0,75 den huruf L
menunjukkan tipe viskositas rendah( Low ).

4) MONTMORILLONITE CLAY
Tanah liat. ( clay ) yang digunakan sebagai pensuspensi dalam farmasi adalah
silikat-silikat yang berbeda dalam komponen logamnya. Veegum merupakan campuran yang
dimurnikan dari Mg dan Al silikat, warnanya lebih muda, tidak berbau dan tidak berasa
dibandindingkan bentonit.
Faktor paling menentukan dalam mereduksi waktu yang dibutuhkan untuk hidrasi adalah :
a. Penggunaan mikser yang kemampuan pengirisannya tinggi.
b. Penggunaan air panas mempercepat hidrasi dan dianjurkan bilamana memakai mikser
yang kemampuan pengirisannya rendah.
c. Untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan disarankan untuk membuat dulu dispersi.
4% atau 5 % dan setelah diencerkan sampai konsentrasi yang dibutuhkan.

5) BENTONITE
Bentonite adalah sebangsa tanah liat (silikatb Hidrat Koloidal alam) tidak larut dalam
air, tetapi mengabsorber air untuk mengembang dan membentuk suatu suspensi yang viscous.
Bentonite biasanya dipergunakan untuk pemakaian luar. Bentonite yang lebih dari 4 % akan
mebentuk suatu gel yang agak keras, tetapi kalau dikocok akan cair kental kembali.

6) VEEGUM (MAGNESIUM ALUMINIUM SILICATE)


Veegum (Magnesium Aluminium Silicate), Thix (Aluminium Silikat) dan hectorite
(sebuah Aluminium silikat) adalah tanah liat yang menghindrat dalam air dan bersifat/dapat
sebagai bahan pensuspendeer seperti bentonite. Veegum dapat mengadsorpsi obat obat
yang terasa pahit, dan mempengaruhi enaknya pengobatan bentuk cairan. Test klinik
menunjukkan bahwa obat tidak begitu kuat diadsorpsi sehingga kemanfaatan biologisnya
(bio availabilitasnya) tidak berkurang secara signifikan.

7) STERCULIA GUM, GUM KARAYA.


Sifat-sifatnya hampir sama dengan Tragacantha, begitupun jumlah pemakaiannya
yang kadang-kadang dengan konsentrasi besar lebih cepat bercampur dengan air dari pada
Tragacantha dan lebih baik untuk pemakaian luar, karena pada kulit memberikan efek yang
lebih lembut. Mucilagonya akan berbau asam kalau dismpan.

32
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

8) SODIUM ALGINATE, KELGIN


Kelgin adalah karbohidrat murni yang didapat dari sejenis rumput laut (giant
seeweeds). Sifat-sifatnya lebih uniform dari bahan-bahan pelekat alami asli lainya. Kelgin
membentuk campuran koloidal yang kental dengan air dan sebagai suspending agent cukup
dipakai 1- 2%, selalu diperlukan bahan pengawet pada sediaan-sediaannya.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS SUSPENSI


Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi
adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas
dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga
stabilitas suspensi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :


I. Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara
ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya.
Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan
hubungan linier. Artin ya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas
penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan s e m a k i n b e s a r ,
p e n a m p a n g p a r t i k e l d a y a t e k a n k e a t a s cairan akan semakin
memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk
memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.

II. Kekentalan (viscositas)


Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan a l i r a n d a r i
c a i r a n t e r s e b u t . m a k i n k e n t a l s u a t u c a i r a n kecepatan aliranya makin turun
(kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempenga ruhi pula g er akan
turunnva partikel yang ter dapat didalamnya. dengan d e m i l k i a n d e n g a n
penambahan viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang
d i k a n d u n g n y a a k a n d i p e r l a m b a t . T e t a p i perlu diingat bahwa kekentalan suspensi
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
2
d ( ρ−ρ0 ) g
Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum " STOKES” V=
η
Keterangan
V = kecepatan aliran
d = diameter dari partikel
ρ = berat jenis dari partikel
ρ0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
η = viskositas cairan

III. Jumlah partikel (konsentrasi)


Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah
besar, maka partikel te rsebut akan susah melakukan gera k a n y a n g , b e b a s
k a r e n a s e r i n g t e r j a d i b e n t u r a n a n t a r a partikel tersebut. B e n t u r a n i t u a k a n
menyebabkan terhentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu

33
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

m a k i n b e s a r k o n s e n t r a s i partikel. makin besar kemungkinan terjadi nya


endapan partikel dalam waktu yang singkat.

IV. Sifat/muatan partikel


Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan
terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut
dalam cairan tersebut. K ar na sifat bahan ter sebut sudah m e r u p a k a n s i f a t
a l a m , m a k a k i t a t i d a k d a p a t m e m p e ngaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi
suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi d a n t e t a p t e r d i s t r i b u s i
m e r a t a . B i l a p a r t i k e l m e n g e n d a p mereka akan mudah tersuspensi kembali
dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan
dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan
selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking .
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi
dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi
karena konsentrasi merupakan j u m l a h o b a t y a n g t e r t u l i s d a l a m r e s e p d a n
s i f a t p a r t i k e l merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan
adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan
mixer, homogeniser, colloid mill dan morti r, Sedangkan viskositas fase
eksternal dapat dinaikkan dengan penam bahan zat pengentai yang dapat larut
kedalam cairan tersebut Bahan bahan pen gental ini sering disebut sebagai
suspending agen r (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang
dalam air (hidrokoloid).

D. CARA MENGERJAKAN OBAT DALAM SUSPENSI


I. METODE PEMBUATAN SUSPENSI DAPAT DIBUAT SECARA
a) Metode Dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang
telah terbentuk kemudian baru diencerkan.
Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kes ulitan pada saat
mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak,
atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara
sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung
besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bela sudut
kontak ± 90' serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian
disebut memiliki sifat hidrofob.
Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan
tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
 Biasanya digunakan mikronizer untuk menghasilkan partikel yang halus.
 Udara dimasukkan dengan tekanan yang kuat mengakibatkan terjadinya aliran
turbulen sehingga partikel-partikel pecah.
 Untuk sediaan injeksi dan opthalmik ( procain penisi lin, sulfa ) ukuran partikelnya
harus kecil dari 5 u

b) Metode presipitasi.
Zat yang hendak didspersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan

34
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

pensuspensi dalam air, akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan
pensuspensi.
Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilengglikol, dan polietilenglikol.

Ada 3 metode presipitasi, yaitu :


1) Dengan menggunakan pelarut organik
obat yang tidak larut dalam air dilarutkan ke dalam pelarut organik seperti
etanol, metanol, propilenglikol dan PEG. Fase organik yang mengandung
padatan kemudian dilarutkan ke dalam air suling sehingga obatnya mengendap. Yang
penting pada metode ini adalah dihasilkannya bentuk polimorfi atau kristal hidrat yang
tepat.
Contoh : Prednisolon bila diendapkan dengan MeOH yang mengandung air akan diperoleh
prednisolon yg seskuihidrat. Bentuk ini mudah didispersikan ke dalam air,
tetapi jika digunakan aseton yang berair akan diperoleh kristal
metastabil yang tidak mudah didispersikan ke dalam air.

2) Metode perubahan pH medium


Cara ini berlaku untuk obat yang kelarutannya tergantung pH. Contoh :
suspensi estradiol bila dibuat larutan pekat delam alkali ( KOH atau NaOH ) dan
ditembahkan larutan asam lemah seperti asam asetat dengan pengocokkan, maka
estradiol akan mengendap dan terbagi halus.
Bentuk polimorfi yang dihasilkan tergantung konsentrasi asam dan basa yang
digunakan serta tingkat pengirisan yang diberikan pada sistem.

3) Metode dekomposisi rangkap


Metode ini merupakan proses kimia sederhana, misalnya pembentukan seng
sulfida. dan sulfur melalui pencampuran seng sulfat dengan larutan polisulfida.
(formulanya dalam Parrot)

II. SISTEM PEMBENTUKAN SUSPENSI


i. Sistem flokulasi
Flokulasi dimaksudkan untuk penggunaan oral parenteral, ophtalmik atau topikal
dapat tidak memuaskan, karena mereka biasa menunjukkan sedikit mengalir sehingga
berkelompok partikelnya. Sifat ini diperbaiki dengan penam bahan koloid pelindung.
Koloid pelindung berbeda dengan surfaktan dalam hal mereka tidak mengurangi tegangan
antar muka. Larutan mempunyai viskositas yang berbeda dan digunakan dalam
konsentrasi yang tinggi dibanding surfaktan. Koloid pelindung juga berbeda dari bahan
pemflokulasi dalam hal efeknya sehingga tidak hanya berkemampuan meningkatkan
zetha potensial tetapi juga membentuk penghalang mekanik atau melapisi sekeliling
partikel.
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali. Pembentukan suspensi sistem
flokulasi ialah :
1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium
2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan
atau polimer.
3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka
ditambah structured vehicle
5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam, structured vehicle

35
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

ii. Sistem deflokulasi


Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Dalam sistem deflokulasi, partikel umumnya juga terdispersi dengan bantuan
penurun tegangan antar muka. Namun untuk menjaga/menahan keadaan ini, bahan
pensuspensi yang memberikan viskositas biasanya dibutuhkan sebagai pembantu. Bahan-
bahan ini menghambat pengendapan dan agglomerasi partikel dengan berfungsi sebagai suatu
penghalang energi yg memperkecil intaraksi antar partikel dan membentuk flokulasi.
Pemilihan bahan pensuspensi umumnya meliputi koloid pelindung, hohnn pongindvikni
viskositas, surfaktan, bahan pendispersi.
Kombinasi bahan-bahan ini digunakan untuk memperoleh sifat aliran ( rheologi ) yang
diingini. Sistem deflokulasi yang mencakup faktor-faktor hu kum Stokes menjadi penting,
yaitu ukuran partikel, kerapatan pembawa dan partikel, dan viskositas medium.
Beberapa bahan pensuspensi digunakan dalam formulasi, meliputi polimer sellulosa,
protein ( seperti gelatin ), dan polimer sintetik.
Faktor Stokes lainnya yang penting dalam sistem deflokulasi adalah BJ (kerapatan )
medium. Penambahan substansi ionik seperti sorbitol, gliserin, sukrosa, dan polivinil
pirolidon.

III. SECARA UMUM SIFAT-SIFAT DARI PARTIKEL FLOKULASI DAN DEFLOKULASI ADALAH
a) Deflokulasi :
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran
partikel adalah minimal.
3. Sedimen terbentuk lambat.
4. akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi.
5. WUjud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama.
Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.

b) Flokulasi :
1. Partikel merupakan agregat yang bebas.
2. Sedimentasi terjadi cepat.
3. Sedimen terbentuk cepat.
4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi
kembali seperti semula.
5. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab Sedimentasi terjadi cepat dan
diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

E. FORMULASI SUSPENSI
Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori
n Penggunaan "structured vehicle - untuk menjaga partikel deflokulasi dalam
suspensi structures vehicle, adalah larutan hldrokoli seperti thilose, gom,
bentonit, dan lain-lain.
n Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat
pengendapan. tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit,
surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat
pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya. Contohnya suspensi
bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokkulasi yang

36
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang


bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu
AlCl 3 (Aluminium trichlorida)

Bahan Penambahan Dalam Formulasi


Bahan-bahan ini meliputi pengawet, pewarna, pengharum dan pemberi rasa
(flavor). Bahan-bahan ini dapat mempengaruhi karakteristik sistem.
Pada umumnya pewarna yang digunakan dalam jumlah yang kecil dan biasanya
dapat tercampurkan; flavor dan pengharum juga digunakan dalam jumlah yang kecil
dan biasanya dapat tercampurkan dengan pembawanya.
Wadah untuk kemasan suatu suspensi biasanya diseleksi dilaboratorium menurut
kebiasaan atau dengan menggunakan botol-botol yang tersedia. Tipe gelas yang
tersedia bervariasi pada kemampuannya menahan pengaruh air dan tingkat pengaruh itu
sehubungan dengan jumlah alkali yang dilepaskan dari gelas. Dan untuk produk
parenteral dan non parenteral ( oral dan topikal ) harus memenuhi test standard dari
USP.
Ada juga gelas kristal jernih ( flint ) yang tidak berwarna, berkilauan tetapi
mengandung timah hitam. Dalam perdagangan sekarang ada gelas yang terbuat dari
soda, kapur dan silikat yang bebas timah hitam dan tidak berwarna.
Untuk parenteral, vial untuk multipel dose dapat ti dak berwarna atau
berwarna amber ( kuning pucat ) dan diberi lapisan silikon untuk memperkecil pelepasan
alkali dari gelas itu. Teknik melapisi dengan silikon banyak digunakan untuk suspensi
steroid dan kombinasi penisilin-streptomisin, juga untuk sediaan yang kandungan
padatannya tinggi.
Akhir-akhir ini ada kecenderungan mewadahi beberapa suspensi oral dan topikal di
dalam wadah polietilen atau wadah plastik lainnya. Evaluasi suspensi di dalam
wadah itu harus mempertimbangkan banyak faktor seperti hilangnya bahan pemberi rasa,
pengharum, adsorpsi pengawet dan pelepasan substansi dari wadah.
Penentuan kestabilan suspensi dalam wadahnya yang terakhir merupakan bagian
yang sangat penting dalam prosedur.

Pengawet.Untuk Hidrokoloid
Asam benzoat 0,2% telah dipakai sebagai pengawet untuk mucilago akasia dan
tragakan. Konsentrasi tersebut tidak selalu cukup sebagai pengawet, konsentrasi tinggi tidak
mungkin didapat karena larutan jenuh asam benzoat dalam air hanya mengandung 0,29%
pada suhu 200C.
Pengawetan memadai didapatkan dari 0,0125% butil paraben ( 1 dalam 8000 ),
dapat juga kombinasi metal paraben ( 1 dalam 500 ) dan propil paraben ( 1 dalam 4000).
Penambahan pengawet seperti butil paraben dipermudah dengan menggunakan larutan
alkohol pekat ( 1 dalam 80 ) kemudian 1 ml larutan alkohol tadi diencerkan dengan
dispersi hidrokoloid sampai 100 ml akan memberikan konsentrasi pengawet yang
sesuai. Proporsi kecil alkohol di dalam larutan pekat pengawet tidak mempunyai efek
yang berarti pada keken talan hidrokoloid.
Kebanyakan hidrokoloid adalah anionik, karena itu pengawet, kationik seperti
benzalkonium kloride. dan quartener lainnya biasanya menyebabkan kontra indikasi , kecuali
untuk hidrokoloid MC dan Guar gom yang non ionik.

F. PENILAIAN STABILITAS SUSPENSI


1. Volume sedimentasi
Adalah suatu r asio dar i vo lume sedimentasi akhir ( V u) terhadap

37
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

volume mul a-mula dari suspensi (V o ) sebelum mengendap.


F=
Vu
2. Derajat flokulasi Vo
adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi
f l o k u l a s i ( V u ) t e r h a d a p v o l u m e s e d i m e n a k h i r s u s p e n s i deflokulasi (Voc).

Derajat flokulasi =
Vu
3. Metode reologi V oc
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas.
m e m b a n t u m e n e n t u k a n p e r i l a k u p e n g e n d a p a n , m e n g a t u r v ehicle dan
susunan partikel untuk tujuan perbandingan.

4. Perubahan ukuran partikel


Digunakan, cara Freeze — thaw cycling yaitu temperature
diturunkan sampal titik beku, l alu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan
cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, Yang pokok menjaga tidak terjadi
perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBUATAN SUSPENSI


a) Wetting ( membasahi )
Kesulitan utama dalam pembuatan suspensi adalah membasahi fase padat dengan
medium pendispersinya. Bila dilihat dari defenisinya, suspensi merupakan sediaan yang tak
tercampurkan sehingga bila diinginkan terdispersi, maka padatan itu dibasahi dengan balk. Jika ada
daya gabung ( afinitas ) yang kuat antara cairan dan padatan maka cairan segera membentuk film
di atas permukaan padatan. Bila afinitasnya lemah atau tidak ada, maka cairan akan sulit
meniadakan udara atau substansi lain yang mengelilingi partikel dan akan ada sudut kontak antara
cairan dan padatan.
Mengetes suatu bahan pembasah hanya pada satu konsentrasi tidak memberikan evaluasi
yang akurat, karena penurunan titik basah atau titik alir dapat terjadi pada perubahan konsentrasi
yang relatif sangat kecil. Jadi, sebaiknya digunakan beberapa konsentrasi additive sebelum
menarik kesimpulan tentang kegunaan bahan pembasah tersebut.

b) Interaksi partikel dan sifatnya


Istilah hidrofil atau hidrofob adakalanya sinonim dengan terbasahi dan tidak terbasahi.
Perbedaan utama antara keduanya adalah sensitivitasnya, terhadap elektrolit. Bahan hidrofob di dalam
suspensi sangat sensitif terhadap, penambahan garam sedangkan hidrofil tidak. sensitif. Suatu bahan
hidrofil seperti gom segera terbasahi oleh air tetapi sejumlah besar elektrolit dapat mempengaruhi
larutan itu dengan efek penggaraman sehingga terjadi endapan tetapi dengan pengenceran cairan
pembawa endapan itu akan larut kembali.
Dalam pembuatan suspensi dan penyimpanannya yang lama, akan mengkristal
disebabkan antara lain ;
 Ostwald Rippening
Terjadi lapisan jenuh pada permukaannya, kemudian terjadi dispersi dan solut
mengendap sehingga berakibat partikel bertambah ukuran dan yang terkecil menjadi hilang. Bila
kristal berlekatan, maka disebut jembatan kristal.

38
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

 Polimorf
Padatan berada pada beberapa bentuk kristal. Polimorf yang paling besar akan mudah
larut dan akan kembali menjadi kristal dalam bentuk kristal yang besar dan lebih stabil.
 Siklus Suhu
Ada larutan jenuh pada permukaan partikel yang bila suhu rendah di sekitarnya, larutan
dapat rekristalisasi

c) Caking
Caking didefenisikan sebagai pembentukan sedimen yang tidak dapat didispersikan
kembali. Penyebab terbanyak adalah adanya pembentukan jembatan kristal dan koagula. ( agregat
tertutup ).
Suspensi tipe dispersi atau deagregasi cenderung segera membentuk cake disebabkan oleh
terbentuknya sediaan yang kompak atau rapat bila suspensi mengendap. Karena suspensi adalah
larutan jenuh substansi tertentu maka perubahan suhu walaupun kecil yang terjadi selama self life
menyebabkan caking dengan cepat melalui pembentukan jembatan kristal.
Caking dengan cara ini dapat diperkecil dengan mengembangkan sistem tipe suspensi agregat
terbuka. ( flokulasi ), karena partikel tidak membentuk sedimen yang rapat yang disebabkan oleh
agregat yang terbentuk mempunyai sifat yang kaku.

d) Kecepatan sedimentasi
Kecepatan partikel dalam suspensi membentuk sedimen berhubungan erat dengan
ukuran dan kerapatan partikel viskositas medium suspensi. Pada penambahah gerak Brown
dapat melepas suatu efek yang berarti, yaitu. ada atau tidak adanya flokulasi dalam sistem.
Kecepatan sedimentasi partikel tersuspensi diukur dengan persamaan Stokes yang dapat diperlihatkan
sbb :
d1−d d1−d
(¿ )g2
(¿ ) g 2

V = 2 r2 ¿ = D2 ¿
9n 18 n

dimana : v = kecepatan pengendapan sedimen ( cm/det )


r = jari-jari partikel ( cm )
d = BJ partikel dan cairan (g/ml )
g = konstanta grafritasi (980,7 cm/det2 )
n = kekentalan ( poises (g/cm det )
D = diameter partikel ( cm )
Misalnya : jari-jari partikel = 4 u (4 X 10-4 cm)
BJ medium4 ; BJ partikel = 1,2
viskositas100 cps ( = 100 X 10- 2 g/cm det )

maka : v = 2 ¿ ¿
= 0,97634 x 10−4 cm/det
=1 x 10−4 cm/det

Hukum Stokes ini berlaku hanya untuk partikel yang bergerak tidak cukup cepat untuk
menyebabkan turbulensi. Umumnya sistem farmasi yang mengandung 2 g padatan yang
terdispersi dalam 100 ml medium pendispersi mengikuti persamaan ini.
Yang dapat ditarik dari persamaan Stokes adalah :
- Sedimentasi dapat dikurangi dengan menurunkan ukuran partikel yang memungkinkan

39
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

partikel dijaga pada keadaan deflokulasi.


- Kecepatan sedimentasi merupakan fungsi kebalikan dari viskositan medium pendispersi. Hal
ini memberikan suatu pendekatan yang sering digunakan untuk memformulasikan suatu
suspensi yang stabil.
- Kecepatan sedimentasi dapat dikurangi bila perbedaan kerapatan partikel terdispersi
dan fase kontinyu dapat diturunkan.
kelemahan hukum Stokes yang nyata adalah menggunakan 2 asumsi yakni
bahwa, partikel mempunyai ukuran yang sama dan partikel itu bentuknya bulat.

G. PENGGUNAAN SUSPENSI
Suspensi dalam farmasi digunakan dalam berbagai cara :
1. intramuskuler inj. (Penicillin G.Suspension)
2. Tetes mata (Hydrocortisone acetate suspension).
3. Per oral (SuIfa/Kemicetine suspension).
4. Rektal (para Nitro Sulphathiazole suspension).

Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (Mixturae Agitandae). Bila obat
datam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dibuat mikstur
gojog atau disuspensi. Biasanya digunakan Pulvis Gummosus untuk menaikkan
viskositas cairan karena bila tidak, zat yang tidak larut makin cepat mengendap.
Banyaknya zat pengental tidak tergantung pada banyaknya serbuk, tetapi tergantung
dari besarnya volume cairan. Biasanya diatur:
1. Untuk obat berkhasiat keras disuspensi de ngan Pulvis Gummosus sebanyak
2% dari jumlah cairan obat minum.
2. Untuk obat tidak berkhasiat keras disuspensi de ngan Pulvis Gummosus
sebanyak 1 %, dari jumlah cairan obat minum.

Mangnesii Oxydum dan Magnesii Subcarbonas merupakan serbuk ringan


dan dapat disuspensi tanpa zat tambahan.

R/ Magnesii Subcarbon. 3
Sir Rhei 45
Aqua feniculi ad ad 100

Carbo adsorbens, Carbo Ligni dan Carbo Animali sering digunakan


sebagai obat diare karena mempunyai daya absorpsi terhadap toksin dan bakteri,
maka itu tidak benar kalau ditambah lendir. karena akan mengu rangi daya kerjanya,
maka itu hanya digerus dengan air dan bila terdapat pula si rup maka digerus dengan
sirup.

R/ Carb. adsorb. 10
Natrii Sulfas
Magnesii Sulfas aa 5
Aqua ad 100
S. segera diminum
Untuk mensupensi lodofornum digerus dulu dengan sedikit air sa mpai halus.
Di samping itu dibuat Solutio Gummosus setelah itu dicampur dan digerus.

R/ Solut.Gummosi 4% 90
Lodoformi 3

40
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Chlorali Hydras 7
m.f.clysma
Mensuspensi garam Bismuth seperti Bismuthi Subsalicylas, Bismuthi
Subcarbonas, Bismuthi Subnitras dilakukan dengan menggerus dulu dengan air
kira-kira 1/4 x beratnya, diencerkan, setelah itu dicampurkan pada Solutio Pulvis
Gummosus dan digerus dalam mortir.

R/ Bismuthi Subcarbon. 6
Pulvis Gummos. qs.
Sir.simpl. 20
Aq. ad 200
S.t.d.d.c.

Hampir semua sediaan sulfa tidak atau sukar larut dalam air dan bersi fat asam
sangat lemah. Dapat dilarutkan dengan alkali tetapi akan merupakan larutan yang
sangat basa, maka sediaan sulfa lebih baik dibuat suspensi.

R/ Sulfadimidini 7,5 R/ Sulfamerazini 12


Acetosali 2,5 Pulv.Gummos. 2
Sir.simpl. OI.Citri. gtts. HI
Solut.Gummosis aa 50 Sir.simpl. 20
Bellad.Extr. 0.4 Aquam ad 120 ml
S.4.d.d.c.p. S.b.d.d.cth.

Quininum adalah suatu basa dan dengan asam dapat membentuk garam normal
dan garam asam. Dan untuk garam asam (bi) lebih mudah larut dalam air dibanding
garam normal. Hanya jika dikehendaki bahwa garam Quininum diserahkan dalam
keadaan larut, dapat ditambahkan asam encer agar dapat larut. Untuk melarutkan 1 g
Quinini Sulfas atau 1 g Quinini H y drochlrodium diperlukan 0,8 g Acidum Sulfuricum dilutum
atau 0,8 g Acidum Hydrochloridum.
Kelarutan Quinidini Sulfas dalam air dapat bertambah dengan tambahan asam.

R/ Quinini Sulfas 2 Penyelesaian


Sir.Rhoead 20 Ingat berapa asam sulfat en-
Aq. ad 200 er harus ditambahkan.
m.f.solutionem
S.t.d.d.c.

Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tak larut
di dalam cairan pembawa adalah langkah yang penting. kadang-kadang, adalah sukar
mendispersi serbuk, karena adanya udara. lemak dan lain-lain kontaminan.

H. PEMBAGIAN SUSPENSI
Menurut penggunaannya, suspensi dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu :
1) SUSPENSI ORAL
Suspensi untuk pemakaian oral ( melalui mulut ) adalah sediaan yang berguna
untuk anak-anak atau orang dewasa yang sulit menelan kapsul atau tablet. Umumnya
bagian padat suspensi sekitar 250-500 mg per sendok teh. Obat tetes untuk anak-
anak dapat 3-4 X-nya dalam bentuk yang dipekatkan. Pembawa umumnya sirup,
larutan sorbitol atau air yang dihentalkan dengan suatu pensuspensi.

41
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Kestabilan senyawa-senyawa tertentu dalam bentuk sus pensi adakalanya


lebih besar daripada larutan senyawa itu , bila hanya sejumlah kecil senyawa itu
yang larut dan mengalami kemunduran. Obat-obat seperti nistatin dan oksitetrasiklin
yang tidak stabil dalam bentuk cair dapat dibuat sebagai serbuk kering atau
granula dan ditambahkan cairan pembawa oleh farmasist sesaat sebelum
diserahkan.
Semua suspensi harus dikocok sebelum pemakaian. Beberapa faktor yang akan
dipertimbangkan dalam pengembangan suspensi dapat dilihat pada formula
suspensi pro caine penicillin G ' sebagai berikut :
Procaine penicillin G 50.000 unit/ml
Sodium citrate 10.00 g
Sodium gluconate 25,00 g
sorbitol 40.00 g
Saccharin 0.05 g
Saccharin sodium 0.50 g
Pippermint oil 0.02 ml
Chocolate oil, imitation 0.01 ml
Kaolin 5.00 g
Tragacant 0.20 g
Methyl paraben 0.07 g
Propyl paraben 0.01 g
Purified water q.s 100 ml
sign. : Oral procaine penicillin G suspension
Proc. penicillin G mempunyai kelarutan yang terbatas dan mengalami kemunduran
bila disuspensikan dalam air. Kestabilan suspensi ini dapat dinaikan dengan menekan
kelarutannya dengan penambahan sorbitol, Na glukonat dan Na sitrat. suspensi ini
mempertahankan sekurang-kurangnya 90 % kekuatannya setelah penyimpanan 6 bulan
pada suhu kamar.
Dengan tragakan sebagai pensuspensi, tidak terjadi pemisahan beberapa
jam setelah pengocokkan. Dalam penyimpanan, proc. pen. G mengendap tetapi
tidak membentuk cake dan segera tersuspensi kembali pada pengocokkan. Kombinasi
sakarin dan Na sakarin selanjutnya memaniskan pembawa sorbitol.
 sakarin Na menutupi permulaan rasa pahit proc.pen G yang larut dalam jumlah kecil
dan sakarin menutupi rasa pahit yang terasa sesudahnya. Rasanya diperbaiki
dengan penambahan minyak permen dan minyak coklat pada pembawanya yg
sudah dibuat manis.
 Kaolin mereduksi partikel-partikel kasar dan menghasilkan suspensi yang terasa
halus. Butiran kasar itu bisa dikurangi dengan memakai proc.pen G yang ukuran
partikelnya 5- 25 u, tetapi hal ini mempercepat hancurnya di dalam mulut dan
menghasilkan rasa pahit. Rasa pahit dapat dikurangi dengan menggunakan partikel
berukuran, 40-60 u yang merupakan ukuran maksimum yang dapat digunakan tanpa,
menimbulkan rasa seperti pasir di mulut.
 Paraben berfungsi sebagai pengawet terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
 Sebagai tambahan untuk menekan kelarutan proc.pen G maka ditambahkan Na sitrat
yang mengatur pH pembawanya sampai pada pH 6,2 yang menghasilkan kestabilan
maksimum.

2) SUSPENSI TOPIKAL
Lotion ( losio ) adalah suspensi dalam air untuk pema kaian topikal yang

42
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

digunakan tanpa diurut dan dapat, dipakai untuk mendapatkan efek mendinginkan.
Losio yang digunakan untuk mempertahankan kelembaban mempunyai
kandungan gliserin tinggi. Pada beberapa losio diinginkan penambahan suatu
pensuspensi yang pada wektu mengering membentuk film yang memegang obat
pada kulit. Losio harus cukup cair agar menyebar rata, tetapi juga harus cukup kental
untuk melekat. Umumnya suspensi untuk kulit mengandung padatan 10-20 %.
Partikel padatan harus cukup kecil sehingga tidak menyebabkan rasa seperti
pasir dan iritasi mekanis bila dipakai pada kulit.

Contoh : suspensi topikal adalah White Lotion


Zinc sulfat 40 g
Sulfurated potashium 40 g
Purified water q . s 1000 ml
Sign. white lotion

White lotion dibuat, dengan mencampur larutan sulfurated potash yang


sudah disaring dengan ZnSO 4 . Untuk memperoleh endapan halus ZnSO 4 dan sulfur
maka sulfurated potash ditambahkan perlahan-lahan ke dalam ZnSO 4 dengan
pengocokkan. Suspensi ini dibuat segar karena endapan dapat menjadi kuning dan
terkoagulasi. White lotion tidak mengandung bahan pensuspensi. Dalam pengobatan mata
dipakai suspensi kortison asetat mikrokristal dan hidrokortison asetat untuk pengobatan
inflamasi konjungtiva dan anterior okuler tanpa menyebabkan efek sistemis.

3) S U S P E N S I P A R E N T E R A L
Suspensi parenteral diinjeksikan secara subkutan dan intramuskuler, tidak
diberikan secara intravena atau ke dalam spinal. Untuk memperkecil rasa sakit
dan iritasi pada jaringan maka sebaiknya diamter partikel lebih kecil dari 5 u.
Reduksi ukuran partikel ini dilakukan secara meka nis dengan menggilingnya atau
dengan kristalisasi sebagai mikrokristal.
Suspensi parenteral biasanya mengandung kurang dari 5 % padatan, meskipun
ada juga suspensi penisilin yang mengandung padatan 30 %. Penambahan bahan
pembasah membantu dispersi dan stabilisasi fase padatnya. Beberapa bahan pembasah
yang telah digunakan dalam berbagai produk parenteral adalah lesitin, polisorbat 80 dan
pluronik P-68. Suatu pendispersi untuk pemakaian parenteral harus memenuhi
persyaratan seperti Tidak toksis, Tidak mengiritasi, Tidak menimbulkan demam, Stabil,
Mudah disterilkan.
Bahan pendispersi yang telah dipakai dalam beberapa produk parenteral adalah
Akasia, Gelatin, Metil selulosa , Na CMC, Na cholate. Bahan pendispersi yang ideal
tidak akan menaikkan viskositas dengan kuat atau membentuk busa yang tidak
diinginkan pada pengocokkan. Karena sterilisasi suspensi dengan pemanasan dapat
menurunkan kemampuan fisisnya maka bahan penyusunnya sering disterilkan terpisah dan
suspensi itu dibuat secara. aseptis. Senyawa obat dapat dimurnikan di dalam lingkungan
steril sehingga kristalisasi yang terakhir steril. Pembawa seperti air atau minyak
tertentu dapat disterilkan dengan panas atau filtrasi. Senyawa obat steril dibasahi
dengan pembawa steril dan suspensi dilewatkan dalam koloid mill yang sudah
disterilkan dengan uap atau etilen oksid.
Suatu cairan yang melewati jarum hipodermik mempunyai kekuatan gesekan
sampai 10.000/det. Kekuatan menyemprot menunjukkan kemampuan mengalirnya
cairan dari alat suntik lewat jarum hipodermik. Kekuatan menyemprot diperkecil oleh
Bertambahnya viskositas atau BJ suspensi, Kenaikan ukuran partikel, Bertambahnya

43
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

kandungan bahan padat suspensi bentuk partikel juga mempengaruhi kekuatan semprotan.

BAB III
EMULSI

A. PENGERTIAN EMULSI
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas
emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan
emulgator (emulsifying agent).
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi
adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak,
protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator
dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan
pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan
penambahan gom arab, t r a g a c a n t h , k u n i n g t e l u r . E m u l s i y a n g t e r b e n t u k k a r e n a
penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.

B. KOMPONEN EMULSI
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas :
n Fase discontinue = fase internal = fase dispers
Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.

44
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

n Fase kontinue = fase external = fase luar


Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung)
dari emulsi tersebut.
n Emulgator.
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris,
preservative (pengawet), anti oksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam
benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri
asetas dan lain — lain.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol,
asam sitrat, propil gallat , asam gallat.

C. TIPE EMULSI
1. Tipe A/M (air /minyak) atau W/O (water/oil)
Adalah emulsa dengan air sebagai fase dalam yang terdispersi dalam bentuk tetesan
yang halus dalam minyak sebagai fase luar.
Contoh mentega, cream dsbnya
Emulsa dengan kadar air kurang dari 25 % biasanya membentuk emulsa A/M
bahkan kadang-kadang dibutuhkan kadar air kurang dari 10 % untuk menjamin terbentuknya
emulsa tipe A/M ini. Emulsa ini dapat diencerkan atau dapat bercampur dengan minyak
.
2. Tipe M/A (minyak/air) atau O/W (oil/water)
Adalah emulsa dengan minyak fase dalam, terdispersi dalam bentuk tetesan-tetesan
yang halus dalam air sebagai fase luar.
Contoh susu dsbnya
Emulsa dengan kadar air lebih dari 31 % umumnya membentuk tipe emulsa M/A.
Emulsa ini dapat diencerkan atau dapat bercampur dengan air. Tipe emulsa yang terbentuk
juga tergantung pada emulgator yang digunakan untuk memungkinkan terjadinya emulsa.
Apabila emulgator yang digunakan larut dalam air akan membentuk tipe M/A, sedangkan bila
larut dalam minyak akan membentuk tipe A/M.
Dalam perkembangannya peralihan terjadi inversi dikenal tipe emulsa lain yaitu
M/A/M (O/W/O) atau (W/O/W), disebut tipe emulsa ganda.

D. CARA MEMBEDAKAN TIPE EMULSI


Cara membedakan atau menentukan tipe elmusa :
Karena suatu emulsa dalam pembuatanya tidak boleh mengalami inversi maka perlu
untuk mengetahui secara mudah dan tepat mengenai tipe emulsa A/M atau emulsa M/A.
Hal ini dapat kita kerjakan sebagai berikut :
1. Dengan cara pengenceran
Dengan prisip bahwa emulsa dapat larut atau bercampur dengan fase luarnya
maka kedalam 2 buah tabung reaksi dimasukkan beberapa tetes emulsa, kemudian
kedalam tabung pertama ditambahkan air, dan ke dalam tabung kedua ditambahkan
minyak.
Kemungkinan I : pada tabung pertama terdapat campuran sama rata, sedang pada
tabung kedua terdapat dua lapisan cairan . maka ini menunjukkan emulsa tipe M/A

45
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Kemungkinan II : pada tabung pertama terdapat dua lapisan cairan, sedang pada tabung
kedua tererdapat campuran yang sama rata . maka ini menunjukan emuls A/M.

2. Dengan test kelarutan zat warna


Kedalam 3 buah tabung reaksi diisikan emulsa, kemudian ke dalam tabung
pertama ditambahkan zat warna sudan III, sedang ke dalam tabung kedua ditambahkan
za t warna Metilenblue.
Kemungkinan I : pada tabung pertama terjadi warna merah sama rata, sedang pada
tabung kedua terdapat bintik-bintik biru. Maka ini menunjukkan emulsa tipe A/M.
Kemungkinan II : pada tabung pertama terdapat bintik-binyik merah, sedang pada tabung
kedua terjadi warna biru sama rata. Maka ini menunjukan emulsa tipe M/A. Hal ini
disebabkan karena zat warna sudan III larut dalam minyak dan memberikan warna
merah, sedan zat warna Metilenblue larut dalam air dan memberikan warna biru.

3. Dengan Electrical Conductivity Test


Yakni berdasarkan sifat dapat atau tidak dapat mengalirkan arus listrik dari
emulsa. Bila emulsa tersebut bisa mengalirkan arus listrik maka menunjukkan emulsa tipe
M/A.
Bila emulsa tersebut tidak dapat mengalirkan arus listrik maka menunjukkan emulsa A/m.
Hal ini disebabkan karena air dapat meneruskan arus listrik, sedang minyak tidak dapat
meneruskan arus listrik.

4. Dengan cara flourensensi atau perpendaran


Pada cara ini emulsa disinari dengan sinar ultra violet.
Kemungkinan I : Terjadi warna biru yang cerah bila emulsa tipe A/M.
Kemungkinan II : Tidak terjadi warna biru yang cerah terjadi hanya bintik-bintik saja, maka
ini menunjukkan emulsa tipe M/A.
Hal ini disebabkan karena warna biru cerah terjadi hanya bila fase luarnya minyak yang
dapat menimbulkan perpendaran yang cerah dari sinar ultra violet.

5. Dengan kertas saring.


Bila emulsi diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi basah
maka tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe
w/o.

E. TUJUAN PEMAKAIAN EMULSI


Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran
dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.

Tujuan pemakaian emulsi adalah :


1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w
2. Dipergunakan sebagai obat luar.

Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek
terapi yang dikehendaki.
Masing-masing tipe emulsa ini dalam pengobatan dipakai untuk pemakaian tertentu. Tipe M/A
biasanya untuk obat dalam, sedangkan tipe A/M biasanya untuk pemakaian luar misalnya :
lotion, cream, liniment dan salep.

Untuk tipe M/A (obat dalam) mempunyai kelebihan dari cairan lainya yaitu :

46
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

1. Rasa dan bau yang tidak enak dari minyak sebagian atau seluruhnya tertutup.
2. Minyak-minyak tersebut terbagi rata-halus, sehingga memudahkan penyerapan.
Tipe yang dipergunakan untuk obat luar, dipilih sesuai dengan gunanya. Untuk
antiseptica dan lain-lainya lebih berkhasiat jika dipergunakan dalam emulsa tipe M/A. Tipe
A/M untuk obat luar mempunyai effect emollient yang besar dan therapeutic actionnya agar
lunak dan lama.

F. TEORI TERJADINYA EMULSI


Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori , yang
melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teori tersebut
ialah :

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)


Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut
daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak
sejenis yang disebut daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan
terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi.
Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan
permukaan (surface tension).
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan
tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur (immicible liquid).
Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang
batas (interfacial tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan
antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air
akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit,
tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain
sabun (sapo).
Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan
menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua
zat cair tersebut akan. mudah bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)


Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok y a k n i :
 Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.
 Kelompok lipofilik , yaitu bagian yang suka pada minyak.

Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya,


kelompok hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak. Dengan
demikian emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak.
Antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak
sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H . L . B ( H y d r o p h y l
L i p o p h y l B a l a n c e ) y a i t u a n g k a y a n g menunjukkan perbandingan antara
kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil.
S e m a k i n b e s a r h a r g a H L B b e r a r t i s e m a k i n b a n y a k kelompok yang
suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya.
Dibawah ini disusun suatu daftar harga HLB bagi surfactan dengan macam-macam

47
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

penggunaannya :

Jarak HLB Penggunaanya


0-3 Zat pencegah timbulnya busah
4-6 Emulgator A/M
7-9 Zat pembasah (wetting agents)
8-18 Emulgator M/A
13- 15 Deterjen (detergents)
15-20 Zat yang melarutkan (solubilizers)

Untuk menentukan komposisi campuran emulgator sesuai dengan nilai


HLB yang dikehendaki, dapat dilakukan dengan contoh perhitungan seperti tersebut
dibawah ini.
Contoh :
Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator dengan harga
HLB 12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB 8,6) dan tween 20 (HLB
16,7) sebanyak 5 gram. Berapa gram masing-masing berat Span 20 dan Tween 20 ?
Jawab :

Rumus I

Keterangan :
x = Harga HLB yang diminta HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah
% Tween =(12 – 8,6) X 100% = 42%
(16,7 -8,6)

42 x 5 g = 2,1 g
100
% Span = 100% - 42% = 58%
58 x 5 g = 2,9 g
100

B = Berat emulgator

Milsalnya berat tween = X

48
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Berat span =5–X

(X x 16,7) + (5 - X) x 8,6 = 5
x 12
16,7 X + 43 – 8,6 X = 60
8,1 X = 60 – 43

X = 17 = 2,1 g ( tween )
8,1
Berat span = 5 – 2,1 = 2,9 g

Cara menghitung nilai HLB dari campuran surfaktan Contoh :


R/ Tween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5
Perhitungan Cara I
Tween 80 =70 x 15 = 10,5
8,1
Span 80 = 30 x 4,5 = 01,35
100
HLB campuran = 11,85

Dibawah ini terdapat beberapa daftar yang berhubungan dengan HLB. Daftar HLB
dari beberapa surfactan :
No. Jenis Nama kimia Nama dagang HLB
1. Sorbital trioleat Span 85, Arlacel 85 1,8
Nonionik Polyyoxyethilene sorbital beeswax Atlas G1706 2,0
Sorbitol tristearat Span 65 2,1
Ethylene glycol fatty acid ester Emcol EO-50 2,7
Propylene glycol monostearat 3,4
sorbitan sesquinoleate Arlacel C, Arracel 3,7
Glyceril monostearat Atmul 67 3,8
Sorbitol monooleate Span 80 4,3
Propylene glycol monolaurate Atlas G-917 4,5
Sorbitan monostearate Span 60, Arlacel 60 4,7
Glyceril monostearate Also 28 5,5
Diethylen glycol monolaurate Atlas G-2124 6,1
Sorbitan monopalmitate Span 40, Arlacel 40 6,7
Polyoxyethylene mannitolidioleate Atlas G-2800 8,0
Sorbitan monolaurate Span 20, Arlacel 20 8,6
Polyoxyethylene laurylether Brij 30 9,5

49
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Methylcellulosa Methocel 15 10,5


Polyoxyethylene sorbitan trioleate Tween 85 11,0
Polyoxyethylene monostearate Myrj 45 11,1
Polyoxyethylene glycol 400 S-541 11,6
monostearate
Polyoxyethylene sorbitan monolaurate Tween 21 13,3
Polyoxyethylene sorbitan 14,9
monostearate
Polyoxyethylene sorbitan monooleate Tween 60 15,0
Polyoxyethylene monostearate Twenn 80 15,0
Polyoxyethylene sorbitan Myrj 49 15,6
monopalmitate
Polyoxyethylene sorbitan monolaurate Tween 40 16,7
Polyoxyethylene laurylether Tween 20 16,9
Acacia 8,0
Triethanolamine oleate 12,0
2.
Tragacantha 13,0
Anionik
Sodium aleate 18,0
Sodium lauryl sulfate 40,0
Atlas G-3570 4,5
3.
Atlas G-2090 12,5
Kationik
Quaternary ammonium compounds 18-20
4.Amfoter Gelatin 10,0

Daftar HLB dari surfactan yang dihasilkan oleh pabrik farmasi dan sering digunakan
adalah :
Span 85 HLB 1,8 Tween 85 HLB 11,0
Span 80 HLB 4,3 Tween 80 HLB 15,0
Span 60 HLB 4,7 Tween 60 HLB 14,9
Span 40 HLB 6,7 Tween 40 HLB 15,6
Span 20 HLB 8,6 Tween 20 HLB 16,7
Semua Span atau Arlacel bersifat lipofil dan semua Tween bersifat hidrofil.
Dibawah ini adalah daftar “HLB butuh” untuk beberapa fase minyak :

50
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Harga-harga tersebut diatas adalah harga pendekatan. Harga yang tepat harus dilakukan
No. Fase minyak Emulsi M/A Emulsi A/M
1. Acid . lauric 15-16 -
2. Acid. Oleic 17 -
3. Acid. Stearic 15 6
4. Adeps Lanae 10 8
5. Cera 12 4
6. Cetyl alkohol 15 -
7. Minyak ikan 7-8 -
8. Minyak kapas 6-7,5 -
9. Minyak mineral 12 5
10. Minyak jarak 14 -
11. Parafin cair 10,5 4
12. Parafin padat 9 4
13. Vaselin 12 5
14. Stearyl alkohol 14 -
dengan beberapa seri percobaan dari berbagai HLB dengan berbagai surfactan atau kombinasi
surfactan. Tiap kombinasi yang memiliki HLB sama atau mendekati “HLB butuh” dari suatu fase
minyak tertentu akan menghasilkan emulsa yang paling stabil untuk pasangan kombinasi surfactan
fase minyak tersebut.
Perumusan tersebut di atas diambil sebagai patokan untuk memformulasi sediaan
emulsa, sehingga hasil yang relatif stabil dapat diketahui sebelumnya. Perlu ditekankan bahwa
konsentrasi surfactan tidak mempengaruhi harga HLB, tetapi berpengaruh terhadap viskositas
emulsa. Konsentrasi surfacktan dalam emulsa berkisar antara 1-40 % biasanya 1-2 % dan
ditambahn bahan pengental misalnya agar-agar 1-2 %, tilosa 1-2 %, CMC 1-2 %.

3. Teori Interparsial Film


Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara
air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase
disper.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang
sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase disper menjadi
stabil.

Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :
o dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
o jumlahnya cukup untuk menutup semua peimukaan partikel fase- dispers.
o d a p a t m e m b e n t u k l a p i s a n f i l m d e n g a n c e p a t d a n d a p a t menutup
semua permukaan partikel dengan segera

4. Teori electric double layer ( lapisan listrik rangkap)


Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan, sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan wing berlawanan dengan lapisan
didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2
benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak
s e t i a p u s a h a d a r i p a r t i k e l m i n y a k y a n g a k a n m e n g a d a k a n penggabungan
menjadi satu molekul yang besar. karena susunan listrik yang menyelubungi setiap
partikel minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama

51
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

partikel akan tolak-menolak , dan stabilitas emulsi akan bertambah.


Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara dibawah
ini,
o terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
o terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
o terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya
.
G. BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR)
 Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.


Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe
o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak
bakteri. Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini har us
selalu ditambah bahan pengawet.

a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi
yang terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang
dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu
 kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
 terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil
sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).

Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab m e n g g u n a k a n g o m


a r a b s e b a n y a k 1 / 2 d a r i j u m l a h minyaknya. Untuk membuat corpus emulsi
diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras dan cepat sampai putih , lalu diencerkan
dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan :
o Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat
Cara pembuatan
Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air
panas 1,5 X berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh
: cera, oleum cacao, paraffin solid
o Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri
o Minyak lemak : PGA 1 /2 kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena
nhgmemiliki gugus OH yang bersifat h i d r o f i l s e h i n g g a u n t u k m e m b u a t
e m u l s i c u k u p dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh : Oleum amygdalarum
o Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak Kedua minyak
dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom
( 1 /2 x minyak lemak + aa x minyak atsiri + aa x zat padat )
- Jika minyak lemak dengan zat padat, jumlah zat padatnya kurang 10 % maka. PGA
= (1 /2 x minyak lemak + aa x zat padat)
- Jika minyak lemak dengan zat padat, jumlah zat padatnya 10 - 20%, maka PGA =
(1 /2 x minyak lemak + 2 x zat padat)
- Jika minyak lemak dengan zat padat, jumlah zat padatnya lebih 20%, maka PGA =
(1 /2 x minyak lemak + 3 x zat padat)
o Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform. : D itambah

52
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

minyak lemak 10 x ber atnya, maka B J campuran mendekati satu. Gom


sebanyak 3 /4 kali bahan obat cair.
o Balsam-balsam
Gom sama banyak dengan balsam.
o Oleum Iecoris Aseli
Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak. Menurut van duin Gom yang
dipakai 3/8 kali banyaknya minyak.

a. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi
dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali
gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.
Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x
berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat membentuk
koloid pelindung.

b. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini ditambahkan
untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih Kemudian didinginkan
pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45°C (bila suhunya kurang dari 45°C
l a r u t a n a g a r - a g a r a k a n b e r b e n t u k g e l ) . B i a s a n y a digunakan 1-2 %.

c. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa dari minyak
tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.

d. E m u l g a t o r l a i n
Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan


a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan kolesterol
yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator
tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara
total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak
lemak empat kali beratnya dan minyak menguap dua kali beratnya.

b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol, merupakan emulgator tipe
w/o dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini
akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering
dapat menyerap air 2 X beratnya.

Contoh resep emulsi dengan adeps lanae


R/ Adeps lanae 100
0l. Olivarum 400 ml
Zinc. Oxyd 100
Talc. 100
Sol. Pb. Acet. 28 ml

53
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Aq. Calcis ad 1000 ml

3. Emulgator alam dari tanah mineral.


a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum
Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam
magnesium dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk
adalah emulsi tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1
%. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.

b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang Yang d a p a t
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa
s e p e r t g e l . U n t u k t u j u a n s e b a g a i emulgator dipakai sebanyak 5 %.

• Emulgator buatan
1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat
dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya.
Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe
o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2, missal sabun kalsium, merupakan
emulgator tipe w/o.
2. Tween 20:40:60:80
3. Span 20:40:80

Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :


 Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat
 Kationik : senyawa ammmonium kuartener
 Non Ionik : tween dan span.
 Amfoter : protein, lesitin.

H. CARA PEMBUATAN EMULSI


Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat dapat dijelaskan :
1. Metode gom kering atau metode kontinental.
Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur
dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk
pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.

2. Metode gom basah atau metode Inggris.


Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut) agar
membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk
membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.

3. Metode botol atau metode botol fortbes.


Digunakan untuk minyak menguap dan zat–zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol
kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut
dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.

Selain cara-cara tersebut di atas maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

54
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

 Farmakope Belanda menyatakan bahwa untuk minyak lemak bila tidak dinyatakan lain atau
tidak disebut emulgatornya maka selalu digunakan gom
 Jika tidak ditentukan perbandingan yang lain maka untuk 100 bagian emulsi digunakan 10
bagian minyak, kecuali jika minyak berkhasiat keras misalnya : Oleum Chenopodii.
 Jumlah gom ½ dari minyak lemak kecuali untuk oleum Ricini 1/3 nya dan Oleum Iecoris
aseli 3/8 nya.
 Bila disebut Mixtura Oleosa atau Emulsa Oleosum maka dibuat dengan minyak amandel
atau Oleum Amygdalarum sebanyak 10 %
 Hal ini dapat dilihat uraian emulsi Ph.Bld.V.
 Jumlah air yang telah diperhitungkan harus ditambahkan sekaligus dan tidak boleh sedikit-
sedikit, kemudian diaduk dengan cepat. Setelah terjadi emulsa yang pekat (corpus emulsi)
baru diencerkan dengan air sedikit-sedikit. Jika air yang pertamakali ditambahkan kurang
maka akan terbentuk emulsi yang berlawanan yaitu emulsi A/M yang pada waktu
diencerkan akan pecah begitu pula gom terlalu lama direndam dalam minyak sebelum
ditambah air.
 Beberapa bahan kental seperti sirup, glyserin dan bahan-bahan yang bersifat lendir ternyata
membantu emulsifikasi, bila digunakan dalam jumlah sedikit, sehingga dalam emulsi
ditambahkan kedalam corpus emulsi untuk lebih memantapkan emulsi tadi.
 Beberapa macam zat yang dapat mengendapkan gom sehingga menyebabkan pecahnya
emulsi : asam, basa, larutan garam, larutan alkohol, dan latutan yang bersifat adstrigent
harus ditambahkan dalam keadaan seencer-encernya kedalam emulsi yang sudah
diencerkan juga.
 Penambahan-penambahan kedalam emulsi selalu dalam keadaan encer sedangkan bahan-
bahan yang tidak larut digerus dahulu dengan air baru ditambahkan dengan emulsa yang
sudah jadi.

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi untuk membuat emulsi biasa digunakan :
1. Mortir dan stamper
Mortir dengan permukaan kasar, bersih dan keringmerupakan mortir pilihan untuk
pembuatan emulsi yang baik.
2. Botol
mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik dari pada terus
menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum
pengocokan berikutnya.
3. Mixer. blender
Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam
ruangan yang didalamnya ter dapat pisau berputar de ng an kecepatan tinggi,
akibat putaran pisau ter sebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.
4. Homogenizer
Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran
dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.
5. Colloid Mill
Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat
diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh derajat dispersi yang tinggi cairan dalam
cairan

I. KESTABILAN EMULSI.
untuk memperoleh emulsa yang stabil perlu diperhatikan faktor-faktor berikut :
1. Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas.

55
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

2. Perbandingan optimum dari minyak dan air. Emulsa dengan 2/3 -3/4 bagian minyak,
meskipun disimpan lama tidak akan terpisah dalam lapisan-lapisan,
3. Penggunakan alat khusus untuk membuat emulsa homogen.

Faktor-faktor yang dapat memecah emulsa :


1. Bila emulsa yang terjadi belum sempurna lalu diencerkan maka emulsa akan pecah
kembali.
2. Pengocokan yang keras. Apabila emulsa dikocok keras-keras maka partikel-partikel akan
mengadakan kontak menjadi partikel yang lebih besar akobatnya emulsa pecah.
3. Tekhnik pembuatan misalnya terlalu lama merendam gom dalam minyak.
4. Penambahan garam atau elektrolit dalam konsentrasi yang besar akan mempengaruhi
stabilnya emulsa, oleh karena itu elektrolit harus ditambahkan dalam keadaan seencer-
encernya.
5. Senyawa-senyawa organik yang larut dalam air misalnya eter, etanol, etil asetat dan lain-
lain, akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap emulsa, Oleh karena itu zat-zat
ini harus ditambahkan sedikit demi sedikit dan dalam keadaan encer.
6. Perubahan pH yang besar.
7. Perubahan temperatur.
8. Emulgator yang berlawanan misalnya gelatin dengan gom.
Jika suatu emulsa ternyata kurang baik maka
kita usahakan memperbaikinya dengan jalan memasukkan emulsa tadi ke dalam miks-
blender, lalu dicampur beberapa waktu hingga diperoleh emulsa yang baik.

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
A. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung
face dispers lebih banyak dar i pada lapisan yang lain. Creaming bersifat
reversible artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

B. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya
irreversible ( tidak bisa diperbaiki Hal ini dapat terjadi karena :
o Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
o Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendiginan, pengadukan.

C. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w atau
sebaliknya. Sifatnya irreversible

BAB IV
PILULAE

56
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

A. PENGERTIAN
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung
satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg.
Pilulae (menurut FI ed.III) ialah suatu sediaan berupa massa bulat
mengandung satu atau lebih bahan obat.
Boli (menurut FI.ed. III) ialah pil yang beratnya diatas 300 mg, pembuatan sama
dengan pil. Granula (menurut FI.ed III) ialah pil kecil yang beratnya tidak lebih dari 30
mg, mengandung 1 mg bahan obat.
Lozenges / tablet hisap menurut (FI.ed. IV) ialah sediaan padat mengandung satu
atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat
membuat tablet melarut hancur perlahan dalam mulut. Mengandung bahan obat,
juga bahan dasar gelatin, sukrosa, sorbitol atau gula, ditujukan untuk pengobatan
iritasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung
bahan aktif yang ditujukan untuk absorbsi sistemik setelah ditelan.
Lozenges terdiri dari dua macam yaitu troches dan pastiles. Trochisi
( troches) adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa tablet, sedangkan
pastiles adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara tuang.

B. KOMPONEN, PENGGUNAAN DAN CONTOH PILULAE


1) Zat utama : Berupa bahan obat
2) Zat tambahan, terdiri dari :
o Zat pengisi, g u n a n y a u n t u k m e m p e r b e s a r v o l u m e p i l contoh : akar
manis, bolus alba, atau bahan lain yang cocok
o Zat pengikat, membuat massa supaya saling melekat antara satu dengan yang
lain. Contohnya sari akar manis, gom akasia, tragacanth, campuran
bahan tersebut (PGS), atau bahan lain yang cocok.
o Z a t p e n a b u r , m e m b u a t s e d i a a n y a n g s u d a h t e r b e n t u k t i d a k melekat
satu sama lain lycopodium atau talk, atau bahan lain yang cocok
o Zat penyalut digunakan karena ada beberapa alasan yaitu :
- untuk menutup rasa dan bau yang kurang enak
- mencegah perubahan karena pengaruh udara
- supaya pil pecah dalam usus (enteric coated pil)
Contoh : Perak, balsam tolu. keratin, sirlak, k o l o d i u m , s a l o l ,
g e l a t i n . g u l a a t a u bahan lain yang cocok.
o Z a t p e m b a s a , m e m b a s a h i m a s s a s e b e l u m d i b e n t u k . C o n t o h , air,
gliserol, sirup, madu, campuran bahan tersebut atau bahan lain yang cocok.

C. PEMBUATAN SEDIAAN
Bobot pil ideal antara 100 –150 mg, rata-rata 120 mg. Oleh karena
sesuatu hal syarat ini seringkali tidak dapat dipenuhi. Sebagai zat pengisi , jika
mungkin dipilih radix liq kecuali ada reaksi Kadang digunakan bolus alba. Jumlah
yang dipakai umumnya 2 x Jumlah zat pengikatnya. (biasanya succus liq) Dikenal
juga istilah PPP ( Pulvis Pro Pilulae ) yaitu campuran succus liq dan radix liq. Sama
banyak. Sebagai zat pengikat, jika mungkin gunakan succus liq. 2 gram/ 60 pil. Kecuali
ada reaksi kadang digunakan adeps lanae atau vaselin.
Dibuat massa pil dengan cara mencampur serbuk obat, zat pengisi dan zat pengikat
dan digerus yang halus. Setelah campuran serbuk ditetesi dengan zat pembasah, biasanya
digunakan Aqua Glycerinate sambil digerus dan ditekan sampai diperoleh massa yang paling
mengikat dan Elastis. Pemberian Aqua Glycerinate dapat mencegah pil pada penyimpanan

57
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

tidak terlalu mengeras, karena gliserin tidak mudah menguap. Tetapi pemberian Aqua Glycerinate
jangan kebanyakan agar pil tidak menjadi lembek.
Untuk memperoleh pil yang baik bukan karena pemberian zat pembasah yang
berlebihan tetapi tergantung cara penggerusan dan cara penekanan pada massa yang baik.
Sebagai pembasah dapat pula digunakan Sirupus Simplex, ekstrak kental seperti Liquiritiae
Extractum.
Setelah terbentuk massa pil, bila perlu dibagi dengan cara ditimbang atau dibuat
batang dengan cara digulung-gulungkan dengan papan kayu yang datar pada alat papan pil lalu
dipotong menurut panjang batang masa pil yang sama. Lalu batang masa ini digulung-
gulungkan seperti tersebut di atas dibuat sampai panjang tertentu dan dipotong dengan pisau
pemotong yang ada pada alat papan pil, akhirnya pil yang belum bulat itu digelinding-
gelindingkan pada papan pembulat pil supaya bulat. Pada alat papan pil biasanya terdapat 30
lubang kanal dan pada pembuatan pil supaya menyesuaikan besarnya pil dengan lubang kanal
tersebut.
Untuk mencegah masa pil melekat pada alat, maka papan ditaburi dengan
Lycopodium yang merupakan lapisan tipis agar pil tidak berbintik. Setelah pil menjadi
bulat digelinding-gelindingkan Pada papan pembulat pil dengan dilapisi Lycopodium yang lebih
tebal supaya diperoleh pil dengan lapisan Lycopodium yang rata dan akhirnya pil tersebut
dihitung melaIui lubang pada alat pembuat pil. Sebagai zat pengikat digunakan Succus
Liquiritiae sebanyak 2 g untuk 60 pil.
Untuk memperoleh pil dengan besar yang normal dapat dibuat dengan 125 mg serbuk
tumbuh-tumbuhan. Untuk garam-garam normal beratnya dapat disamakan dengan berat serbuk
tumbuh-tumbuhan. Sedangkan untuk garam yang berat seperti KI hanya dihitung 1/3 berat garam
setara dengan berat serbuk tumbuh-tumbuhan untuk memperoleh volume yang lama sedangkan
untuk Ferrum reductum dan pulveratum maupun garam-garam Fe adalah 1/5 berat

Pembuatan Pil Dengan Bahan - Bahan Khusus.


1. Pil yang mengandung senyawa hydrargyrum, dibuat dengan menggerus hydrargyrum,
dengan sama berat Liquiritiae Radix dan air, setelah tidak terlihat butir Hydrargyrum ,
maka masa ditambah Liquiritiae Radix dan Succus Liquiritiae secukupnya sampai
mendapat masa pil yang cocok. Bila jumlah Hydrargyrum kecil maka dapat diiambahkan
Succus dan Liquiritiae Radix dalam perbandingan 1: 2.
Pil dengan Hydrargyrum dalam pembuatan supaya menggunakan alat papan pil dari
ebonit. sebab Hg dan Cu akan membentuk amalgam.
2. Pil yang mengandung Ferrosi Carborks dan Ferrosi lodidum
Formula dapat dilihat Farmakope Belinda edisi V, untuk pil Ferrosi Carbonas setiap pil
mengandung 50 mg dan formula untuk pembuatan 300 pil jadi seluruh formula
mengandung 15 g Ferrosi Carbonas. Dibuat dengan mereaksikan Ferrosi Sulfas dengan
Natrii Qcarhonas di atas tangas air. Sebagai pereduksi adalah Mel dan sebagai zat
pembasah gliserin dan air sampai berat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar reaksi
pembentukan Ferrosi Carbonas berjalan sempurna yaitu gas CO2 yang terjadi hilang.
3. Pil yang mengandung garam-garam yang dapat menyerap air, seperti Natrii Bromidum dan
Natrii lodidum sering terjadi penggumpalan hingga, sulit dibuat mass pil yang balk. Untuk
mencegahnya rnaka perlu diberi air secukupnya biar larut setelah itu barun dibuat mass pil.
4. Pit yang mengandung zat-zat yang higroskopis. seperti Kalii Bromidum. Kalii lodidum dan
Natrii Salicylas, supaya digerus halus dan di dalam mortir yang panas.
Penambahan Succus Liquiritiae dan Pelvis Liquiritiae Radicis diperlukan 1,5 g masing-
masing untuk 7 g garam obat tersebut.
Untuk pil yang mengandung zat yang higroskopis sebagai zat pembasah jangan
menggunakan Aqua Glycerinate.

58
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

5. Pil yang mengandung senyawa yang sangat higroskopis, digunakan sebagai


larutan, seperti Calcii Bromidum, Calcii Chloridum, Kali i Acetas. Jika di dalam resep
tertulis garamnya, maka diambil sebagai larutannya yang sebanding:
Solutio Kalif Acctatis mengandung 331/3% Kalif Acetas.
Solutio Calcii Bromidi mengandung 25% Calcii Bromidum.
Solutio Calcii Chloridi mengandung 25% Calcii Chloridum.
Solutio Ferri Chloridi mengandung 75% Ferri Chloridum.
Larutan tersebut setelah ditimbang diuapkan. sampai sisa airnya kira-kira tinggal
kurang dari I gram untuk 30 pil. Harus diingat jangan menguapkan Larutan Ferri
Chloridum karena garam Ferrinya akan terurai.

6. Pil yang mengandung senyawa Codeinum base dengan garam Ammonium atau
Ichtainmolum.
Karena Codeinum base terhitung mudah !arut dalam air dan merupakan base
lebih kuat dari garam Ammonium, maka akan beraksi dan t imbul gas NH3 yang
bebas serta membuat pil jadi pecah.

7. Pil yang dapat pecah karena zaz-zat yang terkandung dapat bereaksi hingga
menimbulkan gas yang memecah pil. Supaya tidak terjadi, jangan menggunakan zat
pembasah air yaitu dengan menggunakan zat pengikat yang lain, seperti:
a. Pil yang mengandung Ferrosi Carbonas dengan Acidum Citricum akan menimbulkan
gas CO2.
b. Pil yang mengandung Meditrenum, akan timbul gas CO 2 karena terjadi reaksi
antara Iodochloroxychinolin sulfonat dengan Natrii Bicarbonas.
c. Pil yang mengandung Ferrum reductum atau pulveratum dengan asam seperti Acidum
Citricum akan bereaksi dan timbul gas H2 yang akan memecah pil.

8. Pil yang mengandung Hydrargyri Chloridum akan menghilangkan selaput lendir dari
lambung dan usus, maka perlu Hydrargyri Chloridum dalam keadaan yang halus. Untuk itu
perlu penambahan Natrii Chloridum untuk mernudahkan Hydrargyri Chloridum larut dalam
air. Penambahan Natrii Chloridum adalah setengah berat Sublimat dan dilaruitkan dulu
dengan air sama berat (dalam mortar).

9. Pil yang mengandung Diphantoinum Natrium jangan menggunakan Liquiritiae Radix tetapi
menggunakan Succus Liquiritiae 1 bagian dan Amylum 3 bagian dan sebagai zat
pembasah digunakan Sirupus Simplex. Hal ini untuk menjaga agar pil lekas hancur
dalam lambung.

10. Pil yang mengandung Quinini Sulfas ada dua macam, yaitu yang berwar na coklat dan
berwarna putih. Digunakan Saccharum album sebagai pengganti Liquiritiae Radix untuk
mencegah masa pil cepat menjadi keras, hingga susah membentuk pil.
11. Pil yang mengandung zat pengikat yang bereaksi asam, seperti Gentianae Extractum,
Succus Liquiritiae dan Liquiritiae Extractum. Bahan tersebut akan bereaksi dengan Ferrum
reductum, Ferrum pulveratum yang menimbulkan gas H 2 serta menyebabkan pil menjadi
menggelembung dan pecah. Bahan tersebut akan bereaksi pula dengan Natrii
Bicarbonas, Ferrosi Carbons yang menimbulkan gas CO 2 serta menyebabkan pil
menjadi menggelembung dan pecah. Maka itu Succus Liquiritiae, Liquiritiac
Extractum dan Gentianae Extractum harus dinetralkan dulu dengan MgO 50 mg tiap
gram Ekstrak dan Succus.

59
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

12. PH yang mengandung Ekstrak kering dikerjakan sebagai berikut:


a. Aloe Extractum Aquosum siccum, Rhamni Frangulae Extractum Aquosum
siccum. Rhamni Phursianae Estractum siccum, Rhei Extractum siccum dapat
dibuat pil cukup dengan Liquiritiae Radix dan zat pembasah Aqua Glycerinate.
b. Cinchonae Extractum siccum dan Colic Extractum siccum memerlu kan
Succus Liquiritiae sebagai zat pengikat untuk dapat dibuat mas a pil.
c. Pil dengan ekstrak kering supaya dibuat keras jangan lembek agar tidak berubah
bentuk.

Penyalutan pil, dimaksudkan:


1. untuk menghindari oksidasi zat aktifnya. Penyalutan dilakukan dengan larutan
Balsanum Tolutanum I bagian dalam 9 bagian Chlorofonum. Dilakukan dalam botol
mulut lebar. pil-pil disiram dengan sedikit larutan Tolubalsem tersebut dan
digojog keras-keras lalu dipindahkan pada piring dan digerak-gerakkan agar tidak
melengket sampai kering.

2. Untuk menghindari agar pil tidak pecah dalam lambung karena:


a. Zat aktifnya tidak dikehendaki bekerja dalam lambung, tetapi dalam usus.
b. Zat aktifnya mengiritasi lambung.
c. Zat aktifnya rusak karena adanya asam lambung.

Dalam resep tertulis “ fac pilulae nonsolubiles in succo gastrico" artinya pil
tidak boleh pecah dalam lambung.
Sebagai zat penyalut digunakan shellak dalam dua lapis.
Digunakan dulu sebagai Penyalut larutan 10% shellak dalam larutan Ammonia
dan Spiritus sama banyak. Dan sebagai lapisan kedua digunakam larutan 5 bagian
Shellak, 5 bagian Tolubalsem dan 2,5 bagian Asam Stearat dalam 50 bagian Aether cum
Spiritus.
Cara penyalutan seperti penyalutan dengan Balsamum Tolutanum. Pil yang disalut
demikian antara lain ialah Gentian Violet dan obat cacing. Penyalutan dapat bagus apabila
pil tidak lembek dan bertabur dengan sedikit sekali talk.

D. PERSYARATAN PILLULAE
1. Memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada compresi (FI. Edisi III)
2. Memenuhi keseragaman bobot pil (FI. Edisi III)
3. Pada penyimpanan bentuknya harus tetap, tetapi tidak begitu keras sehingga dapat hancur
dalam saluran pencernaan.

Syarat pil dalam F.I. ed. III adalah :


1. Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras sehingga dapat
hancur dalam saluran pencernaan, dan pil salut enterik tidak hancur dalam lambung tetapi
hancur dalam usus halus.
2. Memenuhi keseragainan bobot. Timbang 20 pil satu persatu, hitung bobot rata-rata,
penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rata, adalah

Penyimpangan terbesar
Untuk bobot tata-rata pil 18 pil 2 pil
100 mg sampai 250 mg 10% 20%

60
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

250 mg sampai 500 mg 7,5% 15%

3. memenuhi waktu hancur seperti tertera pada tablet yaitu dalam air 36 o-38 o selama 15 menit
untuk pil tidak busalut dan 60 menit uniuk pil yang bersalut.
4. Penyimpanan : Sesuai dengan cara penyimpanan tablet, dengan memperhatikan
sifat zat tambahan yang digunakan.

61
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

BAB V
ILMU GALENIKA

A. PENDAHULUAN
Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius
Galenos (GALEN) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan, sehingga timbullah ilmu obat-obatan yang disebut ilmu galenika.
Jadi Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan
sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan,
hewan dan miniral).
Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai berikut :
o Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau
bahan obat nabati.
o Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat) yang terdapat di dalamnya diambil
dan diolah dalam bentuk sediaan / preparat.

Tujuan dibuatnya sediaan galenik :


1. Untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang
dianggap tidak bermanfaat.
2. Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
3. Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik :
1. Derajat kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya
obat yang terkandung tersebut di sari. Semakin sukar di sari, simplisia harus dibuat
semakin halus, dan sebaliknya.
2. Konsentrasi / kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut
harus jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.
3. Suhu dan lamanya waktu
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah
tersari atau tidak.
4. Bahan penyari dan cara penyari
Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap
bahan penyari ke dalam simplisia.
Bentuk-bentuk sediaan galenik
 Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa
 Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak menguap), olea
pinguia (minyak lemak)
 Syrup.

B. PENARIKAN (Ekstraksi)
Ekstraksi adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yang

62
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak berubah.
Istilah ekstraksi hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal
dengan menggunakan cairan penarik/ pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan
disebut menstrum, ampasnya disebut marc atau faeces. Cairan yang dipisahkan disebut
Macarate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Umumnya e kstraksi dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat
berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu. Zat-zat berkhasiat
tersebut antara lain alkaloida. glukosida, damar, olea, resina, minyak atsiri, lemak.
Disamping itu terdapat juga jenis-jenis gula, zat pati, zat lendir, albumin. pectin, selulosa
yang pada umumnya mempunyai daya larut dalam cairan pelarut tertentu dimana sifat-
sifat kelarutan ini dimanfaatkan dalam ekstraksi.
Tujuan utama ekstraksi adalah untuk mendapatkan zat berkhasiat
pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak bermanfaat, supaya lebih mudah
digunakan dari pada simplisia asal. Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya
terjamin sebab pada umumnya simplisia terdapat dalam keadaan tercampur memerlukan
cara-cara penarikan dan cairan-cairan penarik tertentu yang nantinya akan menghasilkan
sediaan galenik sesuai dengan pengolahannya.
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan, suhu penarikan
untuk :
Maserasi : 15 – 25 °C
Digerasi : 35 – 45 °C
Infundasi : 90 – 98 °C
Memasak : suhu mendidih
Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud dibuat, simplisia
perlu diolah terlebih dahulu, Misalnya mengaw al lemakkannya seperti:
Strychni, Secale cornuti; atau menghilangkan zat pahitnya seperti : Lichen islandicus.
Supaya zat-zat yang tidak berguna / merusak tidak ikut tertarik
bersama-sama dengan zat-zat yang berkhasiat.
Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :
1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya
mudah larut, sedangkan yang tidak berguna yang sedikit atau tidak larut dalam cairan
penyari tersebut.
2. Dengan menarik / merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiat terbanyak
larutnya.
3. Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan
berkhasiat dari simplisia lebih banyak larutnya, sedangkan bahan yang tidak berguna
sedikit atau tidak larut.
4. Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu baik secara
ilmu alam maupun ilmu kimia.
Jadi kesimpulan dalam ekstraksi ini adalah memilih salah satu cara
penarikan yang tepat dengan cairan yang pantas digunakan. memisahkan
a m p a s d e n g a n h a s i l p e n a r i k a n y a n g a k a n menghasilkan sebuah preparat galenik
yang dikehendaki.
Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan. kadang-kadang juga yang
segar. Untuk kemudahan simplisia yang kering ini dilembabkan terlebih dahulu / di
masererasi dalam batas waktu tertentu. Disamping itu simplisia ini ditentukan derajat
halusnya untuk memperbesar atau memperluas permukaannya. sehingga menyebabkan
proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih cepat dari pada melalui dinding-dinding sel yang
utuh (proses osmosis).

63
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

C. CAIRAN - CAIRAN PENARIK { Pelarut }


Menentukan cairan penarik apa yang akan digunakan harus diperhitungkan betul-
betul dengan memperhatikan beberapa faktor. antara lain :
1. Kelarutan zat-zat dalam pelarut
2. Tidak menyebabkan nantinya zat-zat berkhasiat tersebut rusak atau akibat-akibat
yang tidak dikehendaki (perubahan warna. pengendapan, hidrolisa)
3. Harga yang murah
4. Jenis preparat yang akan dibuat
Macam – macam cairan penyari :
1. Air
Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas, pada
suhu kamar adalah pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat misalnya : garam-
garam alkaloida, glikosida, tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral.
Umumnya kenaikan suhu dapat menaikkan kelarutan dengan pengecualian
misalnya pada condurangin, Ca hidrat, garam glauber dll. Keburukan dari air adalah
banyak jenis zat-zat yang tertanik dimana zat-zat tersebut merupakan makanan yang
baik untuk jamur atau bakteri dan dapat menyebabkan mengembangkan simplisia
sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan penarikan pada perkolasi.
2. Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, Umumnya pelarut
yang baik untuk alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak atsiri tetapi bukan
untuk jenis-jenis gom, gula dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzym-
enzym tidak bekerja termasuk peragian dan menghalangi pertumbuhan jamur dan
kebanyakan bakteri.
Sehingga disamping sebagai cairan penyari juga berguna sebagai
pengawet. Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum) lebih baik dari pada air
sendiri.
3. Gycerinum (Gliserin)
Terutama dipergunakan sebagai cairan penambah pada cairan menstrum untuk
penarikan simplisia yang mengandung zat samak. Gliserin adalah pelarut yang
baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin
juga larut dalam gliserin. Karena cairan ini tidak untuk minyak atsiri, tidak
sesuai untuk pembuatan ekstrak-ekstrak kering.
4. Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk
pembuatan sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan
lama.
5. Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah
kasar. Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak -minyak. Biasanya
dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari simplisia yang mengandung
lemak-lemak yang tidak diperlukan, sebelum simplisia tersebut dibuat
sediaan galenik, misalnya strychni, secale cornutum.
6. Acetonum
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut
yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak
dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum oleoresin
(N.F.XI)
7. Chloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek

64
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

farmakologinya. Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida, damar, minyak
lemak dan minyak atsiri.

D. CARA – CARA PENARIKAN


1. Maserasi
Adalah cara penar ikan sar i dar i simplisia dengan car a merendam
simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15-
25°C. Maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk pembuatan secara
perkolasi.
2. Digerasi
Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan cairan
penyari pada suhu 35 0 – 45°. Cara ini sekarang, sudah jarang dilakukan karena
disamping membutuhkan alat-alat tertentu juga pada suhu tersebut beberapa
simplisia menjadi rusak.
3. Perkolasi
Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat rang disebut
perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya
terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai
memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

Cara-cara perkolasi
1. Perkolasi biasa
2. Perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
3. Perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
4. Perkolasi persambungan, continous extraction. memakai alat soxhlet.
Hal-hal yang harus mendapat perhatian pada perkolasi ialah :
1. Mempersiapkan simplisianya : derajat halusnya.
2. Melembabkan dengan cara penyari : maserasi I
3. Jenis perkolator yang dipergunakan dan mempersiapkannya
4. Cara memasukkannya ke dalam perkolator dan lamanya di maserasi dalam perkolator :
maserasi II.
5. Pengaturan penetapan cairan keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan.

a. Perkolasl Biasa
Simplisia yang telah ditentukan der ajat halusnya d i r e n d a m d e n g a n c a i r a n
p e n y a r i , m a s u k k a n k e d a l a m perkolator dan diperkolasi sampai didapat perkolat
tertentu. Untuk pembuatan tingtur disari sampai diperoleh bagian tertentu, untuk
ekstrak cair disari sampai tersari sempurna. Perkolasi umumnya digunakan untuk
pengambilan sari zat-zat yang berkhasiat keras.

Gambar Perkolator :

65
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Per
kol
ator Perkolasi Biasa Perkolasi Kontinyu

b. Perkolasl Bertingkat / Reperkolasi


Reperkolasi adalah suatu cara perkolasi biasa, tetapi dipakai beberapa
perkolator. Dengan sendirinya simplisia di bagi-bagi dalam beberapa porsi dan ditarik
tersendiri dalam tiap perkolator. Biasanya simplisia dibagi dalam tiga bagian, dalam tiga
perkolator, perkolat-perkolat dari tiap perkolator diambil dalam jumlah yang sudah ditetapkan
dan nantinya dipergunakan sebagai cairan penyari untuk perkolasi berikutnya
pada perkolator yang kedua dan ketiga.
Cara Kerjanya :
 perkolator pertama–tama dilembabkan, dan ditarik seperti cara
memperkoler biasa, tetapi perkolatnya ditentukan dalam beberapa bagian
dan jumlah volume tertentu, misalnya : 200 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc
bagian yang pertama perkolat A (200 cc) adalah sebagian sediaan yang diminta
dan perkolat selanjutnya disebut susulan pertama.
 Perkolator kedua dilembabkan simplisianya dengan perkolat A (susulan pertama),
akan diperoleh perkolat-perkolat dalam jumlah-jumlah dan volume tertentu, dengan
catatan perkolat ini nantinya terdapat 300 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc,
bagian pertama perkolat (300 cc) adalah sebagian dari sediaan.
 Perkolator ketiga diolah seperti kedua, dengan perkolator B bagian kedua 200 cc dan
seterusnya sampai terdapat nantinya sebanyak 500 cc, terlihat disini bahwa perkolat
A bagian pertama, lebih kecil volumenya dari perkolat B bagian pertama, tetapi
sebaliknya perkolat A bagian-bagian berikutnya lebih besar volumenya dari perkolat-
perkolat B. Hasilnya ialah:
- perkolat A pertama 200 cc
- perkolat B pertama 300 cc Jumlah 1000 cc
- perkolat C pertama 500 cc
Keuntungan pertama pada reperkolasi ialah preparat yang terdapat dalam
bentuk pekat dan berarti penghematan menstrum. Tetapi reperkolasi ini tidak dapat
dipergunakan untuk ekstraksi sampai habis. Secara resmi reperkolasi
dipergunakan hanya untuk pembuatan ekstrak-ekstrak cair yang simplisianya mengandung
zat berkhasiat yang tidak tahan atau rusak oleh pemanasan.
c. Perkolasi Dengan Tekanan
Digunakan jika simplisia mempunyai derajat halus yang sangat kecil sehingga
cara perkolasi biasa tidak dapat dilakukan. Untuk itu perlu ditambah alat
penghisap supaya perkolat dapat turun ke bawah. Alat tersebut dinamakan
diacolator.

E. TINGTUR (TINCTURA)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia
nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera
pada masing – masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan
20% zat berkhasiat dan 10 % untuk zat berkhasiat keras.

66
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Cara Pembuatan
1. Maserasi, kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut :
 Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam
sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering di aduk, serkai, peras,
cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
 Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya,
selama 2 hari, enap, tuangkan atau saring.
2. Perkolasi, kecuali dinyatakan lain lakukan sebagai berikut :
 Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang
cocok dengan 2,5 – 5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana
tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit kedalam
perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari
secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat
selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
 Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-
ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan
penyari di atas simplisia hingga diperoleh 80 bagian perkolat.
 Peras masa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat. tambahkan cairan penyari
secukupnya hingga diproleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan
selama 2 hari ditempat sejuk terlindung dari cahaya. Enap, tuang atau saring.
Dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian
perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan
dengan cairan penyari secukupnya. Penyimpanan ;Dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Sediaan tingtur harus jemih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa
digunakan cairan penyari etanol 90% dan pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%.
Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura. Asaefoetida Tinctura, Capsici
Tinctura, Tingtur Menyan.
Pembagian Tinctur
1. Menurut Cara Pembuatan
a. Tingtur Asli
Adalah yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.
Contoh :
Tingtur yang dibuat secara maserasi
a. Opii Tinctura FI III
b. Valerianae Tinctura FI III
c. Capsici Tinctura FI II
d. Myrrhae Tinctura FI II
e. Opii Aromatics Tinctura FI III
f. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
Tingtur yang dibuat secara perkolasi, Contoh
a. Belladonae Tinctura FI III
b. Cinnamomi Tinctura FI III
c. Digitalis Tinctura FI III
d. Lobeliae Tinctura FI II
e. Strychnine Tinctura FI II
f. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974
b. Tingtur Tidak Asli (Palsu)

67
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan
kimia dalam cairan pelarut tertentu. Contoh :
a. Iodii Tinctura FI III
b. Secalis Cornuti Tinctura FI III
2. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
a. Tingtur Keras
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 % simplisia yang berkhasiat
keras.
Contoh :
1. Belladonae Tinctura FI III
2. Digitalis Tinctura FI III
3. Opii Tinctura FI III
4. Lobeliae Tinctura FI II
5. Stramonii Tinctura FI II
6. Strychnin Tinctura FI II
7. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974
b. Tingtur Lemah
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 % simplisia yang tidak berkhasiat keras. Contoh
:
1. Cinnamomi Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
4. Myrrhae Tinctura FI II
3. Berdasarkan Cairan Penariknya
a) Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah eter atau campuran eter dengan etanol.
Contoh : Tingtura Valerianae Aetherea.
b) Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan etanol.
Contoh : Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei).
c) Tinctura Acida, jika ke dalam etanol yang dipakai sebagai cairan penarik
ditambahkan suatu asam sulfas. Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica.
d) Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air, contoh : Tinctura Rhei Aquosa.
e) Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika penarikan dilakukan
dengan cairan penarik selain etanol hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut,
misalnya campuran simplisia, contoh : Tinctura Chinae Composita.
Contoh Sediaan Tinctura
1. Tingtur Kina (Chinae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbuk agak kasar
(22/60) dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar
alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70% hingga memenuhi syarat.
2. Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (18/34) akar ipeka
dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
3. Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 200 g gambir yang telah
d i r e m u k k a n d e n g a n 5 0 g k u l i t k a y u m a n i s y a n g t e l a h dimemarkan
dengan 1000 ml etanol 45%, biarkan selama 7 hari, serkai, jernihkan dengan
penyaringan.
4. Tingtur Poligala (Polygalae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian irisan halus herba bagian dengan
etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

68
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

5. Tingtur Ratania (Ratanhiae Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar ratania dengan
etanol 60 % secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
6. Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (8/24) herba
Stramonium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan
kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70%, hingga memenuhi
persyaratan kadar,
biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, saring. Penyimpanan : dalam wadah
tertutup
rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari
l tahun sejak tanggal pembuatan. Pada etiket harus tertera tanggal
pembuatan.
7. Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi- 10 bagian serbuk (24/34) biji strichni
yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah, yang menggunakan
pelarut penyari etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar
strichnina, jika p e r l u d e n g a n e t a n o l 7 0 % s e c u k u p n y a h i n g g a m e m e n u h i
persyaratan kadar.
8. Tingtur Kemenyan ( Benzoes Tinctura)
Cara pembuatan : Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100 bagian
etanol 90 %, saring.
9. Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (6/34) herba lobelia
dengan etanol 70% secukupnya, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
10. Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (24/34) Mira dengan
etanol 90% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
11. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)
Cara pembuatan : 8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong-potong
halus, maserasi dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
12. Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan campuran
9 bagian etanol 95 % dan 1 bagian air selama 3 jam . Perkolasi dengan cepat hingga
diperoleh 1000 ml tingtur.
13. Tingtur Beladon (Belladonnas Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk belladon dengan etanol
encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloid a, atur kadar
dengan penambahan etanol encer hingga memenuhi syarat, biarkan selama tidak
kurang dari 24 jam, saring. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1
tahun sejak tanggal pembuatan.
14. Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu manis
dengan etanol encer hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
15. Tingtur Digitalis ( Digitalis Tinctura )
Cara pembuatan perkolasi 10 bagian serbuk digitalis dengan etanol 70 %
hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan potensi atur potensi jika perlu
encerkan dengan etanol 70 % hingga memenuhi syarat.
16. Tingtur Iodium (Iodii Tinctura)

69
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Cara pembuatan : Larutkan Iodum 1,8 — 2,2 %, Natrium Iodida 2,1 — 2,6 %
dalam etanol encer.
17. Tingtur Opium (Tinctura Opii)
Cara pembuatan : maserasi 10 bagian serbuk opium dengan etanol 70
% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar dan atur hingga
memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan etanol 70 % secukupnya.
18. Tingtur Opium wangi (Opii Tinctura Aromatics)
Cara pembuatan : maserasi campuran 1 bagian kulit kayu manis
serbuk (22/60), 1 bagian serbuk (22/60) cengkeh dan 12 bagian serbuk opium
dengan campuran etanol 90 % dan air volume sama banyak hingga diperoleh 100
bagian tingtur.
19. Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)
Cara pembuatan : Campur 1 bagian ekstrak sekale kornutum dengan 9 bagian etanol encer.
20. Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (10/22) akar valerian
dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

F. EKSTRAK (EXTRACTA)
Adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung.
Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang dipakai adalah air,
eter dan campuran etanol dan air
Cara Pembuatan
Penyarian :
o Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau
penyeduhan dengan air mendidih.
o Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau
perkolasi.
o Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.
1. Maserasi
Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur, suling atau uapkan
meserat pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50°C hingga konsistensi yang
dikehendaki.
2. Perkolasi
o Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tincture Setelah perkolator ditutup dan
dibiarkan selama 24 jam biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan penyari
hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir di uapkan tidak meninggalkan sisa.
Perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari
50°C hingga konsistensi yang dikehendaki.
o Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat
selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bagian campur dengan perkolat pertama.
o Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga dilakukan dengan cara
reperkolasi tanpa menggunakan panas.
o Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera pada suhu kurang lebih
90°C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih
dari 50 0C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang digunakan.
o Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah
pada suhu tidak lebih dari 50°C hingga konsentrasi yang dikehendaki.
o Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

70
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

o Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diupkan dengan tekanan
rendah pada suhu tidak lebih dari 500C hingga konsistensi yang dikehendaki.
Contoh – Contoh Ekstrak
1. Ekstrak Belladonae
Cara pembuatan ; perkolasi 100 bagian serbuk belladon (85/100)
dengan campuran etanol encer dan larutan dalam air asam asetat 2% v/v volume
sama sehingga alkaloida tersari sempurna yang diperiksa dengan cara sebagai berikut :
Kocok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes amonia encer dan 2 ml perkolat.
Uapkan 2 ml lapisan eter, larutkan sisa dalam I tetes H 2 SO4 encer, kemudian tambahkan 5
tetes air dan I tetes larutan kalium tetraiodida hidrargyrat (II) tidak terjadi kekeruhan.
Suling etanol dengan perkolat, biarkan di tempat sejuk selama 24 jam. Tambahkan talk,
saring, cuci sisa dengan 100 bagian air. Uapkan filtrat menurut cara yang tertera pada
extractor hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak ini berkadar 1,3% alkaloida.
P e n y i m p a n a n : E k s t r a k b e l l a d o n d a p a t d i s i m p a n d a l a m persediaan dalam
bentuk serbuk kering yang dibuat sebagai berikut :
Gerus I bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa,
keringkan pada suhu tidak lebih dari 30°C, tambahkan sejumlah pati beras atau
laktosa hingga tepat 3 bagian. Sisa dalam wadah berisi zat pengering.
2. Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)
Cara pembuatan : sama dengan cara pembuatan Belladonae Extractum yang
dibuat dari serbuk hiosiamm. Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan
dalam bentuk serbuk yang dibuat sebagai berikut :
Gerus I bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa keringkan pada suhu tidak
lebih dari 80°C, tambahkan sejumlah pati atau laktosa kering hingga tapat 3
bagian. Simpan dalam wadah berisi zat pengering.
3. Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum)
Cara pembuatan : penyarian dilakukan dengan air mendidih kemudian diuapkan
hingga kering.
4. Ekstrak Timi (Thymi Extractum)
Cara pembuatan :
o campurkan 500 bagian serbuk (85/100) herba timi dengan campuran 125
bagian air, 50 bagian gliserol dan 75 bagian etanol (90%). Biarkan campuran
selama 24 jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam
perkolator. perkolasi dengan campuran yang terdiri dari 1 bagian etanol (90%)
dan 3 bagian air q.s. hingga diperoleh 175 bagian cairan, simpan cairan ini
sebagai perkolat I.
o lanjutkan perkolasi dengan campuran etanol air seperti di atas, sehingga
diperoleh 1500 bagian yang dinyatakan sebagai susulan I. Larutkan 30
bagian gliserol dalam 130 bagian susulan I yang mula-mula keluar, campurkan
larutan ini dengan 325 bagian serbuk (85/100) herba timi. Biarkan campuran
selama 24 jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam sebuah
perkolator, perkolasi dengan sisa susulan I. Pisahkan 325 bagian cairan mula-
mula keluar yang dinyatakan sebagai hasil perkolasi II. Hasil perkolasi selanjutnya
dinyatakan sebagai susulan II.
o Larutkan 20 bagian gliserol dalam 70 bagian susulan II yang mula-mula
keluar, campurkan larutan ini dengan 175 bagian serbuk (85/100) herba timi.
Biarkan campuran selam 24 jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke
dalam perkolator, perkolasi dengan sisa susulan II q.s. hingga diperoleh
campuran 500 bagian campuran yang dinyatakan sebagai hasil perkolasi III.

71
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Camper hasil perkolasi I, II dan III.


5. Ekstrak Strichi (Strychni Extractum)
Cara pembuatan : perkolasi serbuk biji strichni (24/34) yang telah dihilangkan
lemaknya dengan eter minyak tanah, dengan penyari etanol 70% v/v sampai sisa
penguapan dari 2 tetes perkolat terakhir dengan penambahan 2 tetes asam nitrat
ticlak berwarna merah. Uapkan perkolat menurut cars yang tertera pada ekstrakta
hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar strichnina dan jika perlu tambahkan laktosa
hingga memenuhi persyaratan kadar.
6. Ekstrak Pulepandak (Rouwolfiae Extractum)
Cara pembuatan : perkolasi 1800 bagian serbuk (8/24) akar pule
pandak dengan etanol 90% v/v hingga alkaloid a tersari sempurna, suling etanol
pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 70°C hingga diperoleh ekstrak
lembek. Tambahkan 50 bagian pati kering, lanjutkan penguapan hingga diperoleh ekstrak
kering. Tetapkan kadar elkaloidanya hingga memenuhi syarat kadar. Ayak melalui pengayak
no 12.
7. Ekstrak Kelembak (Rhei Extractum)
Cara pembuatan : perkolasi serbuk (8/24) kelembak dengan campuran yang terdiri
dari etanol 90% dan air volume sama, hingga perkolat terakhir hampir tidak
berwarna, uapkan perkolat hingga diperoleh ekstrak kering.
8. Ekstrak Stramonium (Stramonium Extractum)
Cara pembuatan : perkolasi 1000 g serbuk (8/24) her a Stramonium
dengan etanol 45%. Pisahkan 850 ml perkolat pertama, teruskan perkolasi hingga
penyarian sempurna. Suling etanol dari perkolat sisa hingga menjadi ekstrak kental,
larutkan ekstrak dalam perkolat pertama. Tetapkan kadar alkaloidanya, jika perlu tambahkan
etanol 45% q.s. hingga memenuhi persyaratan kadar. Biarkan selama tidak kurang dari 24
jam, jika perlu saring.
9. Ekstrak Frangulae (frangulae extractum)
Cara pembuatan : pada 100 bagian serbuk (33/36) kulit frangula,
tuangkan air mendidih, biarkan selama 12 jam, peras. Pada sisa tambahkan 300 bagian air
mendidih, biarkan selama 6 jam, peras lagi. Kumpulkan sari, biarkan mengendap, serkai,
uapkan serkaian hingga diperoleh ekstrak kering.
10. Ekstrak Jadam (Aloe Extractum)
Cara pembuatan : tuangi 100 bagian jadam dengan 500 bagian air mendidih,
tuangkan campuran sambil diaduk ke dalam 500 bagian air, biarkan di tempat sejuk
selama 24 jam, serkai, uapkan serkaian hingga kering.
11. Ekstrak Kecambah (Matti Extractum)
Cara pembuatan : panaskan campuran kecambah yang telah dimemarkan dengan
air panas 3 kali bobot kecambah selama 3 jam. Biarkan mengenap, pisahkan cairan, sari
sisa dengan air panas. campuran sari dipanaskan pad a suhu kurang lebih
90°C selama 1 jam, kemudian diuapkan hingga diperoleh Massa kental.
12. Ekstrak Hati (Hepatis Extractum)
Cara pembuatan : giling hati sapi segar dengan penggiling daging yang
berlubang 3 mm, maserasi 1000 bagian dengan campuran 1500 bagian volume air
dan 2 bagian volume HCI 4 N selama 12 jam, sambil berulang-ulang diaduk.
Hangatkan hingga suhu 80°C serkai dan peras. Uapkan serkaian di atas penangas
air hingga 100 bagian, dinginkan, campur dengan 150 bagian volume etanol, kocok
selama 10 menit, saring. Siding etanol, uapkan sisa hingga 30 bagian volume,
kocok dengan 300 bagian volume etanol selama 10 menit, biarkan selama 12 jam.
Tuangkan etanol, larutkan sisa dalam air secukupnya hingga 135 bagian
volume, tambahkan 15 bagian volume tingtur kayu manis.

72
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

13. Ekstrak Kina (Cinchonae Extractum)


Cara pembuatan : maserasi 100 bagian serbuk (34/40) kulit ki na
dengan 50 bagian campuran 35 bagian HCI encer p, 20 bagian gliserol p, 45
bagian air selama 24 jam, pindahkan ke dalam perkolator. Perkolasi mula-mula
dengan 50 bagian sisa campuran di atas yang diencerkan dengan 450 bagian
air, kemudian dengan air secukupnya hingga 2 tetes perkolat terakhir jika di
tambah 8 tetes larutan Na 2 CO 3 p tidak keruh. Uapkan segera perkolat hingga
diperoleh 90 bagian, dinginkan, tambahkan 100 bagian etanol. Ekstrak ini berkadar
6 – 8 % alkaloida.
14. Ekstrak Kola (Colae Extractum)
Cara pembuatan : Perkolasi, serbuk (24/34) biji kola dengan campuran
60 bagian etanol 90% dan 40 bagian volume air hingga perkolat hampir tidak
berasa dan tidak berwarna, kemudian buatlah ekstrak cair.
15. Ekstrak Opium (Opii Extractum)
Cara pembuatan : maserasi 100 bagian opium yang telah dipotong tipis
dengan 500 bagian air selama 24 jam sambil berulang-ulang di aduk, peras, campur
dengan maserat I. Uapkan hingga sisa 200 bagian, biarkan selama 24 jam, saring.
Uapkan hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar morfinnya, atur kadar
dengan laktosa atau ekstrak opium kering lain hingga memenuhi persyaratan kadar.
Ekstrak ini mempunyai kadar morphin 20 %.

G. INFUS (INFUSA)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90oC selama 15 menit.
Cara Pembuatan
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air
secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai
90°C sambil sekali-sekali di aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air
panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infus
1. Jumlah simplisia
2. Derajat halus simplisia
3. Banyaknya ekstra air
4. Cara menyerkai
5. Penambahan bahan-bahan lain untuk menambah kelarutan, untuk menambah kestabilan,
untuk menghilangkan zat-zat yang menyebabkan efek lain.
1. Jumlah Simplisia
o Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat
keras di buat dengan menggunakan 10 % simplisia.
o Kecuali untuk simplisia seperti yang tertera di bawah ini, untuk membuat
100 bagian infus, digunakan sejumlah simplisia seperti tersebut di bawah ini :
Kulit kina 6 bagian
Daun digitalis 0,5 bagian
Akar ipeka 0,5 bagian
Daun kumis kucing 0,5 bagian
Sekale kornutum 3 bagian
Daun sena 4 bagian
Temulawak 4 bagian
2. Derajat Halus Simplisia
Yang digunakan untuk infus har us mempunyai derajat halus sebagai berikut :

73
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Serbuk (5/8) Akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun sena
Serbuk (8/10) Dringo, kelembak
Serbuk (10/22) Laos, akar valerian, temulawak, jahe
Serbuk (22/60) Kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum
Serbuk (85/120) Daun digitalis
3. Banyaknya Air Ekstra
Umumnya untuk membuat sediaan infus diperlukan
penambahan air sebanyak 2 kali berat simplisia. Air ekstra ini perlu karena
simplisia yang kita gunakan pada umumnya dalam keadaan kering.
4. Cara Menyerkai
o Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus simplisia yang mengandung
minyak atsiri, diserkai setelah dingin. Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia
lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas.
o Untuk decocta Condurango diserkai dingin, karena zat berkhasiatnya larut dalam,
keadaan panas, akan mengendap dalam keadaan dingin.
o Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena infus daun sena mengandung
zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang larut dalam air panas, tetapi tidak larut
dalam air dingin.
o Untuk asam jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan diremas dengan air hingga
masa seperti bubur.
o Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu.
o Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya, hendaknya diambil
derajat kehalusan suatu bahan dasar yang keketalannya sama / sediaan galenik
dengan bahan yang sama.
5. Penambahan Bahan-Bahan Lain
Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam. sitrat 10% dari bobot
bahan berkhasiat dan pada pembuatan infus simplisia yang mengandung
glikosida antrakinon, ditambahkan Natrium karbonat 10% dari bobot simplisia.

H. AIR AROMATIK (AQUA AROMATICA)


Adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam air.
Diantara air aromatika, ada yang mempunyai daya terapi yang lemah, tetapi terutama
digunakan untuk memberi aroma pada obat-obat atau sebagai pengawet.
A i r a r o m a t i k a h a r u s m e m p u n y a i b a u d a n r a s a y a n g menyerupai
bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan tidak berlendir.
Cara pembuatan :
1. Larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing -masing monografi
dalam 60 ml etanol 95%.
2. Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-
kuat.
3. Tambahkan 500 mg talk, kocok, diamkan, saring.
4. Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.
Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air.
Talk berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air dan
menyempurnakan pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan
jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku lain juga
mencantumkan aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia

74
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

secara penyulingan sesudah diambil minyak atsirinya.


Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan
m i n y a k a t s i r i s e c a r a d e s t i l a s i d a p a t d i c e g a h pembusukannya dengan cara
mendidihkan dalam wadah tertutup rapat yang tidak terisi penuh di atas penangas air
selama 1 jam. Pemerian aqua aromatika : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa
tidak boleh menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal. Syarat untuk resep :
jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan. Penyimpanan : dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. Khasiat : zat tambahan.
Air aromatika yang tertera dalam FI II ada 3 yaitu
1. Aqua Foeniculi, adalah larutan jenuh minyak adas dalam air. Aqua foeniculi
dibuat dengan melarutkan 4 g oleum foeniculi dalam 60 ml etanol 90%, tambahkan air
sampai 100 ml sambil dikocok kuat-kuat, tambahkan 500 mg talk, kocok, diamkan.
saring. Encerkan 1 bagian filtrat dalam 39 bagian air. Pemerian, penyimpanan
sama seperti aqua aromatik. Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan
sebelum digunakan harus disaring lebih dahulu.
2. Aqua Menthae Piperitae = air permen, adalah larutan jenuh minyak permen dalam
air. Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tertera pada aqua
aromatika dengan menggunakan 2 g minyak permen.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua aromatik.
3. Aqua Rosae = air mawar, adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air. Cara
pembuatan : larutkan 1 g minyak mawar dalam 20 ml etanol, saring. Pada filtrat
tambahkan air secukupnya hingga 5000 ml, saring.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua
aromatika.
Khusus untuk aqua foeniculi jangan disimpan ditempat sejuk karena etanol akan
menghablur, jadi disimpan pads suhu kamar, kalau keruh kocok dulu sebelum digunakan.
Aqua foeniculi bila menghablur harus dipanaskan pada suhu 25°C dan kemudian
dikocok kuat-kuat, sebelum digunakan harus disaring.

I. MINYAK LEMAK (OLEA PINGUIA)


Adalah campuran senyawa asam lemak bersu hu tinggi dengan gliserin
(gliserida asam lemak bersuhu tinggi).
Cara-cara mendapatkan minyak lemak
1. Diperas pada suhu biasa, misalnya : oleum arachidis, oleum olivae, oleum ricini.
2. Diperas pada suhu panas, misalnya : oleum cacao, oleum Cocos
Syarat-syarat untuk minyak lemak antara lain
1. Harus jernih, yang cair harus jernih, begitupun yang padat sesudah
dihangatkan (diatas suhu leburnya) tidak boleh berbau tengik.
2. Kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3, Eter
dan Eter minyak tanah.
3. Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa dan minyak-
minyak asing lainnya, senyawa belerang dan logam berat.
Cara identifikasi minyak lemak :
Pada kertas meninggalkan noda lemak
Penggunaan minyak lemak :
1. Sebagai zat tambahan
2. Sebagai pelarut, misalnya : sebagai pelarut obat suntik, lotio dan lain-lain, anti
racun, untuk racun yang tidak larut dalam lemak (racunnya dibalut lemak, lalu
segera diberi pencahar atau emetikum) tetapi bila racun yang larut dalam lemak
maka dalam bentuk terlarut absorpsi dipercepat.

75
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

3. Sebagai obat, misalnya : oleum ricini, dapat dipakai sebagai pencahar.

Minyak lemak dibagi dalam dua golongan :


1. minyak-minyak yang dapat mengering misalnya : oleum lini, oleum ricini.
2. minyak-minyak yang tidak dapat mengering, misalnya : oleum arachidis, oleum
olivarum, oleum amygdalarum, oleum sesami.
Penyimpanan minyak lemak : Kecuali dinyatakan lain, harus disimpan dalam
wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya.
Contoh-contoh minyak lemak :
1. Minyak kacang = Oleum Arachidis
Adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh dengan
pemerasan biji arachidis hypogeae L yang telah dikupas.
2. Minyak coklat = Oleum Cacao
Adalah lemak padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma
cacao L yang telah dikupas dan dipanggang.
3. Minyak kelapa = Oleum Cocos.
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan panas
endosperm cocos nucipera L yang telah di keringkan.
4. Minyak ikan = Oleum Iecoris Aselli
Adalah minyak lemak yang di peroleh dari hati segar Gadus calarias L dan
species gadus lainnya, dimurnikan dengan penyaringan pada suhu 0 °C. Potensi vitamin A
tidak kurang dari 600 SI tiap gram, potensi vitamin D tidak kurang dari 80 SI tiap gram.
5. Minyak Lini = Oleum Lini
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji masak Linum
usitatissinum L
6. Minyak zaitun = Oleum olivae
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan dingin biji
masak olea europeae L Jika perlu di murnikan.
7. Minyak jarak=Oleum ricini
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan dingin biji
Ricinus communis L yang telah di kupas.
8. Minyak Wijen = Oleum sesami
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji Sesamum
indicum L.
9. Minyak Kelapa Murni = Oleum Cocos purum
Adalah minyak lemak yang dimurnikan dengan penyulingan bertingkat
diperoleh dari endosperma Cocos nucifera yang telah dikeringkan.
10. Minyak Tengkawang = Oleum Shoreae
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan panas
keping biji Shorea stenoptera Burck yang segar atau kering atau dari biji spesies
shorea yang lain.
11. Minyak Kaulmogra = Minyak Hidnokarpi = Oleum Hydnocarpi
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji
dari buah masak segar Hidnocarpus wightraria Blume, spesies Hydnocarpus
lain dan Taraktogenus kurzii King.
12. Minyak Jagung = Oleum Maydis
Adalah minyak lemak yang diperoleh dari embrio Zea mays L, kemudian
dimurnikan.
13. Minyak Pala = Oleum Myristicae expressum
Adalah campuran minyak lemak dan minyak atsiri, diperoleh dengan

76
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

pemerasan panas biji Myristica fragrans Houtt, yang telah dibuang selaput biji dan
kulit bijinya.

J. MINYAK ATSIRI (OLEA VOLATILIA)


Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak terbang. Olea
Volatilia adalah campuran bahan-bahan berbau keras yang menguap, yang diperoleh
baik dengan cara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara
sintetis. Minyak atsiri diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit
buah, buah atau dibuat secara sintetis.
Sifat-sifat minyak atsiri
1. Mudah menguap
2. Rasa yang tajam
3. Wangi yang khas
4. Tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5. Minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.
Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing dalam
minyak atsiri tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) yang murni
tidak berwarna. Warna hijau yang ada seperti yang terlihat diperdagangan karena
adanya : klorophyl dan spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat
terjadi karena adanya penguraian.
Pemerian : Cairan jernih, Bau seperti bau bagian tanaman asal. Penyimpanan :
dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.
Identifikasi :
1. Teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. Pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara
penyulingan uap tidak terjadi noda transparan
3. Kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama, biarkan
memisah, volume air tidak boleh bertambah.
Cara-cara memperoleh minyak atsiri :
1. Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan masih dapat dikatakan
primitif. Cara ini hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang
mempunyai kadar tinggi dan minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan. Contoh :
minyak jeruk
2. Cara penyulingan destilasi).
Ada 2:
1) Cara langsung ( menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di
atas pelat yang berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik melalui
lubang dan melalui sebuah pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan
uap air di tampung. Cara ini hanya dapat digunakan untuk jumlah bahan
yang sedikit, karena jumlah air yang akan m e n j a d i u a p d a n m e m b a w a
s e r t a m i n y a k t e r b a t a s jumlahnya.
2) Cara tidak langsung ( destilasi uap)
Bahan yang yan akan di olah di masukkan ke dalam sebuah bejana dan di
tambah dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari bejana lain.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dalam jumlah yang besar terutama
bahan yang mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah. Dari ke dua cara di atas
pada bejana penampungan akan terdapat dua lapisan, yaitu air dan minyak atsiri.
Letak minyak atsiri dan air tergantung pada berat jenisnya. Jika Bj minyak atsiri >
Bj air maka minyak atsiri berada di bawah dan sebaliknya. Ke dua lapisan ini

77
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

dapat dipisahkan dan setelah dipisahkan sisa a i r d a p a t d i k e r i n g k a n d e n g a n


m e n g g u n a k a n z a t - z a t pengering, contoh: NaSO4 exicatus.
Pengeringan sisa air ini perlu di lakukan sebab dengan adanya sisa air
tersebut minyak atsiri cepat rusak / menjadi tengik. Bila lapisan minyak atsiri
dan air sukar dipisahkan dapat di tambahkan NaCl jenuh untuk menarik airnya.
3) Cara Enfleurage
o Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari da un bunga yang
digunakan untuk kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas keping gelas yang
lebih dulu dilapisi dengan lemak atau gemuk. Dibiarkan beberapa lama,
tergantung dari jenis daun yang diolah, contoh: bunga melati 24 jam.
Kemudian daun bunga diangkat, diganti dengan yang segar sampai beberapa
kali, sampai lemak itu benar-benar jenuh dengan minyak atsiri. Biasanya
lemak itu dapat digunakan untuk 30 kali.
o K e m u d i a n l a p i s a n l e m a k d i k e r o k , d i l a r u t k a n d a l a m alkohol absolut,
minyak atsiri akan larut, sedangkan l e m a k n y a t i d a k l a r u t , s e h i n g g a
l e m a k n y a d a p a t dipisahkan dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang ada
d a l a m a l k o h o l d i s u l i n g s e c a r a v a c u m ( d e n g a n a l a t evaporator vacum).
Alkohol yang digunakan bukan alkohol fortior sebab waktu di uapkan,
uap air akan membawa minyak atsiri.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan dengan kandungan minyak atsiri
yang rendah dan tidak tahan pemanasan.
Syarat – syarat minyak atsiri
1. H a r u s j e r n i h , t i d a k b e r w a r n a , k a l a u p e r l u s e t e l a h p e m a n a s a n .
K e j e r n i h a n d a p a t d i b u k t i k a n d e n g a n c a r a meneteskan 1 tetes
m i n y a k a t s i r i k e a t a s p e r m u k a a n a i r , permukaan air tidak keruh. Minyak
menguap umumnya tidak berwarna, hanya beberapa yang sesui dengan
warna aslinya. Oleum bergamottae berwarna hijau karena klorofilnya terlarut
kedalamnya. Oleum kajuputi berwarna hijau karena senyawa tembaga dari
alat penyulingnya terlarut kedalamnya. Minyak atsiri akan berwarna kuning
atau kuning kecoklatan karena sudah terurai atau teroksidasi.
2. Mudah larut dalam Chloroform atau Eter.
3. Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap, harus bebas minyak lemak.
Hal ini dibuktikan dengan cara meneteskan keatas kertas perkamen tidak
meninggalkan noda transparan.
4. Harus kering, karena air akan mempercepat reaksi oksidasi sehingga
minyak akan berwarna. Kekeringan dibuktikan dengan cara mengocok
sejumlah minyak atsiri dengan larutan Natrium Klorida jenuh volume sama,
biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.
5. Bau dan rasa seperti simplisia.
6. Bau diperiksa dengan cara mencampurkan satu tetes minyak atsiri dengan 10
ml air. Rasa diperiksa dengan mencampur satu tetes minyak atsiri dengan 2 gram
gula.

Contoh-contoh minyak atsiri :


1. Oleum foeniculi (minyak adas)
Cara pembuatan : Penyulingan uap buah masak Foeniculuni vulgaris
Mill varietas α vulgare dan β-dulce.
2. Oleum Anisi (minyak adas manis)
Cara pembuatan : Penyulingan uap buah kering Illicium verum Hook dan

78
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

buah kering Pimpenilla anisum L (fam : Magnoliaceae).


3. Oleum Caryophylli (minyak cengkeh)
Cara pembuatan : Penyulingan pucuk berbunga yang telah dikeringkan dari
Penyulingan berbunga Eugenia caryophyllata.
4. Oleum Citri (minyak jeruk)
Cara pembuatan : Pemerasan pericarp (kulit buah bagian luar yang masih
segar) dari tanaman Citrus lemon.
5. Oleum Aurantii (minyak jeruk manis)
Cara pembuatan : Pemerasan pericarp (kulit buah luar yang segar dan
masak) dari tanamam Citrus sinensis.
6. O l e u m E u c a l y p t i
Adalah minyak atsiri yang yan mengandung sineol 50-60%. Diperoleh dengan
destilasi uap dari daun segar, ujung cabang. segar dari berbagai spesies
Eucalyptus atau spesies yang diinginkan (E. globulus, E. futicerutum, E.
polybractea, E. Smithii).
7. Oleum Menthae piperitae (minyak permen)
Adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi uap dari bagian di
atas tanah tanaman berbunga Mentha piperita yang segar dan telah dimurnikan.
8. Oleum Cinnamommi ( minyak kayu manis)
Pembuatan : Penyulingan uap kulit batang dan kulit cabang
Cinnamomum zeylanicum Blume.
9. O l e u m C i t r o n e l l a s ( m i n y a k s e r e h )
Pembuatan : Penyulingan uap daun Cymbopogon Nardus
10. O l e u m R o s a e ( m i n y a k m a w a r )
Pembuatan : Penyulingan uap bunga segar Rosa Galica Alba
11. Oleum Cajuputih ( Minyak Kayuputih )
Pembuatan : Penyulingan uap daun dan ranting segar Melaleuca leucadendron L .

K. SYRUP (SIRUPI)
A d a l a h s e d i a a n c a i r b e r u p a l a r u t a n y a n g m e n g a n d u n g sakarosa.
Kadar sakarosa (C 12 H 22 0 11 ) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Cara pembuatan sirup
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan
hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot
yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
Cairan untuk sirup, gulanya akan dilarutkan kedalam dapat diuat dari :
1. Aqua destilata : untuk sirupus simplex.
2. Hasil-hasil penarikan dari bahan dasar
a. maserat misalnya sirupus Rhei
b. perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c. colatura misalnya sirupus Senae
d. sari buah misalnya rubi idaei
3. l a r u t a n a t a u c a m p u r a n l a r u t a n b a h a n o b a t m i s a l n y a methydilazina
hydrochloride sirupus, sirup-sirup dengan nama patent misalnya yang mengandung
campuran vitamin
o Pembuatan sirup dar i simplisia yang mengandung g l i k o s i d a a n t r a k i n o n d i
t a m b a h k a n N a 2 C O 3 s e j u m l a h 1 0 % bobot simplisia.
o Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk p e r s e d i a a n
d i t a m b a h k a n m e t i l p a r a b e n 0 , 2 5 % b / v a t a u pengawet lain yang cocok.

79
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

o Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa, bila lebih
tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62% sirup akan
membusuk.
o Bj sirup kira-kira 1,3
o Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sukrosa ( pecah menjadi glukosa
dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
o Pemanasan sebalknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan
terjadinya gula invert.
o Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sukrosa yang
memutar bidang polarisasi kekiri.
o Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah
berjamur dan berwarna tua ( ter bentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya
oksidasi dari bahan obat.
o Pada sirup yang mengandung sukrosa 62% atau lebih, sirup
tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.
o Bila kadar sukrosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam
resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
o U n t u k m e n c e g a h s i r u p t i d a k m e n j a d i b u s u k , d a p a t ditambahkan bahan
pengawet misalnya nipagin.
o Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan
sirupus Iodeti ferrosi. H a l i n i d i s e b a b k a n k a r e n a s i r u p m e r u p a k a n m e d i a
y a n g mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri. G u l a i n v e r t
d i s i n i d i p e r c e p a t p e m b u a t a n n y a d e n g a n memanaskan larutan gula dengan
asam sitrat.
o Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mu dah menguap maka sukrosa
dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada
pembuatan Thymi sirupus dan Thymi composites sirupus, aurantii corticis
sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sukrosa dilarutkan tanpa pemanasan.
o Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih.
Ada beberapa cara menjernihkan sirup :
1. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sir up didihkan sambil
diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena panas.
2. Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan
melekat ke kertas saring.

Cara memasukkan sirup ke dalam botol.


Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya aw et (tidak
berjamur) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. T e t a p i p a d a
p e n d i n g i n a n a d a k e m u n g k i n a n t e r j a d i n y a cemaran sehingga terjadi juga
penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi )
sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi
sebagian gabusnya, lalu sumbat g a b u s d i c e l u p d a l a m l e l e h a n p a r a f f i n
s o l i d u m y a n g menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup. disini har us diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak
berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil
paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.

80
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang terbaik adalah
cara ketiga..
Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai :
o Obat, misalnya : chlorfeniramini maleatis sirupus.
o Corigensia saporis, misalnya sirupus simplex
Corigensia odoris, misalnya sirupus aurantii
Corigensia coloris, misalnya : sirupus Rhoedos, sirupus rubi idaei
o Pengawet, misalnya sediaan dengan bahan pembawa sirup karena
konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan bakteri.
penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk.
Penetapan kadar sukrosa
o Timbang seksama + 25 gram sirup dalam labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml
air dan sedikit larutan Aluminium hidroksida p. Tambahkan larutan timbal ( H ) sub asetat p
tetes demi tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
o Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10 ml filtrat pertama.
Masukkan + 45,0 ml filtrat kedalam labu tentukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian
volume asam klorida p dan 21 bagian vol. Air secukupnya hingga 50,0 ml. Panaskan labu
dalam tangas air pada suhu antara 68° dan 70°C selama 10 menit, dinginkan dengan cepat
sehingga suhu lebih kurang 20°C .
o Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang penyerap.
o Ukur rotasi optik larutan yang belum di inversi dan sesudah inversi menggunakan
tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yang sama antara 10° dan 25°C. Hitung
kadar dalam %, C12H22O11
o
dengan rumus :

C = kadar sachrosa dalam %


α 1 = rotasi optik larutan yang belum di inversi
α 2 = rotasi optik larutan yang sudah di inversi
t = suhu pengukuran
Contoh-contoh Sediaan Sirup
1. Ferrosi Iodidi Sirupus
Cara pembuatan : 20 bagian ferrum pulveratum dicampur dengan 60
bagian air, tambahkan 41 bagian Iodium sedikit demi sedikit sambil digerus. Setelah
warna coklat hilang maka larutan disaring, dimasukkan kedalam larutan ½ bagian acidum
citricum dan 600 bagian sukrosa dalam 200 bagian air panas.
Untuk mencegah terjadinya oksidasi dari ferro Iodida maka ujung corong
masuk kedalam larutan sakarosa. Sisa serbuk besi pada kertas saring dicuci
dengan air sampai diperoleh 1000 bagian sirup.
o Guna acidum citricum adalah untuk mempercepat inversi sakarosa, menjadi
glukosa dan fruktosa yang merupakan reduktor kuat yang berguna untuk
mencegah oksidasi ferro lodidum.
o Ferro lodidum selalu dibuat baru.
2. Sirupus Simplex = Sirup Gula
Cara pembuatan larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil
paraben 0,25% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna

81
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk


3. Auranti Sirupi = Sirup Jeruk Manis
Cara pembuatan : campur 10 bagian kulit buah jeruk manis yang telah
dipotong kecil-kecil dengan 20 bagian larutan metil paraben 0,25%. Biarkan dalam
tempat tertutup selama 12 jam. Pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi dengan
larutan metil paraben 0,25% secukupnya hingga diper oleh 37 bagian
perkolat. Tambahkan 63 bagian gula pada suhu kamar atau pada pemanasan
perlahan-lahan dalam tempat tertutup hingga diperoleh 100 bagian sirup
Pemerian : cairan kental, jernih, warna coklat, bau kha s aromatik.
4. Sirupus Thymi = Sirup Thymi
Cara pembuatan : campurlah 15 bagian herba timi de ngan air
secukupnya dan diamkan 12 jam dalam bejana tertutup. M a s u k a n d a l a m
p e r c o l a t o r d a n s a r i d e n g a n a i r , p e r k o l a t dipanasi sampai 90°C dan diserkai
hingga diperoleh 36 bagian hasil perkolat. Masukan dalam bejana tertutup dan
tambahkan 64 bagian gula panaskan dengan pemanasan lemah hingga
diperoleh 100 bagian sirup.
Pemerian : sirup warna coklat, bau dan rasa seperti thymi.

Sirup-sirup yang tercantum dalam FI ed III


1. Chlorpheniramini maleatis sirupus
2. Cyproheptadini hydrochloridi sirupus
3. Dextrometorphani hydrobromidi sirupus
4. Piperazini citrates sirupus
5. Prometazini hydrochloride sirupus
6. Methidilazini hydrochloridi sirupus

82
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

DAFTAR PUSTAKA

1. Ansel,H.C.( l989 ), “Pengantar Sediaan Farmasi” , Edisi IV Terjemahan, Penerbit Universitas


Indonsia Press, Jakarta.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, ( l995 ),” Farmakope Indonesia”’ edisi IV.Jakarta

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, ( l979 ),”Farmakope Indonesia”’ Edisi

III, Jakarta

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, ( l97 2 ), “Farmakope Indonesia”’ Edisi

II, Jakarta.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, ( l974 ), “Ekstra Farmakope Indonesia”’

Jakarta

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, ( l978 ), “Formularium Nasional”’ Edisi

II, Jakarta

7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, ( l995 ) “Ilmu Resep Teori”,Penerbit

Pusdiknakes, Jakarta.

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, ( l986 ), “Sediaan Galenika”, Penerbit

Dirjen POM, Jakarta.

9. Syamsuni,Drs.Apt, ( 2005 ),”Farmasetika Dasar dan Hitungan


Farmasi”,Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

10. Moh.Anief ( l987 ),”Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek”,Penerbit Gadjah
Mada University Press,Yokyakarta.

11. Anif. (l990 ),”Ilmu Meracik Obat”, Penerbit Gadjah Mada University Press,
Yokyakarta.

83
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

12. Anonim ( l984 ), “Ilmu Farmasi”’ Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta

13. Van Duin, C.F. ( l947 ), “Buku Ajar Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori”,
sebuah buku terjemahan oleh Satiadarma,Penerbit Soeroengan, Jakarta.

LAMPIRAN I

84
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

TABEL ALKOHOLOMETRIK FI ED. III*


Daftar berikut menunjukkan hubungan antara bobot jenis dan kadar etanol pada suhu 20°C. Bobot
jenis dihitung terhadap air pada suhu 20°C.

DAFTAR BOBOT JENIS DAN KADAR ETANOL FI ed. III

Bobot Kadar Etanol Koreksi bobot jenis untuk perbedaan


Jenis suhu 1°C, berlaku untuk suhu antara
% b/b % vtv 10°C dan 30°C
0,7905 100,0 100,0 0,00085
10 99,8 99,9 85
20 99,5 99,8 85
30 99,2 99,5 85
40 98,9 99,3 85
50 98,6 99,1 86
60 98,2 98,9 86
70 97,9 98,7 86
80 97,5 98,5 86
90 97,2 98,3 86
0,8000 96,9 98,1 86
10 96,5 97,9 86
20 96,2 97,7 86
30 95,8 97,4 86
40 95,5 97,2 86
50 95,1 96,9 86
60 94,8 96,7 86
70 94,4 96,4 86
80 94,1 96,2 86
90 93,7 95,9 86
0,8100 93,4 95,7 86
10 93,0 95,4 86
20 92,6 95,1 86
30 92,3 94,9 86
40 91,9 94,6 86
50 91,5 94,4 86
60 91,2 94,1 86
70 90,8 93,8 86
80 90,5 93,6 86
90 90,1 93,3 86

bertanjut ...

85
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

LAMPIRAN II

DAFTAR BOBOT JENIS DAN KADAR ETANOL Fl ed. III-lanjutan


Bobot Kadar Etanol Koreksi
Jenis suhu
Koreksi bobot jenis untuk
perbedaan
1°C, berlaku untuk suhu
% b/b % v/v antara 10°C dan 30°C
0,8200 89,7 93,0 86
0,8210 89,3 92,7 86
20 88,9 92,4 86
30 88,6 92,1 86
40 88,2 91,8 86
50 87,8 91,6 86
60 87,4 91,3 86
70 87,1 91,0 86
80 86,7 90,8 86
90 86,3 90,5 86
0,8300 86,0 90,2 86
10 85,6 89,9 86
20 85,2 89,6 86
30 84,8 89,3 86
40 84,3 89,0 86
50 83,9 88,8 86
60 83,5 88,5 86
70 83,1 88,2 86
80 82,7 87,8 86
90 82,3 87,5 86
0,8400 81,9 87,2 86
10 81,5 86,8 86
20 81,1 86,4 86
30 80,7 86,1 86
40 80,3 85,7 86
50 79,9 85,4 86
60 79,5 85,1 86
70 79,1 84,7 86
80 78,7 84,3 86
90 78,2 84,0 86
0,8500 77,8 83,8 86
10 77,4 83,4 86
20 77,0 83,1 85
30 76,6 82,7 85
40 76,2 82,4 85
50 75,8 82,0 85
60 75,4 81,7 85
70 75,0 81,3 85

86
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

20 72,9 79,5 85
80
30 74,6
72,5 81,0
79,2 85
85
90
40 74,1
72,0 80,6
78,8 85
85
0,8600 73,7 80,3 85
0,8650 71.7 78,4 85
10 73,3 79,9 85
0,8660 71,3 78,0 85
70 70,9 77,7 85
80 70,4 77,3 85
90 70,0 76,9 85
0,8700 69,9 76,5 85
10 69,2 76,2 84
20 68,8 75,8 84
30 68,4 75,4 84
40 67,9 75,1 84
50 67,5 74,7 84
60 67,1 74,3 84
70 66,7 73,9 84
80 66,2 73,5 84
90 65,8 73,2 84
0,8800 65,4 72,8 84
10 64,9 72,4 83
20 64,5 72,0 83
30 64,1 71,6 83
40 63,7 71,2 83
50 63,2 70,8 83
60 62,8 70,4 83
70 62,4 70,0 83
80 61,9 69,6 83
90 61,5 69,2 83
0,8900 61,1 68,8 83
10 60,7 68,4 83
20 60,2 68,0 83
30 59,8 67,6 83
40 59,4 67,2 82
50 59,0 66,8 82
60 58,5 66,3 82
70 58,1 65,9 82
80 57,7 65,5 81
90 57,2 65,1 81
0,9000 56,8 64,7 81
10 56,3 64,2 81
20 55,9 63,8 81
30 55,4 63,3 81
40 55,0 62,9 81
50 54,5 62,5 81 87
60 54,1 62,0 81
70 53.7 61,6 81
80 53,2 61,1 80
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

DAFTAR BOBOT JENIS DAN KADAR ETANOL Fl ed. III-lanjutan

Bobot Kadar Etanol Koreksi bobot jenis untuk perbedaan


Jenis suhu 1°C, berlaku untuk suhu antara
% b/b % v/v 10°C dan 30°C
90 52,8 60,7 80
0,9100 52,4 60,3 80
0,9110 51,9 59,8 80
20 51,5 59,4 80
30 51,0 58,9 79
40 50,6 58,5 79
50 50,1 58,0 79
60 49,7 57,6 79
70 49,2 57,1 78
80 48,8 56,7 78
90 48,3 56,2 78
0,9200 47,9 55,7 78
10 47,4 55,2 78
20 47,0 54,8 78
30 46,5 54,4 78
40 46,0 53,8 77
50 45,6 53,3 77
60 45,1 52,8 76
70 44,6 52,3 76
80 44,2 51,8 76
0,9290 43,7 51,3 76
0,9300 43,3 50,8 75
10 42,8 50,3 75
20 42,3 49,8 75
0,9330 41,9 49,3 74
40 41,4 48,9 74
50 40,9 48,8 74
60 40,4 47,8 73
70 39,9 47,3 73
80 39,4 46,7 73
90 38,9 46,2 72
0,9400 38,4 45,6 72
10 37,9 45,1 71
20 37,4 44,5 71
30 36,8 44,0 71

88
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

40 36,3 43,4 71
50 35,8 42,8 70
60 35,2 42,2 69
70 34,7 41,6 68
80 34,2 41,0 67
90 33,6 40,4 67
0,9500 33,1 39,8 66

Bobot Kadar Etanol Koreksi bobot jenis untuk


Jenis perbedaan
% b/b % v/v 10°C dan 20°C 20°C dan 30°C
0,9510 32,5 39,2 0,00063 0,00007
20 32,0 38,5 62 66
30 31,4 37,8 61 65
40 30,9 37,2 60 64
50 30,3 36,5 59 64
60 29,7 35,8 58 63
70 29,1 35,1 57 62
80 28,5 34,4 55 61
90 27,8 33,7 53 59
0,9600 27,2 33,0 52 58
10 26,5 32,3 '51 56
20 .25,9 31,5 50 55

89
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

Bobot Kadar Etanol Koreksi bobot jenis untuk perbedaan suhu


Jenis 1°C,
berlaku untuk suhu antara
%b/b %v/v 15°C dan 20°C dan 25°C dan
20°C 25°C 30°C
0,9630 25,3 30,8 0,00044 0,00050 0,00052 0,00056
40 24,6 30,0 43 48 50 54
50 23,6 30,0 43 47 50 53
60 23,2 28,3 42 46 50 52
70 22,4 27,4 41 45 48 52
80 21,7 26,5 40 44 48 52
90 21,0 25,7 38 42 46 50
0,9700 20,3 24,8 36 40 44 50
10 19,5 24,0 34 40 42 48
20 18,8 23,1 32 38 42 46
30 18,0 22,2 30 36 40 44
40 17,2 21,3 28 34 38 44
50 16,4 20,4 26 32 38 42
60 15,7 19,4 26 32 34 40
70 14,9 18,5 24 30 34 38
80 14,1 17,6 22 28 32 38
90 13,4 16,6 22 27 32 37
0,9800 12,6 15,7 21 25 32 35
10 11,8 14,8 20 24 31 34
20 11,0 13,8 18 24 28 33
30 10,3 12,9 17 24 28 33
40 9,7 12,0 16 24 28 32
50 9,0 11,2 16 22 28 32
60 8,3 10,4 14 20 26 32
70 7,7 9,5 14 20 26 32
0,9880 7,0 8,7 12 20 24 30
90 6,3 7,9 12 20 24 30
0,9900 5,7 7,1 12 18 24 30
10 5,0 6,4 12 178 24 28
20 4,4 5,6 12 18 24 28
30 3,8 4,8 12 18 24 28
40 3,2 4,1 12 18 24 28
50 2,7 3,4 12 18 24 28
60 2,1 2,7 12 18 24 28
70 1,6 2,0 12 18 24 28
80 1,6 1,3 12 18 24 28
90 0,5 0,7 12 18 24 28
1,0000 0,0 0,0 12 18 24 28

90
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

LAMPIRAN III

TABEL ALKOHOLOMETRIK FI ED. IV*


DAFTAR BOBOT JENIS DAN KADAR ETANOL FI ed. IV

Persentase Bobot Jenis Persentase Bobot Jenis


C2H5OH dalam Udara C2H5OH dalam Udara
b/b b/b
v/v v/v
pada
pada pada pada pada pada
15,56°C
15,56°C 25°C 15,56°C 25°C 15,56°C
0 0,00 1,0000 1,0000 0 0,00 1,0000 1,0000
1 0,80 0,9985 0,9985 1 1,26 0,9981 0,9981
2 1,59 0,9970 0,9970 2 2,51 0,9963 0,9963
3 2,39 0,9956 0,9956 3 3,76 0,9945 0,9945
4 3,19 0,9941 0,9942 4 5,00 0,9927 0,9928
5 4,00 0,9927 0,9928 5 6,24 0,9911 0,9912
6 4,80 0,9914 0,9915 6 7,48 0,9894 0,9896
7 5,61 0,9901 0,9902 7 8,71 0,9879 0,9881
8 6,42 0,9888 0,9890 8 9,94 0,9863 0,9867
9 7,23 0,9875 0,9878 9 11,17 0,9848 0,9852
10 8,05 0,9862 0,9866 10 12,39 0,9833 0,9839
11 8,86 0,9850 0,9854 11 13,61 0,9818 0,9825
12 9,68 0,9838 0,9843 12 14,83 0,9804 0,9812
13 10,50 0,9826 0,9832 13 16,05 0,9789 0,9799
14 11,32 0,9814 0,9821 14 17,26 0,9776 0,9787
15 12,14 0,9802 0,9810 15 18,47 0,9762 0,9774
16 12,96 0,9790 0,9800 16 19,68 0,9748 0,9763
17 13,79 0,9778 0,9789 17 20,88 0,9734 0,9751
18 14,61 0,9767 0,9779 18 22,08 0,9720 0,9738
19 15,44 0,9756 0,9769 19 23,28 0,9706 0,9726
20 16,27 0,9744 0,9759 20 24,47 0,9692 0,9714
21 17,10 0,9733 0,9749 21 25,66 0,9677 0,9701
22 17,93 0,9721 0,9739 22 26,85 0,9663 0,9688
23 18,77 0,9710 0,9729 23 28,03 0,9648 0,9675
24 19,60 0,9698 0,9719 24 29,21 0,9633 0,9662
25 20,44 0,9685 0,9708 25 30,39 0,9617 0,9648
26 21,29 0,9673 0,9697 26 31,56 0,9601 0,9653
27 22,13 0,9661 0,9687 27 32,72 0,9585 0,9620
28 22,97 0,9648 0,9676 28 33,88 0,9568 0,9605
29 23,82 0,9635 0,9664 29 35,03 0,9551 0,9590
* Lampiran ini diambil dari buku Matematika Terapan bidang Farmasetika Jilid II

91
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

LAMPIRAN IV
DAFTAR BOBOT JENIS DAN KADAR ETANOL Fl ed. IV-lanjutan

Persentase Bobot Jenis Persentase Bobot Jenis


C2H5OH dalam Udara C2H5OH dalam Udara
v/v
b/b b/b v/v
pada
15,56° pada pada pada pada pada
C 25°C 15,56°C 15,56°C 25°C 15,56°C
30 24,67 0,9622 0,9653 30 36,18 0,9534 0,9574
31 25,52 0,9609 0,9641 31 37,32 0,9516 0,9558
32 26,38 0,9595 019629 32 38,46 0,9498 0,9541
33 27,24 0,9581 0,9617 33 39,59 0,9480 0,9524
34 28,10 0,9567 0,9604 34 40,72 0,9461 0,9506
35 28,97 0,9552 0,9590 35 41,83 0,9442 0,9488
36 29,84 0,9537 0,9576 36 42,94 0,9422 0,9470
37 30,72 0,9521 0,9562 37 44,05 0,9402 0,9451
38 31,60 0,9506 0,9548 38 45,15 0,9382 0,9432
39 32,48 0,9489 0,9533 39 46,24 0,9362 0,9412
40 33,36 0,9473 0,9517 40 47,33 0,9341 0,9392
41 34,25 0,9456 0,9501 41 48,41 0,9320 0,9372
42 35,15 0,9439 0,9485 42 49,48 0,9299 0,9352
43 36,05 0,9421 0,9469 43 50,55 0,9278 0,9331
44 36,96 0,9403 0,9452 44 51,61 0,9256 0,9310
45 37,87 0,9385 0,9434 45 52,66 0,9235 0,9289
46 38,78 0,9366 0,9417 46 53,71 0,9213 0,9268
47 39,70 0,9348 0,9399 47 54,75 0,9191 0,9246
48 40,62 0,9328 0,9380 48 55,78 0,9169 0,9225
49 41,55 0,9309 0,9361 49 56,81 0,9147 0,9203
50 42,49 0,9289 0,9342 50 57,83 0,9124 0,9181
51 43,43 0,9269 0,9322 51 58,84 0,9102 0,9159
52 44,37 0,9248 0,9302 52 59,85 0,9079 0,9137
53 45,33 0,9228 0,9282 53 60,85 0,9056 0,9114
54 46,28 0,9207 0,9262 54 61,85 0,9033 0,9092
55 47,25 0,9185 0,9241 55 62,84 0,9010 0,9069
56 48,21 0,9164 0,9220 56 63,82 0,8987 0,9046
57 49,19 0,9142 0,9199 57 64,80 0,8964 0,9024
58 50,17 0,9120 0,9177 58 65,77 0,8941 0,9001
59 51.15 0,9098 0,9155 59 66,73 0,8918 0,8978
60 52,15 0,9076 0,9133 60 67,79 0,8895 0,8955
61 53,15 0,9053 0,9111 61 68,64 0,8871 0,8932

92
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

62 54,15 0,9030 0,9088 62 69,59 0,8848 0,8909


63 55,17 0,9006 0,9065 63 70,52 0,8824 0,8886
64 56,18 0,8983 0,9042 64 71,46 0,8801 0,8862
65 57,21 0,8959 0,9019 65 72,38 0,8777 0,8839
66 58,24 0,8936 0,8995 66 73,30 O,8753 0,8815
67 59,28 0,8911 0,8972 67 74,21 0,8729 0,8792
68 60,33 0,8887 0,8948 68 75,12 0,8706 0,8768
69 61,38 0,8862 0,8923 69 76,02 0,8682 0,8745
70 62,44 0,8837 0,8899 70 76,91 0,8658 0,8721
71 63,51 0,8812 0,8874 71 77,79 0,8634 0,8697
72 64,59 0,8787 0,8848 72 78,67 0,8609 0,8673
73 65,67 0,8761 0,8823 73 79,54 0,8585 0,8649
74 66,77 0,8735 0,8797 74 80,41 0,8561 0,8625
75 67,87 0,8709 0,8771 75 81,27 0,8537 0,8601
76 68,98 0,8682. 0,8745 76 82,12 0,8512 0,8576
77 70,10 0,8655 0,8718 77 82,97 0,8488 0,8552
78 71,23 0,8628 0,8691 78 83,81 0,8463 0,8528
79 72,38 0,8600 0,8664 79 84,64 0,8439 0,8503
80 73,53 0,8572 0,8636 80 85,46 0,8414 0,8479
81 74,69 0,8544 0,8608 81 86,28 0,8389 0,8454
82 75,86 0,8516 0,8580 82 87,08 0,8364 0,8429
83 77,04 0,8487 0,8551 83 87,89 0,8339 0,8404
84 78,23 0,8458 0,8522 84 88,68 0,8314 0,8379
85 79,44 0,8428 0,8493 85 89,46 0,8288 0,8354
86 80,66 0,8397 0,8462 86 90,24 0,8263 0,8328
87 81,90 0,8367 0,8432 87 91,01 0,8237 0,8303
88 83,14 0,8335 0,8401 88 91,77 0,8211 0,8276
89 84,41 0,8303 0,8369 89 92,52 0,8184 0,8250
90 85,69 0,8271 0,8336 90 93,25 0,8158 0,8224
91 86,99 0,8237 0,8303 91 93,98 0,8131 0,8197
92 88,31 0,8202 0,8268 92 94,70 0,8104 0,8170
93 89,65 0,8167 0,8233 93 95,41 0,8076 0,8142
94 91,03 0,8130 0,8196 94 96,10 0,8048 0,8114
95 92,42 0,8092 0,8158 95 96,79 0,8020 0,8086
96 93,85 0,8053 0,8118 96 97,46 0,7992 0,8057
97 95,32 0,8011 0,8077 97 98,12 0,7962 0,8028
98 96,82 0,7968 0,8033 98 98,76 0,7932 0,7988
99 98,38 0,7921 0,7986 99 99,39 0,7902 0,7967
100 100,00 0,7871 0,7936 100 100,00 0,7871 0,7936

93
BUKU AJAR FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID STKMS 2017

94

Anda mungkin juga menyukai